EKOLOGI PARASIT MONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI. Gyrodactylids

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

KAMAL. Bandung ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROTOZOA ATAU ENDOPARASIT PADA IKAN AIR TAWAR BAB I PENDAHULUAN Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia internasional kerapu dikenal dengan nama grouper yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo. Pemeriksaan parasit yang

Gambar 2.1. Ikan nila (Oreochromis niloticus)

Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 26-30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

TINJAUAN PUSTAKA. a b C d

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN KABUPATEN SAMOSIR

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Morfologi ikan bawal air tawar (C. macropomum)

Kelimpahan dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Hasil Tangkapan Di Muara Sungai Serayu Di Adipala Kabupaten Cilacap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

PARASITES IDENTIFICATION ON CORAL GROUPER (Plectropomus reolatus) IN FLOATING NET CAGE IN PAGIMANA SUB-DISTRICT OF BANGGAI REGENCY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(PSLK) 2016, ANALISIS EKTOPARASIT IKAN LELE DUMBO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Pengendalian Monogenea pada benih ikan Nila gift 31

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila selama ini dikenal dengan nama ilmiah Tilapia nilotica, namun

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Nila Hitam (Oreochromis Niloticus) Sumber: Fishbase (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

Inventarisasi, Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) di Keramba Jaring Apung Perairan Teluk Hurun Lampung

INFESTASI MONOGENEA PADA IKAN KONSUMSI AIR TAWAR DI KOLAM BUDIDAYA DESA NGRAJEK MAGELANG

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

Unnes Journal of Life Science

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Taenia saginata dan Taenia solium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

telur, dimana setelah jam diinkubasi pada suhu 25 C kista akan menetas

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

TINGKAT INFEKSI PARASIT Thaparocleidus sp Jain, 1952 (MONOGENEA: Ancylodiscoididae) PADA INSANG IKAN PATIN (Pangasius sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari Taiwan (Clarias. beradaptasi terhadap lingkungan (Pamunjtak, 2010).

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA USUS IKAN BAWAL AIR TAWAR

Patogenisitas Ektoparasit Pada Benih Ikan Hias Komet (Carassius auratus) Yang Dijual Di Pasar Ikan Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN

Disusun oleh: Arif Misrulloh NIM

TREMATODA PENDAHULUAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V.) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos) menurut Nelson (2006) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYA DI KOTA/KABUPATEN KUPANG. Yudiana Jasmanindar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sufriyanto K. Ali, 2 Yuniarti Koniyo, 2 Mulis. 2

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA

N E M A T H E L M I N T H E S

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

KEBERADAAN PARASIT BENIH IKAN KERAPU MACAN

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis nilotica) DI DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Pencernaan 1 Dactylogyrus sp. (21) Pseudodactylogyrus sp. (11)

INVENTARISASI PARASIT LELE DUMBO Clarias sp. DI DAERAH BOGOR. Inventarisation of Parasite in Dumbo Catfish Clarias sp.

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Proses Penularan Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

PENGENDALIAN INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp. PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN GARAM DAPUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

EKOLOGI PARASIT MONOGENEA YANG MEMILIKI HOST SPECIFICITY PALING TINGGI Gyrodactylids M. Rasyid Ridha (B252140101) Ridi Arif (B161130071) Noviriliensi Hartika (B252140031) Dosen Pengampu: Dr. Drh. Elok Budi Retnani, MS

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR GAMBAR... 3 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi... 6 Morfologi... 6 Fisiologi... 6 Reproduksi... 7 Host specificity Gyrodactylids... 13 DAFTAR PUSTAKA... 15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Morfologi Gyrodactylus sp... 7 Gambar 2. Siklus hidup Gyrodactylus dan Ikan yang terserang Gyrodactyliasis... 10 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 4

Ikan-ikan yang hidup di alam dapat teinfeksi oleh parasit cacing, salah satunya ialah cacing dari kelas trematoda monogenea. Parasit monogenea pada umumnya merupakan ektoparasit dan jarang yang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata (1985) bahwa monogenea merupakan salah satu parasit yang sebagian besar menyerang pada bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Monogenea merupakan cacing pipih dengan ukuran panjang 0,15-20 mm bentuk tubuhnya fusiform, haptor di bagian posterior dan siklus kait sentral sepasang dan sejumlah kait marginal. Salah satu contoh class monogenea yaitu Dactylogyridae yang mempunyai alat bantu organ tambahan pada tubuhnya yang biasa disebut squamodis yang berfungsi sebagai perekat, selanjutnya dikatakan bahwa ada sekitar 1500 spesies monogenea yang ditemukan pada ikan (Gusrina, 2008). Ciri ikan yang terserang monogenea adalah produksi lendir pada bagian epidermis akan meningkat, kulit terlihat lebih pucat dari normalnya, frekuensi pernapasan terus meningkat karena insang tidak dapat berfungsi secara sempurna, kehilangan berat badan (kurus) melompat-lompat ke permukaan air dan terjadi kerusakan berat pada insang (Rukmono, 1998) Contoh ikan yang terserang yaitu pada ikan kakap. Jenis cacing yang ditemukan yaitu Diplectanum sp, yang berukuran antara 0,5-1,9 mm. cacing ini menyerang pada bagian tubuh yaitu insang hingga pucat dan berlendir. Selain ikan kakap, Ikan kerapu juga terinfeksi. Dengan memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001). 5

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Secara taksonomi, Gyrodactylus mempunyai klasifikasi : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Platyhelminthes : Trematoda : Monopisthocokylea : Gyrodactylidae : Gyrodactylus : Gyrodactylus sp. B. Morfologi Hewan ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris. Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. C. Fisiologi Mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifatovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya. Habitat Lingkungan yang kotor dan kumuh hewan ini banyak dijumpai. D. Reproduksi 7

Gyrodactylus bisa bertahan beberapa hari di lingkungan lembab, misalnya di dalam kantong plastik, pada ikan mati, dalam kemasan dan peralatan lainnya, seperti sepatu bot untuk mengail, jaring, garis dan jaring mendarat. Reprodusinya dengan cara aseksual maupun seksual. Monogenea termasuk parasit trematoda atau biasa disebut sebagai cacing pipih. Monogenea mempunyai siklus hidup yang sederhana. Gyrodactylus pada umumnya terdapat pada permukaan tubuh dan sirip hampir semua jenis ikan (Kinne, 1984, Moler dan Anders, 1986; Woo, 1995). Bentuk monogenea pada dasarnya sama dengan cacing pipih (Noble dan Noble, 1989; Hendrix, 1998), sedangkan menurut Grabda (1991) monogenea berbentuk pipih dorso-ventral (jarang yang berbentuk silindris), memanjang, oval atau menyerupai cakram melingkar. Gyrodactylus merupakan salah satu genus monogenea yang termasuk subkelas Monopisthocotylea. Gyrodactylus memiliki panjang 0,5-0,8 mm dan hidup pada permukaan air tawar. Parasit dewasa melekat pada hospes dengan suatu modifikasi ujung posterior yang dikenal dengan haptor atau lebih tepatnya opisthaptor sedangkan haptor yang terletak di ujung anteriornya disebut prohaptor. Morfologi parasit Gyrodacylus sp disajikan pada Gambar 1. 8

Gambar 1. Morfologi Gyrodactylus sp (Hendrik, 1998) Gyrodactylus merupakan parasit external atau ektoparasit yang sering terdapat pada ikan air tawar. Infestasi Gyrodactylus akan menyebabkan suatu penyakit yang disebut gyrodactyliasis. Gyrodactylus biasa menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang terserang bisa diketahui dari kulit ikan yang pucat, bintik-bintik merah dibagian tubuh ikan, produksi lendir tidak normal, sisik dan kulit terkelupas serta ikan berenang tidak beraturan. Siklus reproduksi Gyrodactylus dan ikan yang sedang terserang gyrodactiliasis disajikan pada Gambar 2. 9

Gambar 2. Siklus hidup Gyrodactylus dan Ikan yang terserang gyrodactyliasis (Woo, 1995) Beberapa jenis parasit dari kelas monogenea diantaranya: Dactylogyrus spp. Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan genus Dactylogyrus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus spp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 2 pasang kait besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih (Gusrina, 2008). Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya 10

menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008). Parasit Dactylogyrus spp mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium mempunyai haptor dan dapat menyerang inang. Hal ini sesuai dengan pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larva yang berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh lainnya (Gusrina, 2008). Menurut Damarjati (2008), beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit yang dapat digunakan sebagai presumtif diagnosa antara lain : 1. Ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan. 2. Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini kualitas air terutama kadar oksigen lebih tinggi. 3. Sering mengapung dipermukaan air. 4. Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka. Kerusakan pada insang menyebabkan sulit bernafas, sehingga tampak megapmegap seperti gejala kekurangan oksigen. Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan serta berlebihan lendir (stadium awal). Dalam keadaan serius filamen insang akan rusak dan operkulum ikan tidak tertutup dengan sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas. 5. Secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna kekuningan atau putih, selain itu juga terjadi proliferasi di kartilago hialin pada lamella sekunder. Penyebabnya bisa karena tertular dari ikan yang terinfeksi, kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan sumber air tanah dan kurang bersih. 11

Pengobatan yang efektif untuk cacing Dactylogyrus spp. adalah dengan pemberian formaldehide dan yang tidak kalah penting adalah selalu membersihkan kolam atau aquarium serta memeriksa sirkulasi air, sirkulasi udara dan kepadatan kolam (Damarjati, 2008). b. Neobenedenia Parasit jenis ini adalah jenis parasit yang paling sering ditemukan pada ikan laut seperti kerapu,kakap,bawal bintang dll. Merupakan jenis cacing (monogenea) dan merupakan ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh) biasanya ditemukan di kulit (sisik), mata, insang. Gejala klinis dari ikan yang terserang parasit ini kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya luka karena infeksi sekunder bakteri. Cara pencegahannya yang biasa dilakukan yaitu dengan perendaman air tawar. c. Diplectanum Jenis ektoparasit yang biasa menyerang di lamella insang ikan laut (krapu, kakap, napoleon, bawal). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut sebagai cacing insang. Pada beberapa kasus serangan parasit insang bisa menyebabkan kematian pada ikan yang cukup banyak, ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam proses pernafasan, selain itu luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. d. Gyrodactilus sp. Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar 12

antara 0,5 0,8 mm, hidup pada permukaan tubuh ikan dan biasa menginfeksi organorgan lokomosi hospes dan respirasi. Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi ender berlebih. Host specificity Gyrodactylids Sebagaian besar parasit kelas monogenea memiliki satu atau hanya beberapa inang definitif. Lebih dari 70% parasit monogenea hanya memiliki satu inang saja. Oleh karena itu, kelompok parasit ini dikenal memiliki host specificity yang tinggi, termasuk Gyrodactylids. Beberapa faktor yang berperan dalam memengaruhi host specificity antara lain faktor fisiologi parasit itu sendiri dan perilaku menginfeksinya. Faktor fisiologi terkait dengan keberhasilan untuk dapat bertahan di tubuh host, tumbuh, dan berkembang biak. Faktor tingkah laku menginfeksi meliputi mengetahui lokasi host, mendekat, dan perlekatan pada tubuh host. Permukaan tubuh hewan akuatik sebagai host dari parasit merupakan suatu bentuk ekosistem yang kompleks. Lapisan epidermis dan sekreta yang disekresikan pada permukaan tubuh dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan infeksi Gyrodactylids. Oleh karena itu, Gyrodactylids akan memilih inang yang hanya sesuai dan memungkinkan untuk dapat menginfeksi. Terdapat teori yang menyatakan bahwa Gyrodactylids hanya akan menginfeksi host yang dapat memberikan nutrisi secara optimal (Buchmann et al. 2003, 2004). Berdasarkan teori tersebut maka Gyrodactylids akan memiliki tingkat kesukaan dan kecocokan yang tinggi terhadap masing-masing hostnya. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Gyrodactylids memiliki sistem sensoris yang berkembang dengan baik. Melalui sistem sensoris tersebut Gyrodactylids dapat menemukan host 13

yang sesuai yang dapat memberinya nutrisi yang optimal. Ketika berhasil menginfeksi namun nutrisi yang diserap dari host tidak optimal, maka infeksi tidak akan berlanjut. Oleh karena itu Gyrodactylids tidak akan berusaha menginfeksi host yang nantinya tidak akan memberinya nutrisi yang optimal. Kemampuan perlekatan Gyrodactylids terhadap hostnya diperantarai oleh adanya cephalic gland. Kelenjar ini akan mensekresikan senyawa kimia yang kemudian beraksi dengan sekreta atau mucus di lapisan epidermis host. Hasil reaksi tersebut membantu Gyrodactylids untuk dapat menempel,bergerak, dan berpindah di permukaan tubuh host. Setelah berhasil melekat dengan menggunakan kaitnya (haptor), kemudian Gyrodactylids mulai menyerap nutrisi dari hostnya. Selama melekat, Gyrodactylids akan mendapat nutrisi dan memungkinkan untuk berkembang biak. Gyrodactylids baru yang baru saja lahir akan langsung dapat menginfeksi host yang sama. Infeksi terjadi melalui perlekatan Gyrodactylids menggunakan kait (di bagian anterior) di epidermis host. Hipotesis oleh Whittington et al. (2000) menyatakan bahwa inisiasi awal infeksi Gyrodactylids baru Karena adanya mekanisme mekano dan kemosensori sehingga dapat mengenali epidermis host. Selain itu, adanya reaksi dari mucus pada lapisan epidermis dengan senyawa adeshive yang disekresikan parasit juga membantu dalam proses terjadinya infeksi baru. Bucmann (1998) menyatakan bahwa area anterior dari Gyrodactylids memiliki gula mannose yang kaya akan glikoprotein yang memudahkan proses perlekatan pada tubuh host. Interaksi yang terjadi antara lapisan epidermis host dengan tegument parasit secara kimiawi ini menjadi faktor penting dalam membangun spesifisitas yang tinggi antara Gyrodactylids dengan inangnya (Whittington et al. 2000). Infeksi oleh Gyrodactylus salaris pada ikan salmon merupakan salah satu contoh infeksi Gyrodactylids yang telah banyak dibahas. Parasit G. salaris bersifat pathogen pada strain ikan salmon di sungai River Lone (Norwegia) dan River Altaelva (Norwegia utara) akan tetapi tidak menginfeksi pada ikan salmon dari sungai River Neva. Penelitian tersebut membuktikan bahwa infeksi Gyrodactylids memiliki spesifisitas yang tinggi. Pada strain ikan salmon tadi, G. salaries mampu untuk 14

establish, mendapat nutrisi, bereproduksi, dan berpindah untuk menginfeksi inang baru. Meskipun demikian, infeksi Gyrodactylids dapat juga terjadi pada host yang bukan inang pasangannya, misalkan pada kondisi terkontrol di laboratorium. Ikan salmon yang diberikan kortisol dapat diinfeksi dengan spesies Gyrodactylids lain yang bukan parasit spesifiknya di alam. Hal tersebut dapat terjadi karena terjadi penurunan sistem imun salmon yang menyebabkan infeksi dapat terjadi. Selain memiliki host specificity yang tinggi Gyrodactylids juga memiliki site specificity pada tubuh inangnya. Beberapa spesies menunjukkan tingkat site specificity yang tinggi bergantung pada sepesiesnya. Beberapa parasit hanya menginfeksi kulit, sirip, dan juga insang. Selain menginfeksi secara lokal pada bagian tersebut, spesies Gyrodactylids juga memiliki kemampuan bermigrasi saat berada pada tubuh inangnya. Pada infeksi oleh G. colemanensis, infeksi awal dapat terjadi di bagian tubuh mana saja namun kemudian akan bermigrasi menuju ke arah caudal dan kemudian berkolonisasi di bagian sirip belakang. Pada kasus infeksi campuran oleh beberapa spesies Gyrodactylids, spesies tertentu akan memiliki area kolonisasi yang berbeda dengan spesies lainnya, misalkan saja pada sirip depan, belakang, atau dorsal akan diinfeksi oleh spesies yang berbeda. Selain itu, distribusi parasit pada tubuh inang juga dipengaruhi oleh intensitas infeksi yang ada. Pada infeksi oleh G. salaris, infeksi kurang dari 100 parasit, klonisasi akan banyak di sirip dorsal, pectoral, dan anal. Pada infeksi lebih dari 100 parasit, kolonisasi akan lebih banyak terjadi di sirip caudal dan jika lebih dari 1000 maka tubuh ikan juga akan terinfeksi. 15

DAFTAR PUSTAKA Buchmann, K. 1998. Binding and lethal effect of complement from Oncorhynchus mykiss on Gyrodactylus derjavini (Platyhelminthes: Monogenea). Diseases of Aquatic Organisms. 32: 195 200. Buchmann, K., Lindenstrom, T. and Bresciani, J. 2003. Interactive associations between fish hosts and monogeneans. In: Parasite Host Interactions161 184 Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. PWN. Police Scientific Publisher. Pp. 85-93. Hendrix, C.M. 1998. Diagnostic Veterinary Parasitology. 2 nd ed. Mosby (Anafilation of Elsivier). Pp. 45-48. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58586/bab%20ii %20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=4 http://zharifaflower.blogspot.com/2011/03/spesies-parasit-monogenea-dandigenea.html Kinne, O. 1984. Disease of Marine animals. Biologische anstalt helgoland. Hamburg. Federal of Republic of Germany. 4(1):210-228 Moller, H and Anders, K. 1986. Disease and Parasities og marine Fishes. Verlog Moller Sternwartenweg. FRG. Pp. 137-147. Noble, E. R. And Noble, G. A. 1989. Parasitology. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pp. 178-183; 288-294, 909-939. Nurdiyanto, Sumatono. 2006. Model Distribusi Monogenea Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di daerah Istimewa Yogyakarta. (2):24 Publishers. Buchmann, K., Madsen, K.K. and Dalgaard, M.B. 2004. Homing of Gyrodactylus salaris and G. derjavini (Monogenea) on different hosts and response post-attachment. Folia Parasitologica. 51:263 267. Whittington, I.D., Cribb, B.W., Hamwood, T.E. and Halliday, J. 2000. Hostspecificity of monogenean (platyhelminth) parasites: a role for anterior adhesive areas? International Journal for Parasitology. 30: 305 320. Woo, P. T. K. 1995. Fish Disease and Disorders. Protozoan and Metazon infection. CAB. International. (1): 289-329. 16