Kelarutan Fosfat dan Ferro pada Tanah Sulfat Masam yang Diberi Bahan Organik Jerami Padi

dokumen-dokumen yang mirip
Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan *Corresponding author : ABSTRACT

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL. Oleh: Moch. Arifin 1)

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN SP 18 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN PADA ANDOSOL

PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI METODE INKUBASI DAN PENAMBAHAN NAOHDALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN KAPUR UNTUK PERTANIAN DI LAHAN PASANG SURUT RINGKASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

Pengaruh Kompos Jerami terhadap Kualitas Tanah, Kelarutan Fe 2+ dan SO4 2- serta Produksi Padi pada Tanah Sulfat Masam

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Pengelolaan Bahan Organik Di Tanah Sulfat Masam. Organic Matter Mangement in Acid Sulphate Soil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sukristiyonubowo, Suwandi, dan Rahmat H. Balai Penelitian Tanah ABSTRAK

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Kajian Pemberian Lumpur Sawit dan BFA Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Mains Nursery

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Fosfat Alam dan Bahan Organik pada Tanah Sulfat Masam Potensial Terhadap P-Tersedia Tanah dan Produksi Padi (Oryza sativa L.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

COMBINING ORGANIC-NPK FERTILIZER IN CROPS ROTATION BASED- RICE FOR IMPROVING SOIL CHEMICAL PROPERTIES AND RICE YIELDS

PERANAN FITOREMEDIASI, AMELIORASI DAN PENGATURAN TINGGI MUKA AIR TERHADAP KELARUTAN BESI DAN ALUMINIUM DI LAHAN PASANG SURUT

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK FOSFOR TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR PADA ANDISOLS DENGAN INDIKATOR TANAMAN JAGUNG MANIS

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.2: , Maret 2015

Increasing P Retention in the Peat Column Amended with Mineral Soil and Some Rock Phosphates

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN UNSUR HARA MIKRO TERHADAP PERTUMBUHAN JAGUNG PADA ULTISOL YANG DIKAPUR

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH FLUVENTIC EUTRUDEPTS PADA PERTANAMAN SEDAP MALAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK NPK

Hanafi Ansari*, Jamilah, Mukhlis

SKRIPSI. Oleh MOCHAMAD IQBAL WALUYO H

KUALITAS PUPUK ORGANIK CAIR DARI URINE SAPI PADA BEBERAPA WAKTU SIMPAN Lena Walunguru ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENGURANGI PUPUK ANORGANIK DAN PENINGKATAN PODUKTIVITAS PADI DI LAHAN PASANG SURUT

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Agus Supriyo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) KAL-SEL

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

Residu Jerami Padi untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Sulfat Masam Berkelanjutan

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

Latar Belakang. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala regional cukup tinggi

PENGARUH LAPISAN DEBU GUNUNG MERAPI DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL BUAH NAGA (Hylocereus undatus Haw.) DI LAHAN PASIR PANTAI PURWOREJO

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.3, Juli 2017 (81):

DINAMIKA ph, Fe, DAN Mn SERTA P TANAH SAWAH BUKAAN BARU BERKADAR BAHAN ORGANIK TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

Contact Author : Keywords : Azolla inoculum, organic potassium, organic matter, fertilizers, soil fertility

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

KAJIAN P-TERSEDIA PADA TANAH SAWAH SULFAT MASAM POTENSIAL. Study on P-Available at The Paddy Soil Potential of Acid Sulfate

SKRIPSI OLEH : SAMUEL T Z PURBA AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

eraria javanica) DAW FOSFAT ALAM TE KORlPOS TAN TANAPI PADA LATOSOL DRAMGA, BOGOR Oleh: R. IRV KA A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN X Jurnal AGROTEK Vol 5, No 6 April 2017

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH ABSTRAK

SIFAT KIMIA ULTISOLS BANTEN AKIBAT PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS. Oleh: 1) Dewi Firnia

Transkripsi:

Kelarutan Fosfat dan Ferro pada Tanah Sulfat Masam yang Diberi Bahan Organik Jerami Padi Arifin Fahmi 1, Bostang Radjagukguk 2, Benito Heru Purwanto 2 Makalah diterima 16 September 2008 / disetujui 19 Maret 2009 ABSTRACT Phosphate and Ferrous Solubilty on Acid Sulphate Soils Treated with Rice Straw (A. Fahmi, B. Radjagukguk, and B. H. Purwanto): The objective of this research was to investigate the effect of application of organic matter from rice straw (RS) on phosphate and Fe 2+ solubility in the acid sulphate soils. The research was conducted in the glass house consisting of the three treatment factors using the completely randomized design with three replication. The first factor was soil condition : continuous application of RS and without application of RS during the last 5 years. The second factor was fresh application of RS ; with application and without application, whereas the third factor was phosphate application consisting 3 rates of SP 36 fertilizers (0.5; 1,0 and 1.5 of application dossage). The result showed the three factors interaction had a significant influence on soil ph at 2 weeks after planting, whilst interaction between RS application and soil condition had a significant influence on soil ph, available phosphate at 4, 6 and 8 weeks after planting. The interaction between RS application and phosphate fertilizers rate had a significant influence on soil ph 4 weeks after planting, and on available phosphate at 8 weeks after planting. The main effect of RS application was significant on exchangeable Fe and soil ph at all observations periods. Keywords: Acid sulphate soils, Ferrous, Phosphate, Rice straw PENDAHULUAN Pengembagan pertanian di tanah sulfat masam sering menghadapai beberapa permasalahan seperti antara lain rendahnya ph tanah dan fosfat tersedia serta tingginya kandungan Fe (Purnomo et al., 2005). Banyak penelitian yang telah dilaksanakan untuk mengembangkan lahan sulfat masam menjadi lahan pertanian yang lebih produktif. Salah satu kunci keberhasilan pertanian di tanah sulfat masam adalah pengelolaan air, pengolahan tanah yang dikombinasikan dengan pemberian bahan organik in situ serta penggunaan varietas adaptif pada sistem tata air satu arah dapat meningkatkan produktivitas tanah sulfat masam (Sudhalakhsmi et al., 2007; Fahmi et al., 2006). Teknologi penggunaan bahan amelioran telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanah sulfat masam. Bahan organik (BO) dapat berperan sebagai sumber asam-asam organik yang mampu mengontrol kelarutan logam dalam tanah ataupun berperan sebagai sumber hara bagi tanaman. Asamasam organik yang terdapat dalam BO mampu mengkelat unsur-unsur meracun dalam tanah sehingga menjadi tidak berbahaya bagi tanaman (Stevenson, 1994). Asam-asam organik mampu menurunkan jumlah fosfat yang difiksasi oleh Fe dan Al melalui mekanisme pengkelatan sehingga P tersedia bagi tanaman (Barker dan Pilbeam, 2007). Adanya potensi BO jerami padi sebagai sumber hara serta kemampuannya dalam meretensi hara dan logam dalam tanah maka untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat di tanah sulfat masam kiranya perlu dipelajari peranan BO jerami padi terhadap kelarutan fosfat dan Fe selama periode pertumbuhan tanaman padi di tanah sulfat masam. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian BO jerami padi terhadap kelarutan fosfat dan Fe tanah pada tanah sulfat masam. 1 Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Jl Kebun Karet, Lotabat Utara, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, E-mail : fahmi_nbl@yahoo.co.id 2 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Bulak Sumur, Sleman, Yogyakarta J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 2, 2009: 119-125 ISSN 0852-257X 119

A. Nurkanto: Cellulolitic Activities of Actinomycetes from Soil Rhizosphere. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) selama 4 bulan yaitu mulai bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008. Tanah yang digunakan tergolong jenis sulfat masam potensial pada lahan pasang surut tipe luapan B yang diambil dari Kebun Percobaan Balittra di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Tanah yang diambil berasal dari dua lahan bekas perlakuan bahan organik (BO), yaitu tanah yang selalu diberi BO selama lima tahun terakhir (sisa panen dikembalikan ke lahan) dan tanah yang tidak pernah diberikan BO. Tanah diambil dari lapisan 0 20 cm dari permukaan tanah. Bahan lain yang digunakan adalah jerami padi (Varietas Margasari) dan air sungai di sekitar lokasi pengambilan tanah yang digunakan untuk menggenangi tanah. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan perlakuan berpola faktorial (2 x 2 x 3) dan tiga ulangan. Secara lengkap susunan perlakuan disajikan sebagai berikut: faktor pertama adalah kondisi tanah (T), yaitu : t 1 = tanah yang tidak pernah diberikan BO dan t 2 = tanah yang selalu diberikan BO (jerami padi), faktor kedua adalah pemberian BO jerami padi (B), yaitu : b 0 = tanpa BO tambahan = diberikan BO 5 t ha -1, dan faktor ketiga adalah takaran pupuk SP 36 (P), yaitu : p 1 = 0,5 x takaran anjuran (0, 275 g pot -1 atau setara 100 kg ha -1 SP 36), p 2 = 1,0 x takaran anjuran (0,550 g pot -1 atau setara 200 kg ha -1 SP 36) dan p 3 = 1,5 x takaran anjuran (0,825 g pot -1 atau setara 300 kg ha - 1 SP 36). Tanah yang diambil dari lapangan dimasukkan ke dalam pot percobaan sebanyak 5 kg pot -1. Kemudian ke dalam pot ditambahkan BO jerami padi yang diambil dari lapangan dengan memperhitungkan kadar airnya untuk keperluan konversi berat jerami setara 5 t ha -1 (khusus tanah yang mendapat perlakuan BO tambahan). kemudian bibit ditanam ke dalam tiap pot. Kemudian pot dijenuhi air dengan ketinggian 3 cm dari permukaan tanah (air yang diberikan berasal dari air sungai yang terdapat di sekitar lokasi pengambilan tanah percobaan). Tiga hari setelah penanaman, tanaman padi diberi pupuk basal yaitu KCl 0,275 g pot -1, urea 0,275 g pot -1 sedangkan pupuk SP 36 diberikan sesuai perlakuan. Untuk menjaga tingkat kejenuhan tanah terhadap air, maka setiap hari diberikan air bebas ion yang jumlahnya berdasarkan penurunan tinggi muka air dalam pot. Setiap dua minggu, air dalam pot dikeluarkan dan diganti dengan air sungai yang baru. Bersamaan dengan penggantian air, dilakukan juga pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh tanah ini dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu setiap dua minggu selama 60 hari (dihitung dari awal tanam ke dalam pot). Parameter-parameter yang diamati dalam percobaan ini pada tanah adalah ph (H 2 0), fosfat tersedia (Bray 1), fosfat total, dan Fe 2+ tertukarkan. Analisis data dilakukan dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan Uji DMRt pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Penciri Tanah Sulfat Masam dan BO Jerami Padi Berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui bahwa kedua kondisi tanah memiliki ph Tabel 1. Sifat-sifat penciri tanah sulfat masam dan BO jerami padi yang digunakan dalam penelitian. 120 Parameter Tanah sulfat masam Tidak pernah diberi jerami padi Selalu diberi jerami padi Jerami padi ph (H 2 O) 4,2 3,9 - P (Bray 1) (mg kg - 1 ) 14,0 17,3 - P total (%) 0,26 0,56 0,11 Fe 2+ (mg kg -1 ) 444 445 5000 C organik (%) 6,1 6,8 36,9 N total (%) 0,38 0,42 1,06 C/N 16,2 16,2 34,0 C/P 0,2 0,1 333,3

yang tergolong sangat masam, tingkat ketersediaan fosfat dalam tanah sedang, kandungan fosfat total dalam tanah termasuk kategori tinggi, konsentrasi Fe 2+ dalam tanah tergolong sangat tinggi, kandungan C organik dalam tanah tinggi, kandungan N total tergolong sedang, rasio C/N tergolong tinggi, dan rasio C/P tanah adalah rendah. Dari hasil analisis sifat fisik dan kimia bahan organik jerami padi diketahui bahwa bahan organik jerami padi memiliki kadar air yang tinggi, kandungan C organik yang cukup tinggi, kandungan N total yang rendah, rasio C/N yang tinggi, rasio C/P yang sangat tinggi, kandungan fosfat dalam jaringan yang rendah serta kandungan Fe yang sangat tinggi. Tingginya rasio C/N dan rasio C/P bahan organik jerami padi menunjukkan bahwa bahan organik tersebut yang Tabel 2. Konsentrasi fosfat tersedia dalam tanah pada pengamatan 4, 6 dan 8 MST pada kondisi tanah dengan pemberian BO. Kondisi tanah Pemberian 4 MST 6 MST 8 MST BO t 1 t 2 t 1 t 2 t 1 t 2. P-tersedia (mg kg -1 ).. b 0 27,2 a 18,9 c 21,6 a 13,5 b 7,4 a 4,4 b b 1 24,6 b 22,6 c 19,9 a 13,5 b 8,6 a 3,5 b MST = minggu setelah tanam, t 1 = tidak pernah diberi bahan organik dan t 1= selalu diberi bahan organik, b 0 = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan satu waktu pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. Tabel 3. Konsentrasi fosfat tersedia dalam tanah pada pengamatan 6 dan 8 MST pada pemberian BO dengan 3 takaran pupuk SP36. Pemberian BO Takaran pupuk 6 MST 8 MST SP36 b 0 b 1 b 0 b 1. P-tersedia (mg kg - 1 ). p 1 14,6 a 15,0 a 7,9 ab 3,9 c p 2 15,6 a 14,5 a 9,1 a 3,2 c p 3 17,0 a 10,9 b 6,9 b 4,7 c = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1 ; p 1, p 2, dan p 3 = masing-masing 0,5; 1; dan 1,5 takaran anjuran. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan satu waktu pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. masih cukup mentah dan jika diberikan ke tanah akan mendorong terjadinya imobilisasi hara. Pengaruh Pemberian BO Jerami Padi terhadap P Tersedia dalam Tanah Ketersediaan fosfat hanya dipengaruhi oleh interaksi yaitu faktor B dan T pada pengamatan 4, 6 dan 8 MST (Tabel 2). Perlakuan b 1 pada t 2 menurunkan ketersediaan fosfat, penur unan ketersediaan ini akibat terjadinya imobilisasi sebagai akibat pemberian BO yang memiliki kandungan C yang masih tinggi. Hal ini menunujukkan bahwa tingkat dekomposisi BO yang diberikan sangat mempengaruhi ketersediaan fosfat, sehubungan dengan hal tersebut Barrow (1989) berdasarkan hasil penelitiaanya menyarankan untuk memperhatikan pentingnya peranan BO pada dinamika fosfat di tanah tergenang karena adanya pengaruh BO pada aktifitas mikroorganisme dan transformasi Fe. Hasil penelitian Ponnamperuma yang dipublikasikan oleh Kirk et al (1989) dinyatakan bahwa tanah-tanah yang memiliki konsentrasi Fe aktif yang relatif sama maka ketersediaan fosfat sangat dipengaruhi oleh kandungan BO dan ph tanah. Berdasarkan Tabel 3, terdapat interaksi antara faktor perlakuan P dan B terhadap ketersediaan fosfat (khususnya pada pengamatan 8 MST). Adanya interaksi ini diduga berhubungan dengan beberapa hal seperti terjadinya imobilisasi hara fosfat, terjadinya peningkatan jerapan fosfat oleh fase padatan tanah atau pengendapan fosfat dalam bentuk Fe 2+ -fosfat. Pupuk anorganik yang diberikan dalam percobaaan ini dapat digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk merombak BO sehingga dihasilkan asam organik yang berpotensi menurunkan ph tanah. Asam-asam organik tersebut secara tidak langsung juga menyebabkan kelarutan fosfat semakin Tabel 4. Konsentrasi fosfat tersedia dalam tanah pada empat waktu pengamatan pada perlakuan faktor utama pemberian BO. Pemberian BO 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST.. P-tersedia (mg kg -1 ). b 0 21,4 a 25,9 a 15,8 a 8,0 a b 1 22,5 a 20,7 b 13,5 b 3,9 b = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. 121

A. Nurkanto: Cellulolitic Activities of Actinomycetes from Soil Rhizosphere Tabel 5. Konsentrasi Fe 2+ dalam tanah pada empat waktu pengamatan pada perlakuan faktor utama pemberian BO. Pemberian 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST BO... Fe 2+ (mg kg -1 ).. b 0 253,89 b 390,38 b 1392,10 b 740,40 b b 1 710,10 a 1314,64 a 4560,90 a 3887,50 a = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. Gambar 1. Dinamika perubahan fosfat tersedia dalam tanah akibat pemberian BO pada tanah (b 0 ) yang selalu diberikan BO (t 1 ) dan tidak pernah diberikan BO sebelumnya (t 2 ) pada empat waktu pengamatan. menurun. Pemberian pupuk anorganik dan BO secara bersamaan dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi hara (Brady dan Weil, 2002). Penurunan ketersediaan fosfat akibat pemberian BO dapat dilihat dalam Tabel 4. Hal ini di duga berhubungan dengan keberadaan asam-asam organik berberat molekul rendah, asam organik dengan berat molekul rendah memiliki peranan penting dalam proses fiksasi fosfat oleh fase padatan tanah melalui distorsi struktur bahan-bahan padatan tanah tersebut (Huang dan Violante, 1997). Konsentrasi fosfat tersedia dalam tanah pada 2 dan 4 MST mengalami peningkatan dibandingkan kondisi sebelum diberi perlakuan, kemudian menurun kembali pada 6 dan 8 MST (Gambar 1). Pola yang sama dilaporkan oleh Ponnamperuma yang hasil penelitiannya dipublikasikan oleh Neue dan Lin (1989) pada tanah yang memiliki kandungan BO yang berbeda-beda selanjutnya Barrow (1989) menyebutkan bahwa terjadinya penur unan ketersediaan fosfat setelah melewati titik kelarutan tertinggi pada tanah-tanah tergenang disebabkan beberapa hal, yaitu penjerapan secara perlahan oleh fase padatan tanah, degradasi anion organik sehingga serapan fosfat oleh fase padatan tanah meningkat, imobilisasi fosfat oleh mikroorganisme dan pengendapan fosfat dalam bentuk Fe 2+ - fosfat. 122 Pengaruh Pemberian BO Jerami Padi terhadap Konsentrasi Fe 2+ dalam Tanah Konsentrasi Fe 2+ secara nyata hanya dipengaruhi oleh faktor perlakuan pemberian BO (Tabel 5) sedangkan faktor lainnya tidak berpengaruh terhadap konsentrasi Fe 2+ (data tidak ditampilkan). Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa aras perlakuan b 1 telah menyebabkan peningkatan konsentrasi Fe 2+. Peningkatan konsentrasi Fe 2+ disebabkan terjadinya reduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+. Menurut Kyuma (2004), BO dapat mendorong terjadinya reduksi Fe 3+ sehingga terjadi peningkatan konsentrasi Fe 2+. Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme pereduksi besi (Reddy dan Delaune, 2008), sehingga jika semakin tinggi kandungan BO dalam tanah maka semakin tinggi pula konsentrasi Fe 2+ yang dihasilkan dari proses reduksi. Dalam tahap awal proses dekomposisi jerami padi di tanah tergenang dihasilkan senyawa organik yang berperan sebagai penerima elektron dalam suatu reaksi redoks. Menurut Kyuma (2004), oksidasi asam asetat selalu bersamaan dengan reduksi Fe 3+. Reddy dan Delaune (2008) dan Yoshida (1978) menunjukkan dua buah persamaan reaksi yang menggambarkan peranan senyawa-senyawa organik pada peningkatan konsentrasi Fe 2+ dalam tanah, yakni: Fe 2 O 3 + ½CH 2 O + 4 H + 2 Fe 2+ + ½CO 2 + 5/2H 2 O CH 3 COOH + 8 Fe 3+ + 2 H 2 O 2CO 2 + 8 Fe 2+ + 8 H +. Gambar 2 memperlihatkan bahwa tanpa pemberian bahan organik (b 0 ) kepada tanah yang selalu diberi BO jerami padi sebelumnya (t 2 ) tidak menyebabkan konsentrasi Fe 2+ dalam tanah yang lebih tinggi daripada aras tanpa pemberian BO (b 0 ) kepada tanah yang tidak pernah diberikan BO sebelumnya (t 1 ). Hal ini menunjukkan bahwa jika BO

Gambar 2. Dinamika perubahan kelarutan Fe 2+ dan ph tanah akibat pemberian BO pada tanah yang selalu diberikan BO (t 1 ) dan tidak pernah diberikan BO sebelumnya (t 2 ) pada empat waktu pengamatan. yang ada dalam tanah telah cukup mengalami dekomposisi atau BO yang diberikan dalam kondisi telah mengalami proses perombakan lanjut maka dari bahan tersebut akan dihasilkan senyawa-senyawa berupa bahan humat yang dapat berperan dalam menurunkan konsentrasi Fe 2+ melalui proses kelatisasi. Konsentrasi Fe 2+ dalam tanah mengalami peningkatan mulai dari pengamatan 2 sampai 6 MST sedangkan pada pengamatan 8 MST megalami penurunan (Gambar 2), peningkatan konsentrasi Fe 2+ dalam tanah pada waktu pengamatan tersebut disebabkan adanya penggenangan tanah dalam pot. Penggenangan tanah akan mendorong terjadinya reduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ (Reddy dan Delaune, 2008) menurut persamaan reaksi: Fe(OH) 3 + 3 H + + e Fe 2+ + 3 H 2 O Penurunan konsentrasi Fe 2+ dalam tanah pada pengamatan 8 MST disebabkan adanya pengaruh tanaman padi yang mempunyai kemampuan mempengaruhi kondisi redoks di daerah sekitar perakarannya. Menurut Yoshida (1978), umur tanaman padi mempengaruhi kemampuan oksidasi akar dimana kemampuan oksidasi akar akan bertambah dengan pertambahan umur tanaman. Pengaruh Pemberian BO Jerami Padi terhadap ph Tanah Pemberian BO (B) berpengaruh nyata terhadap ph tanah pada kondisi tanah (T) yang dipupuk dengan pupuk SP36 (P) pada pengamatan 2 MST dimana pemberian BO (b 1 ) menurunkan ph tanah (Tabel 6). Hal yang sama dilaporkan oleh Kongchum (2005) dimana pemberian BO jerami padi telah menurunkan ph tanah sawah. Penurunan ph tanah ini disebabkan oleh pengaruh asam-asam organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi BO. Penurunan ph tanah juga terjadi pada pemberian BO (b 1 ) pada faktor perlakuan P (Tabel 7), pengaruh ini hanya terjadi pada pengamatan 4 MST, sedangkan pada pengamatan lainnya tidak berbeda (data tidak ditampilkan). Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 6. Pengaruh interaksi antar kondisi tanah, pemberian BO, dan takaran pupuk SP36 terhadap ph tanah pada pengamatan 2 MST. Kondisi tanah Takaran pupuk SP 36 Pemberian BO b 0 b 1 t 1 p 1 4,3 a 3,8 cd p 2 4,3 a 3,8 cd p 3 4,3 a 3,8 cd t 2 p 1 4,3 a 3,8 cd p 2 4,3 a 3,9 cb p 3 4,3 a 3,9 cb = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1, t 1 = tidak pernah diberi bahan organik dan t 1 = selalu diberi bahan organik, dan p 1, p 2, dan p 3 = masing-masing 0,5; 1; dan 1,5 takaran anjuran. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. 123

A. Nurkanto: Cellulolitic Activities of Actinomycetes from Soil Rhizosphere Tabel 7. Nilai ph tanah pada pengamatan 4 MST pada perlakuan pemberian BO dan takaran pupuk SP 36. = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1 ; p 1, p 2, dan p 3 = masing-masing 0,5; 1; dan 1,5 takaran anjuran. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. pengaruh pemupukan pada laju proses dekomposisi dan pemasaman tanah, walaupun dalam interaksi ini faktor perlakuan B masih bisa dikatakan lebih dominan dalam mempengaruhi perubahan ph tersebut. Pemupukan dapat mendorong terjadinya imobilisasi sehingga proses dekomposisi menjadi lebih lambat dan akibatnya kelarutan senyawasenyawa organik yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap ph tanah juga terpengaruh. Selain itu, ph tanah dapat menjadi lebih rendah akibat terjadinya pelarutan pupuk P dalam bentuk super fosfat. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa pemberian BO (B) pada kondisi tanah t 1 dan t 2 berpengaruh nyata menurunkan ph tanah untuk pengamatan 4, 6 dan 8 MST, pemberian BO jerami padi (b 1 ) menyebabkan ph tanah menjadi lebih rendah dibandingkan tanpa pemberian BO jerami padi (b 0 ). Penurunan ph tanah ini disebabkan oleh pengaruh asam-asam organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi. Pemberian BO jerami padi ke tanah tergenang dapat meningkatkan konsentrasi asam organik dalam tanah. Asam asetat asam adalah asam organik yang paling dominan terbentuk pada dekomposisi BO di tanah tergenang dan memiliki pengaruh keasaman terhadap tanah (Tan 1997; Kyuma, 2004). Pemberian BO jerami padi (b 1 ) pada pengamatan 2 MST menyebabkan ph tanah menjadi lebih rendah dibandingkan ph tanah awal sebelum diberi perlakuan (Gambar 3), kemudian dari pengamatan 4 MST sampai dengan 8 MST ph tanah cenderung mengalami peningkatan, hal ini diduga berhubungan dengan penggenangan tanah selama percobaan. Menurut Kyuma (2004), penggenangan akan menyebabkan peningkatan ph tanah masam. Penggenangan tanah masam secara terus menerus 124 Pemberian BO Takaran pupuk SP 36 p 1 p 2 p 3 b 0 4,5 a 4,5 b 4,5 b b 1 4,1 c 4,0 c 4,1 c Tabel 8. Nilai ph tanah pada pengamatan 4, 6 dan 8 MST pada kondisi tanah dengan pemberian BO. Pemberian BO Kondisi tanah 4 MST 6 MST 8 MST t 1 t 2 t 1 t 2 t 1 t 2 b 0 4,6 a 4,4 b 4,7 a 4,5 b 4,8 a 4,9 a b 1 4,0 c 4,0 c 4,0 c 4,0 c 4,6 b 4,4 c MST = minggu setelah tanam, t 1 = tidak pernah diberi bahan organik dan t 1= selalu diberi bahan organik, b 0 = tanpa bahan organik tambahan = dengan tambahan bahan organik 5 t ha -1. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dan satu waktu pengamatan tidak berbeda nyata berdasarkan DMRt pada taraf 5%. akan menyebabkan peningkatan ph tanah dan dinamika peningkatan ph tanah tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kandungan BO tanah (Reddy dan Delaune, 2008). Secara teoritis peningkatan konsentrasi Fe 2+ karena proses reduksi akan menyebabkan peningkatan ph tanah sebaliknya dalam penelitian ini diperoleh bahwa peningkatan konsentrasi Fe 2+ dalam tanah akibat terjadinya reduksi dan pemberian BO jerami padi tidak diikuti oleh peningkatan ph tanah (Gambar 2). Hal ini disebabkan terjadinya proses buffer terhadap ph tanah akibat dihasilkannya asam asetat pada perombakan BO jerami padi, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa asam asetat mepengaruhi ph tanah sehingga terjadinya buffer dari BO terhadap perubahan ph tanah sangat tergantung pada jumlah asam asetat yang dihasilkan dari proses dekomposisi serta konsentrasi Fe yang ada dalam tanah. Konsentrasi asam asetat dalam larutan tanah tergenang dapat mencapai 265-570 x 10 5 M (Huang dan Violente, 1997). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan organik jerami padi dengan C/N yang masih cukup tinggi dapat menurunkan ketersediaan fosfat, menurunkan ph tanah dan meningkatkan kelarutan Fe 2+. Peningkatan kelarutan Fe 2+ akibat terjadinya reduksi tidak selalu diikuti oleh peningkatan ph tanah sulfat masam. Pemberian bahan organik yang mengalami perombakan lebih lanjut (C/N rendah) dapat menurunkan kelarutan Fe 2+ di tanah sulfat masam.

DAFTAR PUSTAKA Barker, A.V. and D. J. Pilbeam. 2007. Hand Book of Plant Nutrition. CRC Press. New York. 612 p. Barrow, N. J. 1989. Relating chemical process to management system. In: Phosphorus Requirement for Sustainable Agriculture in Asia and Oceania. IRRI. Los Bańos, Laguna, Philippines, pp. 199-210. Brady, N. C., and R. R. Weil. 2002. The Nature and Properties of Soils. 13 th Edition. Upper Saddle River, New Jersey. 960 p. Fahmi, A., A. Susilawati, dan A. Jumberi. 2006. Dinamika unsur besi, sulfat dan posfor serta hasil padi akibat pengolahan tanah, saluran kemalir dan pupuk organik di lahan sulfat masam. J. Tanah Trop. 12(1): 11-19. Huang, P. M., and A. Violente. 1997. Pengaruh asam organik terhadap kristalisasi dan sifat permukaan produk pengendapan aluminium. Dalam: P. M. Huang, and M. Schnitzer. (Eds). Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta, pp. 242-316. Kirk, G. J. D., Y. T. Ren, and F. A. Choudhury. 1989. Phosphorus chemistry in relation to water regime.. In: Phosphorus Requirement for Sustainable Agriculture in Asia and Oceania. IRRI. Los Bańos, Laguna, The Philippines, pp. 211-224. Kongchum, M. 2005. Effect of Plant Residue and Water Management Practices on Soil Redox Chemistry, Methane Emission and Rice Productivity. A Desertation. Graduate Faculty of the Louisiana State University. USA. 201 p. Kyuma, K. 2004. Paddy Soil Science. Kyoto University Press. Kyoto, Japan. 279 p. Neue, H. U., and Z. Z. Lin. 1989. Chemistry of adverse flooded soils. In: Phosphorus Requirement for Sustainable Agriculture in Asia and Oceania. IRRI. Los Bańos, Laguna, The Philippines, pp. 225-242. Purnomo, E., A. Mursyid, M. Syarwani, A. Jumberi, Y. Hashidoko, T. Hasegawa, S. Honma, and M. Osaki. 2005. Phosphorus solubilizing microorganisms in the rhizosphere of local rice verities grown without fertilizer on acid sulphate soils. Soil Sci. Plant Nutr. 51(5): 679-681. Reddy, K. R., dan R. D. Delaune. 2008. The Biogeochemistry of Wetlands: Science and applications. CRC Press. New York, USA. 779 p. Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction. John Wiley and Son Inc. New York. USA. 496 p. Sudhalakhsmi, C., V. Velu and T.M. Thiyagarajan. 2007. Redox Potential in the Rhizosphere Soil of Rice Hybrid as Mediated by Crop Management Options. Res. J. Agric. Biol. Sci. 3(4): 299-301. Tan, K. H. 1997. Degradasi mineral tanah oleh asam organik. Dalam: P. M. Huang, and M. Schnitzer. (Eds). Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta, pp. 1-40. Yoshida, T. 1978. Microbial metabolism of rice soils. In: Soils and Rice. IRRI. Los Bańos, Laguna, The Philippines, pp. 445-464. 125