BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penting, sebab dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. muncul dari adanya praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau classroom action research sebagai cara untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. muncul dari adanya praktik pembelajaran sehari-hari yang dirasakan langsung

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) class action research sebagai cara untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suharsismi ( 2005 ) menyatakan bahwa :Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. inggris disebut Clasroom Action Research (CAR).Penelitian ini terdiri dari empat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau dikenal juga dengan istilah classroom action research.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. taktis yang relevan dengan pemecahan permasalahan pembelajaran sepak bola di

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi masalah-masalah dan upaya perbaikan proses pembelajaran

Gambar 3.1 Denah Sekolah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepada situasi kelas atau Classroom Action Research dengan tujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Alasan memilih SDN Sukawening berdasarkan pertimbangan :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tindakan kelas (PTK) atau class room action research sebagai cara untuk

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. siswa Sekolah Menengah Pertama sudah sesuai dengan apa yang diharapkan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tersebut sebagai tempat penelitian, berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian indakan kelas ini dilaksanakan di SDN I Gegesik Kulon Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon. Adapun alasan peneliti memilih

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran sehari-hari dikelas, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi tempat penelitian dilakukan di SDN Sukamanah yang beralamat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengidentifikasi masalah-masalah dan upaya perbaikan proses pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kemampuan motorik halus pada anak yang terjadi di PAUD Baiturrahim, dengan

BAB III METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara khusus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM...

BAB III METODE PENELITIAN. Gunungkuning Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka. Adapun alasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah di Kelas V SDN Randegan Wetan II yang

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat hubungan antara subjek penelitian, seperti yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Wardhani, dkk. (2007 :14), Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di lapangan (TK), sekaligus mencari jawaban

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adanya keberhasilan dalam suatu penelitian dapat ditentukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpukan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. (Kunandar,

BAB III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN. Paseh 2 Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak yang terjadi di lapangan (RA),

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana memperbaiki proses pembelajaran

Gambar 3.1 Denah SDN Cikaramas 2

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan proses pembelajaran yang akan dibahas yaitu Meningkatkan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kolaboratif realistis terhadap permasalahan-permasalahan dari penerapan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. SD Negeri 2 Guwa Lor siswanya mengalami kesulitan dalam pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu. Ada banyak cara atau metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah SDN Orimalang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alasan Pemilihan Metode Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi/ tempat penelitian adalah Taman Kanak-kanak Satu Atap

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Di samping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektifitas, efisien, dan relevansinya terhadap suatu permasalahan yang diteliti. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan (Action Reseach) yang difokuskan pada situasi kelas atau lapangan yang lazim di kenal dengan Classroom Action Research. Alasan penggunaan metode ini adalah karena dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana para pelaksana (siswa) mampu berfikir reflektif, melakukan diskusi dan menentukan keputusan sendiri dalam mengatasi kesulitan. Mengenai metode penelitian tindakan dikemukakan oleh Elliot (1991) yang dikutip Wahyudin (1999: 12) menjelaskan bahwa: Penelitian tindakan mungkin didefinisikan sebagai suatu studi terhadap situasi sosial dan suatu pandangan untuk memperbaiki kualitas tindakan di dalamnya, peneliti tindakan bertujuan memberikan masukan pertimbangan praktis dalam situasi konkrit dan validitas terhadap teori atau hipotesis yang dihasilkan tidak sangat bergantung pada pengujian kebenaran ilmiah, sebagaimana kemanfaatannya dalam membentuk orang untuk bertindak lebih cerdas dan terampil. Dalam teori penelitian tidak di validasi secara bebas, kemudian diterapkan dalam praktek, namun divalidasi melalui praktek.

47 Perkembangan penelitian tindakan diawali oleh karya Kemis dan Taggart yang dikutip oleh Arikunto (2002: 83) menjelaskan tentang konsep pokok penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah yaitu sebagai berikut: 1. Perencanaan atau planning. 2. Tindakan atau acting. 3. Pengamatan atau observing. 4. atau reflecting. Hubungan antara keempat itu menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Siklus inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus. Bukan hanya satu kali intervensi saja. Sedangkan menurut Rapoport yang dikutip oleh PPPG (2005: 19) menjelaskan bahwa: Penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan sumbangan baik perhatian praktis bagi orang di dalam suatu situasi masalah dan untuk tujuan ilmu-ilmu sosial dengan kalaborasi bersama di dalam kerangka kerja etis yang dapat diterima saling menguntungkan. Dari penjelasan para ahli di atas, maka dapat digambarkan bahwa penelitian tindakan terdiri dari analisis, temuan fakta, konseptualisasi, rencana pelaksana lebih banyak temuan fakta atau evaluasi, kemudian pengulangan seluruh siklus kegiatan tersebut seperti spiral siklusasi berulang dan sifat dari penelitian ini tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah yang aktual. Selain itu, penelitian tindakan pada prinsipnya adalah penelitian yang dilakukan dalam pengaturan kelas oleh guru sebagai pelaku

48 pembelajaran. Dalam penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu mengungkapkan tentang implementasi pendekatan taktis pada pembelajaran aktivitas permainan sepak bola dalam upaya meningkatkan nilai kerjasama. B. Desain Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian, karena itu desain penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah proses penelitian yang dilakukan. Desain penelitian berfungsi untuk memberikan jalan dan arah dari proses penelitian. Gambaran arah kegiatan penelitian akan tercantum dalam desain-desain sehingga hal ini akan membantu peneliti dalam upaya memecahkan masalah penelitian yang telah dirumuskan. Menurut Raka Joni (Depdikbud, 1999: 22) menjelaskan bahwa: Terdapat lima tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan fokus masalah penelitian. 2. Perencanaan tindakan perbaikan. 3. Pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi dan interpretasi. 4. Analisis dan refleksi. 5. Perencanaan tindak lanjut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikenali adanya lima tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, termasuk tahap awal berupa proses penghayatan mengenai adanya permasalahan yang perlu mendapat penanganan. Namun dalam kenyataannya tahap-tahap tersebut merupakan suatu tindakan kelas yang saling berkaitan atau semacam estapet yang terdapat dalam suatu siklus.

49 Adapun desain penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: PERMASALAHAN SIKLUS 1 SIKLUS 2 Tindakan 1 Tindakan 4 RENCANA Belum Terselesaikan Terselesaikan Tindakan 2 Belum Terselesaikan Terselesaikan Tindakan 5 RENCANA Belum Terselesaikan Terselesaikan Tindakan 3 RENCANA Belum Terselesaikan Terselesaikan Tindakan 6 TERSELESAIKAN TERSELESAIKAN SIKLUS 3 Tindakan 7 Tindakan 8 Bagan 3.1 Desain Alur Penelitian Tindakan Kelas Raka Joni (1999: 23)

50 Dalam pelaksanaan rencana tindakan ini, peneliti menjadi aktor (guru) dalam kegiatan penelitian. Dalam konteks penelitian kelas di sini adalah untuk memberikan kebebasan bagi peneliti dan observer (Guru Penjas) dalam melibatkan dirinya untuk melakukan penelitian dalam pengaturan kelas pembelajaran yang dilakukannya, sehingga mendukung dalam mengembangkan profesionalnya. Selain itu juga peneliti bersama dengan observer melakukan rencana tindakan dan peneliti yang akan melaksanakannya sesuai dengan yang direncanakan dan mengacu pada lima tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Raka Joni (1999: 22). Adapun rencana tindakan yang dilakukan oleh peneliti dan observer adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Fokus Masalah Penelitian. Dari proses pembelajaran yang merujuk pada professional guru dalam merencanakan pengajaran merupakan suatu langkah pertama yang harus dilakukan. Oleh karena, dalam proses ini mengisyaratkan bahwa tugas-tugas guru dalam perencanaan pengajaran meliputi mengenali tujuan pengajaran, melakukan analisis pengajaran, mengenali tingkah laku siswa, mengidentifikasi karakteristik siswa, merumuskan tujuan pengajaran, mengembangkan siasat (metode dan alat) pengajaran yang akan digunakan, menerapkan sumber-sumber pengajaran, mengkoordinasikan segala faktor pendukung, mengembangkan dan melakukan penilaian awal terhadap rencana pengajaran, merevisi rencana pengajaran dan melakukan penilaian akhir terhadap rencana pengajaran. Pengembangan fokus masalah penelitian ini adalah melihat kondisi awal dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam pembelajaran sepak bola

51 hendaknya harus sesuai dan tepat dengan karakteristik bahan pelajaran dan siswa. Misalnya; lapangan yang digunakan telalu besar membuat siswa sulit untuk mengatur tempo irama dalam permainan dan gawang yang telalu tinggi dan lebar membuat penjaga gawang sulit untuk menjangkau atau menangkap bola, serta ukuran bola yang terlalu besar dan berat akan menyulitkan siswa dalam mengolah atau menguasai bola saat bermain. Oleh karena itu, kedudukan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting terutama untuk kelancaran dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam upaya melaksanakan tugas-tugas tersebut dibutuhkan kemampuan yang dapat menunjang terhadap rencana yang ditetapkan. Kemampuan guru pendidikan jasmani dalam perencanaan mencakup pengetahuan dan kemampuan yang merujuk kepada tugas-tugas perencanaan pengajaran. Salah satu kemampuan guru dalam proses pembelajaran sepak bola adalah bagai mana cara memodifikasi alat bermain agar siswa senang untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Seperti; lapangan terlalu besar dan gawang yang digunakan telalu tinggi dan lebar serta ukuran bola yang digunakan terlalu besar dan berat. Oleh karena itu, kedudukan guru pendidikan jasmani sebagai subjek pendidikan dituntut dapat membawa siswa pada arah perbaikan dan perubahan perilaku yang lebih baik. Selanjutnya pengembangan fokus masalah penelitian hendaknya harus memperhitungkan keadaan kondisi fisik atau antropometrik ukuran tubuh siswa. Kaitannya dalam proses pembelajaran sepak bola, seorang guru pendidikan jasmani harus mampu menyikapi dan mengkondisikan cara pemberian materi dan menyesuaikan alat, sarana dan prasarana yang harus digunakan. Selain itu juga

52 tuntutan kurikulum, guru pendidikan jasmani harus dapat menyampaikan semua materi dalam waktu yang sangat minim. Hal ini merupakan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sepak bola pada siswa. Oleh karena itu, masalah yang terjadi perlu dikembangankan berdasarkan fokus masalah penelitian. 2. Perencanaan Tindakan Perbaikan. a. Membuat sekenario pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran taktis dalam bermain sepak bola. b. Peneliti membuat lembar observasi yaitu: 1) Sebuah catatan yang dijadikan sebagai media untuk mencatat kondisi yang terjadi saat pembelajaran dengan pendekatan taktis berlangsung. 2) Membuat jurnal harian sebagai salah satu alat pengumpul data yang berkenaan dengan seluruh aspek kegiatan pembelajaran berlangsung. c. Memodifikasi alat dalam proses pembelajaran. d. Peneliti menyiapkan alat-alat untuk pembelajaran sepak bola yaitu: lapang, 5 buah bola sepak ukuran #4, stop watch, peluit, kapur tulis dan gawang yang dimodifikasi. 3. Pelaksanaan Tindakan Perbaikan, dan Interpretasi. Tahap ini pada hakekatnya adalah pelaksanaan rencana tindakan yang dikembangkan pada tahap perencanaan. Jadi apabila peneliti telah merasa matang dalam tahap ini maka lakukanlah tindakan yang telah direncanakan dari jauh-jauh hari. Peneliti disini adalah sebagai aktor atau guru yang akan menerapkan model pembelajaran kepada siswa. Adapun. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

53 a. Peneliti menerapkan model pembelajaran taktis dalam bermain sepak bola yang telah dirancang dalam skenario pembelajaran. b. Peneliti mengajar seperti layaknya seorang guru pendidikan jasmani, selain itu juga melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan belajar secara sadar, kritis, sistematis, dan objektif. c. Setelah pembelajaran berakhir peneliti mencatat pada lembar observasi kendala-kendala yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung dari awal sampai dengan akhir. Alternatif pemecahan masalahnya dapat dilakukan dengan observasi dan interprestasi. adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam melakukan observasi selain peneliti yang mengamati secara langsung dan terlibat, peneliti juga dibantu oleh guru pendidikan jasmani. Objek yang diamati adalah siswa yang berkenaan dengan implementasi pendekatan taktis dalam permainan sepak bola, perubahan apa saja yang terjadi secara individu atau siswa per siswa, dan perubahan apa saja yang terjadi secara keseluruhan (kelas). Adapun yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Peer (Pengamatan Sejawat) Peer adalah observasi terhadap pengajaran seseorang oleh orang lain dalam hal ini adalah guru pendidikan jasmani. Dalam pelaksanaannya, guru pendidikan jasmani melakukan observasi dengan mengamati peneliti yang sedang mengajar dari jarak jauh.

54 b. Terstruktur Dalam observasi ini peneliti melakukan teknik bertanya kepada siswa dan penceklisan atau interaksi ceklis. Dalam suasana pembelajaran, peneliti melakukan interaksi yang berkenaan dengan perilaku siswa perorang. Interprestasi sering diartikan sebagai hasil yang dicapai. Hasil tersebut dapat bernilai positif dan negatif. Dinyatakan positif jika terjadi peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya, dan dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan sama sekali. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa prestasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat adanya upaya sadar melalui latihan dan pengalaman yang dapat diamati dan terukur. Pada tahap ini, hipotesis yang telah divalidasikan diinterprestasikan bersadarkan kerangka teoritik, norma-norma praktis yang disepakati atau bersadarkan intuisi peneliti sebagai guru mengenai situasi PBM yang baik, sehingga diperoleh suatu kerangka referensi yang dapat memberikan makna terhadapnya. Kerangka referensi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya. 4. Analisis dan refleksi. Penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti setelah diobservasi baik itu oleh peneliti sendiri atau oleh guru pendidikan jasmani telah menghasilkan beberapa kejadian dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis diri dengan melihat data yang ada maka peneliti dan observer melakukan refleksi untuk perbaikan pada penerapan tindakan berikutnya. Untuk melakukan refleksi selain data dari observasi juga data yang didapatkan dari skenario pembelajaran dijadikan sebagai bahan memperbaiki penelitian dalam kegiatan pembelajaran.

55 5. Perencanaan tindak lanjut Dari hasil pengamatan dan catatan kendala dan permasalahan dijadikan sebagai bahan untuk penemuan solusi yang tepat. Setelah muncul kendala tersebut, maka peneliti melakukan tindakan perbaikan atau mengadakan pengulangan-pengulangan model pembelajaran. C. Tempat dan Waktu Penelitian Jadwal yang terencana dengan baik, sangat menentukan terhadap kelancaran dan kelangsungan dari pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan. Tempat penelitian di SMP YAS Bandung. Sedangkan waktu penelitiannya tanggal 30 Agustus 25 September 2012. Berdasarkan rancangan kualitatif naturalistik untuk penelitian kelas berupa manusia, situasi yang diamati Nasution (1998: 27) menjelaskan bahwa: Pemilihan dan penentuan subjek penelitian dilakukan atas sampling bertujuan (purposive sampling) yang bertalian dengan tujuan penelitian. Adapun sampel dalam penilitian adalah siswa kelas VII SMP YAS Bandung, sebanyak 20 orang. D. Data Penelitian Data penelitian yang hendak dihimpun berupa perkataan, tindakan, dokumentasi, situasi dan peristiwa yang dapat diorientasi berkenaan dengan upaya mengurangi kecemasan siswa dalam proses belajar mengajar sepak bola melalui modifikasi alat bantu pembelajaran. Adapun data penelitian berupa: 1. Perkataan berupa komunikasi interaktif yang bersifat verbal, peneliti, observer dan siswa. Data ini diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan observer.

56 2. Aktifitas, berupa tampilan siswa dalam menerima pembelajaran sepak bola dengan serta aktifitas yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Data ini diperoleh dari observasi secara langsung. E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Pengumpulan Data Untuk membantu siswa SMP YAS Bandung dalam mengimplementasi pendekatan taktis dalam permainan sepak bola melalui cara memodifikasi alat bantu pembelajaran, sehingga peneliti langsung melakukan observasi selama kegiatan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti yang menjadi instrumen utama (human instrument) dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan. Teknik pengumpulan yang dipergunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dan wawancara. Pedoman atau pengamatan merupakan langkah pertama dalam pengumpulan sebagai informasi dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam PBM sepak bola melalui pendekatan taktis. Menurut Rianto (1996) yang dikutip oleh Asmaulkhair (2000: 53) menjelaskan bahwa: dapat dilakukan secara tidak langsung dan secara langsung. Dalam penelitian ini digunakan observasi langsung. Pedoman Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan terarah yang tujuannya untuk mengumpulkan atau memperkaya informasi atau bahan-bahan yang sangat

57 mendetail yang hasil akhirnya digunakan untuk analisis kualitatif. Wawancara yang dilakukan adalah peneliti sebagai guru dengan observer (guru). Wawancara yang dilakukan dengan observer untuk memperoleh informasi tentang implementasi pendekatan taktis dalam permainan sepak bola dan kendala apa saja yang muncul disaat peneliti menjadi pengajar. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunakan multi teknik atau multi instrumen. Menurut Wolcott (1992) yang dikutip oleh Sukmadinata (2005: 151) menjelaskan bahwa: Ada tiga kelompok teknik pengumpulan data disebutkan sebagai studi pekerjaan lapangan primer, yaitu pengalaman, pengungkapan dan pengujian. Adapun penjelasan mengenai teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: a) Pengalaman (experiencing) dilakukan dalam bentuk observasi. Peneliti pelaksana dan observer (guru penjas) melakukan observasi sambil melakukan tugasnya setiap hari. b) Pengungkapan (enquiring) dilakukan melalui wawancara. Peneliti mengadakan wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak terkait yaitu siswa dan observer (guru penjas) untuk mendapatkan data yang diperlukan. c) Pembuktian (examining) dilakukan dengan mencari bukti-bukti dokumenter yaitu berupa dokumen arsip dan catatan lapangan. F. Prosedur Pengolahan Data dan Analisa Data Pada dasarnya pengolahan dan analisa data hasil penelitian kelas berdasarkan rancangan kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan

58 terus-menerus dari awal sampai akhir. Secara garis besar prosedur pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan Kategorisasi Data Data mentah yang telah dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dengan observer dan siswa, dikelompokkan menjadi unit-unit dengan memperhatikan karakteristik data mentah. Berdasarkan unit-unit yang ada diterapkan kategorisasi. Pada penelitian ini data mentah tentang implementasi pendekatan taktis dalam permainan sepak bola dikategorikan menjadi aktifitas siswa yaitu kemampuan siswa dalam bermain sepak bola, kesalahan siswa dalam bermain sepak bola dan perilaku siswa. 2. Validasi Pada tahap ini, validasi dilakukan melalui empat tahap yaitu: Triangulasi. Menurut Hopkin (1985) yang dikutip oleh Nasution (1998: 115) menjelaskan bahwa: Triangulasi maksudnya rumusan hipotesa tersebut validasi dari tiga sudut pandang yang berbeda, dimana masing-masing sudut pandang mengakses data yang relevan dengan situasi proses belajar mengajar. Ketiga sudut pandang tersebut yaitu: pertama peneliti sebagai pengajar (mengakses introspeksi diri terhadap pembelajaran yang diselenggarakan), kedua siswa (mengakses reaksi terhadap bagaimana proses pembelajaran yang diberikan oleh peneliti selaku pengajar). Ketiga, observer yaitu guru penjas yang memberikan masukan terhadap proses pembelajaran yang diberikan oleh peneliti selaku pengajar. Member Check. Menurut Nasution (1998: 114) menjelaskan bahwa: Member check yaitu mencek kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mendiskusikan dengan oserver selaku pengamat. Dalam

59 hal ini dilakukan peneliti bersama observer pada setiap akhir pembelajaran. Audit Trail. Menurut Nasution (1998: 120) menjelaskan bahwa: Audit trail yaitu mencek kebenaran hasil penelitian dengan mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan mencek kesahihan pada sumber data hasil member check. Expert Opinion. Menurut Nasution (1998: 116) menjelaskan bahwa: Expert opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan penelitian dengan pembimbing penelitian ini.