4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Rotan

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan

BAB 2 ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

KETIDAKSEIMBANGAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI PERDAGANGAN ROTAN

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA

2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BAB 1 LATAR BELAKANG

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1993 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembar

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, mempunyai peran strategis dalam pemulihan ekonomi. nasional. Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Krisis moneter yang berkepanjangan menyebabkan

BERITA RESMI STATISTIK

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Business plan..., Bogi Sukmono, FE UI, 2008

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 1998 TENTANG TIM KOORDINASI DAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA EKONOMI SUB REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2000 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Transkripsi:

4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN 4.1 Perkembangan Industri Rotan di Indonesia Sebagai negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia, produk jadi rotan Indonesia tidak menunjukkan tingkat ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Rotan merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang paling penting di dunia. Pada daerah Asia Tenggara, diperkirakan lebih dari lima juta orang yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam industri rotan. Perdagangan rotan mentah mencapai US $ 50 juta, namun pada saat produk telah sampai kepada konsumen, nilai melonjak menjadi sekitar US $ 1,2 miliar. Oleh karena itu, nilai tambah dalam perdagangan rotan banyak terjadi dalam fase pengolahan, produksi, distribusi dan pemasaran. Pulau Jawa merupakan pusat industri hilir rotan, terutama furnitur dan barang anyaman, sementara pulau Sulawesi, Kalimantan, Sumatera merupakan pemasok bahan baku. Di Jawa, industri rotan sebagian besar berada di Jawa Barat, terutama di Kabupaten Cirebon dan Jawa Timur, terutama di sekitar Surabaya. Secara ringkas jumlah industri rotan yang berada di Indonesia disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa provinsi di pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, JawaTengah dan Jawa Timur mencapai 52 persen dari semua industri rotan yang ada di Indonesia. Untuk kapasitas produk setengah jadi, kapasitas industri pengolahan di Pulau Jawa mencapai 35 persen dan 78 persen untuk produk jadi (TREDA 2010). Daerah-daerah penghasil bahan baku rotan antara lain: Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Rotan yang berasal dari Sumatera (Sumatera Barat dan Riau) umumnya mempunyai diameter yang besar. Yang termasuk jenis rotan yang berada di Sumatera antara lain Calamus manan. Dari 300 spesies dari tujuh genera yang terdapat di Indonesia, sekitar 100 spesies berada di Kalimantan. Namun demikian, hanya sembilan sampai sepuluh jenis yang termasuk jenis rotan komersial dan diperdagangkan secara luas di Kalimantan Timur, selain itu merupakan varietas non-komersial yang digunakan oleh penduduk asli. Jenis-jenis rotan yang mendominasi perdagangan adalah Calamus caesius, C. Manan, C. Trachycoleus, dan C. scipionum. Departemen Kehutanan memperkirakan hutan

50 Kalimantan bisa menghasilkan 11.650 ton rotan mentah setiap tahun (TREDA 2010). Tabel 4 Distribusi industri rotan di 24 provinsi di Indonesia (tahun 2009) No Provinsi Jumlah industri Kapasitas Produksi (ton/tahun) Produk Produk jadi setengah jadi 1 Aceh 3 885 980 2 Sumatera Utara 14 14,171 14,054 3 Sumatera Barat 16 15,487 8,419 4 Riau 8 7,627 5,712 5 Jambi 2 3,160-6 Bengkulu 1-3,600 7 Sumatera Selatan 2 1,796 276 8 Lampung 4 780 1,008 9 DKI Jakarta 28 5,662 25,626 10 Jawa Barat 169 53,460 218,830 11 Jawa Tengah 7 2,580 22,668 12 DI Yogyakarta 2-1,280 13 Jawa Timur 96 155,064 148,497 14 Bali 1-23 15 Kalimantan Barat 7 33,610 8,208 16 Kalimantan Tengah 17 23,274 14,219 17 Kalimantan Selatan 55 31,985 29,627 18 Kalimantan Timur 8 5,142 2,163 19 Sulawesi Utara 24 51,251 2,540 20 Sulawesi Tengah 54 112,495 15,352 21 Sulawesi Selatan 30 46,341 10,186 22 Sulawesi Tenggara 27 50,648 90 23 Nusa Tenggara Barat 8 4,220-24 Maluku 1-300 Total 584 619,637 533,658 Sumber: TREDA, 2010 Sulawesi merupakan sumber penting bahan baku rotan. Di antara enam provinsi yang berada di Sulawesi, Sulawesi Tengah merupakan penghasil rotan liar. Rotan liar mencakup sekitar lima juta ha kawasan hutan, atau sekitar 57,5% dari total luas provinsi tersebut, selain itu, Makassar merupakan pusat perdagangan penting dari rotan. Dari sini rotan mentah material dapat diekspor atau diperdagangkan ke Pulau Jawa. Daerah-daerah pengolah rotan antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Sentra industri rotan di Jawa Barat terletak di Kabupaten Cirebon. Terdapat sebanyak 169 industri di daerah ini, baik industri besar maupun industri

51 kecil dan menengah. Keunikan dari sentra industri rotan di Cirebon yaitu terjadinya kerjasama yang baik antara industri besar dan industri kecil rotan, yaitu terdapat kemitraan antara industri rotan dengan pengrajin rotan di sekitar pabrik atau dikenal dengan istilah pengesub. Hal tersebut menjadi keunggulan kompetitif Cirebon pada bidang industri furnitur. Umumnya pemasaran produk dari Cirebon adalah benua Eropa. Sebagian besar industri rotan di daerah Jawa Tengah merupakan penghasil kerajinan. Walaupun sebagian besar furnitur yang berasal dari Jawa Tengah menggunakan kayu sebagai bahan bakunya, namun dengan adanya penggunaan rotan sebagai kombinasi dapat menghasilkan produk yang berbeda. Umumnya bahan baku rotan yang berasal dari Pulau Kalimantan dan Sulawesi masuk ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Jawa Timur. Industri rotan di Jawa Timur didominasi oleh pabrik-pabrik besar yang memproduksi furnitur untuk pasar AS. Sentra rotan di Jawa Timur yaitu daerah Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Gresik. 4.1.1 Awal perkembangan industri rotan indonesia Dari hasil wawancara dengan pihak AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia) diketahui bahwa perkembangan industri furnitur rotan Indonesia, khususnya di daerah Cirebon dimulai pada tahun 1970. Perkembangan tersebut dimulai dengan dibukanya industri berbasis kerajinan rotan di kabupaten Cirebon, khususnya daerah Tegal wangi dan sekitarnya. 4.1.2 Kejayaan industri rotan Dari hasil wawancara dengan pihak AMKRI diketahui bahwa puncak kejayaan dari industri rotan adalah pada tahun 1995 dimana ekspor rotan Indonesia mencapai 100 kontainer per bulan. Namun masa kejayaan tersebut hanya berlangsung sekitar 5 tahun. Pada tahun selanjutnya kejayaan industri rotan mulai berkurang. 4.1.3 Kemunduran industri rotan Berdasarkan hasil wawancara dengan AMKRI industri rotan saat ini mengalami kemunduran. Banyak kalangan yang menyalahkan mengenai kebijakan pemerintah mengenai kebebasan untuk mengekspor rotan asalan. Banyaknya illegal trading menyebabkan bahan baku rotan yang berasal dari

52 Kalimantan dan Sulawesi langsung diekspor ke China. Di Indonesia terdapat asosiasi yang bergerak pada bidang kerajinan produk jadi rotan yaitu ASMINDO (Asosiasi Kerajinan Indonesia) dan AMKRI (Asosiasi Kerajinan dan Mebel Rotan Indonesia) Dalam pengembangkan industri produk jadi rotan di Indonesia didukung dengan Keputusan Menteri Perdagangan No. 35/M-DAG/PER/11/2011 tentang larangan ekspor bahan baku rotan. Dengan ditutupnya ekspor bahan baku rotan secara tidak langsung industri pengolahan rotan dalam negeri harus mampu untuk meningkatkan desain produknya agar dapat bersaing dengan negara lain. Namun demikian perkembangan industri harus melihat situasi yang ada. Karena mulai banyaknya pesaing lain yang juga menghasilkan produk furnitur rotan, seperti Vietnam dan China. 4.2 Proses Produksi Kursi Rotan Pengolahan rotan asalan dan setengah jadi menjadi suatu produk sangat tergantung pada tujuan dan bentuk barang yang diinginkan. Sedangkan proses pembuatan produk sangat tergantung pada kreasi, imajinasi, dan keterampilan pembuatnya. Proses pembuatan barang jadi merupakan gabungan proses mekanik (pemotongan dan pengolahan rotan) dan pengerjaan seni tradisional (pembentukan produk jadi secara manual). Pengusahaan barang jadi rotan merupakan usaha yang padat karya atau menyerap banyak tenaga kerja manusia yang memiliki keterampilan. Proses pembuatan furnitur secara umum terdiri dari beberapa tahap, antara lain: a. Persiapan bahan baku Pada tahap ini bahan baku dipersiapkan mulai dari jenis rotan, dan ukuran rotan yang dipakai. Selain itu dipersiapkan juga bahan penolong seperti dempul, amplas, sending sealer, top coat, pewarna, dan tinner. b. Pembentukan dan pembuatan tipe furnitur Pada tahap ini dilakukan pengukuran bahan baku dengan mempertimbangkan spilasi ukuran. Setelah itu dilakukan pemotongan bahan baku yang telah dibuat ukurannya. Dalam pemotongan akan dilakukan juga pembuatan sambungan antar rangka furnitur. Setelah pemotongan selesai, kemudian

53 dilakukan pembengkokan sesuai dengan model atau tipe yang direncanakan. Pembengkokan dapat dilakukan dengan cara dipanaskan dengan kompor semprot atau steaming oven. c. Perakitan Proses ini merupakan kegiatan merangkai komponen-komponen yang telah dibuat sebelumnya. Perakitan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman karena sangat menentukan bentuk, ukuran dimensi, dan proses selanjutnya. d. Pre-finishing, Finishing, pengeringan, dan seleksi Pre-finishing terdiri dari beberapa tahapan yaitu pengamplas dasar, pendempulan, dan pengomporan. Pada kegiatan finishing terdiri dari pewarnaan, penyemprotan melamin, sending sealer, pengamplasan sending, dan penyemprotan melamine top coat. 4.3 Perkembangan Desain Furnitur Rotan Desain adalah suatu proses yang terdiri dari suatu rangkaian aktifitas kreatif, dan umumnya mencakup ketidak pasatian. Para perancang produk menggunakan imajinasinya untuk menciptakan produk yang akan dipilih oleh konsumen. Walaupun baik bentuk produk dan tanggapan konsumen sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat sulit untuk diprediksi (Crilly et al. 2009). Dalam praktiknya antara perancang dan pengguna kadangkala mempunyai persepsi yang tidak sama terhadap suatu produk (Hsu et al. 2000). Desain produk furnitur rotan di Indonesia masih banyak yang saling meniru, sehingga suatu desain kursi dapat diproduksi oleh banyak pabrik. dimana tidak terdapat penghargaan terhadap hak karya intelektual (Sriwarno 2001). Sebagian lain pabrik rotan hanya mengerjakan pesanan yang desainnya telah ditentukan oleh pihak pembeli. Ditutupnya ekspor bahan baku rotan keluar negeri, maka produk furnitur rotan Indonesia mempunyai pasar yang besar karena bahan baku negara lain terbatas. Namun demikian jika desain produk tidak berkembang dan mengikuti selera konsumen maka produk jadi rotan khususnya furnitur akan kesulitan menghadapi persaingan dari produk furnitur yang berasal dari bahan lain, seperti plastik dan kayu.