BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM

PENYULUHAN DAN PELATIHAN EKSPLORASI BOTANI HUTAN DALAM UPAYA KOSERVASI HUTAN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 1. PENGAMATAN OBJEKLatihan Soal 1.3

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Barat Danau Limboto Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pembuatan Herbarium. Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon. Onrizal Departemen Kehutanan USU. Onrizal 2

Tujuan. Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Tujuan. Cara Kerja

BAB III METODE PENELITIAN

Indonesia: Mega Biodiversity Country

LOKAKARYA PEMBUATAN HERBARIUM UNTUK PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI MAN CENDIKIA MUARO JAMBI

MODUL-09 PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING IX. PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

PEMBUATAN HERBARIUM TUMBUHAN PAKU PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH. Oleh: Desti Indriyanti.

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

CARA MENGKOLEKSI TUMBUHAN Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang b

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Labelisasi Pohon

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Katingan Hulu Kelurahan Tumbang Senamang, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

TEKNIK PENGIDENTIFIKASIAN JAMUR KARAT PADA RUMPUT-RUMPUTAN. Ole h. DORlY. JURUSAN BIOlOGI. FAKUl TAS MATEMATIKA DAN IlMU PENGETAHUAN AlAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan REHABILITASI SAVANA BEKOL DENGAN PEMBERANTASAN GULMA. Oleh : TIM PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli sampai dengan Desember Spesimen

PENDAYAGUNAAN PLOT PERMANEN DI SAVANA BEKOL

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

PEMBUATAN SPESIMEN HEWAN DAN TUMBUHAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI SMP SEKOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam

TOR (Term of References) Lomba Herbarium PIMFI 2013 Universitas Tanjungpura

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TOR (Term of Reference) LOMBA HERBARIUM PEKAN ILMIAH MAHASISWA FARMASI INDONESIA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017

PETUNJUK PRAKTIKUM KEWIRAUSAHAAN (UBU4005) SEMESTER GENAP Oleh: Aminatun Munawarti Amin Setyo Leksono Luchman Hakim Yoga Dwi Jatmiko

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA. musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga

BUNGA KERING DARI KULIT JAGUNG Menyulap Limbah Menjadi Hiasan Bernilai

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

VII. HERBARIUM. Modul ketujuh pada pelajaran Dendrologi ini membahas mengenai herbarium yang meliputi

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

PENGEMBANGAN DESAIN SOUVENIR DAN AKSESORISDARI KULIT SALAK DI INDUSTRI KERAJINAN Q-SAL CRAFT

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Syarat daun pisang yang digunakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1. Pendahuluan. Negara Indonesia selain terkenal dengan Negara kepulauan, juga terkenal dengan keindahan alam dan kekayaan hutan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

Cara Pembuatan Alat Peraga a. Alat dan Bahan Alat - Gergaji - Palu - Obeng - Lilin - Kuas - Spidol - Silet - Alat Tulis - Penggaris - Gunting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENUNTUN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HAYATI UIN SUSKARIAU. PENYUSUN ZULFAHMI, S.Hut,M.Si ROSMAINA, SP, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Arsip Nasional Republik Indonesia

III. MATERI DAN METODE. dan Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

TOR (TERM OF REFERENCE) LOMBA HERBARIUM PEKAN ILMIAH MAHASISWA FARMASI INDONESIA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2017

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

Transkripsi:

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Pembuatan Herbarium BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi sudah selayaknya melakukan usaha perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari kekayaan hayati tersebut. Usaha pengawetan terhadap jenis-jenis tumbuhan dapat dilakukan dengan membuat herbarium. Herbarium selain berfungsi untuk koleksi pengenalan jenis tumbuhan, juga untuk pengawetan jenis tumbuhan sehingga apabila terjadi kepunahan pada jenis tersebut, generasi mendatang masih dapat mengetahui bahwa jenis ini pernah ada. Berbagai jenis tumbuhan yang ada di kawasan Taman Nasional Baluran, belum secara keseluruhan diketahui dan dikenal (dihafal) nama jenis serta ciri-ciri morfologinya. Oleh karena itu dengan adanya koleksi tumbuhan dalam herbarium ini dapat digunakan oleh petugas khususnya sebagai sarana pengenalan jenis lebih mendalam. Taman Nasional Baluran sebagai salah satu tujuan pendidikan, penelitian dan studi wisata bagi para mahasiswa dan pelajar, maka dengan dilaksanakannya pembuatan herbarium ini dapat lebih memudahkan para petugas Taman Nasional Baluran dalam mengenalkan jenis-jenis tumbuhan yang ada di wilayah kerjanya kepada mahasiswa, pelajar dan peneliti yang melakukan penelitian bidang botani. B. Tujuan Pembuatan herbarium dari jenis-jenis tumbuhan yang ada di kawasan Taman Nasional Baluran ini bertujuan untuk : 1. Memberikan contoh specimen tumbuhan dalam bentuk awetan kering untuk memudahkan identifikasi bagi mahasiswa, pelajar dan peneliti. 2. Memudahkan pengenalan jenis-jenis tumbuhan bagi para petugas Taman Nasional Baluran. 3. Untuk koleksi Laboratorium Taman Nasional Baluran, sebagai usaha pengawetan jenis dan menunjang wisata terutama wisata pendidikan. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Herbarium Herbarium adalah tumbuhan yang telah dikeringkan dengan suatu proses tertentu. Selain itu herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering specimen tumbuhan yang digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Specimen tumbuhan yang telah dikeringkan ini menjadi sarana yang sangat penting untuk studi tumbuhan di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang bagi para ahli taksonomi tumbuhan. Pada awalnya untuk menyebut tumbuhan yang telah diawetkan ini dipakai istilah horto siccus, hortus mortuus, hortus hiemalis atau phytophylacium. Istilah herbarium dikenalkan oleh Linnaeus yang kemudian digunakan sampai sekarang. Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen tumbuhan yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing specimen dapat memberikan bermacammacam informasi, tergantung kelengkapan spesimen, data dan asal-usul materialnya. B. Flora di Taman Nasional Baluran Beragam jenis vegetasi yang terdapat di Taman Nasional Baluran tersebar dari pantai sampai puncak Gunung Baluran dengan ketinggian 1.247 m dpl. Jenis-jenis tersebut tumbuh pada berbagai ekosistem yaitu hutan pantai, hutan payau, hutan mangrove, savana, hutan musim dataran rendah yang selalu hijau (evergreen forest) dan hutan pegunungan bawah. Di kawasan ini terdapat ± 444 jenis tumbuhan yang berdasarkan tingkat vegetasinya diketahui untuk pohon terdapat 138 jenis dengan jumlah tumbuhan eksotik sebanyak 6 jenis, herba terdapat 120 jenis dengan jumlah tumbuhan eksotik sebanyak 9 jenis, perdu terdapat 76 jenis dengan jumlah tumbuhan eksotik 8 jenis, rumput terdapat 52 jenis, tumbuhan memanjat terdapat 37 jenis dengan jumlah tumbuhan eksotik 1 jenis. Jenis anggrek terdapat 6 jenis, paku-pakuan terdapat 13 jenis, parasit dan epifit terdapat 1 jenis. 3

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan pembuatan herbarium dilaksanakan pada bulan tgl 10 sampai dengan 15 Desember 2004, dengan menitikberatkan untuk jenis pohon di lokasi sekitar kantor Seksi Konservasi Wilayah I Pandean B. Alat dan Bahan Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dan dipergunakan pada kegiatan pembuatan herbarium ini adalah : kertas manila warna putih ukuran 40 cm x 30 cm dan 50 cm x 40 cm kertas karton ukuran 60 cm x 40 cm pensil 2 B selotip jarum besar gunting, scapel dan pisau lipat benang layar kertas koran karet penghapus lem kertas kertas minyak warna putih plastik mika tali pengikat alkohol 70 % kertas samson multiplek C. Cara Kerja 1. Pengambilan specimen di lapangan Specimen yang diambil sebaiknya dalam kondisi fertil yaitu semua organ-organ tumbuhan terwakili mulai dari umbi, akar, batang, daun, bunga dan buah. Apabila tidak memungkinkan cukup diwakili dengan batang, daun dan bunga. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut : a. Dipilih specimen yang masih segar dan sedang berbunga b. Untuk jenis rumput dan tumbuhan herba, tanah sekitar specimen digali untuk mempermudah pengambilan specimen serta supaya akar-karnya tidak patah. c. Untuk menjaga kesegaran specimen dan agar specimen tidak mudah layu disemprot dan atau dimasukkan ke dalam alkohol 70 %. d. Catat ciri-ciri spesifik masing-masing jenis yang dikumpulkan pada buku catatan. 4

2. Pengepresan Pengepresan adalah proses pengaturan specimen pada alat pengepresan yang terdiri dari kertas koran, karton, sasak. Alat sasak ini bisa terbuat dari berbagai macam bahan, sedangkan pada kegiatan ini digunakan sasak yang terbuat dari multiplek dan tali nylon. Langkah-langkah kerjanya sebagai berikut : a. Specimen yang telah terkumpul dikeluarkan dari kantong plastik dan lipatan koran. b. Specimen kemudian diatur kembali diantara kertas koran. c. Untuk specimen yang terlalu panjang, batang dipatahkan membentuk huruf N atau A. d. Pada saat pengepresan, kondisi tumbuhan harus utuh, tidak diperbolehkan ada bagian-bagian yang dikurangi. e. Atur posisi sebagian daun sehingga daun tampak bagian permukaan atas dan bawah. f. Atur kertas-kertas koran yang telah berisi specimen tadi menjadi tumpukan sebanyak 10 15 specimen. g. Lapisi antar specimen tersebut menggunakan triplek dan ikat kuat-kuat. 3. Pengeringan Tumpukan specimen yang telah disusun dalam alat sasak dijemur dibawah sinar matahari selama ± 3 hari, kemudian diangin-anginkan selama ± 3 hari. 4. Penyortiran Spesimen yang telah kering dikeluarkan dari sasak satu persatu secara perlahanlahan agar tidak merusak organ-oragan yang rapuh. Bagian bunga dan buah yang mudah rontok disimpan dalam amplop kertas yang telah diberi label, nomor koleksi dan nama spesies. Jumlah daun yang terlalu banyak dapat dikurangi dengan jalan memotong bagian daun menggunakan gunting stek dengan tetap meninggalkan tangkai daun pada batangnya. Untuk tumbuhan yang tinggi dipotong menjadi dua atau tiga bagian menggunakan gunting stek agar hasil potongan rapi. 5

5. Pegeplakkan Specimen yang telah dipilih diplak pada kertas manila putih yang telah dilengkapi dengan penutup dari kertas minyak. Specimen dengan bagian batang dan daun yang berukuran kecil dilekatkan menggunakan selotip, sedangkan specimen dengan batang yang besar dan daun yang lebar dijahit menggunakan benang layar pada bagian ibu tulang daunnya. Specimen yang dipotong menjadi dua atau tiga bagian dilekatkan pada kertas manila yang diberi tanda sheet 1 of 2 dan seterusnya. Specimen yang telah diplak dilengkapi denga etiket tempel yang memuat informasi tentang nama ilmiah, nama daerah/lokal, lokasi pengambilan, tanggal pengambilan, nama kolektor, familia, ketinggian lokasi pengambilan, nomor koleksi dan dsekripsi serta etiket gantung yang memuat nama ilmiah, nama lokal, familia, kolektor dan tanggal koleksi. 6. Pemeliharaan Spesimen Specimen yang telah diplak pada kertas manila dan dilengkapi dengan etiket gantung, disebut sebagai Herbarium. Hasil herbarium kemudian disimpan dalam amplop besar. Untuk setiap amplop diisi maksimal 10 herbarium. Amplop-amplop tersebut kemudian diatur dalam rak lemari dan diberi kamfer/kapur barus. Apabila rak lemarinya cukup banyak, setiap satu rak digunakan untuk menyimpan satu familia. Pada bagian luar laci rak tersebut ditempelkan nama familia dari jenis-jenis tumbuhan yang disimpan didalamnya. Hal ini untuk memudahkan dalam mencari jenis-jenis yang dikehendaki. Herbarium yang telah disimpan tadi perlu diangin-anginkan kembali setiap periode waktu tertentu atau ± 3 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kelembaban dan serangan jamur. Apabila terdapat freezer akan lebih baik lagi jika disimpan didalamnya selama 2 hari untuk memeatiakn spora-spora jamur yang mulai berkembang.. 6

BAB IV HASIL KEGIATAN PEMBUATAN HERBARIUM A. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan pembuatan herbarium ini diawali dengan berkumpulnya seluruh anggota tim dalam rangka persamaan persepsi terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan. Proses pelaksanaan pembuatan herbarium ini dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Pengambilan specimen di lapangan. 2. Identifikasi jenis. 3. Pengepresan. 4. Pengeringan. 5. Penyortiran. 6. Pengeplakan 7. Pemeliharaan specimen. Kegiatan pembuatan herbarium ini membutuhkan keuletan dan ketelitian yang tinggi, karena kondisi dari masing-masing spesimen yang berbeda-beda dan bersifat mudah rusak. Apabila tidak hati-hati seringkali terjadi daun yang telah kering sobek atau mudah rontok dan patah. B. Jenis Tumbuhan Hasil Koleksi Hasil dari pelaksanaan pengambilan jenis tumbuhan dan pembuatan herbariumnya diperoleh data jenis tumbuhan yang terkumpul sebagai berikut : No. Nama Daerah Nama Latin Famili 1. Apak Ficus,sp. Moraceae 2. Trembesi Samania saman Bignoniaceae 3. Sogo Adenanthera microsperma Leguminaceae 4. Talok Grewia eriocarpa Juss Tiliaceae 5. Kesambi Schleichera oleosa Sapindaceae 6. Kayu jaran Delichandrone spathaceae Bignoniaceae 7. Widoro bukol Ziziphus rotundifolia Rhamnaceae 8. Dadap laut Erythrina variegata Leguminaceae 9. Flamboyan Delonix regia Leguminaceae 7

10. Pilang Acacia leuchoploea Leguminaceae 11. Kendal Cordia obliqua Willd. Boraginaceae 12. Wuni Antidesma bunius Euphorbiaceae 13. Mundu alas Garcinia balica Guttiferae 14. Klampis Acacia tomentosa Leguminoseae 15. Kendayakan Bauhinia hirusta Leguminoseae 8

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada pembuatan koleksi herbarium ini, dikumpulkan 15 (lima belas) jenis pohon. Secara bertahap pada kesempatan selanjutnya akan dilanjutkan dengan mencari jenis lain. Usaha pengawetan terhadap jenis-jenis tumbuhan dalam bentuk koleksi herbarium ini, dapat menunjang kegiatan pengembangan informasi potensi kawasan Taman Nasional Baluran. Koleksi tersebut dapat dipergunakan secara intern oleh para petugas kawasan maupun secara ekstern, yaitu bagi pelajar, mahasiswa serta peneliti dalam bidang pengenalan jenis tumbuhan. B. Saran Pengembangan informasi potensi di Taman Nasional Baluran sebaiknya ditindaklanjuti dengan kegiatan serupa pada kesempatan dan waktu mendatang. Karena koleksi herbariun yang dapat disusun pada kegiatan ini hanya sebagian kecil dari koleksi jenis yang dapat dikumpulkan, dimana masih banyak jenis tumbuhan yang ada di dalam kawasan yang belum disusun koleksi keringnya dalam bentuk herbarium. Dukungan dari berbagai pihak dalam pembuatan herbarium ini sangat diharapkan, sehingga kegiatan selanjutnya dapat berlangsung dan berhasil dengan baik. 9