PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK Abdul Wahid, S.H.,M.H.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NO M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. PENDAHULUAN. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan sebuah sistem, karena di

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LD NO.2 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BADAN LEGISLASI DAERAH BAHAN CERAMAH OLEH PROF. DR. SADU WASISTIONO,MSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

LAMPIRAN I UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR.6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK PERATURAN DAERAH

KETENTUAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

NASKAH AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDASARI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN *

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI, DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ATEN BONE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN UU NO.23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Muchamad Ali Safa at

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG


PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

UNDANG-UNDANG KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK Abdul Wahid, S.H.,M.H. 1. Pengertian dan Posisi Penting Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan Pemakaian istilah naskah Akademik Peraturan Perundangundangan secara baku dipopulerkan pada tahun 1994 dengan Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G- 159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan, dikemukakan bahwa: naskah akademik peraturan perundang-undangan adalah naskah awal yang memuat pengaturan materi-materi perundangundangan bidang tertentu yang telah ditinjau secara sistemik, holistik dan futuristik. Sebelum keluarnya Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional sendiri muncul berbagai istilah, yaitu: Naskah Rancangan Undang-undang; Naskah Ilmiah Rancangan Undang-undang; Rancangan Ilmiah Peraturan Perundang-undangan; Naskah Akademis Rancangan Undang-undang; Academic Draft Penyusunan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Peraturan Presiden, dalam Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa Naskah Akademik adalah 1

naskah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek atau arah arah pengaturan rancangan undang-undang. Dilihat dari Ketentuan Umum Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tersebut, jelas bahwa Naskah Akademik mempunyai posisi penting dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Dihubungkan dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Presiden yang menyebutkan bahwa dalam Naskah Akademik paling sedikit memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis, pokok dan lingkup materi yang akan diatur, maka naskah akademik merupakan dasar dan konsepsi sekaligus berisi arahan dalam menyusun materi peraturan perundang-undangan. 2. Peranan Naskah Akademik Ketentuan Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 menyatakan bahwa pemrakarsa dalam menyusun Rancangan Undangundang, dapat terlebih dahulu menyusun Naskah Akademik mengenai materi yang akan diatur dalam Rancangan Undang-undang. Kata dapat berarti tidak merupakan keharusan. Namun apabila kita lihat Pasal 4 yang menyatakan bahwa konsepsi dan materi pengaturan yang disusun harus selaras dengan falsafah Negara Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Undangundang lain dan kebijakan yang terkait dengan materi yang akan diatur, maka konsepsi yang dituangkan dalam naskah akademik sangat berperan membantu pembentukan peraturan perundangundangan dalam menyusun peraturan perundang-undangan. 2

Adanya ketentuan mengenai hierarki yang merupakan penjenjangan setiap jenis peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Naskah Akademik yang didalamnya dimuat inventarisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait, sangat membantu pembentukan peraturan perundangundangan, agar dalam materi muatannya, peraturan perundangundangan yang disusun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan atau kepentingan umum. Terlebih lagi dalam penyusunan peraturan daerah yang merupakan jenis peraturan perundang-undangan yang hierarkinya paling bawah sebagaimana Pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Adanya ketentuan bahwa peraturan daerah berfungsi menjabarkan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, berarti dalam menyusun perda, pembentuk perda harus mengetahui peraturan perundangundangan diatasnya baik UUD 1945, Undang-undang, Perpu, PP, Perpres, Peraturan Menteri. Dalam naskah akademik, inventarisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peraturan daerah yang akan disusun, sangat diperlukan agar rancangan perda yang akan disusun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan yang sejenis. Tidak sedikit peraturan daerah yang telah dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 3

3. Pola Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan Dalam Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan dikemukakan format/pola naskah akademis sebagai berikut: NASKAH AKADEMIK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG... A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai 3. Metode Pendekatan 4. Materi Muatan 5. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan B. RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK (materi yang hendak diatur) 1. Umum a. Pengertian-pengertian b. Asas-asas 2. Materi 3. Sanksi 4. Peralihan 5. Penutup C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perlunya pengaturan 2. Jenis/bentuk pengaturan 4

3. Pokok-pokok materi yang perlu diatur D. LAMPIRAN 1. Daftar kepustakaan 2. Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan 3. Hasil kajian atau penelitian atau makalah-makalah yang membahas materi hukum yang bersangkutan. 4. Tahapan Penyusunan Naskah Akademik 4.1. Pengkajian dan Penelitian Hukum Sebelum menyusun suatu naskah akademik Peraturan Perundang-undangan dengan format/pola dikemukakan diatas, maka sebelumnya sangat perlu dilakukan pengkajian atau penelitian hukum guna memperoleh data dan informasi yang komprehensif dan relevan dengan materi yang hendak diatur. Berdasarkan data dan informasi yang lengkap itulah penyusunan naskah akademik atau naskah rancangan Peraturan Perundang-undangan yang baik dapat dilakukan. Penyusunan suatu naskah akademik atau naskah rancangan Peraturan Perundang-undangan yang tidak didasarkan pada data dan informasi yang lengkap dan akurat, maka keberadaan naskah akademik atau naskah rancangan Peraturan Perundang-undangan tersebut sulit untuk dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi praktis maupun dari segi ilmiah. Arti pentingnya penelitian hukum dalam penyusunan naskah akademik atau penyusunan rancangan Peraturan Perundangundangan sebagai konsep keputusan yang dibuat oleh lembaga 5

Negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat umum setidaknya ada 2 (dua) aspek, yaitu: a. Aspek Manajemen Penyusunan naskah akademik atau naskah rancangan peraturan perundang-undangan dilihat dari aspek managemen adalah merupakan suatu konsep pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang baik oleh siapapun baik oleh lembaga Negara maupun pejabat yang berwenang haruslah didasarkan pada data dan informasi yang lengkap dan akurat. Data dan informasi yang lengkap dan akurat dimaksud terutama dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian. Suatu konsep keputusan (naskah akademik atau naskah rancangan peraturan perundang-undangan) tentu tidak dapat disusun asal jadi, karena: Keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap sesuatu masalah yang dihadapi dan pengambilan keputusan harus didasarkan pada: a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang secara kebetulan; b) Tidak dapat dilakukan asal jadi; c) Hakekat dari masalah harus diketahui dengan jelas; d) Pemecahan tidak dapat dilakukan dengan mencari ilham, tetapi harus didasarkan kepada data dan fakta yang dipercaya dan bersifat up to date; e) Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif. 6

Selanjutnya mengenai informasi dan penelitian Prof.DR. S.P. Siahaan (lihat sistem informasi untuk mengambil keputusan) mengatakan: Masyarakat internasional adalah masyarakat yang sadar benar tentang pentingnya penelitian. Penelitian itu dilaksanakan antara lain: a) Mencari teori/prinsip baru; b) Mencari inovasi baru; c) Mancari cara kerja baru; d) Menguji kebenaran dan aplikasi daripada teori/teori lama. b. Aspek Proses Penyusunan Peraturan Perundangundangan Dari aspek proses penyusunan peraturan perundangundangan, penelitian hukum adalah merupakan langkah awal/persiapan pada tahap pra legislasi. Hasil penelitian merupakan bahan dasar untuk menunjang tindak lanjutnya, yaitu penyusunan naskah akademik atau naskah rancangan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan suatu pengalaman proses penyusunan peraturan perundang-undangan (RUU) di Amerika Serikat, Reed Dickerson dalam bukunya Legislative Drafting, halaman 46 memperlihatkan suatu perbandingan waktu yang diperlukan antara penelitian di satu pihak, diskusi dan penulisan RUU di pihak lain dengan perbedaan waktu yang cukup signifikan. Di Amerika Serikat untuk menyusun suatu rancangan peraturan perundang-undangan dibutuhkan waktu: 7

- 58 jam untuk penelitian; - 18 jam untuk konferensi; - 4 jam untuk menulis/menyusun RUU nya. Dari pengalaman penyusunan peraturan perundang-undangan yang diungkapkan oleh Reed Dickerson tersebut dapat disimpulkan berupa perbandingan lamanya waktu yang diperlukan dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data dan informasi yaitu 58 jam dibandingkan dengan waktu untuk konferensi dan penulisan 18 + 4 jam = 22 jam. Waktu yang diperlukan untuk penelitian 3 kali waktu konferensi/diskusi dan/atau 14 kali perumusan. Dari kedua aspek tersebut diatas (manajemen dan pengalaman dalam proses penyusunan RUU) disadari betapa pentingnya kegiatan penelitian hukum perlu dilakukan dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hal tersebut, sangat perlu penelitian hukum diefektifkan dengan sebaik-baiknya, dan untuk efektifnya kegiatan-kegiatan penelitian hukum yang dilakukan, maka perlu di usahakan : 1) koordinasi penelitian hukum; 2) peningkatan kemampuan tenaga fungsional peneliti; 3) adanya suatu sistem penelitian yang baik; 4) adanya kesatuan faham diantara peneliti hukum mengenai konsepsi atau metode yang seharusnya dipergunakan dalam penelitian hukum. 8

Berbicara mengenai metode penelitian hukum, setidaknya ada 2 (dua) pendapat yang berbeda, yaitu: 1) Mereka yang menganggap metode penelitian hukum adalah doktriner yuridis, berupa : a. inventarisasi hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan; b. inventarisasi hukum dalam bentuk yurisprudensi; c. inventarisasi hukum dalam praktek administrasi; d. inventarisasi hukum yang berlaku; e. inventarisasi ajaran hukum; f. penelitian-penelitian asas-asas hukum positif. 2) Mereka yang mengganggap metode penelitian hukum adalah metode penelitian sosial, yaitu : a. penelitian berlakunya hukum positif; b. penelitian pengaruh berlakunya hukum positif terhadap kehidupan masyarakat; c. penelitian pengaruh faktor-faktor non hukum terhadap terbentuknya hukum positif; d. penelitian pengaruh faktor-faktor berlakunya ketentuan hukum positif. Menurut hemat saya, kedua pendapat tersebut tidak perlu dipermasalahkan, tetapi kita dapat memanfaatkan keduanya secara berdampingan menjadi metode penelitian yuridis sosiologis, yaitu meneliti aspek-aspek kebutuhan hukum masyarakat disamping melakukan inventarisasi peraturan hukum yang belaku dalam rangka penyusunan peraturan perundang-undangan, baik dalam merubah 9

peraturan perundang-undangan yang telah ada, maupun dalam pembentukan peraturan perundang-undangan baru sama sekali. 4.2. Pembentukan /Penyusunan Naskah Akademik (Isi-isi Pokok) A. Pendahuluan a. Latar Belakang a. Mengungkapkan apa dan bagaimana kondisi materi hukum yang bersangkutan; b. Apa yang menjadi alasan pengaturan (permasalahannya) sebagai konstatering fakta; c. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis. b. Tujuan dan Kegunaan Sebagaimana tujuan hukum/tujuan pengaturan materi hukum yang bersangkutan, maka tujuan penyusunan naskah akademik peraturan perundang-undangan adalah untuk dapat mengungkapkan apa dan bagaimana matei hukum itu harus diatur, sehingga tercapai tujuan hukum, yaitu mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai, adil, dan benar guna menunjang dalam mempersiapkan rancangan peraturan perundang-undangan. c. Metode pendekatan Perlu penjelasan dalam penyusunan naskah akademik ini, apakah dilakukan melalui proses pengkajian dan penelitian, atau langsung menyusun naskah akademik melalui diskusi oleh suatu Tim, atau perorangan. d. Materi Muatan (Jenis/bentuk pengaturan) Secara akademis perlu diungkapkan penjelasan mengenai jenis/bentuk peraturan perundang-undangan yang tepat 10

mengatur materi hukum yang bersangkutan apakah dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang tepat mengatur materi hukum yang bersangkutan apakah dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Peraturan Daerah dengan berpegang pada teori materi muatan yaitu mengetahui materi mana yang merupakan muatan suatu Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah. B. Ruang Lingkup Naskah Akademik a. Umum a. Pengertian : Menyusun istilah-istilah serta pengertiannya sehubungan dengan pengaturan materi yang diatur; b. Mencari dan merumusan prinsip-prinsip atau asas-asas yang dapat dijadikan dalam pengaturan. b. Materi Mengungkapkan semua substansi apa yang perlu diatur, termasuk kelembagaan, kewenangan, hak-hak, dan kewajiban, persyaratan, hal-hal yang dilarang dan dibolehkan disusun secara sistematis. c. Sanksi Agar suatu peraturan perundang-undangan yang ditetpkan dapat berlaku efektif, maka dalam peraturan itu perlu adanya unsur memaksa, yaitu pemikiran tentang pemberian sanksi atas pelanggaran terhadap apa yang diwajibkan atau disyaratkan. 11

Pemikiran sanksi dimaksud dapat berupa : a. sanksi pidana; b. sanksi perdata; c. sanksi administratif. d. Peralihan Pada bagian peralihan, memuat pemikiran tentang : kemungkinan adanya ketentuan peralihan dan akibatakibat hukum yang dapat timbul adalah apabila materi hukum yang hendak diatur telah pernah diatur, maka perlu adanya pemikiran tentang adanya ketentuan peralihan. e. Penutup Bagian Penutup memuat : a. Pernyataan tidak berlaku atau pencabutan peraturan yang ada sebelumnya; b. Pemikiran tentang kapan efektif berakunya peraturan yang akan diberlakukan berdasarkan analisis kemampuan/kesiapan dari berbagai aspek. C. Kesimpulan Dan Saran 1. Kesimpulan a. Perlunya pengaturan berdasarkan argumentasi; b. Jenis/bentuk pengaturan: c. Pokok-pokok materi yang akan diatur, pemikiran alternatif sanksi. 12

2. Saran Rekomendasi yang diinginkan, misalnya urgensi tentang perlunya segera penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, dan lain-lain. 5. Peran DPRD dalam penyusunan Naskah Akademik Ketentuan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Undang- Undang dan Rancangan Peraturan Daerah. Dalam penjelasan Pasal 53 dinyatakan bahwa hak masyarakat dalam ketentuan ini dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Terkait partisipasi ini sesuai kedudukan DPRD sebagai wakil rakyat, maka dalam persiapan penyusunan rancangan peraturan perundangundangan DPRD dalam menjalankan tugasnya perlu memiliki dan menerapkan mekanisme untuk mendapatkan masukan dari masyarakat baik secara reaktif maupun lebih penting lagi secara proaktif. Partisipasi masyarakat dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah akan menyumbang bagi legitimasi produk DPRD dan DPRD sendiri sebagai lembaga politik. Profesionalisme DPRD perlu lebih ditingkatkan dengan lebih tanggap dan responsif mengartikulasikan kepentingan masyarakat sebagaimana dikemukakan didepan bahwa dalam Naskah Akademik salah satu unsur yang perlu dimuat yakni aspek sosiologis. Dalam penyusunan Naskah Akademik DPRD sangat berpeluang meneliti aspek yuridis sosiologis yaitu meneliti dan mengemukakan aspek kebutuhan hukum masyarakat yang dijaring melalui penampungan aspirasi masyarakat 13

dengan cara komunikasi intensif yang selam ini dilakukan. Aspek ini cukup penting dalam rangka menopang berjalannya peraturan daerah itu nantinya dan dapat menentukan hasil guna dan daya guna serta peraturan daerah. Salah satu kinerja DPRD adalah menghasilkan peraturan daerah yang dapat dilaksanakan, berhasil guna dan berdaya guna. 14