Kata Kunci : Manajemen aktif kala tiga, Perdarahan Pascapersalinan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

HUBUNGAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI BPS SARWO ENDAH KADIPATEN, ANDONG, BOYOLALI JANUARI APRIL TAHUN 2011.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengalaman berasal dari kata dasar Alami yang mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

1. ATONIA UTERI. A. Pengertian

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

PERBEDAAN SKALA NYERI PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN MASASE PUNGGUNG DAN TANPA MASASE PUNGGUNG

Hubungan Keberhasilan Penatalaksanaan Atonia Uteri Dengan Perdarahan Pasca Salin Di BPM Wilayah Madiun Selatan. Suprijati 1 dan Sri Wuriyani.

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Puskesmas Limba B Kota Selatan Tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PENERAPAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN NGUDI SARAS KARANGANYAR

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

HUBUNGAN STATUS PEKERJAANDENGAN PEMANFAATAN BUKU KIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR. Oleh:

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. partum.dari data WHO menunjukan 25% kematian maternal disebabkan. oleh perdarahan post partum dan di perkirakan 100.

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M G III P 2002 PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2010

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) terendah pada tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

EVALUASI PROGRAM JAMPERSAL TERHADAP PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87).

Lies Indarwati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

Transkripsi:

HUBUNGAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA DENGAN PENURUNAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCAPERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI BPS NY. S KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG Dian Hanifah, Amiroh Eprilia Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Jalan Panji Suroso No. 6 Malang Jawa Timur, Telepon (0341) 488762 dianhanifah@gmail.com, eprilia_89@ymail.com Abstrak : Kasus perdarahan pascapersalinan sebagian besar terjadi selama persalinan kala tiga. Selama jangka waktu tersebut, otot-otot rahim berkontraksi dan plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Salah satu upaya agar tidak perdarahan pascapersalinan adalah manajemen aktif persalinan kala tiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dengan penurunan kejadian perdarahan pascapersalinan pada ibu bersalin. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di BPS Ny. S Kecamatan Pakis Kabupaten Malang (25 responden). Sedangkan sampelnya adalah ibu bersalin yang memenuhi kriteria inklusi, dan didapatkan dengan teknik accidental sampling berjumlah 23 responden. Penelitian ini dilakukan di BPS Ny. S Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, pengambilan data menggunakan lembar observasi. Data dianalisa menggunakan Contingency Coefficient. Dari hasil penelitian didapatkan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga 87% (20 responden) sudah dilakukan dengan sempurna dan 91% (21 responden) ibu yang bersalin tidak mengalami perdarahan pascapersalinan. Berdasarkan uji statistik Chi square diperoleh hasil χ 2 hitung (14,603) > χ 2 tabel (3,841) bahwa α = 0,05 didapatkan hasil < α sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak ini berarti ada hubungan antara pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dengan penurunan kejadian perdarahan pascapersalinan. Saran, pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dapat membantu menurunkan angka kejadian perdarahan pascapersalinan. Kata Kunci : Manajemen aktif kala tiga, Perdarahan Pascapersalinan 10

PENDAHULUAN Kematian maternal didefinisikan oleh International Classification of Diseases, Injuries and Causes of Death Ninth Revision (ICD9) WHO Genewa 1993 sebagai kematian seorang wanita saat hamil atau dalam 42 hari terminasi kehamilan (Liu, 2008). WHO memperkirakan bahwa sedikitnya 600.000 wanita meninggal setiap tahunnya sebagai akibat langsung dari kehamilan dan melahirkan (Pusdiknakes, 2001). Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran (Moedjiono, 2007). Menurut Staf Seksi Kesehatan Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Jatim Purwaningsih SKM, MM, penyebab tertinggi kematian Ibu di Jawa Timur adalah 30% perdarahan, 25% pada proses preeklampsi atau eklampsi, 10% karena infeksi (Humas, 2009). Menurut Mursidah, plt Kepala Dinas Kabupaten Malang, di tahun 2007 jumlah ibu meninggal sebanyak 25 orang, tahun 2008 sebanyak 24 orang, dan tahun 2009 (Januari- Oktober) jumlah ibu yang meninggal saat melahirkan sebanyak14 orang. (Prayoga, 2009) Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu dibanyak Negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran (APN, 2008). Sedangkan perdarahan pascapersalinan adalah hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah kala tiga persalinan selesai (Cunningham, 2006). Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Sebagian besar perdarahan disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang dapat sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga. Manajemen aktif kala tiga ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu: 1). Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 2). Melakukan penegangan tali pusat terkendali, 3). Masase fundus uteri (APN, 2008). Selain itu, peran bidan dalam pertolongan persalinan yang dilakukan harus sesuai dengan standart yang berlaku. Sehingga diperlukan bidan mempunyai standart kualitas, salah satunya bidan delima (PP-IBI, 2005). Dari data diatas dapat kita ketahui bahwa penatalaksanaan persalinan kala tiga sesuai standart dan penerapan manajemen aktif kala tiga merupakan cara terbaik dan sangat penting untuk mengurangi kematian ibu (APN,2008). Dari survey awal yang dilakukan dalam enam bulan terakhir (April sampai dengan September 2015) di BPS Ny. S diketahui yang bersalin 145 persalinan dan terjadi perdarahan sebanyak 10,3 % (15 responden), dengan dilakukannya pelaksanaan manajemen aktif kala diharapkan dapat mencegah terjadi perdarahan yang lebih banyak. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dengan penurunan kejadian perdarahan pascapersalinan di BPS Ny. S Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam 11

penelitian ini adalah semua ibu bersalin di BPS Ny. S Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin di BPS Ny. S Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 23 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang tidak berisiko terjadi perdarahan pascapersalinan. HASIL PENELITIAN Pelaksanaan manajemen aktif kala tiga Perdarahan pascapersalinan Uji Statistik χ 2 = 14,603; Df = 1; α = 0,05; = 0,000; Contingency Cofficient (r) = 0,623 menunjukkan bahwa responden yang melakukan pelaksanaan persalinan pada manajemen kala tiga dengan sempurna sebagian besar 87% (20 responden) tidak mengalami perdarahan pascapersalinan. Berdasarkan uji statistik Chi square dari person s diperoleh hasil χ 2 hitung (14,603) > χ 2 tabel (3,841) bahwa α = 0,05 didapatkan hasil < α sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak ini berarti ada hubungan antara pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dengan kejadian perdarahan pasca salin. Besarnya r = 0,623, artinya kuat hubungan adalah agak rendah dan memiliki nilai positif. Dari uraian diatas didapatkan bahwa semakin baik pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dilakukan dengan sempurna maka perdarahan semakin sedikit terjadi. PEMBAHASAN Berdasarkan diagram 3 ditunjukan bahwa 87% (20 responden) manajemen aktif kala tiga dilaksanakan dengan sempurna. Sebagian besar angka kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan post partum yang timbul dari Kejadian perdarahan pascapersalinan Jumlah persentase Persentase Tidak perdarahan pascapersalinan Persentase Sempurna 0 0% 20 87% 20 87% Tidak sempurna 2 9% 1 4% 3 13% Jumlah 2 9% 21 91% 23 100% atonia uteri dan retensio plasenta, kondisi ini sering dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga (APN, 2008). Kenyataan dilapangan menunjukkan penegangan tali pusat terkendali dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga pada responden tidak ada yang terjadi terputusnya tali pusat dari insersinya, tertinggalnya selaput ketuban, maupun resiko terjadinya inversio uteri. Bila dikaitkan dengan teori diatas (APN, 2008) menganjurkan untuk dilakukan penegangan tali pusat terkendali (dengan cara-cara tertentu) pada kala tiga persalinan. Penegangan tali pusat terkendali untuk mengeluarkan plasenta segera dan mencegah hilangnya darah secara berlebihan serta mencegah terjadinya inversio uteri. Hal ini untuk menghindari terputusnya tali pusat dari insersinya karena pengeluaran plasenta secara hati hati dan bukannya melakukan tarikan akan membantu mencegah robek dan tertinggalnya selaput ketuban yang merupakan etiologi terjadinya perdarahan akibat dari uterus atonik. Berdasarkan diagram 4 ditunjukan pada ibu bersalin yang sebagian besar 91 % 12

(21 responden) tidak mengalami perdarahan pascapersalinan. Kontraksi uterus akan menekan pembuluh darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung ujung arteri di tempat implantasinya plasenta (APN, 2008). Menurut Palupi (2002) menyatakan bahwa setiap menit 500 800ml darah melalui sisi plasenta jika setelah persalinan tidak ada mekanisme untuk mengontrol perdarahan maka maternal kehilangan darah dengan cepat, ia akan mengalami perdarahan sampai meninggal dalam hitungan menit. Hasil penelitian pada ibu bersalin sebagian besar tidak mengalami perdarahan pascapersalinan, hal ini disebabkan ibu bersalin melaksanakan manajemen aktif kala tiga dengan cara memberikan oksitosin 10 iu IM 1 menit setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri setelah plasenta lahir. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan adanya hubungan antara manajemen aktif kala tiga dengan kejadian perdarahan pasca persalinan pada ibu bersalin. Hal ini sesuai dalam APN (2008) menyatakan manajemen aktif kala tiga lebih dikaitkan pada upaya untuk mengurangi kehilangan darah. Keuntungan penatalaksanaan manajemen aktif kala tiga yaitu persalinanan kala tiga yang lebih singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio plasenta. Teori yang dikutip dari Al-azzawi (2002) waktu terjadinya perdarahan dalam 24 jam pertama, penyebab utama adalah perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Sedangkan perdarahan setelah 24 jam pertama penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran. Kegiatan manajemen aktif kala tiga meliputi pemberian oksitosin 10 IU IM 1 menit setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri. Oksitosin adalah ekstrak hipofisis (Lobus Posterior) yang menyebabkan kontraksi otot polos dan kemudian menyebabkan kegiatan yang sangat kuat pada otot-otot uterus serta bekerja dalam 2 ½ menit setelah diberikan secara intra muskular. Selama kala tiga otot-otot rahim berkontraksi dan plasenta mulai memisahkan diri dari dinding rahim. Jumlah darah yang hilang tergantung pada seberapa cepat hal ini terjadi (Widyastuti, 2002). Penegangan tali pusat terkendali (PTT) merupakan suatu tindakan untuk melahirkan plasenta dengan cara menegangkan tali pusat secara terkendali. Hal ini diupayakan untuk membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban dijalan lahir dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (APN, 2008). Massase (rangsangan taktil) fundus uteri dilakukan segera setelah plasenta lahir. Masase bertujuan untuk merangsang kontraksi uterus dan sekaligus dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus (APN, 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dapat menurunkan kejadian perdarahan pascapersalinan. Sebagai upaya dalam meningkatkan pelayanan kebidanan, penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat membantu penurunan angka kesakitan dan kematian ibu melalui upaya pencegahan Perdarahan Pascapersalinan dengan melaksanakan manajemen aktif kala tiga. DAFTAR PUSTAKA Al-azzawi, Farook. 2002. Atlas Teknik Kebidanan edisi 2. Jakarta: EGC. 13

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta. Cunningham, F gary dkk. 2006. Obstetri William, Ed.21, Vol.1. Jakarta: pegc. Doenges, Marilynn E dkk. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi: Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Jakarta: EGC. Fajar, ibnu dkk. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Grehenson, Gusti. 2009. http://www.ugm.ac.id. Menkes: Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Jadi Program Prioritas Tahun 2009. Yogyakarta. Tanggal Akses 09 September 2009. Pukul 16.00 WIB. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Humas. 2009. http://www.umm.ac.id. Seminar Nasional Keperawatan FIKES, Sosialisasikan PMK. Malang. Tanggal Akses 09 September 2009. Pukul 16.00 WIB. JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinan, Ed.3. Jakarta: EGC. Moedjiono, Atika Walujani. 2007. http://tenaga-kesehatan.or.id. Prioritas pada Angka Penurunan Ibu dan Bayi. Tanggal Akses 09 September 2009. Pukul 16.00 WIB. Naylor, C.Scott. 2005. Obstetri-Ginekologi: Referensi Ringkas. Jakarta: EGC. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Norwitz, Errol dkk. 2008. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika PP-IBI. 2005. http://www.bidanindonesia.org. Program Bidan Delima; Pendekatan Inovatif Kualitas Pelayanan Bidan. Jakarta. Tanggal Akses 29 Maret 2010. Pukul 12.00 WIB. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP. Prayoga, Dendy. 2009. http://www.masfmonline.com. Angka Kematian Ibu dan Anak Terus Menurun Tiap Tahunnya. Tanggal Akses 22 Desember 2009 pukul 20.25 WIB. Pusdiknakes, 2001. Buku I Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta: Depkes Dan Kesejahteraan Sosial. Rayburn, William F dkk. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. 14

Scott, James R dkk. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Varney, Helen dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4, Vol.2. Jakarta: EGC. Widyastuti, Palupi, 2002. Modul Hemoragi Post Partum. Jakarta : EGC. 15