FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KUA KECAMATAN DI KOTA MANADO SYARIFUDDIN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BARUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan. Kantor Kementerian. Provinsi Sumatera Utara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan Kantor Kementerian. Provinsi Nusa Tenggara Timur.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan. Kantor Kementerian. Provinsi Sulawesi Tenggara.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2002 TENTANG

2011, No Menetapkan : 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

, No.1735 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB III KUA KECAMATAN SUKODONO

PROFIL KUA KECAMATAN LEMBURSITU KOTA SUKABUMI 2010

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

BAB II PROFIL INSTANSI Sejarah Kantor Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

MATRIKS RENCANA STRATEGIS KANWIL KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI BENGKULU TAHUN

INSTRUKSI MENTERI AGAMA R.I. NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENINGKATAN PELAYANAN PERNIKAHAN PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

BAB III PROFIL DAN PEMBAHASAN. Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertempat di Jl. Putting Marga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN AGAMA. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian Agama berada di ba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

BAB III TINJAUAN UMUM KUA KEC. LEMBANG KAB. BANDUNG BARAT. Bandung Barat sebelah utara kota Bandung di bawah kaki gunung Tangkuban

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN BREBES. A. Visi dan Misi Kantor Departemen Agama Kabupaten Brebes

PP 31/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG. Tentang: PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang

IV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah

BAB II PROFIL INSTANSI. satu provinsi dengan gubernurnya waktu itu Mr. Tengku Moch. Hasan. Yahya, yang kedudukannya masih berada dibawah gubernur.

BAB III KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG. Pada tahun1950 dibentuklan Provinsi Sumatera Selatan yang membawahi 4

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8,2007

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

SUB BAG. TATA USAHA SUB BAG. TATA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DEPARTEMEN AGAMA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL DEPARTEMEN AGAMA

BAB II PROFIL INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Kementerian Agama Kabupaten Deli Serdang

BAB II TINJAUAN TENTANG KEMENTERIAN AGAMA PEKANBARU. Kantor Kementerian Agama dibawah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011

P E N E T A P A N. Nomor: 0100/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

NOMOR : 6 TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013

BIMAS ISL STRATEGI DAN IMPLEMENTASI BIMAS ISLAM DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBERDAYAAN ZAKAT DAN WAKAF

BAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

BAB III PENETAPAN DISPENSASI USIA NIKAH MENURUT PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENCATATAN NIKAH

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 20-H TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KECAMATAN WALIKOTA SURAKARTA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada Tahun 2015 ini terdapat 5 Kelurahan di Metro Timur, yaitu :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB III PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN ANAK ANGKAT DI KUA KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. SELAYANG PANDANG KUA KECAMATAN BUKIT BATU

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DRAFT BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) 2015 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN TAHUN BERJALAN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian kepustakaan seperti buku-buku, dokumen-dokumen, jurnal, dan lainlain

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

bismillahirrahmanirrahim

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 131 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG WALI HAKIM MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

SALINAN. P E N E T A P A N Nomor : 0030/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

Transkripsi:

FUNGSIONALISASI JABATAN PENGHULU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KUA KECAMATAN DI KOTA MANADO SYARIFUDDIN ABSTRAK Keberadaan penghulu sebagai pejabat dalam pemerintahan telah ada sejak adanya kerajaan Islam baik di Jawa maupun luar Jawa termasuk pada pemerintahan kolonial Belanda. saat ini penghulu berdasarkan peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara nomor: 26 tahun 2005 telah ditetapkan sebagai jabatan fungsional sesuai peraturan pemerintah Nomor 16 Tahun 1999 tentang jabatan fungsional pegawai negeri sipil. Tugas-tugas penghulu berkaitan dengan penerapan ajaran dan syariat agama Islam dibidang pernikahan tidak sekedar sebuah acara seremonial, melainkan juga menjadi sarana perwujudan ketatan seorang muslim dan pemersatu ikatan suci lahir batin antara seorang pria dan wanita. oleh karena itu tugas dan peran peghulu dirasa sangat penting. Tulisan ini akan membahas tentang fungsionalisasi jabatan penghulu dan pengaruhnya terhadap kinerja KUA. Penelitian ini mengambil studi penelitian di KUA Kecamatan se-kota Manado. Hasil dari penelitian adalah peneliti menemukan masalah bahwa sumber daya KUA yang ada di kota Manado pada umumnya masih ada yang perlu dievaluasi, karena para stafnya kebanyakan perempuan, jumlah pegawainya masih minim dan latar belakang pendidikan kebanyakan bukan S1. Sedangkan menurut aturan yang ada satu KUA memiliki 7 atau 6 orang staf tetapi di kota Manado ini satu KUA hanya memiliki dua atau tiga orang staf. Selain itu untuk pelaksanaan kegiatan KUA, anggaran masih melekat dengan kantor Departemen sehingga segala kegiatan yang dilakukan kurang efektif. Kata Kunci: Penghulu, KUA Manado, Fungsionalisasi, Syariat Islam. A. PENDAHULUAN Secara filosofis agama mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dan strategis, terutama sebagai landasan spiritual, moral dan etika dalam pembangunan nasional. Agama sebagai sistem nilai seharusnya dipahami dan diamalkan oleh setiap individu, keluarga, masyarakat serta menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pembangunan agama perlu mendapat perhatian besar baik yang berkaitan dengan penghayatan dan pengalaman agama, pembinaan pendidikan agama maupun pelayanan kehidupan beragama. Berkenaan dengan itu, maka arah kebijakan pembangunan agama sebagaimana tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) 2004-2009 adalah memantapkan fungsi, peran, kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika

penyelenggaraan Negara serta mengupayakan agara segala perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan berdasarkan pasal 2 KMA No. 517 Tahun 2001 tentang penataan organisasi KUA Kecamatan, bertugas melaksanakan sebagian tugas kantor departemen Agama kabupaten / kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Sehubungan dengan tugas tersebut maka KUA kecamatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah social, kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai kebijakan yang ditetapkan Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KUA Kecamatan di wilayah kota Manado, sebagaimana KUA-KUA kecamatan di daerah lain tidak lepas dari pemberlakuan peraturan pemerintah tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional penghulu tersebut. Kepala kantor wilayah departemen agama Propinsi Sulawesi Utara, Sejak digantinya peraturan MENPAN No. 42 Tahun 2004 oleh peraturan MENPAN No. 62 Tahun 2005 tentang jabatan fungsional penghulu dan angka kreditnya, telah mengumpulkan seluruh kepala KUA se Propinsi Sulawesi Utara untuk diberikan penjelasan perihal perubahan peraturan MENPAN tersebut khususnya mengenai jabatan fungsional penghulu berikut ketentuan inpassing pejabat fungsional penghulu. Lantaran peraturan tersebut, tidak seluruh kepala KUA Kecamatan di kota Manado dapat diinpassing, karena tidak terpenuhinya kriteria pendidikan minimal bagi jabatan penghulu. Untuk mengetahui dan menelaah lebih jauh pengaruh fungsionalisasi jabatan penghulu terhadap kinerja KUA Kecamatan di kota Manado, maka perlu diadakan penelitian. B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Struktur Organisasi Tiap-tiap organisasi atau badan usaha dalam bentuk bagaimanapun pada dasarnya harus mempunyai struktur organisasi. Struktur organisasi adalah kerangka kerja sama atas dasar pembagian kerja didalam organisasi. Pembagian kerja itu menentukan wewenang, tugas dan kegiatan orang-orang dalam rangka kesatuan arah dan tujuan tersebut diperlukan koordinasi, melalui kerjasama hubungan kerja yang serasi sehingga diperoleh kesatuan gerak dan tindak dalam usaha pencapaian tujuan organisasi.

Sebagai suatu kerangka hubungan antara bidang-bidang serta wewenang dan tanggung jawab yang berhubungan dengan peranan suatu bagian. Hubungan-hubungan antara bagianbagian dapat menunjukan adanya kelurusan kerjasama dengan garis yang menghubungkan bagian tertentu dengan lebih tinggi ataupun lebih rendah akan memperlihatkan adanya tanggung jawab dan wewenang yang dilimpahkan. Berdasarkan uraian di atas, struktur organisasi tidak lepas dari pada : a. Pembagian Pekerjaan b. Pembagian wewenang dan tanggung jawab c. Gambaran tentang bagaimana kegiatan dikoordinasikan dala mencapai sasaran d. Gambaran tentang luasnya suatu organisasi. Dalam hubungan dengan masalah kepegawaian, struktur organisasi menyangkut bagaimana mendapatkan tenaga yang baik kualitasnya, sehingga dikerjakan dapat berlangsung menurut proses yang direncanakan. Atas dasar pengertian ini, maka penulis akan mengemukakan susunan organisasi Kantor Departemen Agama Kota Manado. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi, Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Teknis Keagamaan Departemen Agama, Kantor Depertemen Agama Kota Manado termasuk tipologi II-0. Susunan Organisasi Kantor Departemen Agama Kota Manado adalah Sebagai berikut : a. Sub Bagian Tata Usaha; b. Seksi Urusan Agama Islam dan Penyelenggaraan Haji; c. Seksi Madrasah dan Pendidikan Islam pada Sekolah Umum; d. Seksi Pekapontren, PENAMAS dan Pemberdayaan Mesjid; e. Seksi Bimbingan Masyarakat Kristen; f. Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf; g. Penyelenggaraan Bimbingan Masyarakat Katolik; h. Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha; i. Kelompok Jabatan Fungsional.

Jabatan Fungsional yang menjadi perangkat dan mendukung pelaksanaan tugas kantor Departemen Agama Kota Manado adalah sebagai berikut: 1). Perencana 2). Arsiparis 3). Guru 4). Pengawas Pendidikan 5). Penghulu 6). Penyuluh Agama 2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota adalah Instansi Vertikal Departemen Agama yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi. Dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 373 tahun 2002 di sebutkan bahwa kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi Departemen Agama dalam Wilayah Kabupaten / Kota berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi dan Peraturan yang berlaku. Dalam Melaksanakan tugas tersebut, Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota menyeelenggarakan fungsi : a. Perumusan Visi, misi dab kebijakan teknis dibidang pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kabupaten / kota. b. Pembinaan, Pelayanan dan bimbingan di bidang bimbingan masyarakat Islam, Pelayanan haji dan umrah, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan agama dan keagamaan, pondok pesantren,pendidikan agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan mesjid,urusan agama, pendidikan agama,bimbingan masyarakat Kristen, Katolik, Hindu serta Budha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan admnistrasi dan informasi keagamaan d. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat beragama;

e. Pengkoordinasian, perencanaan, penegendalian dan pengawasan program. f. Pelaksanaan Hubungan dengan Pemerintah Daerah, Instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam rangka pelaksanaan tugas Departemen Agama di Kabupaten / Kota. Untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat khususnya umat Islam, maka kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di bantu oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan sebagaimana di jelaskan Pasal 2 KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA Kecamatan bahwa Kantor Urusan Agama ( KUA ) Kecamatan berdasarkan bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan. Sehubungan dengan tugas tersebut maka KUA kecamatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan mbina masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah sosial,kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah sesuai kebijakan yang dittapkan Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Pelayanan KUA Kecamatan a. Pelayanan dalam bidang pernikahan Masalah pernikahan merupakan salah satu tugas pokok dari KUA kecamatan sebagaimana disebutkan dalam KMA Nomor 517 Tahun 2001, Pasal 2 menjelaskan bahwa KUA mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten / kota di bidang urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Dengan demikian KUA tidak hanya melayani persoalan nikah dan rujuk, tetapi juga pembinaan produk halal, ibadah sosial,kemitraan umat,wakaf,zakat, kemasjidan, LPTQ, kegiatan lintas sektoral dan bimbingan ibadah haji. Namun demikian, proses penikahan yang dilayani oleh KUA kecamatan pada umumnya pasangan nikah ( calon suami isteri ) yang ada dikecamatan tuminting, jika aka melaksanakan akad nikah sebagian besar mereka langsung datang ke pembatu PPN. Semua urusan minta diselesaikan oleh pembantu PPN seperti : surat keterangan untuk menikah dari kelurahan, sedangkan Kartu Keluarga dan foto copy KTP. Fas foto 2 x 3 sebanyak 5 lembar diserahkan ke pembantu PPN. Kemudian persyaratan tersebut oleh pembantu PPN diserahkan ke KUA Kecamatan. Di KUA Kecamatan semua persyaratan di terima oleh staf pelaksanaan KUA, yang kemudian sebelum hari H perkawinan ( minimal 10 hari kerja setelah pemeriksaan), pasangan

n ikah di panggil oleh kepala KUA untuk diberikan penasehatan perkawinan. Perkawinan dapat dilaksanakan di umah calon mempelai perempuan sesuai dengan tanggal dan hari yang telah ditetapkan. Setelah selesai akad nikah dan semua persayaratan telah terpenuhi, maka pasangan nikah langsung diberikan buku nikah ( Kutipan Akta Nikah Model NA). Jika pasangan calon suami istero langsung datang ke KUA melapor untuk melaksanakan pernikahan di Balai KUA melaporr untuk melaksanakan pernikahan di balai Nikah, maka semua persaratan untuk menikah dari kelurahan, kartu keluarga,fotocopy KTP, fas foto 2 x 3 sebanyak 5 lembar, semua disiapkan / diurus sendiri oleh calon suami isteri. Situasi seperti ini ( nikah dibalai Nikah) dikenakan biaya sebesar Rp. 30.000,- ( Tiga Puluh Ribu Rupiah). Hal ini sesuai dengan KMA Nomor 2 Tahu 2004 dan PMA Nomor 11 Tahun 2007 ( Wawancara dengan kepala KUA kec. Tuminting dan Kepala KUA Kec. Singkil, tanggal 16 mei 2009. Adapun mengenai biaya nikah / rujuk yang diadakan di balai nikah sebesar Rp. 30.000,- itu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2005 dan KMA Nomor 2 Tahun 200, Uang tersebut disetorkan ke Kas Negara. b. Pelayanan dalam bidang Rujuk Dari data yang ada di KUA Kecamatan Tuminting, dapat dikatakan bahwa pasangan rujuk sampai saat ini belum pernah ada. Namun pelayanannya hampir sama dalam proses pelayanan nikah, yaitu di periksa data-data talaknya, mengisi blangko rujuk ke Pengadilan Agama, membawa buku pencatatan Rujuk je pengadilan Agama. ( Wawancara dengan Kepala KUA Kec. Sario tanggal 26 Mei 2009). c. Peran Kepala KUA dalam bidang zakat Peran Kepala KUA dalam bidang zakat menurut susunan pengurus Badan Amil Zakat (BAZDA) Kecamatan Tuminting 2008/2009, kepala KUA sebagai Pembina masalah zakat. Karena Unit Pengumpul Zakat ada di setiap kelurahan dan mesjid-mesjid, maka pada setiap unit tersebut memiliki panitia masing-masingyang bertugas untuk mengumpulkan dana dari muzakki dan menyalurkan kepada para mustahiq ( Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Tikala, tanggal Juni 2009). d. Pelayanan dalam bidang wakaf Kepala KUA bertugas mencatat, memeriksa data-data status tanah dari wakif, mencatat data-data pribadi wakif dan nazir, membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW) dan membuat

pengantar ke Badan Pertanahan Negara untuk pengurusan sertifikat wakaf ( Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Mapanget, Tanggal 10 April 2009). e. Pelayanan dalam Bidang Kemesjidan Dalam kegiatan mesjid Kepala KUA seagai pembina keagamaan sekaligus sebagai manajernya, yaitu para Badan Kesejahteraan Mesjid (BKM) dikumpulkan kemudian diberikan pengarahan tentang keagamaan secara langsung dan membina organisasi-organisasi yang ada ( Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Malalayang, tanggal 14 Juni 2009). f. Pelayanan dalam bidang Kesehatan Peranan Kepala KUA sebagai pembina dan pemberi penyuluhan terhadap masyarakat setempat tentang TTI dan TT2, masalah KB, Gizi dan sebagainya ( Wawancara dengan Kepala KUA Kec. Wanea, Tanggal 27 April 2009). g. Pelayanan dalam bidang Keluarga Sakinah Peranan Kepala KUA melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, kewajiban sebagai suami Isteri, cara-cara hidup rukun dan damai dalam berkeluarga, memberikan pengertian tentangkeluarga Sakinah ( Wawancara dengan Bapak. Hartono, Penghulu Kec. Tuminting, Tanggal 5 Agustus 2009). h. Pelayanan Dalam Bidang LP2A Peranan Kepala KUA dalam Bidang LP2A sejalan dengan tuntutan dan pekembangan zaman LP2A yang semula berada dibawah Direktorat Penerangan Agama Islam Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji, Berdasarkan KA RI NomorTahun 2001 tentang keudukan, tugas, fungsi dan kewenangan, susunan organisasi dan tata Kerja Departemen Agama berpindah menjaadi kewenangan Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Sehubungan dengan itu berdasarkan hasil musyawarah Nasional LP2A tahun 2003 di Kota Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah di laksanakan pada tanggal 5 juli 2003, Badan P2A menjadi nomenklatur LP2A ( Direktur Pendidikan Agama Islam pada msayarakat dan Pemberdayaan Mesjid, Jakarta: 2003). LP2A ini dalam melakukan kegiatannya bekerjasama dengan Majelis Ulama. Sebagai Penasehatnya adalah : Camat dan Majelis Ulama. Sebagai Pembinanya adalah : Kepala KUA, Kepala Dinas Pendidikan Nasional dan 3 Kepala Madrasah Aliyah Negeri ( Wawancara dengan Bapak Irfan Jabli, Penghulu Kecamatan Bunaken).

i. Pelayanan di Bidang Produk Halal Masalah produk halal yang selama ini hanya di tangani oleh Majelis Ulama, sebaiknya harus ada dari Departemen Agama Pusat dan Departemen Agama Daerah. Peran KUA dalam produk halal hanya mendata pabrik-pabrik / perusahan-perusahaan tyang ada di wilayahnya. Misalnya pabrik tahu, pabrik tempe, pabrik keripik singkong dan sebagainya. Kemudian pihak KUA melapor ke kantor Departemen Agama. Karena tidak ada tim khusus dari Daerah, maka sulit di tangani dengan baik. ( Waewancara dengan kepala KUA Kec. Wenang, Tanggal 7 Juni 2009). Pelaksanaan Peraturan Jabatan Fungsional Penghulu Respon Pejabat Departemen Agama diantaranya ialah: a. Kepala Kantor Departemen Agama Manado berpendapat bahwa sebenarnya adanya peraturan Jabatan Fungsional penghulu itu baik, yaitu meningkatkan kualitas tetapistaf KUA yang ada di KUA KUA Kota Manado kebanyakan perempuan ( 19 orang ) dan 5 laki-laki, tetapi dari 5 orang itu hanya 2 yang sarjana sehingga sulit untuk mengikuti aturan tersebut. b. Kepala KUA berpendapat bahwa adanya peraturan Jabatan fungsional penghulu di tanggapinya merupakan angin yang bagus, paling tidak apa-apa yang mereka lakukan di nilaidan dihargai, jabatan funsional penghargaan lebih baik, penilaian di lihat dari hasil prestasi, sedangkan jabatan struktural atasan maunya begitu, ya kita mengikuti apa maunya, jadi menurut kepala KUAKecamatan Tuminting yang paling menguntungkan apa yang kita lihat itulah kita ambil hasilnya. c. Drs. Abdul Said Ismail menyambut baik perenghargaan pemerintah itu yang diberikan kepada penghulu dengan Jabatan Fungsional sehingga penghulu yang aktif dan memenuhi angka kredit tertentu bisa mencapai golongan IV/c. Namun penghargaan pemerintah dengan memberikan jabatan fungsional penghulu itu di nilai belum dapat di samakan dengan jabatan struktural eselon III/b, seperti camat, karena tugas Kepala KUA dan Penghulu adalah di samping melaksanakan tugas-tugas kepenghuluan, mereka juga harus melaksanakan kegiatan lintas sektoral. Kegiatan lintas sektoral inilah yang memerlukan koordinasi dengan instansi terkait seperti camat, Kapolsek, Koramil dan Lurah. Oleh karena itu menurut beliau menyarankan agar jabatan struktural kepala KUA di naikan sama dengan jabatan struktural Camat. Oleh karena itu menurut beliau jabatan fungsional penghulu ini perlu di sosialisasikan lebih dulu,

sebab tidak mustahil dengan jabatan fungsional penghulu justru akan memberatkan penghulu itu sendiri didalam mengurus kenaikan pangkatnya, karena belum semua penghulu memiliki latar belakang pendidikan S1 dan kemampuan penghulu mengumpulkan angka kredit itu di nilai masih rendah terutama di Wilayah Indonesia bagian timur. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor yang mendukung pelaksanaan jabatan fungsional penghulu agar dapat berjalan lancar, antara lain: a. Menggalakkan sosialisasi tentang jabatan fungsional penghulu tersebut; b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia KUA; c. Memenuhi sarana dan Prasarana KUA; d. Anggaran untuk kegiatan KUA perlu di tinjau kembalikarena selama ini masih melekat pada kantor Departemen Agama; e. Menambah Personil KUA kalau kelima hal tersebut telah terpenuhi, maka pelaksanaan jabatan fungsional penghulu itu dapat berjalan dengan baik. Adapun faktor penghambat antara lain : a. Sosialisasi jabatan fungsional penghulu secara khusus belum pernah di laksanakan kecuali disisipkan acara tertentu, seperti dalam acara orientasi keluarga sakinah dan oreintasi manajemen KUA; b. SDM KUA masih rendah dan pegawainya masih sangat minim serta pegawainya kebanyakan perempuan; c. Anggaran KUA masih melekat pada kantor Departemen Agama sehingga segala kegiatan berjalan kurang efektif; d. Tunjangan dan angka kredit jabatan funsional penghulu belum jelas. e. Sarana dan prasarana KUA masih sangat kurang. C. PENUTUP Dari hasil penelitian dana pembahasannya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sumber daya KUA yang ada di kota Manado pada umumnya masih ada yang perlu dievaluasi, karena para stafnya kebanyakan perempuan, jumlah pegawainya masih minim dan latar belakang pendidikan kebanyakan bukan S1. Sedangkan menurut

aturan yang ada satu KUA memiliki 7 atau 6 orang staf tetapi di kota Manado ini satu KUA hanya memiliki dua atau tiga orang staf. 2. Untuk pelaksanaan kegiatan KUA, anggaran masih melekat dengan kantor Departemen sehingga segala kegiatan yang dilakukan kurang efektif. 3. Pelaksanaan kegiatan khusus sosialisasi jabatan fungsional penghulu masih belum optimal. Namun dalam acara-acara seperti keluarga sakinah, orientasi managemen KUA, maka disisipkan atau diinformasikan tentang masalah jabatan fungsional penghulu. 4. Jabatan fungsional penghulu belum optimal. karena baru 1 orang penghulu yang naik pangkat melalui angka kredit jabatan fungsionalnya. DAFTAR PUSTAKA Affandi Mochtar (ed), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, Cirebon: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Djati, 1996. Ari Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta: Jakarta, Edisi Revisi V, 2002.