WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH NOMOR : 19 Tahun 2017 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KOTA BANDA ACEH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Powered by TCPDF (

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 18 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR : 12 TAHUN 2010

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR 13 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : / 4078 / 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: 1. Ketentuan pasal 1 ditambah satu angka setelah angka 22 yaitu angka 23, sehingga pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERUYAN

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 31 TAHUN 2O16 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI PATI

SALINAN. Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 6,nomor 5494);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka peningkatan disiplin Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan dan menindak lanjuti ketentuan Pasal 13 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil serta pengembangan budaya kerja maka perlu menetapkan kode etik pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Kode Etik Pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan; 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 1

4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74); 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 TAhun 2012 Tentang Pedoman Budaya Kerja; 8. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kota Balikpapan (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 2 Seri E Nomor 02 tanggal 8 Oktober 2008); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Balikpapan. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Balikpapan. 3. Walikota adalah Walikota Balikpapan. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur pembantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang berada di lingkungan Pemerintah Daerah. 5. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai tidak tetap yang bekerja pada Pemerintah Daerah termasuk pejabat lainnya yang diperbantukan/ dipekerjakan pada Pemerintah Kota. 6. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, dan berada di lingkungan Pemerintah Daerah. 2

7. Calon Pegawai Negeri Sipil adalah status Pegawai Negeri Sipil yang masih dalam masa percobaan. 8. Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang membantu pelaksanaan tugas pemerintah daerah dengan sebutan Tenaga Harian Lepas, Tenaga Jasa Bantuan (naban), Tenaga Kontrak, dan sebutan lainnya. 9. Kode Etik Pegawai adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. 10. Majelis Kode Etik adalah lembaga non struktural pada instansi pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta menyelesaikan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan. 11. Pelanggaran adalah segala bentuk ucapan tulisan atau perbuatan Pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan yang bertentangan dengan butir-butir jiwa korps dan kode etik. 12. Pejabat yang berwenang adalah Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat yang berwenang menghukum atau Pejabat lain yang ditunjuk. 13. Pengaduan adalah pemberitahuan secara lisan dan tertulis yang disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Pegawai yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik. 14. Laporan adalah pemberitahuan secara tertulis yang disampaikan kepada Pejabat yang berwenang tentang sedang dan/atau telah terjadi pelanggaran Kode Etik. 15. Tujuan ditetapkannya Kode Etik bagi pegawai adalah untuk mendorong pegawai dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan, meningkatkan disipilin dalam melaksanakan tugas kedinasan, menjamin kelancaran dalam tugas dan suasana kerja yang professional dan kondusif, meningkatkan kualitas kerja, perilaku dan integritas pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan citra dan kinerja pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup kode etik pegawai di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan meliputi seluruh pegawai sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 5 Peraturan Walikota ini. 3

BAB III PRINSIP DASAR DAN NILAI-NILAI DASAR ORGANISASI Bagian Kesatu Pasal 3 Prinsip dasar yang harus dijunjung Pegawai meliputi : a. membentuk sikap dan perilaku pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan yang dapat menjadi teladan panutan didalam dan diluar kedinasan; b. menumbuhkan dan memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas kedinasan; dan c. menumbuhkan rasa kebersamaan dan meningkatkan profesionalitas dan integritas pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan. Bagian Kedua Pasal 4 (1) Nilai-nilai dasar organisasi yang harus dijadikan acuan oleh Pegawai meliputi : a. Responsif; b. Humanis; c. Profesional; d. Integritas. (2) Setiap Pegawai wajib memenuhi dan melaksanakan nilai-nilai organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 5 (1) Responsif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, meliputi: a. cepat menindaklanjuti hal-hal yang positif dan terkait dengan tugas pokoknya; b. menanggapi apabila ada pertanyaan terutama terkait dengan tugas pokoknya; c. aktif memberi saran dan pendapat baik secara tertulis maupun lisan kepada pimpinan secara berjenjang terkait dengan tugas kedinasan; d. tidak masa bodoh terhadap lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat sekitar; serta e. menindaklanjuti setiap masalah yang menjadi tanggungjawabnya dan memastikan penyelesaiannya hingga tuntas. (2) Humanis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, meliputi: a. ramah, sopan santun dan terbuka dalam memberikan pelayanan, bergaul di lingkungan kantor dan masyarakat; b. aparatur yang memiliki pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas perikemanusiaan; 4

c. sederhana dalam berpenampilan, berkomunikasi dan berperilaku sehingga menciptakan hubungan yang harmonis dengan rekan sejawat dan masyarakat; serta d. menempatkan masyarakat yang dilayani sebagai pelanggan. (3) Profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, meliputi: a. menjalankan tugas sesuai dengan keahlian, keterampilan dan pengetahuan di bidangnya untuk mencapai kinerja terbaik dengan tetap menjunjung tinggi kode etik Pegawai; b. bekerja efektif, efisien, inovatif dan kreatif; c. selalu belajar untuk mengembangkan diri dengan keterampilan, pengetahuan dan keahliannya berwawasan luas dan pandangan jauh ke depan; serta d. bekerja berdasarkan prinsip kehati-hatian dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, meliputi: a. membangun kepercayaan dengan kejujuran, tanggung jawab, moral, serta satu kata antara ucapan dengan perbuatan; b. menjaga kehormatan, harga diri, citra sebagai Pegawai dan melaksanakan tugas dengan ikhlas; c. berani menyatakan fakta apa adanya secara transparan dan jujur dengan tetap menjaga rahasia negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; d. menjunjung tinggi kebenaran sesuai dengan kode etik Pegawai, dan mencintai pekerjaan dan menjaga citra organisasi; serta e. bersikap terbuka dalam mengungkap gagasan dan pendapat. BAB IV ETIKA PEGAWAI Pasal 6 (1) Dalam melaksanakan tugas kedinasan baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja Pemerintah Kota Balikpapan, setiap pegawai wajib berpedoman pada Etika Pegawai dan peraturan perundang-undangan yang terikat dengan kode etik lainnya. (2) Etika Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. Etika bekerja di lingkungan kantor; b. Etika bekerja di luar kantor; c. Etika dalam memberikan pelayanan masyarakat; d. Etika dalam berperilaku dan berpakaian. 5

Pasal 7 (1) Etika bekerja di lingkungan kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a, meliputi: a. menjaga nama baik Pemerintah Kota Balikpapan khususnya SKPD dimana tempat bekerja; b. saling hormat menghormati sesama rekan kerja; c. saling mendukung pelaksanaan tugas yang diberikan pimpinan; d. memberikan pelayanan yang baik terhadap tamu dan menyelesaikan tugas sesuai ketentuan; e. menguasai dan memahamai peraturan perundangundangan yang sesuai tugas bidang masing-masing; f. menjadi contoh tauladan yang baik di lingkungan kerja maupun di luar jam kerja; g. setiap atasan harus memperlakukan sama terhadap bawahannya dan dapat menjadi teladan keprofesionalannya; h. setiap atasan tidak boleh mengajak kerja sama dalam penyalahgunaan wewenang atau melanggar pelaksanaan tugas yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan; i. meningkatkan professionalisme guna menunjang pelaksanaan tugas; j. wajib melaksanakan tugas yang diberikan atasan, sesuai dengan tugas kedinasan dan dapat dipercaya dalam mengemban setiap pekerjaan dengan benar; k. menjalankan tugas mengikuti aturan yang berlaku dan menolak setiap tugas yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; l. memegang teguh dan berupaya keras untuk mencapai target dan melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung-jawab; serta m. menggunakan sarana dan prasarana kantor secara efektif dan efisien. (2) Etika bekerja di luar kantor, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (b), meliputi: a. menjaga nama baik Pemerintah Kota Balikpapan; b. melakukan kerjasama dan berkoordinasi yang bersifat positif antar SKPD dan instansi lain terkait, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. tidak bekerjasama dan berkompromi dengan hal-hal yang menyalahi aturan dan/atau penyalahgunaan wewenang; d. bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya; serta e. melaporkan tugas kedinasan kepada pimpinan dengan sebenar-benarnya dan penuh tanggung jawab. (3) Etika dalam memberikan pelayanan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf (c), meliputi: a. menerima masyarakat diawali dengan senyum, salam, sapa dan bersikap ramah, sopan dan tegas; b. berpakaian dan berpenampilan rapi, sopan, bersahaja/sederhana; c. menempatkan diri sebagai abdi/pelayanan terhadap masyarakat yang dilayani; 6

d. mendengarkan dengan sepenuh hati untuk memahami kebutuhan masyarakat; e. memberikan layanan dengan sigap, cepat dan akurat; f. siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan layanan; serta g. tidak menerima pungutan selain yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. (4) Etika dalam berperilaku dan berpakaian sebagaimana di maksud dalam Pasal 6 huruf (d), meliputi: Berperilaku: a. Tidak boleh menggunakan sandal di lingkungan kantor, kecuali untuk pelaksanaan ibadah; b. Menggunakan tempat duduk sebagaimana mestinya (kaki tidak naik ke kursi); c. Tidak merokok di dalam ruangan dan di area kawasan KSTR (kawasan sehat tanpa rokok); d. Tidak boleh berada pada tempat-tempat hiburan yang tidak ada hubungannya tugas kedinasan; e. Tidak bersikap yang berindikasi menimbulkan hal-hal yang tidak benar/fitnah terkait tentang perbuatan asusila, amoral, dan gratifikasi. Pasal 8 Jenis pakaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) adalah (1) PDH terdiri dari: a) PDH Pria: (1) Kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna khaki; (2) Celana panjang warna khaki; dan (3) Ikat pinggang nilon/kulit, kaos kaki dan sepatu semua warna hitam. b) PDH Wanita: (1) Baju lengan pendek, berlidah bahu, warna khaki; (2) Rok minimal 15 cm dibawah lutut warna khaki; (3) Sepatu pantovel warna hitam; (4) PDH wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. c) PDH Camat Pria dan Lurah Pria: (1) Kemeja lengan pendek, berlidah bahu, warna khaki; (2) Celana panjang warna khaki; dan (3) Ikat pinggang nilon/kulit, kaos kaki, sepatu warna hitam, tanda jabatan dan tanda pangkat. d) PDH Camat dan Lurah Wanita: (1) Baju lengan pendek, berlidah bahu, warna khaki; (2) Rok minimal 15 cm di bawah lutut warna khaki; (3) Sepatu warna hitam, tanda jabatan dan tanda pangkat; (4) PDH Camat dan Lurah wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. (2) PSH terdiri dari: a) PSH Pria: (1) Jas lengan pendek dan celana panjang warna sama; (2) Leher berdiri dan terbuka; (3) Tiga saku, satu atas kiri dan dua bawah kanan dan kiri; (4) Kancing lima buah. 7

b) PSH Wanita: (1) Jas lengan pendek dan rok minimal 15 cm di bawah lutut warna sama; (2) Leher berdiri dan terbuka; (3) Tiga saku, satu atas kiri dan dua bawah kanan dan kiri; Kancing lima buah; (4) PSH wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. (3) PSR terdiri dari : a) PSR Pria : (1) Jas lengan panjang dan celana panjang warna sama; (2) Leher berdiri dan terbuka; (3) Tiga saku, satu atas kiri dan dua bawah kanan dan kiri; dan (4) Kancing lima buah. b) PSR Wanita : (1) Jas lengan panjang dan rok minimal 15 cm di bawah lutut warna sama; (2) Leher berdiri dan terbuka; (3) Tiga saku, satu atas kiri dan dua bawah kanan dan kiri; dan (4) Kancing lima buah. (5) PSR wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. (4) PSL terdiri dari : a) PSL pria : (1) Jas warna gelap; (2) Celana panjang warna sama; dan (3) Kemeja dengan dasi. b) PSL wanita : (1) Jas warna gelap; (2) Rok minimal 15 cm di bawah lutut warna sama; dan (3) Kemeja dengan dasi; (4) PSL wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. (5) PDU Camat dan Lurah a) PDU Camat dan Lurah Pria: (1) Kemeja warna putih, dasi warna hitam polos dan jas warna putih dengan kancing warna kuning emas; (2) Celana panjang warna putih; dan (3) Kaos kaki dan sepatu kulit, semua berwarna hitam. b) PDU Camat dan Lurah Wanita: (1) Kemeja warna putih, dasi warna hitam polos dan jas warna putih dengan kancing warna kuning; (2) Rok warna putih minimal 15 cm dibawah lutut; (3) Sepatu fantovel warna hitam; (4) PDU Camat dan Lurah Wanita berjilbab dan hamil menyesuaikan. 8

Pasal 9 (1) Ketentuan dan jadual pemakaian pakaian dinas pegawai adalah sebagai berikut: NO HARI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL NON PNS 1 2 3 4 1. Senin a. Linmas b. Menggunakan papan nama, lambing KORPRI, dan badge Pengenal dan tanda jabatan untuk Lurah dan Camat 2. Selasa a. PDH Warna Kheki b. Menggunakan papan nama, lambing KORPRI, dan badge Pengenal dan tanda jabatan untuk Lurah dan Camat 3. Rabu a. Pakaian bebas bermodel kantoran/resmi b. Warna pakaian dikombinasikan dengan serasi c. Bermotif garis atau kotak kecil d. Bahas Kain dan bukan bahan kaos e. Menggunakan Badge Pengenal f. Camat dan Lurah : PDH Warna Kheki g. Sepatu : Hitam/Coklat Pakaian Seragam Non PNS a. Atas : Biru Muda/Putih Tidak boleh bercorak b. Bawah : Warna gelap c. Bahan : Kain dan Bukan Bahan Kaos d. Sepatu : Hitam Pakaian bebas bermodel kantoran/resmi a. Atas : Biru Muda/Putih Tidak boleh bercorak b. Bawah : Warna gelap c. Bahan : Kain dan Bukan Bahan Kaos d. Sepatu : Hitam a. Pakaian bebas bermodel kantoran/resmi b. Warna pakaian dikombinasikan dengan serasi c. Bermotif garis atau kotak kecil d. Bahas Kain dan bukan bahan kaos e. Sepatu : Hitam/Coklat 4. Kamis a. Atas : Batik bermodel kantoran/resmi a. Atas : Batik bermodel kantoran/resmi b. Bawah: Warna gelap/ b. Bawah: Warna gelap/ menyesuaikan menyesuaikan c. Bahan : Bukan Bahan Kaos c. Bahan : Bukan Bahan Kaos d. Sepatu : Hitam/Coklat d. Sepatu : Hitam/Coklat e. Menggunakan Badge Pengenal 5. Jumat a. Olahraga/Training b. Tidak boleh menggunakan bahan jeans/denim 6. Peringatan Hari Besar Nasional dan Upacara Gabungan a. Menggunakan seragam yang ditetapkan dalam Undangan b. Menggunakan papan nama, lambing KORPRI, dan badge Pengenal dan tanda jabatan untuk Lurah dan Camat a. Olahraga/Training b. Tidak boleh menggunakan bahan jeans/denim Pakaian Seragam Non PNS a. Atas : Biru Muda/Putih Tidak boleh bercorak b. Bawah : Warna gelap c. Bahan : Kain dan Bukan Bahan Kaos d. Sepatu : Hitam (2) Pakaian dinas untuk SKPD yang pakaian dinasnya telah diatur oleh Kementerian/Lembaga Teknis terkait, maka ketentuan pemakaian pakaian dinas disesuaikan dengan ketentuan Kementerian/Lembaga Teknis tersebut. BAB V PENEGAKAN KODE ETIK DAN MAJELIS KODE ETIK Bagian Kesatu Pasal 10 (1) Pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik dikenai sanksi moral. (2) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secara tertulis dan dinyatakan oleh pejabat Pembina kepegawaian. 9

(3) Sanksi moral sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa : a. pernyataan tertutup, atau b. pernyataan terbuka. (4) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a, disampaikan oleh Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh Pegawai yang bersangkutan dan Pejabat lain yang terkait dengan syarat pangkat Pejabat tersebut tidak boleh lebih rendah dari Pegawai yang bersangkutan. (5) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b, disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk melalui : a. forum pertemuan resmi Pegawai; b. upacara bendera; c. papan pengumuman; d. media massa; atau e. forum lain yang dipandang sesuai untuk itu. (6) Sanksi moral berupa rekomendasi tertulis dari Majelis Kode Etik yang menyatakan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan disertai dengan usul penjatuhan hukuman disiplin. (7) Pegawai yang melakukan pelanggaran pidana dan disiplin Pegawai dikenakan sanksi sesuai Perundang-undangan yang mengatur tentang pidana dan disiplin pegawai dan tidak diproses pada Majelis Kode Etik. (8) Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenang kepada pejabat lain di lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan sekurang-kurangnya pejabat struktural eselon IV. (9) Selain dberikan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Majelis Kode Etik dapat mengenakan sanksi tindakan administratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan kepada Pegawai yang melanggar kode etik. Bagian Kedua Pasal 11 (1) Untuk menegakkan Kode Etik Pegawai dibentuk keanggotaan Majelis Kode Etik yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota. (2) Keanggotaan Majelis Kode Etik Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Ketua : Sekretaris Daerah Kota Balikpapan b. Wakil Ketua I : Asisten Administrasi Umum c. Wakil Ketua II : Inspektur Kota Balikpapan d. Wakil Ketua III : Kepala BKD e. Sekretaris : Sekretaris BKD f. Anggota 1) Tetap : Kabag Hukum, Kabag Organisasi 2) Tidak tetap : Seluruh Kepala SKPD 10

(3) Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kde Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan yang diperiksa atau minimal sama pangkatnya. (4) Sekretaris dapat membentuk sekretariat berkedudukan di Badan Kepegawaian Daerah Kota Balikpapan. Pasal 12 Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 mempunyai tugas : a. menerima setiap laporan dan/atau pegaduan baik langsung maupun melalui media, baik dari masyarakat ataupun Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan mengenai sikap, perilaku, dan perbuatan Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan. Selanjutnya diagendakan dan dibahas secara komprehensif oleh Majelis Kode Etik. b. menetapkan keputusan setelah memeriksa Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan yang disangka melanggar kode etik setelah mempertimbangkan keterangan yang bersangkutan, saksi dan alat bukti lainnya dalam sidang Majelis Kode Etik. c. Majelis Kode Etik dalam mengambil keputusan bersifat bebas dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun. d. Majelis Kode Etik melakukan pertemuan secara berkala setiap tiga (tiga) bulan sekali yang diagendakan oleh Sekretaris Majelis Kode Etik. BAB VI MEKANISME PENANGANAN PELANGGARAN KODE ETIK PEGAWAI Pasal 13 (1) Setiap laporan atau pengaduan terhadap Pegawai yang diduga melanggar kode etik, majelis Kode Etik melakukan pemeriksaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah laporan diterima. (2) Pemeriksaan Kode Etik terhadap Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik, dilakukan secara tertutup. (3) Pemeriksaan Majelis Kode Etik berjumlah ganjil dihadiri paling sedikit 3 (tiga) anggota Majelis Kode Etik. (4) Pemeriksaan dilakukan dalam Sidang Majelis Kode Etik dengan mempertimbangkan keterangan Pegawai yang bersangkutan, sanksi, dan alat bukti lainnya. (5) Dalam melakukan pemeriksaan laporan dan/atau pengaduan terhadap Pegawai yang diduga melanggar kode etik, Anggota Majelis Kode Etik wajib memberikan tanggapan, pendapat, alasan dan argumentasi dalam siding Majelis Kode Etik. 11

(6) Sekretaris Majelis Kode etik mencatat dan mengarsipkan tanggapan, pendapat, alasan, argumentasi dan Keputusan Majelis Kode Etik. (7) Tanggapan, pendapat, alasan, dan argumentasi bersifat rahasia. (8) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa dan mendengarkan pemasalahan dari diri Pegawai yang diduga melanggar kode etik. (9) Majelis Kode Etik mengambil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. (10)Dalam hal musyawarah mufakat tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. (11)Keputusan Tim Kode Etik bersifat final. (12)Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan hasil sidang Majelis Kode Etik kepada : a. Pegawai yang diduga dalam memberikan pelanggaran kode etik. b. Pejabat yang berwenang sebagai bahan dalam memberikan sanksi moral dan/atau sanksi lainnya kepada Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan yang diduga melanggar Kode Etik. (13)Majelis Kode Etik berwenang memberikan rekomendasi jenis sanksi yang akan diberikan terhadap Pegawai yang melakukan pelanggaran kode etik. (14)Keputusan pemeriksaan sidang Majelis Kode Etik wajib ditandatangani oleh anggota Majelis Kode Etik. (15)Keputusan Majelis Kode Etik diserahkan resmi kepada Sekretaris Daerah Kota Balikpapan. Pasal 14 (1) Laporan pelanggaran kode etik disampaikan : a. secara langsung pada Sekeretariat Majelis Kode Etik Kota Balikpapan b. melalui media email : timkodeetik@balikpapan.go.id (2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) disertai dengan bukti pelanggaran. BAB VII REHABILITASI Pasal 15 (1) Pegawai Pemerintah Kota Balikpapan yang dilaporkan melanggar kode etik dan setelah sidang Majelis Kode Etik diputuskan tidak terbukti melakukan pelanggaran dapat direhabilitasi nama baiknya. (2) Rehabilitasi ditetapkan dengan Keputusan Majelis Kode Etik. 12

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 (1) Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Balikpapan dapat menyusun Peraturan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah tentang kode etik yang berlaku intern di Satuan Kerja Perangkat Daerahnya dikecualikan tentang penegakan kode etik pegawai dan majelis kode etik pegawai. (2) Peraturan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dimaksud ayat (1) wajjib berpedoman pada Peraturan Walikota ini. Pasal 17 Peraturan Walikota ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Balikpapan. Ditetapkan di Balikpapan pada tanggal 2 Desember 2013 WALIKOTA BALIKPAPAN, ttd Diundangkan di Balikpapan pada tanggal 3 Desember 2013 M. RIZAL EFFENDI SEKRETARIS DAERAH KOTA BALIKPAPAN, ttd SAYID MN FADLI BERITA DAERAH KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2013 NOMOR 32 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN KEPALA BAGIAN HUKUM, DAUD PIRADE 13