ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PELABUHAN SUNDA KELAPA TAHUN OLEH EDWIN TRIYOGA H

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup merupakan batasan lokasi atau variabel yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pesawat Polonia

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODE PENELITIAN

bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang digunakan dengan menggunakan program SPSS versi

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Juli Adapun data penelitian diperoleh dengan melakukan

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (closing price) yang tercatat di indeks LQ 45 periode yang dinyatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB III ANALISIS JALUR DAN PENERAPANNYA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH DI BIDANG LALU LINTAS

BAB III METODE PENELITIAN. di Jln. Raya Merak Km. 3, Merak Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rentang waktu selama 9 tahun yaitu periode Data diperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (X1), Kepemilikan Institusional (X2). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Nilai Perusahaan (Y).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menguji pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih ( Sugiyono, 2006;11). Hubungan yang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data. Tabel 4.1. Hasil Perolehan Data Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2011

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti terdiri dari variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data yang diperlukan dari responden. Dalam upaya pengumpulan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Islam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PELABUHAN SUNDA KELAPA TAHUN 2004-2011 OLEH EDWIN TRIYOGA H14114007 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN EDWIN TRIYOGA. Analisis Faktor-Faktor Dominan yang Memengaruhi Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011 (dibimbing oleh ALLA ASMARA). Pelabuhan Sunda Kelapa juga memiliki peran sebagai matarantai pelabuhanpelabuhan lain di Indonesia antara lain Teluk Bayur, Jambi, Pulau Baai, Panjang, Pangkal Balam, Tanjung Pandan dan Pontianak. Namun fenomena yang terjadi menggambarkan kurun waktu tahun 2004-2010 pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami kenaikan, tetapi pada periode yang sama justru volume bongkar muat barang dan kunjungan kapal cenderung mengalami penurunan. Mengingat volume bongkar muat barang dan kunjungan kapal merupakan kegiatan utama di pelabuhan, yang seharusnya berdampak langsung terhadap penerimaan pendapatan pelabuhan. Penelitian ini bertujuan memberi gambaran perkembangan jasa pelayanan di Pelabuhan Sunda Kelapa, mengidentifikasi faktor-faktor jasa pelayanan pelabuhan yang dominan dan menganalisis kontribusi dari faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan pelabuhan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran jasa pelayanan pelabuhan. Analisis komponen utama dan analisis faktor digunakan untuk mendapatkan faktor-faktor jasa pelayanan pelabuhan yang dominan. Sedangkan analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengkaji faktor-faktor jasa pelayanan dominan yang terbentuk ditambah dengan variabel perubahan tarif (dummy) terhadap pendapatan pelabuhan. Dari hasil pengolahan dengan analisis komponen utama dan analisis faktor, menunjukkan bahwa faktor yang terbentuk adalah faktor pelayanan barang dan listrik serta faktor pelayanan kapal dan air. Kedua faktor ini dapat menjelaskan keragaman sebesar 54,997 persen dari keragaman total. Faktor pelayanan barang dan listrik merupakan faktor dominan dengan persentase keragaman sebesar 32,821 persen. Analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pelabuhan adalah faktor pelayanan barang dan listrik, faktor pelayanan kapal dan air, serta perubahan tarif. Dari model regresi tersebut diketahui bahwa kontribusi terbesar terhadap pendapatan pelabuhan adalah perubahan tarif dengan nilai koefisien regresi yang telah terstandardisasi sebesar 0,506. Dapat disimpulkan bahwa secara umum di Pelabuhan Sunda Kelapa terjadi penurunan jasa pelayanan dermaga, penumpukan, air kapal dan air umum akibat perpindahan sebagian pemilik muatan dari sistem konvensional ke peti kemas, serta akibat kerusakan fasilitas pelayanan pelabuhan. Faktor pelayanan barang dan listrik serta perubahan tarif adalah faktor dominan dan memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan pelabuhan.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMENGARUHI PENDAPATAN PELABUHAN SUNDA KELAPA TAHUN 2004-2011 Oleh EDWIN TRIYOGA H14114007 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Memengaruhi Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011 Nama : Edwin Triyoga NRP : 14114007 dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Alla Asmara NIP. 19730113 199702 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal lulus:

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, November 2011 Edwin Triyoga H14114007

RIWAYAT HIDUP PENULIS Kedua orang tua penulis, yakni pasangan Soeprajitno (alm.) dan Sutjiati Sarwiludjeng memberi penulis nama Edwin Triyoga. Tepatnya, ketika penulis lahir di Surabaya pada tanggal 4 November 1981. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis dibesarkan di kota Surabaya, dan menyelesaikan pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum di kota tersebut. Pendidikan dasar penulis diawali di Sekolah Dasar Katolik Karitas II hingga tahun 1991, Sekolah Dasar Manukan Kulon I Surabaya lulus pada tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Surabaya lulus pada tahun 1997, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Surabaya diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan tinggi penulis ditempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Sebelum menempuh pendidikan pasca sarjana penulis menjalani program alih jenjang Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Penulis diangkat sebagai CPNS pada Badan Pusat Statistik terhitung mulai tanggal 1 Desember 2004 dan ditempatkan sebagai Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Selama kurang lebih enam tahun penulis mengabdi di sana dan sejak 2011 sampai dengan saat ini penulis bertugas di BPS Provinsi Papua Barat sebagai Kepala Sub Bagian Bina Program.

KATA PENGANTAR Puji syukur yang tak terkira penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Memengaruhi Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011 tepat pada waktunya. Meski demikian, penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dikarenakan berbagai keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dr. Alla Asmara sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai selesainya skripsi ini. 2. Dr. Muhammad Findi A. dan Deni Lubis, M.Ag. yang telah menguji skripsi ini, atas saran dan kritik yang berharga untuk penyempurnaan tulisan ini. 3. Seluruh dosen, staf pengajar, dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB. 4. Teman-teman di kelas khusus BPS-IPB Batch 4 yang tidak bisa penulis sebut satu per satu. 5. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat yang telah mengijinkan dan mendukung penulis untuk menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Teriring rasa terima kasih penulis yang tak terkira kepada orang tua atas kasih sayang dan dukungannya selama ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat dan membantu bagi yang memerlukan. Bogor, November 2011 Edwin Triyoga H14114007

viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.. xi xii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian... 5 1.4. Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 7 2.1. Landasan Teori... 7 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan... 7 2.1.2. Lalu Lintas Pelabuhan... 8 2.1.3. 2.1.4. Konsep Pendapatan... Konsep Jasa Pelayanan Pelabuhan... 8 9 2.2. Penelitian Terdahulu... 10 2.3. 2.4. Kerangka Pemikiran... Hipotesis.. 12 13 III. METODOLOGI PENELITIAN... 14 3.1. Jenis dan Sumber Data... 14 3.2. Metode Analisis... 14 3.2.1. Analisis Deskriptif... 14 3.2.2. Analisis Komponen Utama... 15 3.2.3. 3.2.4. Analisis Faktor... Analisis Regresi Linier Berganda. 3.2.4.1. Penyusunan Model.. 3.2.4.2. Pemeriksaan Asumsi Model 3.2.4.3. Teknik Pemeriksaan Asumsi Model 3.2.4.4. Pengujian terhadap Model Regresi.. 3.2.4.5. Pemilihan Model Regresi Terbaik... 18 19 19 20 21 24 27

ix IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 29 4.1. Gambaran Umum Jasa Pelayanan Pelabuhan Sunda Kelapa... 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan 4.1.2. Jasa Labuh.. 4.1.3. Jasa Tambat 4.1.4. Jasa Dermaga. 4.1.5. Jasa Penumpukan... 4.1.6. Jasa Air Kapal dan Air Umum... 4.1.7. Jasa Listrik. 29 29 30 31 32 33 35 37 4.2. Faktor-Faktor Jasa Pelayanan yang Memengaruhi Pendapatan... 4.2.1. Faktor Jasa Pelayanan Pelabuhan Dominan.. 4.2.2. Kontribusi Faktor Dominan terhadap Pendapatan 4.2.3. Pemeriksaan Asumsi Model.. 37 37 41 42 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 46 5.1. Kesimpulan... 46 5.2. Saran... 47 DAFTAR PUSTAKA 49 LAMPIRAN.. 51

x DAFTAR TABEL Nomor Halaman 4.1. 4.2. Nilai KMO dan Uji Bartlett. Akar Ciri dan Persentase Keragaman Dua Komponen Utama 4.3. Faktor Pembobot Hasil Rotasi (Rotated Loading Factor) untuk Masing-Masing faktor Terbentuk... 39 4.4. Nilai Koefisien Determinasi (R 2 ), Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adjusted R 2 ), Standar Error, Uji F... 41 4.5. Nilai Uji t dan Signifikan Model Terbaik... 42 4.6. Nilai Durbin-Watson 42 4.7. Statistik Residual. 43 4.8. 4.9. Nilai Collinearity Statistic (VIF). Nilai Koefisien Regresi 38 38 44 45

xi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Pendapatan, Volume Bongkar Muat Barang dan Kunjungan Kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011... 4 2.1. Kerangka Pemikiran... 12 4.1. Perkembangan Pendapatan di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2010... 29 4.2. Perkembangan Jasa Pelayanan Labuh di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011....... 30 4.3. Perkembangan Jasa Pelayanan Tambat di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011...... 32 4.4. Perkembangan Jasa Pelayanan Dermaga di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011... 33 4.5. Perkembangan Jasa Pelayanan Penumpukan di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011... 34 4.6. Perkembangan Jasa Pelayanan Air Kapal dan Air Umum di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011... 35 4.7. Perkembangan Jasa Pelayanan Listrik di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2011..... 37 4.8. Diagram Pencar antara Regression Standardized Residual dengan Regression Standardized Predicted Value... 43 4.9. Diagram Pencar antara Probabilita Kumulatif Residual dengan Probabilta Kumulatif Normal... 44

xii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Nilai KMO dan Uji Bartlett... 52 2. Tabel Akar Ciri dan Persentase Keragaman Dua Komponen Utama... 52 3. Faktor Pembobot Hasil Rotasi untuk Masing-masing Faktor Terbentuk... 53 4. Diagram Komponen Utama Hasil Rotasi...... 53 5. Nilai R 2, R 2 Disesuaikan, Standar Error dan Durbin-Watson. 54 6. Nilai Jumlah Kuadrat dan Uji F 54 7. Nilai Koefisien Regresi dan Uji t.. 54 8. Uji Asumsi Multikolinieritas 55 9. Output Analisis Regresi Linier Berganda. 55 10. Uji Normalitas... 56 11. Uji Asumsi Homokedastisitas... 56

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi/liberalisasi khususnya sektor perdagangan serta pelaksanaan otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan potensi yang dimiliki daerah. Dampak selanjutnya akan terjadi peningkatan arus barang dan mobilitas orang. Hal ini memerlukan dukungan transportasi baik darat, laut maupun udara. Sebagai Negara kepulauan, transportasi laut merupakan moda yang memegang peranan sangat penting, terutama untuk mengangkut dan distribusi barang (Ayatulloh, 2001). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kegiatan kepelabuhan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan teteap memperhatikan tata ruang wilayah. Pelabuhan laut sebagai terminal point memiliki peran strategis dan penting karena berkaitan dengan aktivitas pelayanan kepelabuhan dan pelayaran sebagai salah satu kegiatan utama pelabuhan. Pelabuhan laut juga berperan sebagai tempat pendistribusian barang keseluruh wilayah tanah air. Peran strategis tersebut terkait erat dengan fungsi pokok yang dimiliki pelabuhan laut antara lain:

2 a) Fungsi titik temu (Interface), yaitu pelabuhan laut berfungsi sebagai terminal perpindahan barang dari dua atau lebih sistem transportasi yang berbeda, antara lain transportasi laut dan transportasi darat termasuk angkutan sungai (inland waterways); b) Fungsi Link, yaitu fungsi pelabuhan yang dipandang sebagai salahsatu matarantai dalam proses transportasi mulai dari tempat asal barang sampai tujuan; c) Fungsi pintu gerbang (Gateway), yaitu fungsi pelabuhan sebagai pintu gerbang suatu negara atau wilayah; dan d) Fungsi Industrial Entity, yaitu fungsi pelabuhan sebagai penyedia fasilitas termasuk pengembangan kawasan pelabuhan dan self generating cargo untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi (Teteng, 2009). Menurut statusnya pelabuhan laut dibedakan menjadi pelabuhan laut yang diusahakan yaitu pelabuhan laut yang dikelola oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia yang berjumlah sekitar 79 pelabuhan dan pelabuhan laut yang tidak diusahakan yaitu pelabuhan laut yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) kantor pelabuhan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berjumlah sekitar 193 pelabuhan. Dari seluruh pelabuhan tersebut, hal yang cukup menarik untuk dicermati adalah Pelabuhan Sunda Kelapa dibawah pengelolaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berkedudukan di Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki letak strategis di Ibukota Negara Republik Indonesia dan merupakan tumpuan harapan bagi kapal-kapal pelayaran rakyat untuk menyampaikan barang dari daerah dan perolehan muatan balik yang

3 diangkut keseluruh penjuru tanah air. Kegiatan kepelabuhan yang dilaksanakan di pelabuhan Sunda Kelapa sebagian masih menggunakan tenaga manusia (manual handling) sehingga semakin menarik untuk dicermati. Selain itu Jakarta merupakan pusat perdagangan dan industri yang didukung sarana transportasi untuk mendorong laju perekonomian di daerah Sumatra dan Kalimantan. Pelabuhan Sunda Kelapa juga memiliki peran sebagai matarantai pelabuhanpelabuhan lain di Indonesia antara lain Teluk Bayur, Jambi, Pulau Baai, Panjang, Pangkal Balam, Tanjung Pandan, dan Pontianak. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat kinerja Pelabuhan Sunda Kelapa. Penelitian yang dilakukan Chaniago (2002) melihat perkembangan kunjungan kapal, volume bongkar muat, kunjungan wisatawan asing, arus penumpang dan tingkat pelayanan. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kinerja Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami penurunan sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997/1998. Tetapi penelitian ini kurang mendalam karena hanya menggunakan analisis deskriptif. Djeffri (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa produktivitas bongkar muat barang berpengaruh positif terhadap kinerja Pelabuhan Sunda Kelapa. Produktivitas bongkar muat diukur menggunakan ship output dan lama kapal di pelabuhan atau port stay salah satu diantaranya menggunakan berthing time. Gambar 1.1. menunjukkan perkembangan pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa yang cenderung mengalami kenaikan sejak tahun 2004 hingga 2010. Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa mencapai Rp 11,066 miliar lebih pada tahun 2004, menjadi Rp 18,379 miliar lebih pada tahun 2010 atau naik sebesar 66,08

4 persen. Sedangkan volume bongkar muat barang di Pelabuhan Sunda Kelapa cenderung mengalami penurunan sejak tahun 2004 sampai tahun 2010. Volume bongkar muat barang mencapai 4,324 juta ton/m 3 lebih pada tahun 2004, menjadi 3,651 juta ton/m 3 lebih pada tahun 2010 atau turun sebesar 15,56 persen. Untuk kunjungan kapal juga mengalami penurunan sejak tahun 2004 sampai tahun 2010. Kunjungan kapal mencapai 3,735 juta GT lebih pada tahun 2004, menjadi 3,346 juta GT lebih pada tahun 2010 atau turun sebesar 10,41 persen. 20,000,000 18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Pendapatan (Ribu Rp) Bongkar Muat (Ton/M3) Kunjungan Kapal (GT) Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa, diolah. Gambar 1.1. Perkembangan Pendapatan, Volume Bongkar Muat Barang dan Kunjungan Kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004-2010 Fenomena di atas memberikan gambaran nyata, bahwa saat pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami kenaikan pada kurun waktu tahun 2004-2010, volume bongkar muat dan kunjungan kapal justru mengalami penurunan pada periode tahun yang sama. Sedangkan volume bongkar muat dan kunjungan

5 kapal merupakan kegiatan utama yang dilakukan di pelabuhan, yang secara langsung akan berdampak terhadap penerimaan pendapatan pelabuhan. 1.2. Perumusan Masalah Fenomena perkembangan pendapatan di Pelabuhan Sunda Kelapa jauh berbeda dengan fenomena perkembangan volume bongkar muat barang dan kunjungan kapal secara umum. Sedangkan bongkar muat barang dan kunjungan kapal merupakan kegiatan utama pelabuhan dalam menghasilkan pendapatan bagi pelabuhan. Di sisi lain ditengarai terdapat kegiatan pelayanan pelabuhan lainnya selain bongkar muat barang dan kunjungan kapal, yang memberikan kontribusi penerimaan pendapatan cukup besar saat pelayanan bongkar muat barang dan kunjungan kapal secara umum mengalami penurunan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan jasa pelayanan pelabuhan di Sunda Kelapa selama tahun 2004 2011? 2. Faktor-faktor jasa pelayanan pelabuhan apa yang dominan terhadap pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa? 3. Seberapa besar kontribusi masing-masing faktor yang terbentuk dan faktor apa yang paling besar kontribusinya? 1.3. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

6 1. Menggambarkan perkembangan jasa pelayanan pelabuhan di Sunda Kelapa selama tahun 2004-2011. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor jasa pelayanan pelabuhan yang dominan memengaruhi pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa. 3. Menganalisis kontribusi dari faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pelabuhan Sunda Kelapa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi berharga dalam meningkatkan faktor-faktor jasa pelayanan dan pendapatan. 2. Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian yang sejenis dan pelengkap atas beberapa penelitian atau studi terdahulu khususnya yang berkaitan dengan analisis kinerja Pelabuhan Sunda Kelapa. 3. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses belajar yang memberikan banyak tambahan ilmu dan pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan dan analisis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan lalu lintas kapal atau turun naik penumpang atau bongkar muat barang berupa barang, hasil produksi sesuai dengan jenis usaha pokoknya. Pelabuhan sebagai tumpuan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah, merupakan sarana untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhan dalam menunjang penyelenggaraan angkutan laut. Sebagai daerah lingkungan kerja ekonomi, keberadaan pelabuhan mempunyai peranan penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan sehingga pelabuhan dapat dikatakan sebagai pintu gerbang perekonomian Negara (Suganda, 2001). Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini diatur berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran dan peraturan pendukung lainnya. Rezim pengaturan yang baru, di bawah payung Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, tidak akan dilaksanakan sepenuhnya hingga tahun 2011. Sistem pelabuhan Indonesia disusun menjadi sebuah sitem hierarkis yang terdiri atas sekitar 1700 pelabuhan. Terdapat 111 pelabuhan strategis yang dianggap sebagai pelabuhan komersial dan dikelola oleh empat BUMN, PT.

8 (Persero) Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV. Selain itu, terdapat juga 614 pelabuhan diantaranya berupa Unit Pelaksana teknis (UPT) atau pelabuhan nonkomersial yang cenderung tidak menguntungkan dan hanya sedikit bernilai strategis. Selain itu, tarif yang berlaku di pelabuhan ditentukan oleh Pemerintah, dikenakan secara standar terhadap pelabuhan-pelabuhan sehinggga mengurangi peluang persaingan. 2.1.2. Lalu Lintas Pelabuhan Sekitar 90% perdagangan dalam dan luar negeri Indonesia diangkut melalui laut. Indonesia tidak memiliki pelabuhan pindah muat (trans-shipment) yang mampu mengakomodasi kebutuhan kapal-kapal besar. Bahkan, sebagian besar perdagangan di Indonesia harus dipindahmuatkan melalui pelabuhan penghubung di tingkat daerah. 2.1.3. Konsep Pendapatan Pendapatan (revenue) perusahaan berasal dari penjualan. Sementara itu, nilai penjualan ditentukan oleh jumlah unit yang terjual (quantity) dan harga jual (price), atau lebih sederhana dikatakan, Pendapatan = fungsi (quantity, price). Menurut Noor (2007) pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan. Dalam hal ini, Pelabuhan Sunda Kelapa memperoleh pendapatan dari penjualan jasa pelayanan pelabuhan, antara lain jasa pelayanan kapal, jasa pelayanan barang dan jasa pelayanan lainnya.

9 2.1.4. Konsep Jasa Pelayanan Pelabuhan Secara garis besar, dalam kaitannya dengan jasa pelayanan pelabuhan, terdiri sebagai berikut (Teteng, 2009): 1. Jasa labuh adalah jasa pelayanan kapal yang berlabuh jangkar di perairan pelabuhan untuk waktu yang singkat menunggu kesempatan untuk memasuki pelabuhan. Tarif jasa labuh didasarkan pada gross register ton dari kapal yang dihitung per 10 hari. 2. Jasa tambat adalah jasa pelayanan kapal yang singgah di pelabuhan untuk jangka waktu relatif lama dan tidak melakukan kegiatan bongkar muat. Tarif jasa tambat didasarkan pada gross register ton etmal, etmal disini merupakan istilah pelabuhan untuk waktu 24 jam. 3. Jasa dermaga adalah jasa pelayanan bagi kapal yang bersandar di dermaga untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Tarif jasa dermaga didasarkan pada ton/m 3 barang. 4. Jasa penumpukan adalah jasa pelayanan dari suatu areal dalam gudang maupun lapangan terbuka yang digunakan pihak pelabuhan untuk melakukan penumpukan barang. Tarif jasa penumpukan didasarkan pada ton/m 3 barang dan hari lamanya penumpukan. 5. Jasa air kapal adalah jasa pelayanan air yang dihasilkan pelabuhan untuk keperluan kapal. Tarif jasa air kapal didasarkan pada m 3. 6. Jasa air umum adalah jasa pelayanan air yang dihasilkan pelabuhan untuk keperluan umum seperti perkantoran disekitar pelabuhan. Tarif jasa air umum didasarkan pada m 3.

10 7. Jasa listrik adalah jasa pelayanan listrik yang dihasilkan pelabuhan bagi pengguna disekitar pelabuhan. Tarif jasa listrik didasarkan pada Kwh. 2.2 Penelitian Terdahulu Chaniago (2002) melakukan penelitian mengenai kinerja di Pelabuhan Sunda Kelapa. Dalam penelitian tersebut digunakan analisis deskriptif dengan melihat perkembangan beberapa variabel amatan. Variabel amatan tersebut terdiri dari kunjungan kapal, volume bongkar muat, kunjungan wisatawan asing, arus penumpang dan tingkat pelayanan. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kinerja di Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami penurunan sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997/1998. Tetapi penelitian ini kurang mendalam karena hanya menggunakan analisis deskriptif. Penelitian yang dilakukan Djeffri (2009) menunjukkan bahwa produktifitas bongkar muat barang berpengaruh positif terhadap kinerja Pelabuhan Sunda Kelapa. Variabel yang digunakan adalah pelayanan barang dalam bentuk produktifitas bongkar muat yang diukur melalui ship output dan lama kapal di pelabuhan atau port stay salah satu diantaranya adalah berthing time. Utami (2009) menganalisis tentang analisis ketepatan waktu dan kenyaman terhadap peningkatan kinerja pelayana angkutan laut penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok. Penelitian tersebut menunjukkan variabel ketepatan waktu dan variabel kenyamanan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan angkutan laut penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok.

11 Istidjab dan Maun (2008) meneliti tentang pengaruh produktivitas bongkar muat terhadap kinerja operasional Pelabuhan Makasar. Penelitian tersebut menunjukkan semakin besar produktivitas bongkar muat, membuat kinerja operasional Pelabuhan Makasar cenderung meningkat. Sunarto (2009) dalam penelitiannya tentang perbedaan tingkat kinerja pelayanan kapal dan barang pada Pelabuhan Belawan dan Makasar menunjukkan bahwa, kinerja pelayanan kapal di Pelabuhan Makasar secara umum lebih baik dibandingkan kinerja pelayanan kapal di Pelabuhan Belawan. Sedangkan produktivitas pelayanan barang di Pelabuhan Belawan secara umum lebih baik dibandingkan produktivitas pelayanan barang di Pelabuhan Makasar. 2.3. Kerangka Pemikiran Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami kenaikan, namun disisi lain volume bongkar muat barang dan kunjungan kapal mengalani penurunan. Hal ini menunjukkan terdapat faktor lain yang memengaruhi pendapatan pelabuhan dan memberikan kontribusi cukup besar. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah jasa pelayanan pelabuhan dan perubahan tarif. Analisis komponen utama, analisis faktor dan analisis regresi linier berganda metode backward digunakan untuk menganalisis faktor-faktor dominan jasa pelayanan pelabuhan serta kontribusinya terhadap pendapatan pelabuhan. Untuk mempermudah penelitian maka dibuat alur kerangka pemikiran yang divisualisasikan pada gambar 2.1.

12 Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa Meningkat, tetapi Volume Bongkar Muat dan Kunjungan Kapal Cenderung Menurun Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa Jasa Pelayanan Pelabuhan Labuh, Tambat, Air Kapal, Dermaga, Penumpukan, Listrik dan Air Umum Perubahan Tarif Variabel Penelitian Yang Digunakan Perkembangan Jasa Pelayanan Pelabuhan di Pelabuhan Sunda Kelapa Pengaruh Faktor-Faktor Jasa Pelayanan Pelabuhan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Pelabuhan Rekomendasi Kebijakan Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

13 2.4. Hipotesis Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu ditentukan hipotesis yang digunakan dalam penelitian. Hipotesis tersebut adalah terdapat pengaruh positif faktor jasa labuh, tambat, dermaga, penumpukan, air kapal, air umum, listrik dan perubahan tarif terhadap pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder dengan jenis data bulanan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2011 (bulan ). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu jasa labuh, jasa tambat, jasa air kapal, jasa dermaga, jasa penumpukan, jasa listrik, jasa air umum, dan pendapatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sumber data diperoleh dari publikasi Sistem Informasi Operasional Pelabuhan (Simoppel) PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa. 3.2 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, analisis komponen utama, analisis faktor, dan analisis regresi linier berganda dari faktor-faktor yang terbentuk. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paket program komputer yaitu Microsoft Excel 2010 dan SPSS 19.0 for windows. 3.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mendapat gambaran dan penjelasan mengenai perkembangan jasa labuh, jasa tambat, jasa air kapal, jasa dermaga, jasa penumpukan, jasa listrik, jasa air umum, dan pendapatan Pelabuhan Sunda

15 Kelapa. Pada tahapan ini pembahasan dilakukan dengan mengamati data yang tersedia berdasarkan kondisi dan fenomena yang terjadi di Pelabuhan Sunda Kelapa dalam periode pengamatan tahun 2004-2011, disertai beberapa argumen untuk menjelaskan fenomena yang ada. Analisis ini dilakukan melalui analisis grafik yang berisi data-data yang telah dikumpulkan. 3.2.2. Analisis Komponen Utama Penelitian dengan menggunakan banyak variabel sulit untuk dapat langsung menarik kesimpulan. Untuk menganalisa dengan cara yang lebih mudah tanpa mengurangi atau menghilangkan informasi yang berharga dari data yang diperoleh, maka digunakan analisis komponen utama. Metode ini ditemukan oleh Pearson (1901) yang kemudian dikembangkan oleh Hotteling (1993). Menurut Widarjono (2010) analisis komponen utama merupakan teknik analisis statistik untuk mentransformasi variabel-variabel asli yang masih saling berkorelasi satu dengan yang lain menjadi satu set variabel baru yang tidak berkorelasi lagi. Variabel-variabel baru itu disebut sebagai komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel asli. Keragaman total adalah: Var = λ 1 + λ 2 + + λ p dimana λ 1 + λ 2 + + λ p adalah akar ciri komponen utama. Besarnya proporsi dari varian total populasi yang dapat diterangkan oleh komponen utama ke-j adalah: Proporsi j = λj λ1 + λ2 + + λp 100% ; j = 1,2,,p

16 sehingga nilai proporsi dari varian total yang dapat diterapkan oleh komponen utama secara bersama-sama adalah semaksimal mungkin dengan meminimalisasi informasi yang hilang. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari variabel asal tetapi informasi yang diberikan tidak berubah. Menurut Widarjono (2010), pemilihan komponen utama yang digunakan adalah jika nilai akar cirinya lebih dari 1 (λ j > 1). Jika ukuran dari variabel asal tidak sama, maka setiap nilai pengamatan ditransformasikan ke nilai baku Z (distandardisasi). Langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah melakukan pengujian terhadap matriks korelasi yang digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya. Ada dua macam pengujian yang dapat dilakukan terhadap matriks korelasi, yaitu: a. Uji Bartlett Jika sebagian besar dari koefisien korelasi kurang 0,5 maka dilakukan uji Bartlett. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah matriks uji korelasinya bukan merupakan matriks identitas. Urutan pengujiannya sebagai berikut: 1. Hipotesis H 0 : matriks korelasi merupakan matriks identitas H 1 : matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas 2. Statistik Uji 2 χ obs = (N 1) (2p + 5) ln R 6 dimana: N = jumlah observasi p = jumlah variabel R = determinan matriks korelasi

17 3. Keputusan 2 Pengujian Bartlett akan menolak H 0 jika nilai χ obs > χ tabel (Widarjono, 2010) b. Uji Kaiser Meyer Olkin Syarat utama dari analisis faktor adalah terdapatnya hubungan linier antara variabel-variabel yang akan dianalisis. Selanjutnya untuk mengetahui apakah data layak dianalisis dengan analisis faktor digunakan nilai statistik Kaiser Mayer Olkin (KMO) untuk mengukur kecukupan samplingnya. Adapun formula untuk menghitung KMO sebagai berikut: KMO = i=j r ij 2 r 2 ij + a 2 ij dimana: r ij = koefisien korelasi a ij = koefisien korelasi parsial Nilai KMO yang kecil mengindikasikan bahwa penggunaan analisis faktor harus dipertimbangkan kembali, karena korelasi antar variabel tidak dapat diterangkan oleh variabel lain. Widarjono (2010) menetapkan karateristik pengukuran nilai KMO sebesar: 0,90 < KMO 1,00 data sangat baik untuk analisis faktor 0,80 < KMO 0,90 data baik untuk analisis faktor 0,70 < KMO 0,80 data agak baik untuk analisis faktor 0,60 < KMO 0,70 data lebih dari cukup untuk analisis faktor 0,50 < KMO 0,60 data cukup untuk analisis faktor KMO 0,50 data tidak layak untuk analisis faktor

18 3.2.3. Analisis Faktor Analisis faktor adalah salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan hubungan antara sejumlah variabel-variabel yang saling bebas (independent) antara satu dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Adapun tujuan dari analisis faktor antara lain: 1. Membuat ringkasan data (data summarization) yaitu untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel dengan menguji keterkaitan antar variabel. Sebagai contoh jika ada 10 variabel yang independen satu dengan yang lain, dengan analisis faktor mungkin bisa diringkas menjadi 3 kumpulan variabel baru (new set of variables). Kumpulan variabel tadi disebut faktor, dimana faktor tersebut mencerminkan variabel-variabel aslinya. 2. Data reduction, analisis faktor juga dapat digunakan untuk: a. Mengidentifikasi variabel yang representatif dari sejumlah kumpulan variabel yang banyak digunakan untuk analisis multivariat selanjutnya. b. Menyusun sekumpulan variabel baru yang lebih sedikit jumlahnya untuk mengganti sekumpulan variabel asli, dimana variabel tersebut memiliki sifat sebagai berikut (Widarjono, 2010). i. Mampu menetapkan semaksimal mungkin keragaman data ii. Antar faktor saling bebas iii. Setiap faktor dapat diinterpresentasikan dengan lebih jelas Pada penelitian ini isian data sangat bervariasi dalam satuan, dalam artian ada variabel dengan satuan jutaan gross register ton (labuh) sampai satuan ribuan

19 m 3 (air umum). Perbedaan yang sangat mencolok akan menyebabkan bias dalam analisis faktor sehingga data asli harus ditransformasi (standardisasi) sebelum bisa dianalisis. Proses standardisasi data bisa dilakukan dengan mentransformasi data kebentuk z-score (Santoso, 2010). 3.2.4. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda merupakan salah satu metode analisis yang sesuai jika masalah penelitian meliputi sebuah variabel tak bebas (dependent variable) yang dianggap berhubungan dengan dua atau lebih variabel bebas (independent variable). Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi masing-masing faktor yang terbentuk dari hasil analisis komponen utama dan analisis faktor terhadap pendapatan pelabuhan. Data yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda adalah data kuantitatif, baik untuk variabel bebas maupun tak bebas. Pemakaian data kualitatif pada variabel bebas dimungkinkan dengan mengubahnya menjadi variabel boneka (dummy variable). 3.2.4.1. Penyusunan Model Bentuk umum untuk model regresi dengan variabel tak bebas pendapatan pelabuhan dan variabel bebas merupakan faktor yang terbentuk dalam analisis sebelumnya adalah: Y i = β 0 + β 1 JL i + β 2 JT i + β 3 JD i + β 4 JP i + β 5 JAK i + β 6 JAU i + β 7 JLS i + β 8 D i + ε i Y i = β 0 + β 1 F 1i + β 2 F 2i + β 3 D i + ε i

20 dimana: Y i β 0 β 1,, β 8 JL i JT i = pendapatan pelabuhan (rupiah) = konstanta (intercept) = koefisien regresi = jasa labuh (gross register ton/grt) = jasa tambat (GRT/ETM) JD i = jasa dermaga (ton/m 3 ) JP i = jasa penumpukan (ton/m 3 /hari) JAK i = jasa air kapal (m 3 ) JAU i = jasa air umum (m 3 ) JLS i = jasa listrik (kwh) F 1i = faktor 1 F 2i = faktor 2 D i = perubahan tarif (dummy variable) ε i = kesalahan pengganggu i = periode waktu (2004,2005,,2011) 3.2.4.2. Pemeriksaan Asumsi Model Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi oleh suatu model regresi linier berganda antara lain sebagai berikut (Gujarati, 1997):

21 1. E( ε i ǀ X i ) = 0, untuk i = 1,2,3,,n Artinya rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol atau ε i menyatakan variabel-variabel lain yang memengaruhi P i akan tetapi tidak terwakili dalam model. 2. Cov (ε i, ε j ) = 0; i j Artinya tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lainnya. 3. Var (ε i ) = σ 2 Artinya setiap kesalahan pengganggu mempunyai varian yang sama atau mempunyai penyebaran yang sama (homokedastisitas). 4. ε i N (0,σ 2 ) Artinya untuk setiap kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata 0 dan varian σ 2. 5. Tidak ada multikolinieritas, yaitu tidak ada hubungan linier yang pasti antara variabel-variabel bebas. Uji statistik yang digunakan meliputi uji simultan (uji F) dan uji parsial (uji t). Asumsi-asumsi yang disyaratkan dan harus diuji adalah uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas dan uji multikolinieritas.

22 3.2.4.3. Teknik Pemeriksaan Asumsi Model Beberapa teknik pemeriksaan asumsi model regresi berganda antara lain sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji kesalahan pengganggu atau error apakah mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ 2. Asumsi normalitas diuji dengan menggunakan diagram pencar peluang normal antara probabilita kumulatif residu dengan probabilita kumulatif normal. Jika sebaran identik dengan garis lurus pada normal plot maka asumsi kenormalan terpenuhi (Gujarati, 1997). 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas artinya terjadinya hubungan linier antara variabel bebas. Dalam model regresi linier yang mencakup lebih dari dua variabel, sering terjadi multikolinieritas. Jika dari hasil pengujian statistiknya, didapatkan R 2 besar, F-test besar, dan t-test juga besar, berarti tidak terjadi multikolinieritas. Kalaupun terjadi, maka derajat multikolinieritasnya rendah sehingga bisa diabaikan. Jadi tingginya kolinieritas, tidak memungkinkan untuk memisahkan pengaruh parsial dan variabel bebas terhadap variabel tak bebas (Y). Atau dapat dikatakan bahwa kehadiran bersama variabel-variabel bebas akan mempunyai pengaruh bersama terhadap Y (joint effect), tetapi jika berdiri sendiri-sendiri, masing-masing secara individu tidak mempunyai pengaruh terhadap Y.

23 Untuk mengetahui adanya multikolinieritas pada suatu model regresi dengan teori L.R. Klein, menggunakan konsep VIF (Variance Inflation Factors). Nilai VIF diperoleh dengan rumus: VIF = 1 = 1 2 Tolerance 1 R j 2 R j adalah koefisien determinasi yang dihasilkan dengan meregresikan variabel penjelas ke-j dengan variabel lainnya. Semakin tinggi nilai R 2 j, VIF akan semakin besar. Suatu model regresi jika memiliki nilai VIF melebihi 5 maka perlu diperhatikan masalah multikolinieritas diantaranya dengan teknik analisis komponen utama dan analisis faktor. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antar variabel serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti data cross section). Akibat adanya autokorelasi dalam model regresi akan menyebabkan penaksir yang digunakan tidak lagi efisien meskipun penaksir tetap unbiased dan konsisten, selain itu penaksir akan memberikan gambaran yang menyimpang dari nilai populasi yang sebenarnya. Uji untuk mendeteksi apakah hasil regresi melanggar asumsi autokorelasi atau tidak, dilakukan dengan melihat nilai statistik Durbin- Watson (DW). Pengujian hipotesis: H 0 : tidak terdapat autokorelasi H 1 : terdapat autokorelasi

24 Statistik uji: Keputusan: d = n t=2 (e t e t 1 ) 2 n e2 t t=2 d < d L d > 4 d L d U < d < 4 d U d L < d < d U : tolak H 0 (terdapat autokorelasi positif) : tolak H 0 (terdapat autokorelasi negative) : terima H 0 (tidak terdapat autokorelasi) : pengujian tidak meyakinkan 4 d U < d < 4 - d L : pengujian tidak meyakinkan 4. Uji Heterokedastisitas Asumsi yang penting dari model regresi linier adalah bahwa gangguan (disturbance) yang muncul dalam fungsi regresi adalah homokedastisitas, yaitu gangguan tadi mempunyai varian yang sama. Adanya heterokedastisitas mengakibatkan penaksir tidak lagi efisien walaupun penaksir tersebut tetap tak bias dan konsisten, artinya mempunyai varian yang lebih besar dari varian minimum. Untuk mendeteksi apakah telah terjadi heterokedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED = Regerssion Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan nilai residualnya (ZRESID = Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu Y. Jika ditemukan ada pola tertentu, maka mengindikasikan adanya heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heterokedastisitas (Gujarati, 1997).

25 3.2.4.4. Pengujian terhadap Model Regresi Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian: 1. Pengujian Parameter Model Regresi Pengujian penduga parameter dilakukan untuk mengetahui keberatian penduga parameter. Apabila hipotesisnya ditolak, maka penduga parameter tersebut berarti (signifikan). 1.1. Uji F Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas. Pengujian hipotesis: H 0 : β 1 = β 2 = = β p = 0, secara simultan tidak ada variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas. H 1 : βj 0; (j = 1,2,,p), minimal ada satu variabel bebas ke-j yang berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas. Statistik Uji: = y i 2 /[(p+1) 1] JKS/[n (p+1)] e 2 i /[n (p+1)] F hit = JKR/[(p+1) 1] dimana: JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKS = Jumlah Kuadrat Sisa p+1 = banyaknya parameter termasuk konstanta n α = banyaknya sampel = tingkat kesalahan yang masih diterima (taraf uji) Keputusan: jika F hit > F tabel, maka H 0 ditolak.

26 1.2. Uji t Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel tak bebas. Pengujian hipotesis: Statistik uji: H 0 : β j = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-j terhadap variabel tak bebas H 1 : βj 0, ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ke-j terhadap variabel tak bebas. t hit = β j se(β j ) ; dimana se(β j) = standar error (β j ) Keputusan: jika t hit > t tabel atau t hit < -t tabel, maka H 0 ditolak 2. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk menilai kemampuan model regresi yaitu proporsi keragaman variabel tak bebas yang dapat ditunjukkan oleh model regresi melalui variabel bebasnya. R 2 = JKR JKT atau R2 = 1 JKT JKS = 1 e i 2 JKT 2 y i Koefisien determinasi memiliki dua sifat penting, yaitu: a. Koefisien determinasi (R 2 ) merupakan besaran nonnegatif. b. Batasnya adalah 0 R 2 1. Jika R 2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan R 2 yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel yang menjelaskannya.

27 Dalam membandingkan dua model regresi atau lebih menggunakan R 2, maka harus diperhitungkan banyaknya variabel bebas yang ada dalam model regresi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien determinasi alternatif yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (R 2 adjusted). Istilah disesuaikan berarti disesuaikan dengan derajat bebasnya (df). Koefisien determinasi yang disesuaikan dirumuskan sebagai berikut: 2 R adj = 1 JKS n p 1 JKT n 1 = 1 e i 2 /(n p 1) y i 2 /(n 1) 3.2.4.5. Pemilihan Model Regresi Terbaik Untuk mendapatkan model regresi terbaik dari variabel-variabel yang diteliti digunakan metode eliminasi backward. Eliminasi backward adalah salah satu prosedur pemilihan model regresi terbaik dalam regresi dengan eliminasi variabel bebas yang membangun model secara bertahap. Langkahlangkahnya sebagai berikut: 1. Masukkan semua variabel bebas ke dalam model regresi. 2. Menghitung nilai F parsial untuk masing-masing variabel bebas dan menguji F parsial tersebut. 3. Membandingkan nilai F parsial dengan F tabel pada α tertentu, jika F parsial terkecil lebih kecil dari F tabel maka variabel bebas tersebut dikeluarkan dari persamaan.

28 4. Menyusun kembali model regresi tanpa mengikutsertakan variabel bebas yang telah dikeluarkan, kemudian ulangi langkah 2. 5. Proses pengurangan variabel bebas berhenti jika tidak ada nilai F parsial < F tabel, yang berarti telah didapat model regresi terbaik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan Pendapatan yang diterima Pelabuhan Sunda Kelapa sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 menunjukkan peningkatan yang terus menerus seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Secara umum untuk kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2005 menunjukkan pendapatan yang tidak terlalu jauh, dimana tahun 2004 pendapatan yang diterima sebesar Rp 11,067 miliar, kemudian pada tahun 2005 menjadi Rp 12,681 miliar atau meningkat 14,59 persen. 20 18 16 14,874 15,778 16,326 17,700 18,379 Pendapatan (Miliar Rp) 14 12 10 8 6 4 2 11,067 12,681 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Laporan Keuangan PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.1. Perkembangan Pendapatan di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2010 (miliar rupiah)

30 Tetapi pada tahun 2006 pendapatan meningkat cukup tajam sebesar Rp 14,874 miliar rupiah atau meningkat 17,29 persen dibanding tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh kebijakan perubahan tarif baru untuk pelayanan jasa yang ditetapkan oleh Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II pada bulan Maret 2006. Dan untuk tahun-tahun selanjutnya terus meningkat hingga tahun 2010 mencapai sebesar Rp 18,379 miliar atau naik rata-rata sebesar 4,71 persen semenjak diberlakukannya tarif baru. 4.1.2. Jasa Labuh Pada periode penelitian (2004-2011) besarnya jasa labuh di Pelabuhan Sunda Kelapa terdapat tiga periode sesuai dengan yang terlihat pada gambar 4.2. Periode pertama menunjukkan perkembangan cenderung menurun yang diawali dari tahun 2004 dan diakhiri pada tahun 2007. Jasa Labuh (Ribu GRT)) 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200-2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Simoppel PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.2. Perkembangan Jasa Labuh di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2011 (ribu GRT)

31 Pada periode ini jasa labuh mengalami penurunan dibanding jasa labuh pada tahun sebelumnya. Jasa labuh tahun 2005 menurun sebesar 10,31 persen dibanding tahun 2004. Jasa labuh tahun 2006 menurun sebesar 9,26 persen dibanding tahun 2005. Dan jasa labuh tahun 2007 menurun sebesar 5,04 persen dibanding tahun 2006. Hal ini dikarenakan cepatnya kapal meninggalkan pelabuhan. Periode kedua menunjukkan kenaikan tajam pada pada tahun 2008. Jasa labuh tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 67,73 persen dibanding tahun 2007. Hal ini dikarenakan banyaknya kapal yang berlabuh di kolam pelabuhan untuk melakukan perbaikan. Periode ketiga menunjukkan peningkatan mulai tahun 2009 hingga 2011. Jasa labuh tahun 2010 meningkat 15,59 persen dibanding tahun 2009. Hal ini dikarenakan arus kapal yang meningkat serta lamanya kapal di pelabuhan untuk menunggu muatan. 4.1.3. Jasa Tambat Jasa tambat di Pelabuhan Sunda Kelapa kurun waktu 2004 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi seperti yang terlihat di gambar 4.3. Nilai jasa tambat terendah terjadi pada bulan 2009 sebesar 955.475 GRT/ETM atau turun 21,74 persen dibanding bulan yang sama tahun 2008. Hal ini karena arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang turun. Jasa tambat tertinggi terjadi pada bulan November 2010 sebesar 3.551.878 GRT/ETM atau naik 167,49 persen dibanding bulan November tahun 2009. Hal ini dikarenakan karena arus kunjungan kapal yang naik dan pengaruh

32 cuaca hujan serta ombak sehingga kapal harus menunggu hingga cuaca normal kembali. Jasa Tambat (Ribu GRT/ETM) 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Simoppel PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.3. Perkembangan Jasa Tambat di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2011 (ribu GRT/ETM) Tahun 2007 sampai tahun 2011 jasa tambat cenderung naik cukup tinggi yaitu rata-rata 10,58 persen. Hal ini seiring dengan lamanya kapal berada di tambatan dan arus kunjungan kapal yang mulai meningkat. 4.1.4. Jasa Dermaga Jasa dermaga sejak tahun 2004 hingga tahun 2011 mengalami fluktuasi atau naik turun sesuai gambar 4.4. Periode tahun 2004 sampai 2005 jasa dermaga menunjukkan kecenderungan naik mencapai nilai tertinggi sebesar 430.242 ton/m 3 pada bulan Juni 2005 atau naik sebesar 13,44 persen dibanding periode yang sama tahun 2004.

33 Jasa Dermaga (Ton/M 3 ) 500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Simoppel PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.4. Perkembangan Jasa Dermaga di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2011 (Ton/M 3 ) Periode tahun 2006 sampai 2011 jasa dermaga menunjukkan kecenderungan turun dengan volume terendah sebesar 201.150 ton/m 3 pada bulan 2009 atau turun 29,58 persen dibanding jasa dermaga periode yang sama tahun 2008. Hal ini disebabkan turunnya muatan kayu dan beralihnya pengiriman barang curah ke peti kemas melalui Pelabuhan Tanjung Priok atau pelabuhan lainnya. Disamping itu pengiriman sembako ke Sumatera lebih banyak menggunakan transportasi darat daripada transportasi laut. 4.1.5. Jasa Penumpukan Gambar 4.5. menunjukkan jasa penumpukan di Pelabuhan Sunda Kelapa mengalami penurunan signifikan. Dari awal tahun 2004-2005 nilai jasa penumpukan masih di atas 400 ribu ton/m 3 /hari, mencapai nilai tertinggi pada

34 bulan Desember 2005 sebesar 528.777 ton/m 3 /hari. Tetapi memasuki tahun 2006 nilai jasa penumpukan turun hanya berkisar antara 100-300 ribu ton/m 3 /hari, hingga mencapai titik terendah pada bulan 2009 hanya sebesar 96.893 ton/m 3 /hari. 600,000 500,000 Jasa Penumpukan (Ton/M 3 /Hari) 400,000 300,000 200,000 100,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Simoppel PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.5. Perkembangan Jasa Penumpukan di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2011 (Ton/M 3 /Hari) Awal Februari 2010 jasa penumpukan mulai mengalami peningkatan namun belum signifikan, nilai di atas 200 ribu ton/m 3 /hari, dan mencapai nilai sebesar 265.007 ton/m 3 /hari pada bulan Juli 2011. Hal ini disebabkan antara lain oleh cepatnya barang keluar dari penumpukan, kurangnya barang khususnya kayu olahan akibat penertiban hasil kayu olahan, dan banyaknya pengguna yang melakukan angkutan langsung.

35 4.1.6. Jasa Air Kapal dan Jasa Air Umum Jasa air kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa kurun waktu 2004 sampai 2009 cenderung mengalami penurunan seperti yang terlihat pada gambar 4.6. Awal tahun 2004 jasa air kapal mencapai nilai tertinggi sebesar 2.844 m 3 dan terus menurun hingga titik terendah di bulan 2009 sebesar 455 m 3 atau turun sebesar 84 persen. Mulai tahun 2010 jasa air kapal mengalami kenaikan dan mencapai nilai sebesar 1.994 m 3 pada bulan Juli 2011 atau naik sebesar 58,59 persen dibanding periode Juli 2010. Hal ini tentunya berkaitan dengan jumlah arus kapal yang berkunjung dan kebutuhan air yang diperlukan kapal serta adanya perbaikan pipa air ke kapal sehingga jasa air kapal dilakukan melalui sampan. 3,000 Jasa Air Kapal dan Air Umum (M 3 ) 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Air Kapal Air Umum Sumber: Simoppel PT. (Persero) Pelindo II Cabang Sunda Kelapa Gambar 4.6. Perkembangan Jasa Air Kapal dan Jasa Air Umum di Pelabuhan Sunda Kelapa Tahun 2004 2011 (M 3 )