BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2014 KEMEN PDT. Pengaduan. Penanganan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan korupsi di lingkungan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 2014 serta Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi; b. bahwa untuk menindaklanjuti kebijakan sebagaimana dimaksud huruf a di atas dan untuk mendorong peran serta pegawai dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh pegawai atas kinerjanya, maka perlu dibuat Pedoman Penanganan Pengaduan di Lingkungan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal;
2014, No.21 2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nonmor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Kedudukan Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Kedudukan Eselon I Kementerian Negara; 5. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 2014; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL.
3 2014, No.21 Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Penanganan Pengaduan adalah mekanisme penyampaian pengaduan dugaan tindak pidana korupsi yang telah terjadi dan/atau akan terjadi, yang melibatkan pegawai dan orang lain yang berkaitan dengan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan di dalam organisasi tempatnya bekerja. 2. Pengadu adalah seseorang yang melaporkan perbuatan yang berindikasi tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam organisasi tempat bekerja, atau pihak terkait lainnya yang memiliki akses informasi yang memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana korupsi. 3. Penanganan Pengaduan Masyarakat adalah proses kegiatan yang meliputi penerimaan, pencatatan, penelaahan, penyaluran, Identifikasi Khusus, Pengumpulan bahan dan keterangan, pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut dan pengarsipan. 4. Identifikasi Khusus yaitu proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan mengenai keberadaan terlapor yang teridentifikasi, baik bersifat perorangan, kelompok maupun institusional apabila mungkin termasuk masalah yang dilaporkan. 5. Pengumpulan Bahan dan Keterangan yaitu proses penjernihan atau kegiatan yang berupa memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada sumber pengaduan dan instansi terkait. 6. Tindak Lanjut adalah suatu kegiatan lanjutan yang wajib dilakukan oleh pimpinan instansi/unit kerja yang berwenang atas rekomendasi atau saran aparat pengawasan berdasarkan hasil penelitian atau pemeriksaan suatu kasus tertentu yang diadukan oleh masyarakat. 7. Pengadministrasian adalah rangkaian kegiatan administrasi yang meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan serta tata ruang perkantoran. Peraturan ini bertujuan : Pasal 2 a. meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi; b. meningkatkan sistem pengawasan yang memberikan perlindungan kepada pengadu dalam rangka pemberantasan korupsi. Pasal 3 (1) Menteri membentuk Tim Pelaksana Penanganan Pengaduan Internal;
2014, No.21 4 (2) Tim Pelaksana Penanganan Pengaduan Internal sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas : a. melakukan persiapan administrasi dan teknis penanganan pengaduan internal; b. menangani pengaduan internal sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku; c. melaporkan hasil penanganan pengaduan internal secara periodik kepada Menteri melalui Sekretaris Kementerian. Pasal 4 (1) Setiap pegawai atau pihak terkait lainnya yang melihat atau mengetahui adanya dugaan korupsi wajib menyampaikan laporan pengaduan. (2) Laporan pengaduan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disampaikan dengan cara langsung dan/atau tidak langsung dengan mencantumkan: a. identitas pelapor ; b. dugaan tindak pidana korupsi; c. pihak-pihak yang diduga terkait atau bertanggung jawab; d. waktu dan tempat kejadian; e. bukti pendukung yang memadai; dan f. bukti terkait lainnya. (3) Laporan pengaduan secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Tim Pelaksana Penanganan Pengaduan Internal. (4) Laporan pengaduan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan melalui alamat email whistleblowerpdt@kemenegpdt.go.id. Pasal 5 (1) Untuk melaksanakan tugas Tim Pelaksana Pengaduan Internal berwenang: a. menerima dan mengadministrasikan berkas pengaduan yang diterima; b. melakukan verifikasi berkas pengaduan, meliputi identitas lengkap pengadu/pelapor, identitas terlapor, substansi pengaduan, keterangan mengenai data/dokumen pendukung dan keterangan; dan c. meminta klarifikasi dari pelapor.
5 2014, No.21 (2) Dalam hal pengaduan dianggap kurang lengkap, kepada pengadu/ pelapor diminta untuk melengkapi kekurangan berkas yang dibutuhkan untuk melengkapi pengaduan. (3) Dalam hal berkas pengaduan dianggap memenuhi syarat, Tim sebagaimana dimaksud ayat (1) melakukan pemeriksaan berkas untuk penetapan tindak lanjut atas pengaduan tersebut. (4) Inspektur menetapkan tindak lanjut penanganan pengaduan internal. (5) Jenis penanganan pengaduan internal adalah : a. audit investigasi; b. diarsipkan Pasal 6 Inspektur menyampaikan seluruh hasil pemeriksaan atas laporan pengaduan internal kepada Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal melalui Sekretaris Kementerian. Pasal 7 (1) Dalam hal hasil pemeriksaan atas laporan pengaduan internal terdapat dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pegawai, maka Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dapat memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Dalam hal materi pengaduan internal yang disampaikan oleh Inspektur terdapat dugaan kuat tindak pidana korupsi, maka Menteri menyampaikan kepada instansi penegak hukum. Pasal 8 (1) Inspektorat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap tindak lanjut atas laporan hasil penanganan pengaduan internal. (2) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaporkan secara periodik kepada Menteri melalui Sekretaris Kementerian. Pasal 9 Selama berlangsungnya proses penanganan pengaduan internal berdasarkan Peraturan Menteri ini: a. tim Pelaksana Penanganan Pengaduan Internal wajib merahasiakan identitas pengadu; b. pengadu wajib memperoleh perlindungan hukum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan saksi dan korban.
2014, No.21 6 Pasal 10 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 30 Desember 2013 MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA, HELMY FAISHAL ZAINI Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 7 Januari 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN