KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

RANCANGAN, 28 SEPTEMBER 2017 NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MASUKAN KAMI TERIMA PALING LAMBAT TANGGAL 18 OKTOBER 2017

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENARIKAN DAN PEMUSNAHAN KOSMETIKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KOSMETIK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG TATA LAKSANA PENDAFTARAN SUPLEMEN MAKANAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN NOMOR: 453/Kpts/TN.260/9/2000 TENTANG OBAT ALAMI UNTUK HEWAN MENTERI PERTANIAN DAN KEHUTANAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

M E M U T U S K A N : : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Tentang : Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 544/MENKES/SK/VI/2002 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA REFRAKSIONIS OPTISIEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1239/Menkes/SK/XI/2001 TENTANG REGISTRASI DAN PRAKTIK PERAWAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 324/Kpts/TN.120/4/94 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PO TENTANG

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabaenan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/3/2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK. 00.06.42.0255 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Alpha Hydroxy Acid (AHA) banyak digunakan dalam kosmetik; b. bahwa masyarakat perlu dicegah dan dilindungi dari risiko akibat penggunaan yang tidak tepat dari kosmetik yang mengandung AHA; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan ketentuan Pasal 7 dan Pasal 41 Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Alpha Hydroxy Acid (AHA) Dalam Kosmetik. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 4. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005;

5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/ KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; 6. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik; MEMUTUSKAN : Menetapkan Pertama Kedua : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK. : Mengesahkan dan memberlakukan Petunjuk Teknis Pengawasan Alpha Hydroxy Acid (AHA) Dalam Kosmetik sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. : Setiap industri atau perusahaan dibidang kosmetik dan semua pihak yang terlibat dalam produksi, peredaran dan penggunaan kosmetik yang mengandung Alpha Hydroxy Acid wajib mengacu pada Petunjuk Teknis Pengawasan Alpha Hydroxy Acid (AHA) Dalam Kosmetik sebagaimana dimaksud dalam diktum Pertama.

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA tentang PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK No. HK. 00.06.42.0255 PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK

I. PENDAHULUAN Masyarakat di benua Asia, terutama kaum wanitanya banyak menggunakan kosmetik untuk tujuan pencerahan kulit. Indonesia adalah salah satu negara tropis dibelahan benua Asia yang terletak pada ekuator dengan suhu udara berkisar antara 25 35 C dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun. Paparan sinar matahari yang menyengat sepanjang waktu, radiasi sinar ultraviolet dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan penuaan kulit yang ditandai dengan berkurangnya kelembaban kulit, elastisitas kulit, dan mempermudah terjadinya pigmentasi. Dengan berkembangnya ilmu dan pengetahuan teknologi, hal tersebut diatas dapat diatasi dengan penggunaan kosmetik yang mengandung bahan aktif Alpha Hydroxy Acid (AHA) yang pada umumnya digunakan sebagai pelembab, exfoliant dan chemical peeling. Namun penggunaan AHA dalam kosmetik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan kulit. AHA adalah asam organik yang terdiri dari 2 (dua) rantai karbon atau lebih yang semakin panjang rantai karbonnya akan semakin besar berat molekulnya. Efektifitas AHA dalam kosmetik dipengaruhi oleh ph, konsentrasi dan availibitas asam bebasnya. Yang dimaksud dengan Alpha Hydroxy Acid (AHA) dalam petunjuk teknis ini adalah asam alfa hidroksi karboksilat termasuk garam dan esternya, terdiri dari : a. asam glikolat; b. asam laktat; c. asam malat; d. asam tartrat; e. asam mandelat dan f. asam sitrat. II. PENGELOMPOKAN AHA Berdasarkan potensi resiko efek samping, penggunaan AHA dalam kosmetik dibatasi dengan kadar maksimum 70 % dan dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Kelompok 1 (satu), AHA dalam kosmetik dengan kadar sampai dengan 10 % dengan derajat keasaman (ph) 3,5 atau lebih.

2. Kelompok 2 (dua), AHA dalam kosmetik dengan kadar diatas 10 % sampai dengan 70 % dengan derajat keasaman kurang (ph) dari 3,5 dan penggunaannya hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit. Pembatasan dan persyaratan penandaan AHA dalam kosmetik kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) sesuai dengan sebagaimana tercantum pada Lampiran 1. Batas kadar dihitung sebagai kadar asam bahan tunggal atau jumlah kadar asam dari campuran jenis bahan AHA. III. PENDAFTARAN DAN PENILAIAN 1. Pendaftaran dan penilaian kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) dilaksanakan dengan mengacu kepada Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen No. PO.01.04.42.4082 Tahun 2003 tentang Pedoman Tatacara Pendaftaran dan Penilaian Kosmetik. 2. Pendaftaran kelompok 2 (dua) juga wajib menyertakan surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani penanggungjawab/wakil perusahaan sesuai dengan sebagaimana tercantum pada Lampiran 2. IV. PEREDARAN 1. Kelompok 1 (satu) dan kelompok 2 (dua) hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2. Kelompok 1 (satu) dapat diedarkan dari distributor dan importir langsung ke konsumen 3. Kelompok 2 (dua) hanya boleh diedarkan langsung ke Klinik Spesialis Kulit.

V. PENANDAAN DAN PERIKLANAN 1. Penandaan kelompok 1 (satu) harus sesuai dengan penandaan kosmetik sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik dan dilengkapi informasi sebagai berikut : a. Kadar AHA ; b. Selama penggunaan hindari kontak langsung dengan sinar matahari ; c. Jangan digunakan disekitar mata, mulut dan membran mukosa lain ; d. Gunakan tabir surya dengan Sun Protection Factor (SPF) minimal 15 ; e. Jika terjadi reaksi hipersensitif (rasa terbakar, kemerahan) hentikan pemakaian. 2. Penandaan kelompok 2 (dua) harus sesuai dengan penandaan kosmetik sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik dan dilengkapi informasi sebagai berikut : a. Kadar AHA ; b. Selama penggunaan hindari kontak langsung dengan sinar matahari ; c. Jangan digunakan pada kulit dengan luka terbuka, disekitar mata, mulut dan membran mukosa lain ; d. Gunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) minimal 15 ; e. Penggunaan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit. 3. a. Produk kelompok 1 (satu) hanya dapat diiklankan setelah mendapat izin edar. b. Produk kelompok 2 (dua) dilarang diiklankan. VI. PELAPORAN DAN PEMANTAUAN 1. Produsen dan atau distributor yang memproduksi atau mengedarkan kosmetik yang mengandung AHA, yang termasuk kelompok 2 (dua) wajib melaporkan penyaluran

kosmetik tersebut, yang disampaikan secara berkala sekali 3 (tiga) bulan meliputi jumlah penerimaan dan pengeluaran masing - masing jenis AHA kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan menggunakan format Laporan Distribusi AHA sesuai dengan sebagaimana tercantum pada Lampiran 3. 2. a. Klinik Spesialis Kulit sebagaimana dimaksud pada butir IV.3. wajib melakukan pemantauan apabila terjadi efek samping yang tidak diinginkan dan segera melaporkannya kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan selambat - lambatnya 3 ( tiga) hari setelah kejadian dengan menggunakan format Pelaporan Monitoring Efek Samping Kosmetik sesuai dengan sebagaimana tercantum pada Lampiran 4. b. Apabila berdasarkan hasil evaluasi terhadap pemantauan efek samping yang tidak diinginkan sebagaimana dimaksud pada butir 2.a. dan perkembangan ilmu pengetahuan, dinyatakan tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan serta dapat merugikan masyarakat, maka produsen dan atau importir wajib melakukan penarikan kembali produk yang beredar dan segera melaporkan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk dapat dilakukan peninjauan kembali izin edarnya.

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA tentang PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK No.HK. 00.06.42.0255 ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK DENGAN PEMBATASAN DAN PERSYARATAN PENANDAAN KELOMPOK KEGUNAAN PEMBATASAN BATAS KADAR ph PENANDAAN KETERANGAN 1 Pelembab dan Exfoliant s/d 10% 3,5 atau lebih Wajib mencantumkan keterangan sebagai berikut : a. Kadar AHA; b. Selama penggunaan hindari kontak langsung dengan sinar matahari; c. Jangan digunakan di sekitar mata, mulut dan membran mukosa lain; d. Gunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) minimal 15; e. Jika terjadi reaksi hipersensitif ( rasa terbakar, kemerahan) hentikan pemakaian. Penggunaan langsung oleh konsumen 2 Chemical Peeling > 10% s/d 70% Kurang dari 3,5 Wajib mencantumkan keterangan sebagai berikut : a. Kadar AHA; b. Selama penggunaan hindari kontak langsung dengan sinar matahari; c. Jangan digunakan pada kulit dengan luka terbuka, di sekitar mata, mulut, dan membran mukosa lain; d. Gunakan tabir surya dengan SPF (Sun Protection Factor) minimal 15; e. Penggunaan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit. - Penggunaan hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis kulit - Hanya boleh diedarkan langsung ke klinik spesialis kulit sesuai dengan yang tertera pada Surat Pernyataan sebagaimana pada Lampiran 2.

LAMPIRAN 2 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA tentang PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK No. HK. 00.06.42.0255 SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Jabatan : Bertindak atas nama produsen / distributor : Nama Produsen / Distributor : Alamat : dalam mendistribusikan produk : 1. Nama produk : Kemasan : 2. Nama produk : Kemasan : 3. Nama produk : Kemasan : 4.... menyatakan dengan ini bahwa saya bersedia 1. menjamin mutu, keamanan dan manfaat produk yang saya edarkan ; 2. mematuhi ketentuan penandaan / label sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku ; 3. hanya mendistribusikan kepada Klinik Spesialis Kulit ; 4. membuat laporan distribusi setiap 3 (tiga) bulan sekali ; 5. tidak mengiklankan produk AHA kelompok 2 (dua) ; 6. apabila terjadi efek samping akibat penggunaan produk tersebut saya akan segera melaporkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah kejadian. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dan apabila ternyata tidak benar saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku....,... Meterai ( )

LAMPIRAN 3 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA tentang PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK No.HK.00.06.42.0255 K e p a d a Yth. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Cq. Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Di J A K A R T A LAPORAN DISTRIBUSI AHA DALAM KOSMETIK TAHUN :... TRIWULAN : 1. JANUARI MARET 2. APRIL JUNI 3. JULI SEPTEMBER 4. OKTOBER DESEMBER A. DATA UMUM NAMA PBF :... ALAMAT KANTOR :...... ALAMAT GUDANG :...... i

B. DATA PENDISTRIBUSIAN AHA NO NAMA DAN BENTUK SEDIAAN KEMASAN STOK PENERIMAAN PENGELUARAN UNTUK SISA STOK Dari Jumlah Klinik Spesialis Kulit Alamat Penanggungjawab Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Demikian laporan informasi ini dibuat dengan sebenarnya...,. Pimpinan Perusahaan Penanggung Jawab ( ) ( ) Tembusan Kepada Yth, : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat ii

LAMPIRAN 4 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA tentang PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING AHA DALAM KOSMETIK Informasi Pasien Nama Pasien Suku Bangsa Umur Jenis Kelamin Tinggi/Berat Badan Perempuan Laki-laki Hamil Tidak Hamil No & Kode Informasi Mengenai Produk Kosmetik Produk kosmetik Tgl awal Tgl awal : Penandaan kosmetik yang Deskripsi Produk digunakan Nama : Penggunaan : Reaksi : siang hari Dry cream/lotion/gel Nama dagang di Indonesia malam hari Night cream/lotion/gel : No. Reg : Tgl akhir reaksi : setiap saat Peeling No. Batch : Lain-lain Face cream Produsen : Importir : Deskripsi efek samping yang terjadi Lain-lain Informasi Mengenai Efek Samping Tingkat keseriusan : Penanganan : Kesudahan efek samping : Kematian (tgl ) Rawat Inap Meninggal Mengancam jiwa Rawat Jalan Sembuh dengan gejala sisa Perawatan di Rumah Sakit Tidak ada penanganan Sembuh Lain-lain (sebutkan) Tahap penyembuhan Reaksi berlanjut Tidak diketahui Apakah Produk Kosmetik dihentikan? Apakah reaksi berulang setelah produk kosmetik dihentikan? Apakah reaksi timbul pada pemberian ulang produk kosmetik yang sama? Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Lainnya Lainnya (sebutkan) Lainnya (sebutkan) Produk Kosmetik/Obat/Suplemen Makanan/Lain-lain yang digunakan bersamaan dalam 3 bulan terakhir Tidak ada Nama Kosmetik Tanggal awal Tanggal akhir Deskripsi kosmetik penggunaan penggunaan Ada Night cream/lotion/gel Day cream/lotion/gel Lain-lain Nama produk selain kosmetik (obat, suplemen makanan, lain-lain) Nama Produk (obat, suplemen makanan, lainlain) Tanggal awal penggunaan Informasi tambahan yang relevan (riwayat alergi, hasil laboratorium, foto, dll). Tanggal akhir penggunaan Deskripsi (obat, suplemen makanan, lainlain) Dugaan Efek Samping : Tgl diterima laporan Jenis Laporan Pelapor (yang menerima laporan) Awal Nama : Lanjutan Alamat : Tanda tangan :.., Penanggung jawab pelaporan ( ) Jabatan