ANALISIS KEBIJAKAN PRAKTIS: DELAPAN LANGKAH EFEKTIF UNTUK MEMECAHKAN MASALAH, PENDEKATAN OLEH EUGENE BARDACH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eulis Karmila, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. karena kota harus menanggung beban berat akibat tingginya tingkat pertambahan

Manajemen Strategis. Novia Kencana, S.IP., MPA

Perkembangan Sistem Anggaran Publik Anggaran Tradisional dan Anggaran New Public Management

Kegagalan Pasar Dan Peran Sektor Publik. Wahyudi Kumorotomo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN AKTE KELAHIRAN. (Suatu Studi di Kabupaten Halmahera Utara) Oleh : Arki Tabaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

Mengukur Efisiensi Oleh : TUTI SUARTINI/

MANAGEMENT. (Chapter 2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PERUMUSAN MASALAH DAN JUDUL PENELITIAN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

Measurement Definisi Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang didasarkan kepada Undang-Undang. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Derah, menekankan adanya

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat. Masa depan suatu perusahaan, berada pada industri apapun,

I. PENDAHULUAN. menuju kepada masyarakat yang beorientasi kerja, yang memandang kerja adalah

BAB V WAWANCARA Jenis-jenis Informasi

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFORMASI EKONOMI: MEAN DAN VARIANCE

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecuali kematian, meskipun demikian juga tetap mengandung ketidakpastian

BAB VI PENUTUP. Peternakan ayam jika berada pada area perumahan maka akan. menimbukan berbagai masalah. Seringkali peternakan ayam ini mendapat respon

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya pelayanan tidak jelas bagi para pengguna pelayanan. Hal ini terjadi

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) EMPAT DISIPLIN MENJADI ORGANISASI YANG SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

My Learning Journal Membedah dan Menulis Bagian Pendaluan dari Sebuah Jurnal dan Makalah Ilmiah University of Manchester

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya, seperti

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan kader keluarga. Remaja selalu diidentifikasi dengan perubahan

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. IV BALAI DIKLAT KEPEMIMPINAN MAGELANG 2015

Tim Analisis Isi Media. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Medan Kementerian Komunikasi dan Informatika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai

Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Mengajarkan Berbagai Keyakinan dan Sikap

BAB I PENDAHULUAN. dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam

I. PENDAHULUAN. adalah pelayanan dalam bidang kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

Materi 2 Ekonomi Mikro

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha manusia. Selama hampir satu abad, upaya peningkatan Produktivitas

B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

Transkripsi:

ANALISIS KEBIJAKAN PRAKTIS: DELAPAN LANGKAH EFEKTIF UNTUK MEMECAHKAN MASALAH, PENDEKATAN OLEH EUGENE BARDACH (Langkah ke 1 Rumusan Masalah) Analisis kebijakan merupakan aktivitas sosial dan politik. Pada dasarnya seorang analis bertanggung jawab secara moral dan intelektual atas kualitas analisis kebijakan yang dibuatnya. Hanya, analis kebijakan melampaui teknik pengambilan keputusan biasa. Pertama, karena subyeknya berkaitan dengan kepentingan sejumlah besar warga negara. Kedua, proses dan hasil analisis kebijakan selalu melibatkan selalu melibatkan banyak profesional dan para pihak yang berkepentingan: sehingga umumnya dilakukan secara tim yang melibatkan banyak instansi. Klien biasanya merupakan organisasi yang secara hirarki superior, para pengamat bisa berasal dari berbagai sub-group yang mempunyai dukungan politik tertentu serta lawan dari analis yang dibuat. Itulah kondisi kegiatan analisis kebijakan, dan membuat cukup sulit menentukan kualitas analisis. Eugene Bardach, seorang pengajar analis kebijakan sejak 1973 di Goldman School of Public Policy, University of California, Berkeley membuat sebuah pendekatan yang dia sebut sebagai Eightfold Path to More effective problem solving. Buku yang tidak terlalu tebal ini sangat berguna memberikan arahan baik untuk analis kebijakan atau siswa dalam usahanya melihat dunia melalui kacamata seorang praktisioner. Delapan Langkah Analisis kebijakan lebih merupakan seni daripada sains. Ia membutuhkan banyak intuisi disamping juga metode. Sebagian besar pemula lebih merasa nyaman menggunakan banyak metode untuk pekerjaanya. Berikut delapan langkah yang dibuat oleh Eugene Bardach: Rumuskan masalah Kumpulkan sejumlah bukti Bangun alternatif Pilih kriteria

Buat outcome-nya Konfrontasikan kelebihan dan kekurangannya Ambil keputusan Ceritakan Langkah-langkah tersebut tidak harus dibuat persis berurutan, juga tidak semuanya penting untuk semua masalah. Tetapi usaha untuk menentukan masalah selalu menjadi langkah awal dan menceritakan hasil selalu menjadi bagian akhir proses. Kedelapan langkah pendekatan tersebut lebih merupakan pengingat akan tugas-tugas penting yang harus dilakukan oleh seorang analis. Proses Pemecahan Masalah Proses pemecahan masalah- adalah proses trial and error merupakan proses yang terus berulang, sehingga biasanya harus mengulang langkah-langkah tersebut, kadang lebih dari sekali. Semakin kita terlibat dalam proses pemecahan masalah, semakin sering terjadi perubahan perumusan masalah, juga alternatif yang dibangun, kriteria evaluasi, dan bukti-bukti yang diperlukan. Dengan pengulangan analis akan lebih percaya diri bahwa dia berada di jalur yang benar. Proses ini cukup melelahkan tetapi juga berharga jika kita menyukai tantangan untuk menelusuri, menemukan dan menciptakan. Konsep analisis yang digunakan di dunia nyata. Pada kehidupan nyata, masalah kebijakan selalu muncul dalam wujud banyak data detil: berupa kepribadian, grup-grup berkepentingan, figur penganggaran, hukum dan interpretasinya, birokrasi, perilaku warga dan sebagainya. Analis kebijakan harus mampu menggunakan konsep analisis yang tepat untuk menelaah manifestasinya di dunia nyata. Kelebihan Metode Delapan langkah pendekatan ini dimaksudkan untuk memperekonomis dan meningkatkan proses. Hal ini karena menganalisis kebijakan publik adalah aktivitas kompleks. Sangat mudah kehilangan arah, menghabiskan banyak waktu, dan menyebabkan demoralisasi. Banyak metode analisis kebijakan lebih berusaha mengarahkan agar tidak tersesat. Itu hal yang penting, tetapi metode delapan langkah ini akan membantu analisis secara lebih efisien dengan seminimum mungkin kebingungan.

Akhirnya, analisis kebijakan sebagaimana asalnya dari politik, juga akan berakhir di politik. Kehidupan politik pada dasarnya mempunyai dua sisi: menyalurkan konflik dan membangun komunitas. Analisis kebijakan melayani kedua sisi tersebut. Ia menyalurkan konflik dengan membangun berbagai argumen, dengan data dukungnya, mengalahkan lawannya dan akan keluar sebagai pemenang. Tetapi ia juga membangun komunitas dengan meletakkan dasar yang kuat. Dasar yang kuat ini ditentukan oleh sejumlah aturan dan konvensi berdasar diskursus rasional. Lawan argumen dimungkinkan untuk melakukan prosedur analisis untuk menciptakan ketidaksepakatan, atau mungkin mereka hanya menemukan suatu potensi konflik atas masalah teknis seperti misalnya seberapa besar keuntungan Kebijakan A dibanding Kebijakan B untuk memitigasi masalah M. LANGKAH I : RUMUSKAN MASALAH Perumusan masalah adalah langkah yang paling penting. Ini akan memberikan kita alasan kuat untuk mengerjakan semua pekerjaan untuk menyelesaikan proyek dan memberikan arah aktivitas untuk mengumpulkan bukti-bukti. Pikirkan Kekurangan dan Kelebihan Seringkali tetapi tidak selalu sangat membantu untuk berfikir dalam kerangka kekurangan dan kelebihan. Sebagai contoh: Terdapat banyak warga tidak mempunyai tempat tinggal di Indonesia. Permintaan air irigasi tumbuh lebih cepat dari kemampuan pemerintah memenuhinya baik secara finansial dan lingkungan. Kerangka kelebihan dan kekurangan tidak akan membantu jika masalah yang dihadapi sudah terstruktur pilihan pemecahannya sebagai contoh, pencemaran air di Sungai Citarum. Juga tidak akan membantu jika tantangan kita adalah menemukan solusi apapun untuk menyelesaikan masalah yang sudah terumuskan secara nyata sebagai contoh, mendapatkan pembiayaan untuk mengantisipasi kesenjangan antara pendapatan dan pengeluaran. Buat Rumusan Dapat Dievaluasi

Masalah ada jika manusia berpikir ada sesuatu yang salah dalam kehidupan, tetapi harus dicermati bahwa salah adalah sesuatu yang bisa diperdebatkan. Tidak semua orang akan setuju dengan fakta yang anda kemukakan sebagai masalah, karena setiap orang akan menggunakan kerangka pikir yang berbeda atas fakta tersebut. Sayangnya belum ada cara yang disepakati untuk menyelesaikan berbedaan filosofis tersebut. Sebuah pertanyaan filosofis sekaligus praktis: Masalah privat apa yang membuatnya bisa dinyatakan sebagai masalah publik dan legitimasi apa sehingga memungkinkan klaim untuk pemecahannya menggunakan sumber daya publik?. Biasanya akan sangat membantu untuk melihat situasi dalam kerangka kegagalan pasar, market failure (Wemer and Vining 2004, bab 5). Secara sederhana, kegagalan pasar terjadi pada barang atau jasa yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Sangat sulit untuk menetapkan pembayaran dari semua pihak yang mendapatkan keuntungan darinya, sebagai contoh, terdapat banyak orang yang mendapatkan manfaat dari ilmu sains dasar. Sangat sulit menetapkan nilai ekonomis yang tepat dari semua pihak yang diuntungkan dalam penggunaannya. Seperti para pemilik mobil yang membuang polusinya ke udara bebas. Sangat sulit bagi konsumen atau suplaier untuk menetapkan kuantitas sebenarnya penggunaan barang atau jasa yang dilakukan. Sebagai contoh jasa perbaikan. Membuat biaya produksi lebih rendah dari rata-rata biaya dalam jumlah permintaan yang relevan. Misalnya artikel yang didistribusikan lewat internet. Pada situasi umum, walau tidak selalu, situasi saat tidak terdapat kegagalan pasar dapat diidentifikasi, masalah privat tidak dapat dikategorikan untuk mendapat intervensi pemerintah. Selain masalah kegagalan pasar, situasi umum yang menyebabkan masalah privat yang dapat digaransi menjadi masalah publik adalah: pasar. Kegagalan sistem, seperti hubungan keluarga, yang terjadi secara umum di luar kriteria

Standar hidup yang rendah yang timbul karena justru pasar berfungsi secara baik dan tidak memberi individu imbalan yang layak karena mereka tidak mempunyai skill dan keahlian yang dibutuhkan pasar. Terdapatnya diskriminasi rasa atau minoritas. Kegagalan pemerintah untuk berfungsi di sektor yang secara tradisional pemerintah diharapkan mampu bertindak secara efektif (seperti menyediakan sekolah umum). Isu Retorika Isu retorika dapat digunakan untuk merumuskan masalah. Tetapi pergunakan secara hati-hati. Umumnya isu retorika menunjukkan suatu kondisi yang oleh warga dinyatakan tidak disukai atau buruk, seperti kekerasan media atau global-warming. Isu retorika sering memuat kepentingan kelompok atau ideology tertentu. Seperti perbedaan cara pandang liberal dan konservatif dalam menyikapi mekanisme pasar. Juga isu-isu menyangkut lingkungan hidup. Analis kebijakan umumnya menjembatani semua ideologi politik dengan berdasar dengan standar normatif memaksimumkan kesejahteraan. Jadi anda tidak boleh sertamerta mengulangi isu retorika dalam rumusan masalah, tetapi gunakan sebagai materi dasar untuk perumusan masalah yang diharapkan akan berguna untuk analisis. Kuantifikasi Jika Memungkinkan Perumusan masalah sebaiknya memunculkan fitur kuantitatif. Jangan memunculkan kata-kata yang sulit diukur, seperti terlalu besar?, terlalu sedikit?.seperti dalam kasus perumahan, seberapa banyak warga yang tidak mempunyai rumah di Indonesia?. Atau dalam kasus irigasi pertanian, berapa hektar meter air yang digunakan sekarang, dan berapa banyak jika dibandingkan dengan permintaan dalam jangka waktu sekian tahun ke depan? Dengan menuliskan secara kuantitatif, lebih mudah mengukur tingkat kemampuan pemerintah membangun fasilitas fisik irigasi, dan bagaimana harapan pertumbuhannya selama sekian waktu tertentu. Dalam beberapa kasus tertentu, dimungkinkan untuk membuat perkiraan, jika angka pasti tidak mudah didapatkan. Perkiraan harus dibuat range-nya dan poin estimasinya. Sebagai contoh,

perkiraan terbaik jumlah warga yang tidak memiliki rumah mencapai 250.000 jiwa, nilai pastinya adalah antara 100.000 sampai 400.000 jiwa. Lebih baik mengatakan banyak warga dengan pendapatan di atas Rp. 5.000.000,- tinggal di apartemen bersubsidi, daripada terlalu banyak warga berpenghasilan menengah ke atas yang mendapatkan keuntungan dari perumahan bersewa rendah. Nilai 5.000.000 berfungsi sebagai batas yang akan menjadi tolok ukur pada analisis yang dibangun. Identifikasi Peluang Laten Suatu masalah pada dasarnya adalah karena adanya peluang yang diabaikan. Jika tidak rusak, jangan perbaiki, adalah pernyataan yang menjebak, dan sejumlah analis kebijakan, pengambil kebijakan, dan pelayan public secara tidak sadar menerapkkannya, dengan membatasi dari pencarian kemungkinan-kemungkinan peluang pemecahan masalah. Lebih parah lagi, sebagian besar agenda professional kebijakan diarahkan oleh sejumlah komplain, ancaman, kekhawatiran, dan masalah. Sehingga mereka kehabisan energi untuk berfikir tentang perbaikan atas hal-hal yang terabaikan. Jika adal peluang laten untuk perbaikan, jangan diabaikan. Dimana kita dapat melihat peluang untuk perbaikan kebijakan secara kreatif tanpa didahului oleh complain, dan sebagainya? Sejumlah akademisi dan teoritis memberikan beberapa rumusan generic seperti di bawah ini: Beberapa Peluang Generik untuk Menciptakan Perbaikan Sosial Strategi Operasi Dengan menyusun ulang, membuat kerangka waktu, prioritas, pemaduan, pengelompokkan, dan penataan rasional lainnya bisa dimungkinkan untuk menggunakan sumber daya yang sudah ada untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pricing berdasar biaya (cost-based pricing) Perbedaan antara harga dan biaya menunjukkan peluang untuk menguatkan kesejahteraan sosial dengan mengatur ulang harga agar sesuai dengan kondisi riilnya. Misalnya, menghapus subsidi untuk periode beban puncak listrik.

Aspirasi Pribadi Berdasar Produk (By-product of personal aspirations) Dimungkinkan untuk membuat insentif baru atau menciptakan peluang baru untuk kelebihan yang diciptakan oleh seorang pribadi yang dapat secara tidak langsung memberikan keuntungan untuk masyarakat. Sebagai contoh, pemerintah dapat mengurangi biaya inovasi dengan memberi insentif bagi para penemu atau saintis yang berkerja di penemuan tersebut. Saling Melengkapi Dua atau lebih aktivitas berpeluang untuk digabungkan sehingga satu sama lain bisa lebih produktif. Sebagai contoh, meningkatkan pembangunan public dapat mengurangi pengangguran. Input substitusi Terdapat banyak peluang substitusi yang lebih hemat secara biaya dalam suatu proses yang memberikan hasil lebih kurang sama. Sebagai contoh, pemerintah kota dapat menyewa tenaga sipil bergaji rendah untuk tugas-tugas administrasi dibanding menggunakan pegawai negara yang bergaji lebih tinggi. Pengembangan Sejumlah aktivitas yang berurutan atau operasi dapat diatur untuk mendapatkan keuntungan berupa proses pengembangan. Sebagai contoh, dinas kesejahteraan dapat mengases klien untuk mendapatkan peluang pekerjaan daripada hanya memberikan pelatihan dan menyuruh mereka mencari pekerjaan sndiri. Pertukaran Kemungkinan pertukaran dapat meningkatkan nilai sosial. Perumus kebijakan sering kali mendesain kebijakan agar tercipta stimulus pasar. Fungsi jamak (multiple function) Suatu sistem dapat didesain agar satu fitur berpotensi menciptakan dua atau lebih fungsi. Sebagai contoh, dinas pajak dapat menciptakan situasi sedemikan rupa sehingga dapat mencegah pengemplang pajak sekaligus menyakinkan warga taat pajak bahwa mereka tidak dirugikan atas kejujurannya.

Nontradisional partisipan Pegawai garis depan pemerintah - demikian juga konsumen, klien atau pihak yang diatur regulasi sering mempunyai pengetahuan atas peluang perbaikan program yang dapat bermanfaat bagi pengambil keputusan di kantor tersebut. Kapasitas yang kurang dimanfaatkan Pemerintah seringkali secara sistematis kurang memanfaatkan sumber daya yang mereka kuasai. Misalnya, fasilitas sekolah yang hanya dimanfaatkan sebagian hari dan sebagian waktu selama satu tahun. Tetapi patut diperhatikan bahwa memanfaatkan kapasitas sekolah untuk tujuan lain tanpa mengganggu fungsi asal sekolah bukan sesuatu yang mudah. Kondisi yang menciptakan masalah bisa menjadi masalah tersendiri. Tetapi harus ditekankan bahwa, penyebab harus nyata, jangan diasumsikan. Anda harus mengevaluasi mata rantai penyebab sampai akibat buruk yang ditimbulkan oleh penyeban tersebut dan harus diyakini bahwa keterhubungan sebab akibatnya adalah nyata. Bukti-bukti atas masalah tersebut harus dievaluasi secara hati-hati sebelum kita memutuskan bahwa rumusan masalah kebijakan tersebut sduah benar. Ulangi Perumusan masalah adalah langkah terpenting. Karena sangat sulit meendapatkan secara benar, jika perlu ulangi langkah-langkahnya secara berulang. Selama itu, pemahaman konseptual dan empriris akan menguat dalam analisis. Sebagai contoh, pada awalnya anda berpikir bahwa masalah utamanya adalah terlalu banyak rumah singgah di kota kita, tetapi pada akhirnya disimpulkan bahwa masalah utamanya adalah buruknya manajemen rumah singgah.