TREND PERKEMBANGAN SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET DI PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
JAP PADA TANAMAN KARET

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

PENYAKIT BIDANG SADAP

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

Dina Ernawati, SP. dan Vidiyastuti Ari Yustiani, SP.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH PELUANG USAHA PERKEBUNAN KARET MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

JAMUR AKAR PUTIH (JAP) PADA KOMODITI CENGKEH TRIWULAN II DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA. Effendi Wibowo, SP dan Yudi Yulianto, SP

Serangan Penyakit Cacar Daun Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4 Tahun 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda, karet telah dijadikan sebagai komoditas unggulan bersama tebu, kopi, teh,

OPT PENTING PADA TANAMAN KARET

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan nama Corticium salmonicolor (B. et Br). Oleh Burdsall (1985) jamur juga disebut

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bakar Serangan Luka Api pada Tebu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

PENDAHULUAN. Kubis bunga merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak dikonsumsi

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. Stadium ini ditemukan pada daun daun tua yang sedang membusuk. Jamur ini


TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

VI ANALISIS FAKTOR FAKTOR SUMBER RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI KARET ALAM

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah Rigidoporus lignosus (Klotzsch)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT KERING ALUR SADAP (KAS) PADA TANAMAN KARET DI PROPINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

SERANGAN BAKTERI PEMBULUH KAYU CENGKEH (BPKC) DI JAWA TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2014

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

E U C A L Y P T U S A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BUDIDAYA TANAMAN KARET

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KEADAAN SERANGAN OPT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI WILAYAH KERJA SUMATERA TAHUN Oleh: Muklasin dan Syahnen

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

Transkripsi:

TREND PERKEMBANGAN SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KARET DI PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh : Muklasin, SP dan Christina Oktora Matondang, SP Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian ABSTRAK Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui trend serangan hama dan penyakit tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara. Untuk mengetahui trend perkembangan hama dan penyakit tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan cara melihat persamaan regresi linier dari data serangan tahun 29-211. Trend perkembangan serangan penyakit jamur upas dan rayap secara kumulatif di Provinsi Sumatera Utara meningkat, sedangkan trend serangan JAP dan Mouldy-rot menurun. Serangan rayap dan jamur upas diprediksi akan meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, walaupun peningkatannya relatif rendah. Trend serangan hama dan penyakit pada tingkat kabupaten tidak selalu sama dengan trend pada tingkat provinsi. Trend serangan JAP meningkat di Kabupaten Langkat, Mandailing Natal dan Padang Lawas Utara. Trend serangan Mouldy-rot meningkat di Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Padang Lawas Utara. Trend serangan jamur upas meningkat di Kabupaten Langkat dan Padang Lawas Utara. Trend serangan rayap meningkat di Kabupaten Langkat dan Nias. Kata kunci: trend serangan, OPT karet. PENDAHULUAN Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Luas pertanaman karet Indonesia menduduki tempat kedua setelah Thailand (Setyamidjaja, 1999). Luas area perkebunan karet tahun 25 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari luasan tersebut 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi 1

karet secara nasional pada tahun 25 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton (Anwar, 21). Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani karet dan ekspor non migas, mulai tahun 198-an pemerintah telah mengembangkan pertanaman karet dengan pola intensifikasi, rehabilitasi, perluasan areal dan penanaman ulang. Sebagai konsekuensinya, berbagai masalah telah timbul, diantaranya adalah hama dan penyakit. Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor pengganggu yang penting dibanding masalah gangguan lainnya dan bahkan seringkali menggagalkan suatu usaha pertanian. Hama dan penyakit penting yang sering menimbulkan kerugian pada tanaman karet adalah rayap, jamur akar putih, jamur upas dan Mouldy-rot (Anwar, 21). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 telah mengamanatkan bahwa kegiatan perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan mengimplementasikan pengendalian hama terpadu (PHT) yang aman terhadap manusia dan lingkungan (Umayah, 212). Salah satu usaha pengendalian adalah secara preventif, yaitu usaha pengendalian yang dilakukan sebelum kejadian serangan hama dan penyakit. Untuk melakukan usaha preventif dibutuhkan informasi mengenai trend perkembangan hama dan penyakit. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu kiranya dilakukan kegiatan penyusunan informasi mengenai trend perkembangan hama dan penyakit tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui trend perkembangan serangan hama dan penyakit tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara. 2

HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN KARET Rayap Klasifikasi rayap menurut Kalshoven (1981), masuk ke dalam Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda,Class Insecta, Ordo Isoptera, Family Rhinotermitidae dan Termitidae, Genus Coptotermes dan Microtermes, Species Coptotermes curvignathus Holmgr. dan Microtermes inspiratus Kemn. Rayap hidup dalam bentuk koloni sebagai serangga sosial. Sebuah koloni dapat beranggotakan ratusan hingga jutaan individual. Bersarang diatas maupun di bawah tanah pada batang pohon yang mati dan banyak menyerang kayu-kayu konstruksi pada bangunan dengan sifat serangannya yang meluas. Gambar 1. Hama Rayap pada Akar dan Batang Tanaman Karet Pada perkebunan karet hama ini menyerang tanaman baru tanam (TBM). Coptotermes dan Microtermes dapat dibedakan berdasarkan ukuran dan daya rusak terhadap serangganya. Pada umumnya rayap mulai menyerang tanaman karet dari akar yang mati serta pangkal kayu yang ada di sekitar batang karet. Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar. Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi dengan serangan rayap sehingga mempercepat tanaman mati. 3

Gambar 2. Gejala Serangan Rayap pada Tanaman Karet Jamur Akar Putih (JAP) Penyakit jamur akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus, yang dalam klasifikasinya termasuk ke dalam Kingdom Fungi, Phylum Basidiomycota, Class Basidiomycetes, Subclass Agaricomycetidae, Ordo Polyporales, Family Meripilaceae, Genus Rigidoporus, Spesies (Klotzsch) Imazeki (CABI, 27). Jamur Rigidoporus lignosus membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 µm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecoklatan dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya coklat kekuningan pucat dan permukaan bawahnya coklat kemerahan (Semangun, 2). Penyakit jamur akar putih mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke dalam. Kemudian daun gugur dan ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf). Jamur 4

kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuningkuningan pada pangkal akar tanaman. Serangannya terjadi pada akar, tanaman yang terinfeksi cepat menjadi mati terutama pada infeks yang bersifat akut. Menurut Semangun (2), pada serangan berat, akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul, sisa akar tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir. Gambar 3. Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada Karet Mouldy-rot Penyakit Mouldy-rot disebabkan oleh jamur Ceratocystis fimbriata, yang dalam klasifikasinya termasuk ke dalam Kingdom Fungi, Phylum Ascomycota, Class Ascomycetes, Subclass Sordariomycetidae, Ordo Microascales, Family Ceratocystidaceae, Genus Ceratocystis, Spesies Ceratocystis fimbriata Ellis and Halsf (CABI, 27). Penyakit ini termasuk penyakit bidang sadap, karena mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan. Serangan penyakit ini menyebabkan pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga sangat mempersulit penyadapan berikutnya. Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin lagi untuk disadap (Semangun, 2). 5

Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik berwarna coklat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke kambium hingga ke bagian kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam jarak jauh (Semangun, 2). Gambar 4. Gejala Penyakit Mouldy-rot pada Karet Di samping itu jamur juga dapat ditularkan oleh pisau sadap yang membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan Mouldy-rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam (Semangun, 2). Jamur Upas Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Coticium salmonicolor, yang dalam klasifikasinya termasuk ke dalam Kingdom Fungi, Phylum Basidiomycota, Class Basidiomycetes, Subclass Agaricomycetidae, Ordo Polyporales, Family Cortiaceae, Genus Corticium, Spesies Coticium salmonicolor Berk and Broome (CABI, 27). Penyakit jamur upas menyerang tanaman muda dan tanaman yang sudah menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, 6

mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan berwarna putih pada permukaan kulit, kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda (corticium). Pada tingkat ini jamur telah masuk ke bagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan tebal berwarna coklat kehitaman (necator) (Umayah, 212). Gambar 5. Gejala Penyakit Jamur Upas pada Karet Mula-mula jamur membentuk benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba pada permukaan kulit cabang atau ranting yang berkayu (stadium sarang laba-laba). Jamur berkembang terus ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk, sedang pada permukaan kulit jamur membentuk kerak berwarna merah jamur seperti warna ikan salmon (stadium Corticium). Pada tingkatan ini jamur membentuk basidiospora yang dapat dipencarkan oleh angin. Jamur berkembang terus, meskipun kulit sudah mati, dan membentuk badan buah berbentuk piknidium berwarna merah bata (stadium nekator) yang menghasilkan konidium. Konidium dipencarkan oleh percikan air atau oleh serangga (Umayah, 212). Pada bagian yang terserang biasanya keluar lateks berwarna coklat hitam pada permukaan batang tanaman. Kulit yang sakit akhirnya membusuk dan berwarna hitam kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi (Umayah, 212). 7

METODOLOGI Trend perkembangan hama dan penyakit tanaman karet disusun berdasarkan data historis serangan selama kurun waktu 3 tahun, yaitu dari 29 sampai dengan 211. Data yang dipergunakan berasal dari laporan petugas pengamat yang ada di 35 UPPT di 18 kabupaten se-sumatera Utara. Untuk mengetahui trend perkembangan penyakit Mouldy-rot di Provinsi Sumatera Utara dan di tingkat kabupaten dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu sebagai berikut: 1. Penyusunan data base. Data luas serangan penyakit Mouldy-rot yang diperoleh dari laporan hasil pengamatan petugas UPPT dari tahun 29-211 disusun dalam bentuk data base. 2. Pembuatan grafik. Grafik trend perkembangan serangan penyakit Mouldyrot dibuat untuk melihat pola perkembangan serangan hama dan penyakit karet. Grafik dibuat berbasis data provinsi dan kabupaten. TREND SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT KARET Hama dan penyakit yang sering menimbulkan kerugian pada perkebunan karet di Provinsi Sumatera Utara adalah rayap, jamur akar putih (JAP), jamur upas dan Mouldy-rot. Serangan ke empat OPT ini selalu terjadi setiap tahun bahkan setiap triwulan (Tabel 1). Prioritas program dapat didasarkan pada trend perkembangan hama dan penyakit. Bila trend meningkat program diarahkan pada usaha pengendalian dini. Sebaliknya bila trend turun, maka upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya tetap dipertahankan. Trend perkembangan serangan hama dan penyakit tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara dapat di lihat pada Gambar 5. Dari Gambar 5 dapat kita prediksi bahwa serangan penyakit jamur upas dan rayap akan meningkat, sedangkan serangan JAP dan Mouldy-rot akan menurun. Nilai β (beta) dari masing-masing persamaan regresi linier menunjukkan besar-kecilnya peningkatan penurunan kejadian serangan. 8

Tabel 1. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Karet di Provinsi Sumatera Utara Tahun 29 hingga 211. Tahun / Luas Serangan OPT Karet (Ha) Triwulan JAP Jamur Upas Mouldy-rot Rayap 29 / 1 12,769.6 123. 11,937.26 1,327.5 2 58,595.76 521.75 47,84.34 1,587.1 3 35,218.86 34.42 38,46.65 1,434.65 4 12,535.6 1,93.36 13,22.5 1,39.9 21 / 1 43,13.39 52.75 27,726.8 996.55 2 13,71.94 212.72 7,436.89 712.65 3 14,632.31 151.5 8,27.51 1,236.54 4 26,539.47 15,54.92 18,171.99 1,579.24 211 / 1 15,357.35 411.33 1,997.14 1,144.27 2 16,22.99 212.76 9,992.7 1,197.95 3 2,35.1 223.56 1,344.46 1,52.67 4 16,251.49 248.39 1,122.45 1,972.75 Sumber: Rekapitulasi data dari BBP2TP Medan dari Tahun 29-211 Serangan rayap dan jamur upas diprediksi akan meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Walaupun peningkatannya relatif rendah, harus tetap diwaspadai agar tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar. Demikian pula terhadap serangan JAP dan Mouldy-rot, walaupun trend serangannya menurun, upaya-upaya pengendalian sejak dini harus tetap dilaksanakan agar serangan tidak lagi meningkat. Selama tiga tahun terakhir serangan JAP dan Mouldy-rot selalu lebih tinggi dibandingkan dua OPT lainnya. Tetapi trendnya menurun. Sebaliknya, pada serangan jamur upas dan rayap, luas serangannya rendah, tetapi trendnya meningkat. Bila dilihat lebih jauh, dari trend perkembangan serangan ini dapat disimpulkan bahwa pada tahun-tahun kedepan yang akan menjadi permasalahan tanaman karet di Sumatera Utara adalah jamur upas dan rayap. Trend serangan hama dan penyakit karet di Provinsi Sumatera Utara merupakan kumulatif dari perkembangan serangan hama dan penyakit karet dari 18 kabupaten. Program pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan lebih spesifik kabupaten, oleh sebab itu perlu dilakukan analisis trend serangan pada tiap-tiap kabupaten. 9

Jamur Akar Putih Jamur Upas 7 18 6 5 4 3 2 1 y = -1655.x + 3448 R² =.165 16 14 12 1 8 6 4 2 y = 124.1x + 891.5 R² =.1 29 21 211 29 21 211 Mouldy Rot Rayap 5 25 45 4 35 3 25 2 15 1 y = -257.x + 31176 R² =.325 2 15 1 5 y = 2.3x + 129. R² =.5 5 29 21 211 29 21 211 Gambar 5. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Tanaman Karet di Provinsi Sumatera Utara. Dari 18 kabupaten yang melaporkan, hanya 9 kabupaten yang luas serangan hama dan penyakit karet relatif tinggi. Kesembilan kabupaten tersebut adalah Kabupaten Asahan, Deli Serdang, Labuhan Batu Utara, Langkat. Mandailing Natal, Nias, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Simalungun. Sedangkan 9 kabupaten lainnya serangan hama dan penyakit karet sangat rendah, bahkan tidak ada, sehingga tidak masuk dalam pembahasan. Kabupaten Asahan Jamur akar putih merupakan satu-satunya OPT yang menjadi masalah pada tanaman karet di Kabupaten Asahan. Luas serangan penyakit ini selalu tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan usaha-usaha pengendalian yang dilakukan saat ini belum efektif. Penurunan serangan baru terjadi pada triwulan IV tahun 211. Serangan rayap, jamur upas dan Mouldy-rot dilaporkan tidak pernah menyerang tanaman karet. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, bila memang belum pernah ada serangan, maka harus dilakukan usaha-usaha 1

pencegahan agar ketiga OPT ini tidak menyerang perkebunan karet di Kabupaten Asahan. Trend serangan penyakit JAP di Kabupaten Asahan terlihat mendatar. Penurunan trend terjadi karena rendahnya kejadian serangan pada triwulan IV tahun 211 (Gambar 6). Ini merupakan pertanda baik, artinya usaha pengendalian mulai terlihat hasilnya. 4 35 Jamur Akar Putih 3 25 2 15 1 5 y = -69.34x + 3461. R² =.174 29 21 211 Gambar 6. Trend Perkembangan Penyakit JAP Karet di Kabupaten Asahan. Kabupaten Deli Serdang Hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman karet di Kabupaten Deli Serdang adalah JAP, jamur upas dan Mouldy-rot. Namun yang dominan hanya JAP dan Mouldy-rot, sedangkan jamur upas tingkat serangannya sangat rendah. Trend serangan JAP dan jamur upas menurun, sedangkan Mouldy-rot meningkat (Gambar 7). Trend serangan Mouldy-rot di Kabupaten Deli Serdang berbeda dengan trend serangan Mouldy-rot secara kumulatif Sumatera Utara yang menurun (Gambar 5). Hal ini harus diwaspadai dan perlu dilakukan penanganan sejak dini agar kejadian di tahun-tahun mendatang tidak meningkat. 11

Jamur Akar Putih Jamur Upas Mouldy Rot 14 6 12 12 5 1 1 8 6 4 2 y = -48.5x + 1253. R² =.771 4 3 2 1 y = -2.67x + 25.98 R² =.126 8 6 4 2 y = 29.3x + 538.2 R² =.662 29 21 211 29 21 211 29 21 211 Gambar 7. Trend Perkembangan Beberapa Penyakit Karet di Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Labuhan Batu Utara Hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet di Kabupaten Labuhan Batu Utara adalah JAP, jamur upas dan Mouldy-rot. Namun yang sangat dominan adalah JAP dan Mouldy-rot, sedangkan jamur upas serangannya sangat rendah. Trend serangan penyakit JAP dan Mouldy-rot di Kabupaten Labuhan Batu Utara menurun (Gambar 8). Hal ini sesuai dengan trend serangan JAP dan Mouldy-rot tingkat Provinsi Sumatera Utara. Jamur Akar Putih Mouldy Rot 5 35 4 3 2 1 y = -2365.x + 23316 R² =.252 3 25 2 15 1 5 y = -1745.x + 16941 R² =.36-1 -5 29 21 211 29 21 211 Gambar 8. Trend Perkembangan Beberapa Penyakit Karet di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kabupaten Langkat Hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman karet di Kabupaten langkat adalah JAP, jamur upas, Mouldy-rot dan rayap, namun yang dominan hanya dua yaitu JAP dan Mouldy-rot. 12

Trend serangan hama dan penyakit di Kabupaten Langkat terlihat pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa trend perkembangan serangan JAP, Mouldy-rot, jamur upas dan rayap seluruhnya meningkat. Namun bila dilihat dari nilai β (betha), peningkatan yang cukup tinggi terjadi pada penyakit JAP dan Mouldy-rot. Trend perkembangan penyakit JAP dan Muoldy-rot di Kabupaten Langkat berbeda dengan trend perkembangan penyakit JAP dan Muoldy-rot kumulatif Sumatera Utara. Trend perkembangan penyakit JAP dan Mouldy-rot sangat tinggi, sehingga perlu upaya-upaya pengendalian sejak dini agar perkembangan kedua penyakit ini tidak sampai pada kondisi yang merugikan. Jamur Akar Putih Jamur Upas 12 35 1 8 6 4 2 y = 67.9x - 961.3 R² =.646 3 25 2 15 1 5 y = 2.149x + 59.9 R² = 6E-5-2 29 21 211 29 21 211 Mouldy Rot Rayap 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = 41.4x + 65.57 R² =.45 3 25 2 15 1 5 y = 5.851x + 24.46 R² =.77 29 21 211 29 21 211 Gambar 9. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Langkat. Kabupaten Mandailing Natal Jamur akar putih (JAP) dan Mouldy-rot merupakan penyakit dominan yang menyerang perkebunan karet di Kabupaten mandailing Natal. Trend perkembangan serangan penyakit JAP di Kabupaten Mandailing Natal selama tahun 29 sampai dengan tahun 211 terlihat meningkat walaupun tidak terlalu tinggi, berbeda dengan trend perkembangan JAP Sumatera Utara. Sedangkan penyakit Mouldy-rot menurun (Gambar 1). 13

Jamur Akar Putih Mouldy Rot 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = 67.31x + 379. R² =.2 25 2 15 1 5 y = -844.1x + 1133 R² =.323 29 21 211 29 21 211 Gambar 1. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Nias Berbeda dengan hampir kebanyakan kabupaten, hama dan penyakit dominan di Kabupaten Nias adalah rayap dan Mouldy-rot. Sedangkan JAP dan jamur upas serangannya sangat rendah. Mouldy Rot Rayap 25 2 15 1 5 y = -1.487x + 1628. R² =. 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 y = 32.24x + 914.5 R² =.13 29 21 211 29 21 211 Gambar 11. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Nias. Trend perkembangan penyakit Mouldy-rot menurun sangat rendah, sedangkan trend serangan hama rayap meningkat juga sangat rendah (Gambar 11). Trend perkembangan kedua penyakit ini sama dengan trend perkembangan penyakit di Sumatera Utara. Kabupaten Padang Lawas Hama dan penyakit dominan yang menyerang perkebunan karet di Kabupaten Padang Lawas adalah JAP dan rayap. Trend perkembangan 14

penyakit JAP di Kabupaten Padang Lawas menurun, dan ini sesuai dengan trend perkembangan penyakit JAP di Sumatera Utara (Gambar 12). Sedangkan trend perkembangan hama rayap menurun, dan hal ini tidak sesuai dengan trend yang terjadi di Sumatera Utara. Rayap Jamur Akar Putih 4 35 3 25 2 15 1 5 y = -19.22x + 272.1 R² =.698 7 6 5 4 3 2 1 y = -32.97x + 444.5 R² =.63 29 21 211 29 21 211 Gambar 12. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Padang Lawas. Kabupaten Padang Lawas Utara Hama dan penyakit dominan pada tanaman karet di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah JAP, jamur upas dan Mouldy-rot. Trend perkembangan penyakit JAP dan Mouldy-rot di Kabupaten Padang Lawas Utara meningkat (Gambar 13). Hal ini tidak sesuai dengan trend perkembangan penyakit di Sumatera Utara. 15

Jamur Akar Putih Jamur Upas 16 14 12 1 8 6 4 2 y = 1.74x +.56 R² =.635 6 5 4 3 2 1 y = 2.734x - 2.349 R² =.43 29 21 211 29 21 211 6 Mouldy Rot 5 4 3 2 1 y = 1.34x + 3.34 R² =.141 29 21 211 Gambar 13. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Padang Lawas Utara. Kabupaten Simalungun Hama dan penyakit dominan yang menyerang perkebunan karet di Kabupaten Simalungun adalah JAP, jamur upas dan Mouldy-rot. Trend perkembangan penyakit JAP dan Mouldy-rot di Kabupaten Simalungun menurun, ini sesuai dengan trend pperkembangan penyakit di Sumatera Utara (Gambar 14). Jamur Akar Putih Mouldy Rot 16 14 12 1 8 6 4 2 y = -2.152x + 62.78 R² =.53 3 25 2 15 1 5 y = -.625x + 22.99 R² =.89 29 21 211 29 21 211 Gambar 14. Trend Perkembangan Hama dan Penyakit Karet di Kabupaten Simalungun. 16

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jamur akar putih dan Mouldy-rot merupakan penyakit yang paling dominan pada tanaman karet di Provinsi Sumatera Utara. Serangan penyakit jamur upas dan rayap selalu terjadi setiap tahun, namun dengan luas serangan yang masih rendah. Trend perkembangan serangan JAP dan Mouldy-rot menurun ditingkat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan trend perkembangan serangan penyakit jamur upas dan rayap meningkat. Trend serangan hama dan penyakit pada tingkat kabupaten tidak selalu sama dengan tingkat provinsi. Trend serangan JAP meningkat di Kabupaten Langkat, Mandailing Natal dan Padang Lawas Utara. Trend serangan Mouldyrot meningkat di Kabupaten Deli Serdang, Langkat dan Padang Lawas Utara. Trend serangan jamur upas meningkat di Kabupaten Langkat dan Padang Lawas Utara. Trend serangan rayap meningkat di Kabupaten Langkat dan Nias. Saran Perlu tindakan preventif terhadap penyakit jamur upas dan rayap agar serangannya tidak meningkat di tahun-tahun mendatang. Perlu dianalisa kembali tentang trend serangan hama dan penyakit karet dengan memasukkan data serangan tahun 212. Rencana kerja dan program pengendalian hendaknya disusun berdasarkan prioritas pada masing-masing kabupaten. DAFTAR PUSTAKA Anwar, C., 21. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan CAB International, 27. Crop Protection Compedium. Wallingford, UK. 27 Edition. 17

Kalshoven, L. G. E., 1981. Pests Of Crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta. Semangun, 2. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta Setyamidjaja, D., 1999. Karet. Kanisius. Yogyakarta. Umayah, A. 212. Penyakit KAS Tanaman Karet. http://www.bp4kmesuji.net/perkebunan/77-penyakit-kas-tanamankaret.html?showall=1&limitstart. Diunduh pada tanggal 24 Januari 212. 18