TUGAS INDIVIDU DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT pada TANAMAN CABAI MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

III. BAHAN DAN METODE

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

Cara Menanam Cabe di Polybag

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

BUDIDAYA CABAI. B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

Budidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

TATA CARA PENELITIAN

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Teknologi Produksi Ubi Jalar

MODUL BUDIDAYA MELON

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

VI. PEMBAHASAN 6.1. Identifikasi Sumber-sumber Risiko

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

PENGENALAN DAN PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

BAHAN METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

AGROEKOSISTEM PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

MODUL BUDIDAYA SEMANGKA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

Transkripsi:

TUGAS INDIVIDU DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT pada TANAMAN CABAI MERAH Oleh: ABDULLAH MUJAHID 115040201111159 PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

i Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan karunianya kami masih diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Pengendalian Hama dan Penyakit pada Cabai Merah. Pada makalah ini telah dibahas macam-macam hama dan penyakit serta pengendalian pembasmian hama dan penyakit tersebut, sehingga bagi siapa saja yang akan memperdalam budidaya mengenai cabai merah tidak begitu susah. Terima kasih atas perhatian saudara Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami perlukan. Penyusun

Daftar Isi ii Kata pengantar...i Daftar isi...ii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...1 1.2 Rumusan masalah...1 1.3 Tujuan...2 BAB II : KAJIAN PUSTAKA...3 2.1 Jenis Dan Varietas Cabai merah......... 3 2.2 Morfologi Cabai...4 2.3 Pemeliharaan Tanaman...5 BAB III : METODE PENELITIHAN...8 3.1 Pengendalian Hama...8 3.2 Pengendalian penyakit...11 BAB IV : PEMBAHASAN...14 Daftar Pustaka...17

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada observasi yang telah dilakukan di desa genting pada hari selasa (16 Maret 2010) ditemukan adanya hama yang terdapat pada tanaman cabe. Selain itu ada beberapa cabe yang rusak diakibatkan oleh penyakit Penjualan cabe yang selalu mengalami fluktuasi nilai pasang-surut menyebabkan para petani was-was akan kelanjutan penghidupan mereka. Berdasarkan pernyataan seorang petani, yaitu pak Djirma (50 tahun) Pasalnya fluktuasi nilai pasang-surut tersebut disebabkan oleh adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe, sehingga menyebabkan hasil produksinya berkurang. Hama-hama tersebut diantaranya : kumbang dan belalang. Disamping hama, ternyata ketidak sempurnaan hasil cabe disebabkan oleh adanya penyakit, antara lain: cabuk putih, penyakit kuning, dan keriting cabe. Gambar 1 1.2 Rumusan Masalah: 1. Meneliti jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe? 2. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada cabe?

2 1.3 Tujuan: Dengan adanya latar belakang kita dapat menyimpulkan atau mengambil manfaat serta tujuan diadakan pembahasan ini, antara lain : 1 Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman cabe. 2 Mengetahui dan dapat mengendalikan hama dan penyakit pada cabe.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 3 Cabai merah merupakan salah satu komoditi holtikultura unggulan. Tanaman ini bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan basah (sawah) dan lahan kering (tegalan), didataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah sangat cocok ditanam pada awal musim kemarau, walaupun tidak tertutup kemungkinan dibudidayakan pada musim hujan. Hargai cabai tidak selalu menetap. Seperti halnya harga bahan pookok yang lain, cabai juga mengalami pasaang-surut harga. Hargaa cabai merah akan melonjak drastis pada saat musim hujan karena permintaan pasar yang sangat besar berkaitan dengan datangnya beberapa hari raya keagamaan. Permintaan pasar tersebut biasanya tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi karena banyak petani yang enggan membudidayakannya. Hal tersebut dimaklumi karena membudidayakan cabai merah pada musim hujan sangat berisiko, yakni kegagalan panen akaibat cuaca yang tidak mendukung dan serangan hama dan penyakit yang bertubi-tubi. 2.1 Jenis Dan Varietas Cabai merah Cabai merah yang dibudidayakan terdiri dari beberapa jenis dan varietas yaitu: Cabai merah Cabai merah, menghasilkan buah yang bulat panjang dan runcing ujungnya. Saat masih muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi merah. Daging buah umumnya renyah, kadang-kadang lunak pada jenis tertentu. Rasanya manis agak pedas. Ada dua jenis cabai merah yang dijual dipasaran, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting.

4 Cabai bulat Cabai bulat yang disebut juga dengan cabai udel atau cabai domba. Buahnya pendek dan ujungnya tumpul. Saat muda berwarna putih, setelah tua berubah menjadi merah. Rasanya tidak begitu pedas dan agak manis. Cabai rawit merah Cabai rawit merah yang disebut juga cabai jemprit atau cabai cengek. Saat muda berwarna hijau, setelah tua menjadi berubah merah tua kecoklatan. Bentuk buah bulat lonjong. Daging buah lunak, rasanya sangat pedas. 2.2 Morfologi Cabai Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi akar, batang, dan cabang, daun, bunga, buah, serta buah dan biji Akar Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang-cabang kesamping membentuk akar serabut. Akar serabut cabai bisa menembus tanah samapi kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm. Batang dan cabang Tanaman cabai berbentuk semak, batangnya berkayu. Tipe percabangannya tegak dan menyebar dengan tajuk yang berbeda-beda, tergantung pada varietasnya. Tinggi tanaman cabai mencapai 100-120 cm dengan lebar tajuk cabangnya bisa mencapai bisa sampai 100cm. Daun Daun cabai merupakan daun tunggal dengan helai berbentuk ovote atau lanceolate, muncul di tyunas-tunas samping yang tumbuh berurutan di batang utama. Daun cabai tersusun spiral, umumnya berwarna hijau dan hijau tua.

5 Bunga Bunga cabai bersifat tunggal dan tumbuh di ujung ruas tunas. Mahkotanya berwarna putih atau ungu, tergantung pada varietasnya. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga, sehingga termasuk bunga sempurna. Buah Ukuran buah cabai beragam, dari pendek sampai panjang dengan ujung runcing atau tumpul. Bentuk buah umumnya bulat memanjang. Buah cabai memiliki rongga dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan varietasnya. Di dalam buah terdapat plasenta tempat biji melekat. Daging buah cabai umumnya renyah dan kadang-kadang lunak. Biji Biji cabai terletak di dalam buah, melekat sepanjang plasenta. Warnanya putih atau kuning jerami dan memiliki lapisan kuning keras di bagian luarnya. Bobot cabai yang telah kering rata-rata 120 butir/gram. Biji inilah yang digunakan sebagai benih untuk menghasilkan bibit tanaman baru. 2.3 Pemeliharaan Tanaman Masalah utama dalam budidaya cabai merah pada musim hujan adalah cuaca yang tidak mendukung serta munculnya gangguan hama dan penyakit yang bertubi-tubi. Untuk itu, cabai merah yang ditanam harus dipelihara dan dirawat dengan maksimal agar tidah mengalami gagal panen akibat mati atau terserang hama dan penyakit. 2.3.1 Pemasangan Ajir Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman masih kecil agar tidak merusak akar. Satu ajir dilakukan secara betahap disesuaikan dengan perkembangan tanaman. Biasanya, pengikatan untuk setiap tanaman dilakukan sampai empat

6 kali saat tanam sampai panen. Alat yang digunakan untuk mengikat ajir adalah tali rafia sepanjang 20 cm. Usahakan, jangan terlalu kencang mengikat agar tidak menimbulkan luka pada batang. 2.3.2 Penyulaman Penyulaman dilakukan 10-14 hari setelah penanaman. Penyulaman yang baik dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress pada bibit sulaman akibat sinar matahari yang terlalu menyengat. Bibit yang digunakan untuk penyulaman diambil dari sisa bibit hasil persemaian terdahulu agar keseragaman ukuran dan umurnya tetap terjaga. Biasanya bibit yang digunakan untuk sulaman akan layu sementara setelah ditanam. Untuk itu dilakukan penyiraman agar bibit segar kembali. Pemberian Pupuk Susulan Jenis pupuk yang dapat menambah unsur hara N, P, K, dan S adalah urea, ZA, TSP/SP-36, KCL, dan ZK (K2SO4). Sementara itu, pupuk yang dapat menambah unsur hara Ca dan Mg adalah kapur atau dolomit. Sebagai penambah unsur hara mikro umumnya digunakan pupuk organik atau kompos. Gambar 2. pupuk susulan

Pemberian Pupuk Pelengkap Cair 7 Pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) melalui daun diberikan saat tanaman berumur empat dan tujuh minggu setelah bibit ditanam. Tujuannya untuk melengkapi unsur hara yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Pemberian poupuk PPC dilakukan dengan cara menyemprotkannya menggunakan sprayer. Pemberian Zat Pengatur Tunbuhan Pemberian zat pengatur tumbuh merupakan salah satu cara untuk mengatasi amslah faktor lingkungan yang kurang baik terhadap proses pembungaan dan pembuahan. Pemberian ZPT diharapkan dapat mempercepat munculnya bunga dan buah. Pengairan Cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan kering, tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Cabai merah tetap membutuhkan pengairan yang cukup selkama masa pertumbuhan sampai saat panen pertama. Jika kekuranga air pada masa pertumbuhan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil. Perompelan Tunas Selama pertumbuhan, batang cabai banyak ditumbuhi tunas-tunas baru yang dalam perkembangannya ikut menyerap air dari tanah. Tunas yang dirompel adalah tunas yang keluar dari ketiak daun di bawah cabang utama. Tunas yang tumbuh di atas percabangan tidak dirompel. Pengendalian Gulma Keberadaan gulma di bedengan atau parit bisa menjadi pesaing utama untuk mendapatkan unsur hhara dan air dari dalam tanah. Selain.

8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Salah satu kendala dalam budidaya cabai merah pada musim hujan adalah gencarnya serangan hama dan penyakit. Serangan itu terjadi sejak bibit di persemaian samapai panen. Kehilangan hasil panen karena serangan hama dan penyakit pada cabai bisa mencapai 10-80%. Oleh karena itu, pengendaliannya harus berlangsung sejak dini. Jika serangan sedah sangat berat bisa menjadi gagal panen. Pemantauan serta perawatan intensif lebih diutamakan daripada mengobati tanaman yang telah sakit. Pengendaliannya, berdasarkan konsep pemberantasan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida sebagai alternatif terakhir jika pengendalian nonkimia kurang efektif. Penggunaan pestisida disesuaikan dengan jenis serangan. Tidak dianjurkan menggunakannya secara berlebihan, karena bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada hama dan penyakit, terbunuhnya musuh alami hama, dan meningkatkan kandungan residu berbahaya bagi konsumen cabai. 3.1 Pengendalian Hama Ulat tanah (Agrotis sp) Hama ini menyerang bagian batang cabai yang masih muda dengan cara memakannya sampai batang terpotong. Pencegahan ulat tanah bisa dilakukan dengn mengambilnya secara manual dan memusnakannya. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan Diptrex 95 SP atau Drusban 0,2% dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Ulat buah (Daus sp) Buah adalah sasaran utama hama ini. Buah yang terserang akan

9 membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus dibuang atau dimusnakan. Pengendalian hama ulat buah dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida, seperti Agrimycin, Buldok 25 EC, Cucacron 500 EC dengan dosis sesuai dengan anjuran kemasannya. Ulat grayak (Spodoptera sp) Ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan oleh serangan hama ini adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan ular grayak. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. Pencegahannya bisa diaplikasikan insektisida, seperti Atabron 50 EC, Curracon 500 EC, Dharmafur 3G, Fenval 200 EC dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Gambar 3 daun berlubang akibat serangan ulat grayak Thrips Hama thrips menyebabkan pucuk dan daun muda mengeriting berubah warna menjadi keperakan sebelum akhirnya mengering dan rontok. Hama yang berwarna abu-abu atau coklat ini memiliki ukuran yang sanagt kecil,

10 hanya1-1,5 mm. Pengendalian hama ini dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida, seperti Padan 50 SP, Dicarzol 25 SP, Decis 2,5 EC, Fenthrin 50 EC dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Belalang Belalang yang menyerang biasanya adalah belalang yang berukurang kecil. Bagian yang diserang adalah tuans muda dan batang. Akibat yang ditimbulkan oleh belalang adalah rusaknya daun dan batang karena gigitannya. Pecegahan belalang bisa dilakukan dengan cara mengambil dan memusnakannya satu persatu atau memasang perangkap disekitar lokasi tanam. Sementara itu pengendaliannya bisa dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida seperti Orthene, Diazinon, Malathion, Byrusil dan Folidol dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya. Lalat buah (Bactrocera dorsalis) Hama ini merupakan musuh utama dalam budidaya cabai karena menjadi penyebab busuknya buyah. Lalat buah lalat buah menyuntikkan telurnya kedalam buah cabai. Telur tersebut akan berkembang dan m enjadi larva di dalam buah, saat itulah buah digerogoti dari dalam sampai busuk dan rontok. Pencegahan lalat buah bisa dilakukan dengan memasang perangkap berbahan aktif Methyl eugenol. Sementara untuk pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida seperti buldok 25 EC, Curracon 500 EC, Decis 2,5 EC, Mospilan 20 SP dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya. Gambar 4. Buah membusuk

11 3.2 Pengendalian Penyakit Penyakit bercak daun Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora sp, yang menyerang daun, batang, dan tangkai buah. Gejala serangannya muncul bercak-bercak kecil berbentuk bulat dengan diameter 0,5cm. Penyakit ini biasanya menyebabkan daun, buah serta tangkainya layu dan rontok. Pencegahannya bisa dilakukan dengan memiliki bibit yang berkualitas dan tahan penyakit. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida, seperti Anvil 50 SC, Alto 100SL, Baycor 25 WP, Daconil75 WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai anjuran dikemasannya. Penyakit layu fusarium Fusarium oxisporum merupakan jamur penyebab terjadinya penyakit layu fusarium. Penyakit ini menyerang daun cabai. Gejala yang ditimbulkan adalah layunya bagian bawah daun dan menyebar ke seluruh bagian daun. Penyakit ini banyak menyerang tanaman cabai yang ditanam di dataran tinggi yang terlalu lembab. Pencegahannya dilakukan dengan memilih bibit yang tahan penyakit dan menjaga kondisi lingkungan selalu stabil. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida Saco P atau Benlate dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya. Patek buah atau antraknosa Penyakit ini juga disebabkan oleh jamur. Gejalanya timbul cendawan berwarna merah muda atau hitam bundar pada buah muda dan buah yang sudah hampir matang. Lama-kelamaan buah menjadi busuk, kering, dan akhirnya rontok.pencehan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan menjaga sanitasi lahan. Buah yang terserang harus dimusnakan agar tidak menular ke buah yang masih sehat. Pengendaliannya diakukan dengan mengaplikasikan fungisida seperti Ridomil MZ, Previcur-N, Provit,

Daconil,m Antracol, Vondozeb dengan dosis sesuai dengan ajuran kemasannya. 12 Gambar 5 penyakit patek buah Busuk daun Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah munculnya beercaak-bercak hitam seperti cacar pada daun dan buah. Penyakit ini menyebabkan buah dan daun menjadi kering, keras, dan akhirnya membusuk. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan meninggikan bedengan dan menjaga sanitasi lingkungan. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisisda seperti Previcur-N, Cucapit, Dipolatan AF, Dithane M-45 dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Layu bakteri Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit yang disebabkan bakteri Pseudomonas solanacearum ini adalah layunya daun seperti kepanasan. Lamakelamaan, batang dan cabang tertular dan tanaman akan mati. Tanaman yang sudah terserang bakteri ini tidak boleh dibiarkan hidup, tetapi harus dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang lainnya. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan melakukan rotasi tanaman lahan yang digunakan. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan bakterisida seperti Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

13 Rebah kecambah Penyakit rebah kecambah atau damping off biasanya menyerang sejak masa persemaian. Gejalanya adalah pangkal batang berubah warna menjadi coklat kemudian membusuk. Pangkal batang yang membusuk tidak kuat menyangga tanaman sehingga akan rebah dan akhirnya mati. Penyakit ini disewbabkan oleh jamur Rhizoctonia sp dan Phytium sp. Pencegahan dapat dilakukan dengan merendam akar benih menggunakan larutan propamokarbihidroklorida. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida seperti Vigitran Blue, Previcur N, Vendoseb 80 WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Penyakit akibat virus Virus yang menyerang biasanya dibawa hama inang, seperti kutu daun, thrips, dan tungau. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak berbentuk lingkungan yang semakin lama semakin banyak di daun atau buah, daun mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit akibat virus belum bisa ditanggulangi karena tidak ada obatnya. Pencegahan yang terbaik adalah dengan selalu menjaga lingkungan sekitar lokasi lahan agar hama inang pembawa virus tidak datang. Selain itu tanaman yang terserang harus dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang masih sehat.

14 BAB IV PEMBAHASAN Adanya hama dan penyakit pada suatu lahan tanam yang menyerang tanaman, perlu diberlakukan pengendalian dan perlindungan tanaman yang dilakukan oleh produsen tanam agar tanaman terjaga dan dapat memberikan hasil yang produktif. Begitu juga pada cabai yang merupakan tanaman budidaya sayuran, hama dan penyakit yang terdapat di desa genting, malang adalah ulat, thrips, belalang, lalat. Ada beberapa macam pengendalian yang diberlakukan selain pengendalian secara manual. Pengendalian manual yaitu pengendalian yang dilakukan dengan cara mengambil langsung hama yang sedang menyerang tanaman budidaya cabai tersebut. Pengendalian manual ini dilakukan ketika hama yang menyerang tanaman cabai masih dalam jumlah batas yang relatif sedikit. Oleh karena-nya pengendalian semacam manual ini dipilih buruh tani agar dapat menjaga tanaman dan kelangsungannya lebih baik, dikarenakan jumlah hama yang menyerang masih relatif sedikit. Namun, pengendalian secara manual ini tidak efektif ketika diberlakukan pada musim hujan seperti saat ini, dikarenakan curah hujan yang tinggi yang memberikaan kelembapan pada tanaman memberikan sinyal positif kepada hama-hama tanaman, sehingga jumlah populasi hama yang menyerang semakin tinggi. Oleh karena itu, penyemprotan pestisida dalam 2 pekan bisa diberikan sebanyak 2 kali guna memberantas jumlah hama hama tanaman yang melonjak pada musim hujan. Pestisida yang diberikan pun tidak sama, terdapat berbagai macam jenis pestisida dari berbagai jenis pula. Keseluruhan pestisida yang diberikan disesuaikan dengan fungsi dan guna masing masing untuk tanaman. Dalam pemberian pestisida kimia tersebut memiliki takaran-takaran tertentu untuk tanaman, agar nantinya tidak terjadi over giving pestisida yang dapat memberikan dampak buruk terhadap tanaman.

15 Hasil dari pengendalian seperti diatas dirasa positif, mendekati optimal.hal itu dibuktikan bahwasannya tanaman terong yang ditanam di luas lahan 100 m ini dapat dipanen 1 kali dalam sepekan. Dalam sekali panen dapat menghasilkan 1-2 ton tanaman cabai. Sementara itu, tanaman cabai yang di budidayakan di desa genting ini lebih dominan akan serangan penyakit jika dibandingkan dengan hama. diantara berbagai jenis penyakit tanaman cabai, ditemukan adanya penyakit layu bakteri, penyakit bercak daun, dan penyakit akibat virus. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri. Ciri-ciri yang akan terlihat ketika tanaman cabai terkena penyakit layu bakteri adalah layunya daun seperti kepanasan, sehingga lama-lama batang dan cabang tertular dan tanaman akan mati. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan bakterisida seperti Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya. Gambar 6. akar yang terserang bakteri Untuk penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur yang meyerang daun, batang, dan tangkai buah. Gejalanya muncul bercak-bercak kecil berbentuk bulat. Penyakit ini biasanya memnyebabkan daun, serta tangkainya layu dan rontok. Pencegahannya bisa dilakukan dengan memiliki bibit yang berkualitas dan tahan penyakit. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida, seperti Anvil 50 SC, Alto 100SL, Baycor 25 WP, Daconil 75 WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai anjuran dikemasannya.

16 Gambar 7 bercak-bercak kecil pada daun Sedangkan penyakit akibat virus biasanya disebabkan oleh virus yang menyerang. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak berbentuk lingkungan yang semakin lama semakin banyak di daun atau buah, daun mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit akibat virus belum bisa ditanggulangi karena tidak ada obatnya. Pencegahan yang terbaik adalah dengan selalu menjaga lingkungan sekitar lokasi lahan agar hama inang pembawa virus tidak datang. Selain itu tanaman yang terserang harus dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang masih sehat. Gambar 8 cabai mengeriting

17 Daftar Pustaka Agromedia, Redaksi. 2007. Budidaya Cabai merah. Jakarta: Agromedia pustaka. http://www.google.com