DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDY OF DOMINANT MAIN PEST AND DISEASE ON RICE FARMING IN PAPUA

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

P E N U T U P P E N U T U P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Sementara Tahun 2014)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2014 dan Angka Ramalan I 2015)

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 159 TAHUN 1980

TABEL II.A.1. LUAS LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

TABEL II.B.1. KEGIATAN ANEKA USAHA KEHUTANAN DI KABUPATEN/ KOTA TAHUN

ISU STRATEGIS DAN ARAH KEBIJAKAN

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

RENCANA KERJA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

LUAS AREAL DAN PRODUKSI / PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN RAKYAT MENURUT KABUPATEN TAHUN Jumlah Komoditi TBM TM TT/TR ( Ton ) (Kg/Ha/Thn)

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

RENCANA PENGADAAN BARANG/JASA SUMBER DANA : DPA APBD SKPD DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2012

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Program dari kegiatan masing-masing Pemerintah daerah tentunya

KETERSEDIAAN DATA KESEHATAN MASYARAKAT DI PROP. JAWA TIMUR DINKES PROPINSI JATIM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

SERANGAN PENYAKIT LANAS Phytopthora nicotianae PADA TEMBAKAU DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN AGUSTUS 2013

Tim Pendampingan PUAP BPTP Jatim

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/43/KPTS/013/2006 TENTANG

SERANGAN PENGGEREK BATANG TEBU Chilo sacchariphagus DI SENTRA TEBU JAWA TIMUR. Oleh: Erna Zahro in,sp dan Effendi Wibowo,SP

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nomor : KT.304/ 689 /MJUD/XI/2014 Surabaya, 20 Nopember 2014 Lampiran : - Perihal : Awal Musim Hujan 2014/2015 Prov. Jawa Timur.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2009 TENTANG

KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN JAWA TIMUR. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH IX (GEDUNG KEUANGAN NEGARA II)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

RESUME PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 IHPS I TAHUN 2016

UPAH MINIMUM KABUPATENIKOTA DI JA WA TlMUR TAHUN 2004

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 110 TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

I. KEBERADAAN OPT PADI

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Gambar 3.16 Layer Jalan Kali Jatim Gambar 3.17 Atribut Tabel Jalan Kali Gambar 3.18 Layer layanan TV Gambar 3.

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

Transkripsi:

DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR Moh. Cholil Mahfud, Sarwono dan G. Kustiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Banyaknya hama-penyakit pada tanaman padi, sering menyulitkan prioritas hama-penyakit sasaran yang perlu dikendalikan. Ketepatan menentukan hamapenyakit sasaran merupakan langkah penting karena akan menentukan cara pengendaliannya secara tepat sehingga mengurangi pemborosan. Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui perkembangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Jawa Timur; (b) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama pada usahatani padi Jawa Timur; dan (c) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama di masing-masing Kabupaten di Jawa Timur. Kajian di laksanakan mulai bulan Mei s/d Oktober 2011. Kajian menggunakan data sekunder berupa laporan UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Diperta Provinsi Jawa Timur, selama lima tahun 2005 s/d 2009. Survei lapang juga dilaksanakan di kabupaten Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Gresik, Jember, Lumajang, Banyuwangi dan Probolinggo untuk mengetahui keragaan serangan hama-penyakit di lapang. Data sekunder yang terkumpul dianalisis secara distruktif untuk menjawab tujuan kajian. Dominasi hama penyakit dapat ditetapkan berdasarkan data luas serangan, dan serangan paling luas memperlihatkan dominannya hama dan penyakit utama. Hasil kajian menujukkan: (a) hama dan penyakit utama (hama tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang, serta penyakit hawar daun bakteri, tungro dan blas) selalu dijumpai pada usahatani padi di Jawa Timur; (b) selama lima tahun (2005 s/d 2009) luas serangan hama tikus dan penggerek batang terus meningkat, luas serangan wereng batang coklat dan hawar daun bakteri berfluktuasi, luas serangan tungro terlihat konstan, sedangkan luas serangan penyakit blas terlihat turun; dan (c) rata-rata selama lima tahun (2005 s/d 2009), penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri X. oryzae pv. Oryzae memperlihatkan serangan paling luas (16,769 ha) di antara hama dan penyakit utama lainnya (<10 ha). Penyakit hawar daun bakteri dominan di 27 kabupaten (93% dari jumlah Kabupaten lokasi usahatani padi di Jawa Timur). Kata kunci: Padi, hama, penyakit, dominasi, Jawa Timur PENDAHULUAN Hama dan penyakit menjadi salah satu masalah dalam usahatani padi sejak di persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Dalam usahatani padi, hama-penyakit menyebabkan tanaman padi tidak berproduksi sesuai potensinya berakibat pada instabilitas hasil panen. Kerugian ekonomi usahatani padi oleh hama dan penyakit cukup tinggi yaitu 27%. Sebagai contoh wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) pada tahun 1976/1977 menyebabkan 450.000 ha pertanaman padi di Indonesia puso dengan kerugian mencapai US$ 100 juta atau setara dengan Rp. 1,1 trilyun (Oka dan Bahagiawati, 1983). 185

Pada tanaman padi tidak kurang terdapat 19 jenis hama, dan 10 jenis penyakit (Anonim, 2003). Dari jumlah ini, hama tikus, wereng coklat, penggerek batang, serta penyakit hawar daun bakteri, blas dan tungro pontensial menimbulkan kerusakan pada usahatani padi (Tabel 1), dan pada tahun 2011 secara kumulatif di Jawa Timur terjadi serangan paling luas yaitu 192.858 ha di antara Provinsi penghasil padi (Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, 2011). Tabel 1. Rata-rata luas serangan hama dan penyakit utama padi di Indonesia tahun 2005-2009 No. Jenis hama-penyakit Luas serangan (ha per tahun) Terserang Puso Jumlah Hama 1. Tikus 126.138 1.781 127.919 2. Penggerek batang 136.421 334 136.755 3. Wereng batang coklat 40.436 1.196 41.632 Penyakit 1. Hawar daun bakteri 69.671 30 69.701 2. Blas 14.889 44 14.933 2. Tungro 8.704 189 8.893 Di Jawa Timur dilaporkan terdapat beberapa hama dan penyakit pada tanaman padi (Dinas Pertanian Provinsi Jatim, 2010). Bahkan pada areal pertanaman padi umumnya dijumpai lebih dari satu jenis hama-penyakit. Banyaknya hama-penyakit pada tanaman padi, sering menyulitkan prioritas hama-penyakit sasaran yang perlu dikendalikan. Keberhasilan menurunkan kerusakan tanaman akibat gangguan hama penyakit antara lain ditentukan oleh ketepatan menentukan hama-penyakit sasaran. Ketepatan menentukan hamapenyakit sasaran merupakan langkah penting karena akan menentukan cara pengendaliannya secara tepat sehingga mengurangi pemborosan (Untung, 1979). Penelitian ini bertujuan untuk: (a) mengetahui perkembangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Jawa Timur; (b) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama pada usahatani padi Jawa Timur; dan (c) mengetahui dominasi hama dan penyakit utama di masing-masing Kabupaten di Jawa Timur. BAHAN DAN METODE Kajian di laksanakan mulai bulan Mei s/d Oktober 2011. Kajian menggunakan data sekunder berupa laporan UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Diperta Provinsi Jawa Timur, selama lima tahun 2005 s/d 2009. Survei lapang juga dilaksanakan di kabupaten Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Gresik, Jember, Lumajang, Banyuwangi dan Probolinggo untuk mengetahui keragaan serangan hama-penyakit di lapang. Data sekunder yang terkumpul dianalisis secara distruktif untuk menjawab tujuan kajian. Dominasi hama penyakit dapat ditetapkan berdasarkan data luas serangan, dan serangan paling luas memperlihatkan dominannya hama dan penyakit utama (Gilbert, 1984; Samways, 1987). 186

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perkembangan Hama dan Penyakit Utama pada Usahatani Padi di Jawa Timur Hama dan penyakit utama (hama tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang, serta penyakit hawar daun bakteri, tungro dan blas) selalu dijumpai pada usahatani padi di Jawa Timur. Selama lima tahun (2005 s/d 2009) luas serangan hama tikus dan penggerek batang terus meningkat, luas serangan wereng batang coklat dan hawar daun bakteri berfluktuasi, luas serangan tungro terlihat konstan, sedangkan luas serangan penyakit blas terlihat turun (Gambar 1). Perkembangan hama dan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain iklim (terutama temperatur dan kelembaban), kualitas budidaya, varietas padi, stadium pertumbuhan padi, air, tanah, topografi, musuh alam, dan faktor genetis hama dan penyebab penyakit. Sebagai contoh wereng batang coklat, perkembangannya antara lain dipengaruhi oleh lima faktor produksi yaitu iklim, jarak tanam, varietas, pemupukan dan pola tanam (Mahfud, 2011). Apabila faktor-faktor tersebut sesuai bagi kehidupan hama dan penyebab penyakit, maka hama dan penyakit akan berkembang, atau sebaliknya. Khusus untuk penyakit tungro, karena penularannya juga dilakukan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens, N. nigropictus, N. cincticeps, N. malayanus) (Anonim, 2003), maka kepadatan populasi wereng hijau menentukan luas serangan tungro. Gambar 1. Rata-rata perkembangan hama dan penyakit utama padi di Jawa Timur 2. Dominasi Hama dan Penyakit Utama pada Usahatani Padi di JawaTimur Rata-rata selama lima tahun (2005 s/d 2009), penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomnas oryzae pv. Oryzae memperlihatkan serangan paling luas (16,769 ha) di antara hama dan penyakit utama lainnya (<10 ha) (Gambar 2). Ini menunjukkan bahwa penyakit hawar daun bakteri paling dominan pada usahatani padi di Jawa Timur. 187

Gambar 2. Rata-rata luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Jawa Timur selama lima tahun (2005 s/d 2009) 3. Dominasi Hama dan Penyakit Utama padi di Masing-masing Kabupaten Dari data tahun 2009 terlihat adanya perbedaan luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di masing-masing Kabupaten (Tabel 2). Berdasarkan luas serangan ini, hama dan penyakit utama yang dominan pada tanaman padi adalah hama tikus (17 Kabupaten) dan penyakit hawar daun bakteri (27 Kabupaten). Dengan demikian hawar daun bakteri mendominasi pada usahatani padi di Jawa Timur (Gambar 3). Bahkan secara keseluruhan hawar daun memiliki serangan terluas pada usahatani padi di Jawa Timur (Gambar 4). Hal yang sama juga ditunjukkan oleh rata-tata luas serangan hama dan penyakit utama selama lima tahun (2005-2009) (Gambar 2). Tabel 2. Luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di masing-masing kabupaten Kabupaten Luas serangan hama (ha) Luas serangan penyakit (ha) Tikus Peng.batang WBC Hawar daun Blas Tungro Kab. Pacitan 71,8 0 33,4 340,15 0 136,9 Kab. Ponorogo 150 127,4 98 613,05 0 104,76 Kab. Trenggalek 1214,2 49 1513,9 245,5 0 36,1 Kab.Tulungagung 150 127,4 98 539,06 0,1 0 Kab. Blitar 161 35,7 26,5 33,38 0 1,99 Kab. Kediri 298,8 84,7 40,6 336,77 0,99 13,95 Kab. Malang 1414,5 144,5 47 1091,2 1,9 44,85 Kab. Lumajang 1241,8 521,4 71,1 610,6 188,91 1,15 Kab. Jember 1006,6 252,2 1109,3 1849,15 150,5 54,7 Kab. Banyuwangi 922,1 402,4 517,8 871,9 172,72 52,26 Kab. Bondowoso 287,4 758,7 83,1 1429,74 117,85 7,5 Kab. Situbondo 865,6 129,2 2,2 717,2 77,7 0 Kab. Probolinggo 220 263,4 9,4 368,89 91,35 2,85 Kab. Pasuruan 107,3 95,8 31,5 102,55 109,02 0 Kab. Sidoarjo 695,3 227,1 158,2 272,45 1 1 Kab. Mojokerto 178,9 41,4 50,6 155,21 9,05 26,74 Kab. Jombang 542,8 46 9,4 270,36 0 3,4 Kab. Nganjuk 161,1 5,5 31,1 44,1 0 5,92 Kab. Madiun 953,5 261,9 192,6 1838,87 0 55,96 Kab. Magetan 370,6 3,4 89,6 676,95 0 40,6 Kab. Ngawi 517,7 69,9 150,3 294,86 0 24,6 Kab. Bojonegoro 1495,6 4376,9 51,4 1178,7 0 288,55 Kab. Tuban 1146,7 1631,2 11,7 574,95 0 12,3 Kab. Lamongan 591 927,4 193,3 951,8 0 775,94 Kab. Gresik 37,1 59,6 47,4 62,95 0,5 46,5 Kab. Bangkalan 8,5 180 0 482,2 0 12 Kab. Sampang 0 243,8 0 16 0 191,7 Kab. Pamekasan 6,8 0 0 484,6 0 81,6 Kab. Sumenep 15,6 1215,8 0 1680,9 0 389,22 188

Gambar 3. Jumlah Kabupaten yang memperlihatkan serangan hama pentakit utama terluas Gambar 4. Luas serangan hama dan penyakit utama pada usahatani padi di Jawa Timur Bakteri X. oryzae pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun memiliki banyak patotipe (strain) dan dapat menyerang tanaman padi pada berbagai stadia tumbuh sehingga sulit untuk dikendalikan (Suparyono et al., 2004). Kebiasaan petani tidak melakukan pergiliran varietas, diikuti dengan hanya memupuk N dosis tinggi, menjadi penyebab berkembangnya penyakit ini dengan cepat. Taktik penggunaan varietas tahan efektif dan sangat membantu petani padi yang kondisi ekonominya lemah. Tetapi penggunaan varietas tahan dihadapkan kepada beragamnya patotipe bakteri Xoo yang menyebabkan ketahanan varietas dibatasi waktu dan tempat (Suparyono et al., 2003). Sudir dan Handoko (2011) melaporkan penyakit hawar daun bakteri berkembang di Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo dan Mojokerto, pada berbagai varietas padi baik varietas unggul baru maupun lokal dengan tingkat keparahan sedang sampai berat. Patotipe X. oryzae pv. oryzae yang ditemukan di daerah sentra produksi padi di Jawa Timur terdiri dari patotipe III, IV dan VIII dengan struktur dan dominasi yang beragam antar lokasi. Patotipe III dominan di Banyuwangi dan Malang, Patotipe IV dominan di Blitar, Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. Patotipe VIII tersebar merata di tiap lokasi kecuali di Mojokerto dan sangat dominan terutama di kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan Jember. 189

KESIMPULAN 1. Hama dan penyakit utama (hama tikus, wereng batang coklat dan penggerek batang, serta penyakit hawar daun bakteri, tungro dan blas) selalu dijumpai pada usahatani padi di Jawa Timur. Selama lima tahun (2005 s/d 2009) luas serangan hama tikus dan penggerek batang terus meningkat, luas serangan wereng batang coklat dan hawar daun bakteri berfluktuasi, luas serangan tungro terlihat konstan, sedangkan luas serangan penyakit blas terlihat turun. 2. Rata-rata selama lima tahun (2005 s/d 2009), penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri X. oryzae pv. Oryzae memperlihatkan serangan paling luas (16,769 ha) di antara hama dan penyakit utama lainnya (<10 ha). 3. Penyakit hawar daun bakteri dominan di 27 kabupaten (93% dari jumlah Kabupaten lokasi usahatani padi di Jawa Timur). DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Masalah lapang hama, penyakit, hara pada tanaman padi. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. 2-56. Dinas Pertanian Provinsi Jatim. 2010. Laporan tahunan 2009. Dinas Pertanian Provinsi Jatim, Surabaya.91 hlm. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. 2011. Kegiatan perlindungan tanaman untuk menekan kehilangan hasil padi. Makalah pada Seminar Nasional Penyakit Tungro. Makasar, 11 November 2011. Lolit Penyakit Tungro, Makasar. 36 hlm. Mahfud, M.C. 2011. Pengaruh faktor prodduksi padi terhadaap perkembangan wereng coklat. Makalah pada Seminar Nasional Pengendalian Tungro dan Hama Utama Padi Lainnya Mendukung Swasembada Padi Berkelenjutan. Makasar, 10 Novemver 2011. Pusitbang Tanaman Pangan. 13 hlm. Oka, I.N. dan A.H. Bahagiawati. 1983. Wereng coklat dan pengendaliannya dalam perspektif. Risalah Lokakarya Penelitian Paadi, 22-24 Maret 1983. LP3, Bgor. 87-102. Sudir dan Handoko. 2011. Komposisi dan penyebaran patotipe Xanthmonas oryzae pv. Oryzae, penyebab penyakit hawar daun bakteri padi di beberapa daerah produksi padi di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian Balai Besar Penelitian Padi, Subang. 19 hlm. Suparyono, Sudir, dan Suprihanto. 2003. Komposisi patotipe patogen hawar daun bakteri pada tanaman padi stadium tumbuh berbeda. Jurnal Penelitian Pertanian. 22(1): 45-50. Suparyono, Sudir dan Suprihanto. 2004. Pathotype profile of Xanthomoas campestris pv.oryzae,isolates from the rice ecosystem in Java. Indonesian Jurnal of agricultural Science, Vol. 5(2): 63-69. Untung, K. 1979. Teori ambang ekonomi hama dan penerapannya. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.54 hlm. Gilbert, M.J. 1984. Trapping as a monitor for ditermining outbreaks of citrus psylla. Sysmposium on Citrus Greening, Citrus and Subtropical Fruit Research Institute, 26-28 November 1984. 84-89. Samways, M.J. 1984. Use of saturn yellow trap for minitoring Trioza erytreae (Hemiptera: Triozidae) and an attempt at commercial suppression sing yellow barries and trap trees. Sysmposium on Citrus Greening, Citrus and Subtropical Fruit Research Institute, 26-28 November 1984. 72-83. 190