ANGGARAN BAHAN BAKU. Penjabaran anggaran produksi adalah anggaran bahan baku yang mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang digunakan dalam produksi.

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN BAHAN BAKU. Muniya Alteza

1. PENGERTIAN. ahan Baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:

Bahan baku dipakai = unit yang diproduksi x standar pemakaian bahan baku

Anggaran Bahan Baku. Deskripsi Materi :

BAB 4:PERSEDIAAN dan PENJUALAN

Bab: Anggaran Material MINGGU KE 5 DAN 6

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

Anggaran Biaya Bahan Baku

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBELIAN DAN PEMAKAIAN BAHAN MANUFAKTUR DAN BUKAN MANUFAKTUR. Dr. Kartika Sari. Universitas Gunadarma

BAB V PENGELOLAAN PERSEDIAAN

Akuntansi Biaya. Bahan Baku : Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan (Materials : Controlling, Costing and Planning)

Pengelolaan Persediaan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

Ir. Rini Anggraini, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

MATERI 5 ANGGARAN BAHAN BAKU

BAB 4 ANGGARAN BAHAN BAKU LANGSUNG

MANAJEMEN PERSEDIAAN

CHAPTER 5 MANAJEMEN KAS, MANAJEMEN PIUTANG, MANAJEMEN PERSEDIAAN DALAM KOPERASI

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT Subur mitra grafistama yang berlokasi di

BAB 1. PENDAHULUAN. Pemesanan barang merupakan kegiatan yang sangat penting pada bagian

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

LOGO. Anggaran Produksi.

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Manajemen Operasional. Metode EOQ

Persediaan adalah barang yang sudah dimiliki oleh perusahaan tetapi belum digunakan

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk bisa mempertanggungjawabkan kebenaran dari suatu penelitian,

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENTINGNYA INVENTORY CONTROL BAHAN BAKU UNTUK MEMPERLANCAR PROSES PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

Persediaan. by R.A.H

Manajemen Persediaan

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan:

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BIAYA BAHAN. Endang Sri Utami, SE., M.Si., Ak, CA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan jenis operasi perusahaan, persediaan dapat diklasifikasikan

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan pada PT. XYZ. Penelitian ini menggunakan 2 jenis data, yaitu :

Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif

BAB III LANDASAN TEORI

Modul ke: Manajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Fakultas. Hesti Maheswari SE., M.Si. Ekonomi dan Bisnis. Program Studi.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadiluwih, Kediri. UD. Pilar Jaya adalah perusahaan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Tujuan anggaran Bahan:

INVENTORY CONTROL. Slide prepare By; Iman P. Hidayat

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modul ke: Manajemen Persediaan. Persediaan Pengaman. Maheswari SE., M.Si. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi. Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

III. METODE PENELITIAN A.

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. (2000), persediaan merupakan sebuah aktiva yang meliputi barang-barang milik

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN KOPI BUBUK BALI CAP BANYUATIS

Syukriah, Putri Narisa Lia. Jurusan Teknik Industri, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia saat ini giat melaksanakan

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Transkripsi:

ANGGARAN BAHAN BAKU Penjabaran anggaran produksi adalah anggaran bahan baku yang mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang digunakan dalam produksi. Bahan baku digunakan proses produksi tersendiri dari dua macam, yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang secara langsung berperan dalam proses produksi dan mempunyai hubungan erat dengan jumlah produk yang dihasilkan. Adapun bahan baku tidak langsung disebut bahan baku penolong, merupakan bahan baku secara tidak langsung ikut berperan dalam proses produksi. Anggaran bahan baku merencanakan lebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung, sedangkan kebutuhan bahan baku tidak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik. Anggaran bahan baku adalah semua anggaran yang berhubungan dengan perencanaan secara lebih rinci mengenai penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode tertentu yang akan datang. Tujuan Penyusunan Anggaran Bahan Baku Penyusunan anggaran bahan baku sangat membantu manajemen dalam mengambil langkah kebijakan yang berkaitan dengan : Perkiraan jumlah kebutuhan bahan baku Perkiraan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan Dasar perkiraan kebutuhan dana dalam pembelian bahan baku Dasar penentuan komponen harga pokok produk karena pemakaian bahan baku untuk proses produksi Dasar pengawasan penggunaan bahan baku. Elemen Anggaran Bahan Baku Anggaran bahan baku meliputi empat sub-anggaran, yaitu: 1. Anggaran kebutuhan bahan baku, 2. Anggaran pembelian bahan baku, 3. Anggaran persediaan bahan baku, dan 4. Anggaran biaya pemakaian bahan baku. 1. Anggaran kebutuhan bahan baku Anggaran disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Anggaran ini harus merinci : a. Jenis barang jadi yang diproduksi b. Jenis bahan baku yang digunakan c. Bagian-bagian yang dilalui dalam proses produksi d. Standar penggunaan bahan baku e. Waktu penggunaan bahan baku f. Jumlah masing-masing barang jadi.

2. Anggaran Pembelian Bahan Baku Anggaran in Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan baku yang harus dibeli pada periode mendatang, dan merinci : a. Jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi b. Jumlah yang harus dibeli c. Harga persatuan (unit) bahan baku. Pembelian pembelian yang harus dilakukan, semuanya tergantung produksi masing-masing periode, dari persediaan awal dan dari jumlah persediaan akhir yang diinginkan. Anggaran pembelian bahan baku dapat diformulasikan : Kebutuhan bahan baku untuk produksi Persediaan akhir bahan baku Jumlah kebutuhan bahan baku Persediaan awal bahan baku Pembelian bahan baku XX XX XX XX XX Faktor yang diperlukan dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran pembelian bahan baku, adalah : a. Anggaran unit kebutuhan bahan baku b. Biaya pengadaan c. Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan d. Fluktuasi harga bahan baku e. Tersedianya bahan baku dipasar f. Modal kerja yang tersedia g. Kebijakan perusahaan terhadap tersedianya bahan baku, yang pada umumnya dipengaruhi oleh: fluktuasi produksi, fasilitas tempat penyimpanan, risiko kerugian, biaya penyimpanan, perputaran persediaan bahan baku, lead time dan modal kerja. Dalam pembelian bahan baku dapat pula dihitung menggunakan rumus sederhana sebagai berikut : Pembelian bahan langsung yang dibutuhkan = Anggaran produksi (unit) + persediaan akhir yang diinginkan persediaan awal Biaya pembelian bahan langsung = bahan langsung yang perlu dibeli (unit) x biaya pembelian (unit) Sebagai contoh :

PT. XYZ ANGGARAN PEMBELIAN BAHAN LANGSUNG Triwulan Pertama 2000 Unit Jan. Peb Mar Jumlah Unit produksi yang diperlukan 880 1.580 790 3.250 Tambah persd akhir yang diinginkan* 474 237 180* 180 Subtotal 1.354 1.817 970 3.430 Kurang persd awal 264 474 237 264 Pembelian yang diperlukan 1.090 1.343 733 3.166 Biaya per unit x Rp 25.000 Biaya pembelian (ribu) Rp.27.250. 33.575. 18.325. 79.150. Keterangan : *Persed.akhir bahan langsung yang diinginkan = 30% x prod bulan berikutnya. *600 produksi (produksi April) x 30% = 180 unit Persed.awal bahan langsung = 30% x prod.bulan berjalan (=persed.akhir bulan lalu yang diinginkan). Dalam penyusunan anggaran pembelian bahan baku, hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana menghitungnya dipertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu : 1. Biaya pemesanan (ordering cost) yang selalu berubah-ubah sesuai dengan frekwensi pesanan. 2. Biaya penyimpanan (carrying cost) yang berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan. Jumlah pembelian yang paling ekonomis (EOQ) dapat diformulasikan : EOQ = 2 R.S P. I

dalam hal ini : R = Jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu S = Biaya pemesanan P = Harga per unit bahan baku I = Biaya penyimpanan (persentase dari persediaan rata-rata) atau dapat juga dihitung dengan rumus ; 2 R.S EOQ = C / per unit dimana : C = Biaya penyimpanan setiap unit bahan mentah. Maka dalam menerapkan konsep ini perlu diperhatikan asumsi yang mendasarinya, yaitu permintaan barang di mana yang akan datang dapat diketahui dengan pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Model dasar EOQ menganggap bahwa penjualan dapat diramalkan, pemakaian bahan baku sepanjang tahun tetap, dan persediaan bisa segera diperoleh. Meskipun demikian, sering kali asumsi bahwa pesanan bisa segera dilakukan dan barang bisa segera diperoleh, meskipun demikian perlu dilonggarkan karena adanya tenggang waktu (lead time) antara pemesanan dan penerimaan barang. Agar kegiatan penjualan tidak terganggu perusahaan harus memiliki persediaan selama masa tenggang waktu. Demi menjaga kelancaran proses, tidak cukup hanya menentukan jumlah bahan baku yang di beli saja, namun harus ditentukan pula waktu pemesanan bahan baku agar dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan, karena bahan baku yang terlambat kadangkadang harus dicarikan bahan penggantinya agar proses produksi tidak terhenti. Biaya-biaya yang timbul karena keterlambatan datangnya bahan baku disebut stock out cost (SOC), dan sebaliknya bahan baku yang datangnya terlalu cepat juga menimbulkan biaya ekstra yang disebut extra carriying cost (ECC). Oleh karena itu, dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu diperhatikan faktor tenggang waktu (lead time), yaitu jangka waktu sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi. Contoh Soal dan Penyelesaiannya: Suatu perusahaan memperkirakan kebutuhan bahan baku selama satu tahun sebanyak 6.000 unit dengan harga Rp. 4.000 per unit. Biaya pemesanan setiap kali pemesanan adalah sebesar Rp. 5.000,- dan biaya penyimpanan Rp. 60,- per unit. Lead time selama 9 hari (1 tahun = 360 hari) dan safety stock ditetapkan sebesar 200 unit. Hitung jumlah pembelian paling ekonomis :

2 R.S 2. (6000).(5000) EOQ = = = 1.000 unit. C / per unit 60 Maka untuk diadakan pemesanan kembali bahan mentah (Reorder point), yang didasarkan waktu pemesanan (lead time) adalah sebagai berikut : a. Pemakaian selama lead time : x 6000 = 150 unit. 9 360 b. Safety stock = 200 unit Pemakaian selama 9 hari Reorder point = 150 unit = 350 unit. Misalkan dari cantoh soal di atas diketahui pula bahwa stock out cost sebesar Rp. 150,- unit dan data mengenai lead time yang terjadi dalam perusahaan sebagai berikut : Lead time Probabilitas 4 hari 15 % 5 hari 30 % 6 hari 25 % 7 hari 30 % Maka lead time yang menguntungkan dan saat bahan baku harus dipesan kembali adalah : a. Extra Carying Cost (ECC). Biaya pemeliharaan (penyimpanan) per hari order : 1.000 x Rp. 60.- 360 = Rp. 166,67

Bila lead time 4 hari, maka ECC = 0 karena 4 hari adalah waktu yang paling cepat. Bila lead time 5 hari, maka ECC = 1 (0,15). Rp. 166,67 = Rp 25,- Bila lead time 6 hari, maka ECC = [2. (0,15). + 1 (0,30) ]. Rp. 166,67 = Rp. 100,- Bila lead time 7 hari, maka ECC = [3 (0,15) + 2 (0,30) + 1 (0,25) ]. Rp. 166,67 = Rp. 216,67 b. Stock Out Cost (SOC). 6.000 Kebutuhan bahan baku per hari = = 16,67 = 17 360 Bila lead time 4 hari, maka SOC = [1 (0,30) + 2 (0,25) + 1 (0,30) ]. (150. Rp. 17) = Rp. 2.805 Bila lead time 5 hari, maka SOC = [1. (0,25). + 2 (0,30) ]. 1. (150 ). Rp. 17) = Rp. 2.167,50 Bila lead time 6 hari, maka SOC = [1 (0,30). (150) Rp. 17 ] = Rp 765,- Bila lead time 7 hari, maka SOC = 0 Ternyata lead time 7 hari mempunyai total biaya ekastra yang paling kecil yaitu : Extra carrying cost (ECC) = Rp. 216,67 Stock out cost (SOC) = 0 Total cost = Rp. 216,67 Maka bahan baku yang harus dipesan kembali pada saat tingkat persediaan : - Safety stock = 200 unit - kebutuhan selama lead time 7 x 17 = 119 unit Reorder Point = 319 unit

3. Anggaran Persediaan Bahan Baku Anggaran persediaan bahan baku disusun sebagai suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan yang meliputi : a. Jenis bahan baku yang digunakan b. Jumlah masing-masing bahan baku yang tersisa sebagai persediaan c. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku d. Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan Bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa faktor : a. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. b. Volume bahan baku minimal (safety stock) c Besarnya pembelian yang ekonomis d. Estimasi tentang naik turunnya harga harga bahan baku pada waktu-waktu mendatang e. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku. f. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak. 4. Anggaran Biaya Pemakaian Bahan Baku. Anggaran pemakaian bahan (dalam unit dan dalam biaya pemakaian) dibuat dengan dasar sistem biaya standar (khususnya banyaknya unit bahan langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit barang jadi). Yang didasarkan pada bahan baku yang dibeli oleh perusahaan yang tersimpan di gudang sebagai persediaan. Anggaran biaya pemakaian bahan baku akan merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dan dihitung dalam satuan moneter. Manfaat disusunnya anggaran ini adalah sebagai perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan, dan sebagai pengawasan penggunaan bahan baku Anggaran bahan baku yang habis dipakai harus terperinci mengenai : a. Jenis bahan baku yang digunakan. b.jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk proses produksi c. Harga per unit masing-masing bahan baku d.nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk proses produksi e. Jenis produk yang dihasilkan f. Waktu penggunaan bahan baku

Rumus untuk menentukan biaya pemakaian bahan secara sederhana adalah : Bahan langsung yang dibutuhkan (unit) x harga bahan per unit Contoh : PT. XYZ ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN LANGSUNG Triwulan Pertama 2000 Jan. Peb Mar Jumlah Bahan langsung yang diperlukan* 880 1.580 790 3.250 Biaya per unit x Rp 25.000 Biaya pemk. Bh. Langsung (000) Rp.22.000. 39.500. 19.750. 81.250. Keterangan: Diperlukan satu unit bahan langsung, untuk membuat satu unit barang produksi. Karena itu jumlah unit bahannya sama dengan jumlah unit produksinya. Adapun contoh soal dan penyelesaian yang lebih terinci adalah : Data yang dihasilkan dari PT Angin Ribut sbb: a. Perkiraan penjualan. Harga/unt Persediaan awal Persediaan akhir Jenis brg. Jumlah (Rp.) Unit unit X 15.000 1.500 6.000 4.000 Y 30.000 1.600 3.000 5.000 Z 20.000 1.900 3.500 6.500

b. Bahan baku dihitung menurut standar penggunaan kebutuhan (Standar Usage Rate/SUR) Jenis bh.bk. Satuan SUR Barang X Barang Y Barang Z 1 unit 2 3 4 2 kg 3-3 3 unit 1 4 2 c. Jumlah persediaan masing-masing bahan baku : Jenis bh.bk. Persediaan awal Persediaan akhir 1 7.500 unit 4.000 unit 2 10.000 kg 8.750 kg 3 10.000 unit 12.500 unit d. Perkiraan harga barang adalah : Jenis bh. bk Harga 1 7.500 unit 2 10.000 kg 3 10.000 unit Pertanyaan : Dengan data diata buatlah : 1. Anggaran produksi untuk masing-masing jenis barang 2. Anggaran kebutuhan bahan baku yang dirinci menurut jenis barang dan jenis bahan baku 3. Anggaran pembelian bahan baku yang terperinci menurut jenis bahan baku dan nilainya. Penyelesaiannya : 1. PT Angin Ribut Anggaran Produksi (unit) Keterangan Barang X Barang Y Barang Z Penjualan 15.000 30.000 20.000. Persediaan akhir 4.000 5.000 6.500 Kebutuhan 19.000 35.000 26.500 Persediaan awal 6.000 3.000 3.500 Jumlah Produksi 13.000 32.000 23.000

2. PT Angin Ribut Anggaran kebutuhan bahan baku. Jenis brg. Produksi Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3 (unit) SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan X 13.000 2 26.000 3 39.000 1 13.000 Y 32.000 3 96.000 - - 4 128.000 Z 23.000 4 92.000 3 69.000 2 46.000 Jumlah 214.000 108.000 187.000 3. PT Angin Ribut Anggaran Produksi (unit) Keterangan Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3 Kebutuhan 214.000 108.000 187.000. Persediaan akhir 4.000 8.750 12.500 Jumlah Kebutuhan 218.000 116.750 199.500 Persediaan awal 7.500 10.000 10.000 Pembelian 210.500 106.750 189.000 Harga satuan Rp. 800 Rp. 500 Rp. 750 Biaya pembelian Rp.168.400.000 Rp. 53.375.000 Rp. 142.125.000 Dalam penyusunan anggaran pembelian bahan baku, hal yang perlu diperhatikan adalah jumlah pembelian yang paling ekonomis dimana menghitungnya dipertimbangkan dua jenis biaya yang bersifat variabel, yaitu : 5. Biaya pemesanan (ordering cost) yang selalu berubah-ubah sesuai dengan frekwensi pesanan. 6. Biaya penyimpanan (carrying cost) yang berubah-ubah sesuai dengan jumlah bahan baku yang disimpan. Jumlah pembelian yang paling ekonomis (EOQ) dapat diformulasikan : EOQ = 2 R.S P. I

dalam hal ini : R = Jumlah bahan baku yang akan dibeli dalam suatu jangka waktu tertentu S = Biaya pemesanan P = Harga per unit bahan baku I = Biaya penyimpanan (persentase dari persediaan rata-rata) atau dapat juga dihitung dengan rumus ; 2 R.S EOQ = C / per unit dimana : C = Biaya penyimpanan setiap unit bahan mentah. Maka dalam menerapkan konsep ini perlu diperhatikan asumsi yang mendasarinya, yaitu permintaan barang di mana yang akan datang dapat diketahui dengan pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Model dasar EOQ menganggap bahwa penjualan dapat diramalkan, pemakaian bahan baku sepanjang tahun tetap, dan persediaan bisa segera diperoleh. Meskipun demikian, sering kali asumsi bahwa pesanan bisa segera dilakukan dan barang bisa segera diperoleh, meskipun demikian perlu dilonggarkan karena adanya tenggang waktu (lead time) antara pemesanan dan penerimaan barang. Agar kegiatan penjualan tidak terganggu perusahaan harus memiliki persediaan selama masa tenggang waktu. Demi menjaga kelancaran proses, tidak cukup hanya menentukan jumlah bahan baku yang di beli saja, namun harus ditentukan pula waktu pemesanan bahan baku agar dapat datang tepat pada waktu dibutuhkan, karena bahan baku yang terlambat kadang-kadang harus dicarikan bahan penggantinya agar proses produksi tidak terhenti. Biaya-biaya yang timbul karena keterlambatan datangnya bahan baku disebut stock out cost (SOC), dan sebaliknya bahan baku yang datangnya terlalu cepat juga menimbulkan biaya ekstra yang disebut extra carriying cost (ECC). Oleh karena itu, dalam menentukan waktu pemesanan bahan baku perlu diperhatikan faktor tenggang waktu (lead time), yaitu jangka waktu sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.

Contoh Soal dan Penyelesaiannya: Suatu perusahaan memperkirakan kebutuhan bahan baku selama satu tahun sebanyak 6.000 unit dengan harga Rp. 4.000 per unit. Biaya pemesanan setiap kali pemesanan adalah sebesar Rp. 5.000,- dan biaya penyimpanan Rp. 60,- per unit. Lead time selama 9 hari (1 tahun = 360 hari) dan safety stock ditetapkan sebesar 200 unit. Hitung jumlah pembelian paling ekonomis : 2 R.S 2. (6000).(5000) EOQ = = = 1.000 unit. C / per unit 60 Maka untuk diadakan pemesanan kembali bahan mentah (Reorder point), yang didasarkan waktu pemesanan (lead time) adalah sebagai berikut : a. Pemakaian selama lead time : x 6000 = 150 unit. 9 360 b. Safety stock = 200 unit Pemakaian selama 9 hari Reorder point = 150 unit = 350 unit. Misalkan dari cantoh soal di atas diketahui pula bahwa stock out cost sebesar Rp. 150,- unit dan data mengenai lead time yang terjadi dalam perusahaan sebagai berikut : Lead time Probabilitas 4 hari 15 % 5 hari 30 % 6 hari 25 % 7 hari 30 %

Maka lead time yang menguntungkan dan saat bahan baku harus dipesan kembali adalah : a. Extra Carying Cost (ECC). Biaya pemeliharaan (penyimpanan) per hari order : 1.000 x Rp. 60.- 360 = Rp. 166,67 Bila lead time 4 hari, maka ECC = 0 karena 4 hari adalah waktu yang paling cepat. Bila lead time 5 hari, maka ECC = 1 (0,15). Rp. 166,67 = Rp 25,- Bila lead time 6 hari, maka ECC = [2. (0,15). + 1 (0,30) ]. Rp. 166,67 = Rp. 100,- Bila lead time 7 hari, maka ECC = [3 (0,15) + 2 (0,30) + 1 (0,25) ]. Rp. 166,67 = Rp. 216,67 b. Stock Out Cost (SOC). 6.000 Kebutuhan bahan baku per hari = = 16,67 = 17 360 Bila lead time 4 hari, maka SOC = [1 (0,30) + 2 (0,25) + 1 (0,30) ]. (150. Rp. 17) = Rp. 2.805 Bila lead time 5 hari, maka SOC = [1. (0,25). + 2 (0,30) ]. 1. (150 ). Rp. 17) = Rp. 2.167,50 Bila lead time 6 hari, maka SOC = [1 (0,30). (150) Rp. 17 ] = Rp 765,-

Bila lead time 7 hari, maka SOC = 0 Ternyata lead time 7 hari mempunyai total biaya ekastra yang paling kecil yaitu : Extra carrying cost (ECC) = Rp. 216,67 Stock out cost (SOC) = 0 Total cost = Rp. 216,67 Maka bahan baku yang harus dipesan kembali pada saat tingkat persediaan : - Safety stock = 200 unit - kebutuhan selama lead time 7 x 17 = 119 unit Reorder Point = 319 unit 7. Anggaran Persediaan Bahan Baku Anggaran persediaan bahan baku disusun sebagai suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan baku yang disimpan sebagai persediaan yang meliputi : a. Jenis bahan baku yang digunakan b. Jumlah masing-masing bahan baku yang tersisa sebagai persediaan c. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku d. Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan Bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi tergantung pada beberapa faktor : a. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. b. Volume bahan baku minimal (safety stock) c Besarnya pembelian yang ekonomis d. Estimasi tentang naik turunnya harga harga bahan baku pada waktu-waktu mendatang e. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku. f. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.

8. Anggaran Biaya Pemakaian Bahan Baku. Anggaran pemakaian bahan (dalam unit dan dalam biaya pemakaian) dibuat dengan dasar sistem biaya standar (khususnya banyaknya unit bahan langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit barang jadi). Yang didasarkan pada bahan baku yang dibeli oleh perusahaan yang tersimpan di gudang sebagai persediaan. Anggaran biaya pemakaian bahan baku akan merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dan dihitung dalam satuan moneter. Manfaat disusunnya anggaran ini adalah sebagai perhitungan harga pokok produk yang dihasilkan, dan sebagai pengawasan penggunaan bahan baku Anggaran bahan baku yang habis dipakai harus terperinci mengenai : a. Jenis bahan baku yang digunakan. b. Jumlah masing-masing jenis bahan baku yang habis digunakan untuk proses produksi c. Harga per unit masing-masing bahan baku d. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk proses produksi e. Jenis produk yang dihasilkan f. Waktu penggunaan bahan baku Rumus untuk menentukan biaya pemakaian bahan secara sederhana adalah : Bahan langsung yang dibutuhkan (unit) x harga bahan per unit Contoh : PT. XYZ ANGGARAN PEMAKAIAN BAHAN LANGSUNG Triwulan Pertama 2000 Jan. Peb Mar Jumlah Bahan langsung yang diperlukan* 880 1.580 790 3.250 Biaya per unit x Rp 25.000 Biaya pemk. Bh. Langsung (000) Rp.22.000. 39.500. 19.750. 81.250. Keterangan: Diperlukan satu unit bahan langsung, untuk membuat satu unit barang produksi. Karena itu jumlah unit bahannya sama dengan jumlah unit produksinya.

Adapun contoh soal dan penyelesaian yang lebih terinci adalah : Data yang dihasilkan dari PT Angin Ribut sbb: a. Perkiraan penjualan. Jenis brg. Jumlah Harga/unt Persediaan awal Persediaan akhir (Rp.) Unit unit X 15.000 1.500 6.000 4.000 Y 30.000 1.600 3.000 5.000 Z 20.000 1.900 3.500 6.500 b. Bahan baku dihitung menurut standar penggunaan kebutuhan (Standar Usage Rate/SUR) Jenis bh.bk. Satuan SUR Barang X Barang Y Barang Z 1 unit 2 3 4 2 kg 3-3 3 unit 1 4 2 c. Jumlah persediaan masing-masing bahan baku : Jenis bh.bk. Persediaan awal Persediaan akhir 1 7.500 unit 4.000 unit 2 10.000 kg 8.750 kg 3 10.000 unit 12.500 unit d. Perkiraan harga barang adalah : Jenis bh. bk Harga Pertanyaan : Dengan data diata buatlah : 1 7.500 unit 2 10.000 kg 3 10.000 unit 1. Anggaran produksi untuk masing-masing jenis barang 2. Anggaran kebutuhan bahan baku yang dirinci menurut jenis barang dan jenis bahan baku 3. Anggaran pembelian bahan baku yang terperinci menurut jenis bahan baku dan nilainya.

Penyelesaiannya : 1. PT Angin Ribut Anggaran Produksi (unit) Keterangan Barang X Barang Y Barang Z Penjualan 15.000 30.000 20.000. Persediaan akhir 4.000 5.000 6.500 Kebutuhan 19.000 35.000 26.500 Persediaan awal 6.000 3.000 3.500 Jumlah Produksi 13.000 32.000 23.000 2. PT Angin Ribut Anggaran kebutuhan bahan baku. Jenis brg. Produksi Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3 (unit) SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan SUR Kebutuhan X 13.000 2 26.000 3 39.000 1 13.000 Y 32.000 3 96.000 - - 4 128.000 Z 23.000 4 92.000 3 69.000 2 46.000 Jumlah 214.000 108.000 187.000 3. PT Angin Ribut Anggaran Produksi (unit) Keterangan Bahan baku 1 Bahan baku 2 Bahan baku 3 Kebutuhan 214.000 108.000 187.000. Persediaan akhir 4.000 8.750 12.500 Jumlah Kebutuhan 218.000 116.750 199.500 Persediaan awal 7.500 10.000 10.000 Pembelian 210.500 106.750 189.000 Harga satuan Rp. 800 Rp. 500 Rp. 750 Biaya pembelian Rp.168.400.000 Rp. 53.375.000 Rp. 142.125.000