BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis rasio keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti

luas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada Pengaruh Rasio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sari dan Zuhrotun (2006), teori sinyal (signaling theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi. Akuntansi mampu memberikan informasi tentang kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Laporan Keuangan. bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

TINJAUAN PUSTAKA. Laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2003:213) adalah. pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Analisis Laporan keuangan. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil produksinya baik dalam bentuk barang dan jasa yang besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB II. yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Sedangkan menurut Hendra (2010

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice, dan Skousen (2004: 230) 1) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 2) Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

3) Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. 4) Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. b. Jenis-jenis Laba 1) Laba kotor Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 120) laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. 2) Laba operasi Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004: 243) laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya.

3) Laba sebelum pajak Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan. 4) Laba bersih Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. 2. Pertumbuhan Laba Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasionalnya. Laba yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laba operasional. Angka laba operasional adalah selisih laba kotor dengan biayabiaya operasi. Biaya-biaya operasi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan operasi perusahaan. Jadi, apa yang diukur oleh laba dan komponen-

komponennya adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan. Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Menurut Warsidi dan Pramuka (2000) pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula: Pertumbuhan Laba = Laba Operasional Tahun t - Laba Operasional Tahun Laba Operasional Tahun t - 1 t - 1 3. Laporan Keuangan Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama dari analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Pada akhirnya bagi pihak pemilik dan manajemen, dengan mengetahui posisi keuangan dapat merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat tentang apa yang harus dilakukan kedepan. Perencanaan kedepan dengan cara menutupi kelemahan yang ada, mempertahankan posisi yang sudah sesuai dengan yang diinginkan, dan berupaya untuk meningkatkan lagi kekuatan yang sudah diperolehnya selama ini.

Analisis laporan keuangan perlu dilakukan secara cermat dengan menggunakan metode dan teknik analisis yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula. Kesalahan dalam memasukkan angka atau rumus akan berakibat pada tidak akuratnya hasil yang hendak dicapai. Kemudian hasil perhitungan tersebut dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diketahui posisi keuangan yang sesungguhnya. Semuanya ini harus dilakukan secara teliti, mendalam, dan jujur. 4. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan salah satu bentuk informasi akuntansi yang penting dalam proses penilaian kinerja perusahaan, sehingga dengan rasio keuangan tersebut dapat mengungkapkan kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu. Syamsuddin (2000: 40) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. 1) Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan, sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan. 2) Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio keuangan perusahaan A pada tahun 19x0 dengan rasio keuangan perusahaan B pada tahun 19x1. 3) Sebaiknya perhitungan rasio keuangan didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan

keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. 4) Rasio keuangan adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama. Hasil perhitungan rasio ini dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan selama periode keuangan tersebut. Terdapat beberapa rasio keuangan yang dianggap penting dalam menganalisis laporan keuangan suatu bank yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio-rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan sangat banyak jenisnya. Menurut Horne dan Wachowicz (2005: 204) Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari kondisi keuangan perusahaan untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dari setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun. Rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio). Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain: 1) Rasio Likuditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Rasio likuiditas

menurut Horne dan Wachowicz (2005: 206) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Syamsuddin (2000: 41) likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi yang berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan memperoleh kas. Menurut Tampubolon (2005: 36) ada dua jenis rasio likuiditas yaitu current ratio dan quick ratio. Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah rasio lancar (current ratio). Rumus untuk menghitung rasio lancar menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 4) Rasio lancar (current ratio) = Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar, perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan. Maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya, perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan arus piutang dan menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut.

2) Rasio Leverage Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas. Rasio leverage atau rasio solvabilitas yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditor perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Menurut Darsono dan Ashari (2005: 54) rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut Horne dan Wachowicz (2005: 209) ada dua jenis rasio leverage yaitu rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity) dan rasio utang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio). Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt ratio (DR) atau debt to total assets ratio. Menurut Syamsuddin (2000: 71) debt ratio merupakan pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Rumus untuk menghitung debt ratio menurut Brigham dan Houston (2006: 103) Debt Ratio = Total Utang Total Aktiva

3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Rasio aktivitas dapat diklasifikasikan menjadi rasio perputaran kas (cash turnover), rasio perputaran piutang usaha (account receivable turnover), rasio perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), dan perputaran total aktiva (total assets turnover). Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah total assets turnover (TATO). Menurut Darsono dan Ashari (2005: 60) TATO merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Rumus untuk menghitung total assets turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005: 221) Total Assets Turnover = Penjualan Bersih Total Aktiva Rata - Rata

Apabila suatu perusahaan tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen harus mampu mencari sebab-sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian dicarikan upaya perbaikan yang dibutuhkan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk periode berikutnya. Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara penjualan bersih dengan total aktiva. Untuk mengetahui apakah perusahaan cukup efektif dalam menggunakan aktivanya, hasil perhitungan harus dibandingkan dengan hasil perhitungan tahun-tahun sebelumnya. 4) Rasio Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menerima pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara

lain: margin laba kotor (gross profit margin), margin laba operasi (operating profit margin), margin laba bersih (net profit margin), return on assets, dan return on equity. Rasio profitabilitas yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan operating profit margin (OPM). a) Return On Asset (ROA) Return on asset menurut Syamsuddin (2000: 63) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on asset menurut Horne dan Wachowicz (2005: 224) ROA = Laba Bersih Total Aktiva Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006: 109) merupakan akibat dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah dan biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah.

b) Return On Equity (ROE) Return on equity menurut Syamsudin (2000: 64) merupakan suatu pengukuran dari suatu penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan kesuksesan manajemen perusahaan dalam mengelola investasi untuk memberikan pengembalian kepada pemegang saham. Semakin tinggi ROE berarti semakin baik posisi manajemen dihadapan para pemegang saham. Rumus untuk menghitung ROE menurut Horne dan Wachowicz (2005: 225) ROE = Laba Bersih Total Ekuitas Pemegang Saham Pengembalian yang tinggi akan menjadi pertimbangan utama bagi pemegang saham atau investor dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan jumlah investasinya dalam perusahaan dengan harapan akan memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi lagi di masa mendatang. Bagi manajemen, dengan ROE yang semakin tinggi mereka akan lebih mendapatkan kepercayaan pendanaan dari investor. c) Operating Profit Margin (OPM) Operating profit margin (OPM) dapat digunakan untuk mengetahui keuntungan operasional dari setiap barang yang dijual perusahaan. Operating profit margin adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi perusahaan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Operating profit margin (OPM) merupakan rasio yang menunjukan berapa persen keuntungan operasi perusahaan yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari total penjualan yang dilakukan. Rumus untuk menghitung OPM adalah: Operating profit margin = Earning Before Interest Tax Penjualan Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka perolehan laba akan semakin optimal, khususnya laba operasional dari kegiatan perusahaan bersangkutan. Hasil perhitungan rasio ini harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk melihat apakah terdapat peningkatan atau penurunan operating profit margin (OPM). B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti (Tahun) 1. Meilina Sari (2009) Judul Penelitian Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2. Lasdi Pengaruh Rasio Purnama (2010) Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 3. Susilawaty Analisis Rasio (2010) Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber: Data diolah penulis, 2010 Variabel Penelitian Current Ratio, Debt Ratio, Total Assets Turnover, Return on Asset, Return on Equity, Gross Profit Margin, dan Pertumbuhan Laba. Loan to Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Pertumbuhan Laba. Current Ratio, Debt Ratio, Total Assets Turnover Ratio, Return On Asset, Gross Profit Margin, dan Pertumbuhan Laba. Hasil Penelitian Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh variabel debt ratio terhadap pertumbuhan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional terhadap pertumbuhan laba. Secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba.

Meilina Sari (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 33 perusahaan yang bergerak di bidang sektor industri barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan terdapat adanya pengaruh antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba. Namun secara parsial, penelitian ini menunjukkan hanya variabel debt ratio yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Variabel lainnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Lasdi Purnama (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 21 perusahaan yang bergerak di bidang perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan loan to deposit ratio, debt to equity ratio, dan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional terhadap pertumbuhan laba.

Susilawaty (2010) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, dan gross profit margin terhadap pertumbuhan laba. C. Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio keuangan yang terdiri dari current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan operating profit margin. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1.

H 7 Rasio Keuangan (X) Current Ratio (X 1 ) H 1 Debt Ratio (X 2 ) H 2 Pertumbuhan Laba (Y) Total Assets Turnover (X 3 ) H 3 Return on Asset (X 4 ) H 4 Return on Equity (X 5 ) H 5 Operating Profit Margin H 6 Sumber: Data diolah penulis, 2010 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Semakin tinggi debt ratio, maka semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin tinggi total assets

turnover, maka semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan laba perusahaan juga dapat meningkat. Semakin tinggi return on asset, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi return on equity, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari ekuitas yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi operating profit margin, maka semakin efektif dan efisien perusahaan dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya sehingga dapat mempengaruhi laba bersih yang akan diperoleh perusahaan. Dengan demikian, secara simultan rasio keuangan berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba dan secara parsial current ratio (CR), debt ratio (DR), total asset turnover (TATO), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan operating profit margin (OPM) berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan berpengaruh, baik secara simultan maupun secara parsial, dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis pada penelitian ini adalah: H1: Current ratio berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H2: Debt ratio berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3: Total assets turnover berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4: Return on asset berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H5: Return on equity berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H6: Operating profit margin berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H7: Current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on asset, return on equity, dan operating profit margin bersama-sama berpengaruh signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.