UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

Vipi Nandiya 1), Neviyarni 2), Khairani 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. lengkap ada apabila diinginkan agar pendidikan di sekolah dapat berjalan optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja adalah masa pencarian nilai-nilai hidup. Dalam situasi demikian

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 86.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian remaja. Sekolah yang telah mencapai standar

BAB I PENGANTAR A. Alasan Praktik B. Tujuan Praktik

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan saat ini adalah pembangunan dibidang pendidikan, menyadari. kalangan pendidikan itu sendiri termasuk para guru.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

BAB II KAJIAN TEORITIS

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

Transkripsi:

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG SRI WAHYUNI ADININGTIYAS Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Akhir-akhir ini di sekolah sering ditemui siswa yang cabut, melanggar peraturan, tidak menghormati guru dan melakukan penyimpangan perilaku lainnya di sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, berfungsi dan bertujuan sebagaimana yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3. Berdasarkan undang-undang dapat disimpulkan bahwa upaya pengembangan individu dapat melalui sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sekolah akan memberikan pelayanan untuk menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki para peserta didik. Bentuk-bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa di antaranya: melanggar peraturan sekolah, tidak disiplin, keluar masuk kelas ketika guru sedang menerangkan pelajaran, cabut pada jam pelajaran, meribut dalam kelas, mencontek dan tidak mengerjakan tugas. Siswa yang pernah dipanggil karena melanggar peraturan sekolah, kembali dipanggil dengan kesalahan yang sama. Guru Pembimbing tidak punya rencana khusus untuk mencegah terjadinya perilaku siswa yang menyimpang di sekolah. Guru Pembimbing melakukan upaya pengentasan perilaku siswa yang menyimpang jika telah ditemuinya penyimpangan di sekolah. Perilaku Menyimpang Pengertian perilaku menyimpang menurut pendapat Sarlito (2002:206) Semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga dan lain-lain). Elida Prayitno (2002:139) menjelaskan bahwa : Tingkah laku menyimpang terutama yang berkaitan dengan gangguan kepribadian, tidak tercapainya tugas-tugas perkembangan dengan sempurna terutama yang menyangkut kemampuan dan keinginan bertanggung jawab terhadap tingkah laku sosial. Bahwa perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan 1

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Latar belakang terjadinya perilaku menyimpang siswa. Perilaku siswa yang menyimpang muncul karena gagal dalam cara-cara penyelesaian dalam perilaku, cara penyesuaian yang salah dan mempunyai konflik yang tidak dapat diatasi. Masalah intern dan ekstern yang ada pada diri remaja ini yang dapat menyebabkan remaja mengalami perilaku siswa yang menyimpang. Kondisi intern dan ekstern remaja yang masih dalam masa pancaroba menyebabkan remaja lebih rawan daripada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia. Perilaku siswa yang menyimpang disebabkan oleh perasaan tidak puas, filsafat hidup yang salah dan memiliki gangguan emosi dan berbagai kebutuhan yang mendorongnya untuk berbuat. Dengan berbagai penyebab munculnya perilaku siswa yang menyimpang seperti yang disebut di atas, maka sangat diperlukan keberadaan dan bimbingan dari Guru Pembimbing untuk mencegah munculnya perilaku siswa yang menyimpang yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Bentuk Perilaku Siswa yang Menyimpang Bentuk-bentuk perilaku siswa yang menyimpang terdiri atas tiga hal yaitu perilaku yang merusak orang lain, diri sendiri dan lingkungan. Sungguh sangat menakutkan sekali apabila generasi muda kita mengalami perilaku yang menyimpang karena ia merusak hampir semua dimensi kehidupan ini. Berdasarkan batasan tentang tingkah laku menyimpang tersebut, dapat dikemukakan bahwa perilaku yang menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah: a) suka bolos/ cabut sebelum pelajaran berakhir, b) tidak suka bergaul/ suka menyendiri, c) suka berbohong pada guru dan orang lain, d) suka berkelahi atau mengganggu temannya pada waktu belajar, e) suka merusak fasilitas sekolah dan lain-lainnya, f) sering mencuri barang-barang kepunyaan orang lain, g) suka mencuri perhatian, 2

h) ugal-ugalan, kebut-kebutan di jalanan sehingga mengganggu lalu lintas dan dapat membahayakan dirinya sendiri serta orang lain, i) kecanduan narkotik dan obat terlarang (narkoba), j) suka mabuk-mabukan dan dapat mengganggu ketenangan orang lain, k) melakukan pemerkosaan dan hubungan seks secara bebas, l) melakukan perjudian (dengan menggunakan uang sebagai taruhannya), m) melakukan pemerasan untuk mendapatkan uang kepada orang lain, n) suka melawan kepada guru dan personil sekolah lainnya, o) berpikiran dan/ atau bersifat dan berperilaku radikal/ ekstrim. Criri perilaku menyimpang siswa siswa yang mengalami perilaku yang menyimpang mempunyai ciri-ciri yang dapat dilihat pada dirinya. Hal ini diungkapkan Sunarto (2002:58), ciri-cirinya antara lain : a) kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja b) pertentangan yaitu pertentangan yang ada dalam di dalam diri mereka yang menimbulkan kebingungan baik pada diri mereka atau pada orang lain c) berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui d) keinginan menjelajahi alam sekitar yang lebih luas e) mengkhayal dan berfantasi f) aktifitas kelompok. Ciri-ciri adanya kegelisahan, pertentangan, keinginan yang sangat besar, kebingungan, khayalan dan aktifitas kelompok dalam diri siswa merupakan hal yang harus diwaspadai. Siswa ini merupakan kelompok siswa yang berkemungkinan akan mengalami perilaku yang menyimpang. Akibat Perilaku Siswa Yang Menyimpang Perilaku yang menyimpang sangat merugikan siswa itu sendiri. Ia bisa kehilangan masa depannya sebagai remaja. Ia dapat mengalami kesalahan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya. Di sisi lain, ia akan mendapatkan cap yang buruk dari lingkungan. Sangat disayangkan sekali apabila potensi fisik yang berupa kekuatan-kekuatan dan dorongandorongan untuk beraktifitas fisik tidak tersalurkan ke arah yang produktif dan positif. Energi- 3

energi dan dorongan-dorongan itu akan mencari jalan penyaluran sendiri ke arah yang tidak bermanfaat, bahkan dapat saja merusak, melanggar hukum dan nilai, seperti mengebut, merusak bangunan dan alam sekitar, bahkan mengganggu atau merusak lingkungan sosial seperti membunuh, merampok, memperkosa dan lain-lain. Remaja sangat memerlukan orang yang dapat membina, mengerti membimbing dan mengarahkannya sesuai dengan bakat dan minatnya. Peran Guru Pembimbing dan orang tua yang memahami tentang potensi dirinya akan membantunya menemukan bakat dan minat yang sesuai. Oleh karena kehidupan remaja yang penuh gejolak, maka ia harus terus dibimbing, dibina, dikembangkan ke arah yang positif dan dinamis. Cara Mencegah Perilaku Siswa Yang Menyimpang Kepribadian remaja yang unik dan dinamis turut menentukan cara-caranya unik (khas) dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Remaja itu harus percaya kepada orang yang mau membantunya (orang tua, guru, psikolog, ulama, Guru Pembimbing dan sebagainya). Guru Pembimbing dapat menempatkan siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang cocok dengannya sesuai dengan kondisi dirnya di sekolah, seperti Pramuka, PMR, Forsis (Forum Studi Islam Siswa), Sispala (Siswa Pecinta Alam) dan lain sebagainya. Untuk kegiatan kelompok belajar, Guru Pembimbing akan membagi para siswa dengan kriteria tertentu sehingga tujuan belajar dapat lebih dicapai secara lebih maksimal. Kehadiran tutor sebaya mungkin akan lebih efektif bagi remaja karena lebih akrab dan mendalami jiwa mereka. Dengan belajar kelompok, kebutuhan untuk bisa berkumpul telah terpenuhi walaupun itu sambil belajar, yang merupakan kebutuhannya pada masa perkembangan. Siswa beranggapan bahwa perilaku menyimpang merupakan hal yang biasa terjadi di kalangan siswa. Mereka beranggapan bahwa suatu hal yang telah sering terjadi merupakan hal biasa, walaupun itu kurang baik. Sebenarnya Perilaku yang menyimpang pada siswa merugikan dirinya sendiri, lingkungan dan akan mempengaruhi kehidupannya di masa datang. Setiap siswa yang berada di lingkungan sekolah berpotensi untuk melakukan Perilaku yang menyimpang karena didorong oleh perasaan frustasi dengan situasi di sekolah yang tidak kondusif. 4

Upaya pencegahan lebih mudah untuk dilakukan dari pada upaya pengentasan. Upaya pencegahan bertujuan agar siswa tidak menjadi bingung dalam membedakan perilaku yang seharusnya dengan perilaku yang menyimpang. Selain dari itu, untuk memudahkan siswa menemukan model yang tepat dalam penentuan perilaku. Peran pembimbing / konselor sekolah Guru Pembimbing merupakan tenaga profesional yang memberikan pelayanan keahlian konseling kepada klien. Dalam Surat Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 Tahun 1993 (pasal 1 ayat 4) menyatakan bahwa guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK di sekolah terhadap sejumlah peserta didik. Sebagai tenaga profesional, Guru Pembimbing memiliki keterampilan spesifik dalam kaitannya dengan penanganan masalah dan konflik, baik yang bersifat intrapersonal, impersonal, dan interpersonal yang menimbulkan permasalahan bagi klien. Tugas Pokok Guru Pembimbing Guru Pembimbing mempunyai tugas yang berkenaan dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Menurut Erickson yang dikutip Mortensen dan Schumuller (1964:8) individual inventory, the counseling, the information services, the placement services and the follow up service. Tugas Guru Pembimbing adalah mengenal siswa dengan berbagai karakteristiknya, melaksanakan konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, melaksanakan bimbingan karir termasuk informasi pendidikan dan karir, penempatan, tindak lanjut dan penilaian, tindak lanjut dan penilaian, konsultasi dengan konselor, semua personil sekolah, orang tua, siswa, kelompok dan masyarakat. Secara umum tugas Guru Pembimbing adalah bertanggungjawab kepada seluruh peserta didik secara individual sehingga memiliki kepribadian yang matang dan mengenal potensi yang ada pada dirinya secara keseluruhan dan dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian diharapkan siswa dapat membuat keputusan terbaik untuk dirinya, baik dalam memecahkan masalah mereka sendiri maupun dalam menetapkan karir mereka di masa yang akan datang ketika individu tersebut terjun ke masyarakat. 5

Tindakan Tegas Yang Mendidik Prayitno (2008:248) ada lima komposisi yang menjadi pegangan dalam melaksanakan tindakan tegas yang mendidik itu adalah: a. Menjadikan siswa menyadari kesalahannya Kesadaran tentang kesalahan yang telah diperbuat diikuti oleh pemahaman tentang apa yang sebaiknya dilakukan; pemahaman tentang lawan dari apa yang telah diperbuat itu. Keadaan seperti itu selanjutnya menjadi titik tolak bagi adannya perbaikan. b. Penghormatan terhadap hak, nilai-nilai dan prospek positif siswa tetap terjaga Salah satu perbedaan antara hukuman dan tindakan tegas yang mendidik ini adalah pada hukuman penghormatan dan pengakuan terhadap hal-hal positif terdakwa sepertinya (setidak-tidaknya untuk sementara) dicabut, sedangkan tindakan tegas yang mendidik tetap menghidup-suburkan penghormatan dan pengakuan itu. c. Komitmen positif siswa ditumbuhkan Tujuan lebih jauh tindakan tegas yang mendidik itu adalah tumbuhnya komitmen, yaitu kemantapan kemauan keteguhan sikap dan kesungguhan tekad untuk berbuat yang lebih baik, untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya yang salah atau melanggar itu; tidak akan melakukan hal serupa di tempat yang sama ataupun di tempat lain. Komitmen merupakan hasil proses internalisasi pada diri peserta didik melalui tindakan tegas pendidikan yang dilakukan pendidik. Inilah tujuan akhir dari tindakan tegas yang dimaksudkan itu Pemahaman Guru Pembimbing Tentang Perilaku Siswa yang Menyimpang di Sekolah. Pada umumnya guru pembimbing telah memiliki pemahaman guru pembimbing tentang perilaku menyimpang. Sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan pada bab sebelumnya pemahaman guru pembimbing tentang pengertian perilaku menyimpang dikategorikan cukup. Oleh sebab itu guru pembimbing hendaknya dapat mengidentifikasi siswa yang melanggar tata tertib. Norma-norma yang mengatur perilaku siswa di sekolah dimuat dalam tata tertib. Perilaku menyimpang siswa dipandang sebagai pelanggaran terhadap tata tertib itu yang berlaku bagi mereka dalam kedudukan sebagai siswa sekolah. 6

Layanan yang dilakukan guru pembimbing untuk mencegah perilaku menyimpang. Layanan yang dilakukan guru pembimbing untuk mencegah perilaku menyimpang dikategorikan rendah. Layanan yang telah dilakukan guru pembimbing untuk mengentaskan perilaku menyimpang. Layanan yang telah dilakukan guru pembimbing untuk mengentaskan perilaku menyimpang dikategorikan cukup baik. Bentuk kerjasama guru pembimbing dengan pihak lain. Bentuk kerjasama guru pembimbing dengan pihak lain tergolong baik hal ini terlihat dari indikator dalam mengontrol disiplin siswa. Namun bentuk kerjasama dalam kegiatan ekstrakurikuler tergolong rendah. Penutup Pemahaman Guru Pembimbing belum sesuai dengan harapan pihak sekolah untuk meningkatkan disiplin dan tata tertib sekolah. Guru Pembimbing baru memiliki pemahaman dalam upaya pengentasan belum sepenuhnya dalam upaya pencegahan. Layanan yang digunakan untuk mencegah perilaku menyimpang masih tergolong rendah. karena guru pembimbing hanya memfokuskan pada layanan orientasi, layanan informasi dan layanan konseling perorangan. Layanan yang digunakan untuk mengentaskan perilaku menyimpang tergolong baik namun layanan bimbingan dan konseling kelompok belum dapat terlaksana dengan baik karena minimnya waktu. Bentuk kerjasama yang dilakukan guru pembimbing dengan pihak lain tergolong baik dari segi tata tertib dan disiplin sekolah namun dalam kegiatan ekstrakurikuler tergolong rendah, hal ini dikarenakan kurang adanya partisipasi guru pembimbing dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Rujukan Elida Prayitno. 2002. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya Elizabeth B. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Gibson, R.L & Mitchell, M.H. 1987. Introduction to Guidance. New York: Macmillan Publisher Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta Tim MKDK. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: TIM Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang Tim MKDK. 2005. Bahan Ajar Profesi Kependidikan. Padang: UNP 7

Tim MKDK. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 8