Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

dokumen-dokumen yang mirip
PENCEMARAN UDARA AKIBAT EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENCEMARAN UDARA YANG DIAKIBATKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR. A. Penyebab Terjadinya Peningkatan Pencemaran Udara yang Diakibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dosen pengasuh: Ir. Martono Anggusti.,S.H.,M.M,.M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang


PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

MENGATASI EMISI MELALUI PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DAN KEBIJAKAN PENGENDALIANNYA

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN PENCEMARAN UDARA. Disusun oleh : Nurbaiti PO KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

APA ITU GLOBAL WARMING???

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas udara berarti keadaan udara di sekitar kita yang mengacu pada

Transkripsi:

ISSN 2355-4721 Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Ismiyati Universitas Muhammadiyah Jakarta ismiyati.umj@gmail.com Devi Marlita STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Deslida Saidah STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Abstract Air is an important factor of life, but in the modern era is in line with the development of the physical development of the city and industrial center, as well as the development of transport, causing air quality changes, from what was once fresh, now dry and dirty which is generally caused by air pollution due to vehicle transportation. The research method used is library research. The results of the study: 1. Granting permission for small public transport more limited, while the mass transit vehicle, reproduced. 2. Control the number of private vehicles. 3. Vehicle age restrictions. 4. Construction of MRT, and the launch of other ideas to tackle congestion, namely the Electronic Road Pricing. 5. Settings traffic, signs, and decisive action against violations of driving. 6. Emission test should be done regularly. 7 Planting broadleaved trees on the roadside, as well as the heaviest traffic in the corners of the city, also reducing air pollution. Keywords: air pollution, exhaust emissions, life, environment Abstrak Udara adalah faktor penting dalam kehidupan, namun, di era modern, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat industri, serta berkembangnya transportasi, telah menyebabkan kualitas udara mengalami perubahan. Dari yang mulanya segar, kini, kering dan kotor akibat dari terjadinya pencemaran udara karena kendaraan transportasi. Lewat penggunaan metode kepustakaan, maka, tampak dengan jelas ada beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian yang serius, di antaranya; 1. Pemberian izin bagi angkutan umum kecil lebih dibatasi, sementara, kendaraan angkutan massal, diperbanyak. 2. Kontrol jumlah kendaraan pribadi. 3. Pembatasan usia kendaraan. 4. Pembangunan MRT, dan pembuatan Electronic Road Pricing. 5. Pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan. 6. Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi. 7. Penanaman pohon berdaun lebar di pinggir jalan yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota. Kata kunci: pencemaran udara, emisi gas buang, kehidupan, lingkungan 241

Ismiyati ISSN 2355-4721 Pendahuluan Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan kehidupan. Namun pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun mengalami perubahan yang disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara, atau, sebagai berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal; yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gasgas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan tanaman (BPLH DKI Jakarta, 2013). Penelitian ini khusus menyoroti penyumbang pencemaran terbesar di Indonesia; yaitu oleh kendaraan bermotor. Mengingat, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah terjadi lonjakan jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat, khususnya oleh pertambahan sepeda motor, yang mencapai 30%. Sekitar lebih kurang 70% terdistribusi di daerah perkotaan. Pada rentang 2005, perbandingan antara jumlah sepeda motor dan penduduk di Indonesia diperkirakan mencapai 1:8. Seterusnya, dari tahun ke tahun, kondisi tersebut semakin meningkat. Akibatnya, ruas jalan di Indonesia semakin padat. Bukan hanya di kota-kota besar, bahkan, sampai ke pelosok daerah (WHO, 1979). Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), jumlah kendaraan yang beropersi di seluruh Indonesia pada rentang 2013 mencapai 104,211 juta unit, naik sebesar 12 % dari 2012; yakni sebanyak 94,299 juta unit, dan juga naik sebesar 12 % dari 2011; yakni sebanyak 84,193 juta unit. Dari jumlah tersebut, maka, populasi terbanyak disumbang oleh sepeda motor, yaitu, rata-rata sebanyak 73 %. Berikut tabel perkembangan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia (Tabel 1). Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia, sudah barang tentu memicu terjadinya peningkatan polusi, namun, tampaknya, hal itu menjadi rumit ketika melihat faktor produksi dalam pertumbuhan kendaraan bermotor. Tabel 1 Jumlah Kendaraan Tahun 2011-2013 No Tahun Jenis 2011 2012 2013 Kendaraan (juta) (juta) (juta) 1 Mobil penumpang 8,540 9,525 10,540 2 Bus 1,920 1,945 1,965 3 Kendaraan 4,257 4,723 5,165 4 Sepeda motor 69,205 77,756 86,253 5 Ransus 271 280 288 Jumlah 84.193 94.229 104,211 Jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor, ternyata, merupakan tindakan yang dapat dilihat dengan progressive contextualization (Vayda, 1986) Ketika ingin mendeskripsikan suatu pengrusakan lingkungan (terkait di sini masalah pencemaran udara akibat transportasi), terbukti, tidak terbatas hanya melihat aktor-aktor pengguna transportasi saja. Namun, kita juga dapat melihat lebih luas lagi bahwa tindakan-tindakan tersebut berdampak bagi hidup dan kehidupan. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi dan mencemarkan udara di sekitar kita. Salah satu kasus di perkotaan adalah; akibat pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya, maka, telah mendorong perubahan gaya hidup sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakatnya. Kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) juga angkutan umum meningkat, sehingga, mengambil porsi ruas jalan yang lebih besar dibanding moda transportasi lainnya. 242

ISSN 2355-4721 Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Jumlah kendaraan di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun, semakin meningkat. Pada rentang 2014, jumlah kendaraan diprediksi bakal mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data kendaraan yang tercatat di Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan pada 2012 mencapai 14.618.313 unit, dengan pertumbuhan 9,8% dari tahun sebelumnya. Sementara pada 2013, jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya mencapai 16.043.689 unit, dengan tren peningkatan yang mencapai 9,8 %. Berikut tabel perkembangan jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah Kendaraan Tahun 2012-2013 Tahun Pertumbuhan Jenis Kendaraan 2012 2013 No (juta) (juta) 1 Mobil Penumpang 0,359 0,360 0,3 % 2 Mobil pribadi 2,742 3,003 9.5 % 3 Sepeda motor 10,826 11,929 10,19% 4 Mobil barang 0,562 0,618 10 % 5 Ransus 0,129 0,133 3.1 % Jumlah 14,618 16,043 9,8 % Perkembangan kendaraan bermotor yang dialami oleh Indonesia, serta perkembangan di salah satu perkotaan, seperti DKI Jakarta, tentunya menimbulkan masalah pada sistem transportasi, dan merupakan salah satu yang mempengaruhi udara sebagai commons, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hardin Z dalam tulisannya Tragedy of the commons. Udara sebagai commons dirusak oleh beberapa kepentingan (Sudrajad, 2006). DSelanjutnya, dari beberapa penyebab polusi udara yang ada, terbukti, emisi transportasi adalah sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi, yakni sekitar 85 persen. Hal tersebut tampak dengan jelas, mengingat, sebagian besar kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang yang buruk; baik akibat perawatan yang kurang memadai, atau dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas yang kurang baik (misalnya; kadar timbal yang tinggi). Penelitian tentang Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Transportasi serta Dampaknya Terhadap Kehidupan Lingkungan termasuk dalam jenis library research. Kegiatannya termasuk kategori penelitian kualitatif dan teknik penyajian finalnya dilakukan secara deskriptif (Creswell, 2002), selanjutnya, Hasan (2002); bahwa studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data tidak langsung melalui dokumentasi. Sementara, dengan memperhatikan konteksnya, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis). Hasil dan Pembahasan A. Proses Terjadinya Emisi Gas Buang oleh Kendaraan Transportasi Tidak ada yang bisa menepis, betapa, emisi gas buang, berupa asap knalpot, adalah akibat terjadinya proses pembakaran yang tidak sempurna, dan mengandung timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SO 2 ), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox) (BPLH DKI Jakarta, 2013). Selanjutnya, emisi gas buang yang paling signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa, adalah gas karbondioksida (CO 2 ), dan uap air (H 2 O) yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang berlangsung sempurna yang dapat dicapai dengan tersedianya suplai udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang sempurna dalam 243

Ismiyati ISSN 2355-4721 mesin kendaraan, jarang sekali terjadi. B. Dampak Terjadinya Pencemaran Udara Terhadap Kehidupan dan Lingkungan Sebagaimana kita ketahui bersama, pencemaran udara atau perubahan salah satu komposisi udara dari keadaan normal, mengakibatkan terjadinya perubahan suhu dalam kehidupan manusia. Pembangunan transportasi yang terus dikembangkan menyusul dengan permintaan pasar, ternyata, telah mendorong terjadinya bencana pembangunan. Saat ini, kita semua telah mengetahui bahwa pengaruh polusi udara juga dapat menyebabkan pemanasan efek rumah kaca (ERK) bakal menimbulkan pemanasan global atau (global warming) (Sudrajad, 2006). Tentunya, hal ini harus merupakan sebuah peringatan kepada para pemilik kebijakan industri dan kebijakan transportasi agar melihat kepada masalah udara di sekitarnya. Proses pembangunan yang ada di Indonesia dalam konteks transportasi, ternyata, telah menimbulkan bencana pembangunan yang pada akhirnya bermuara menjadi permasalahan ekologis. Akibatnya, udara sebagai salah satunya commons yang open access menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia dan alam sekitarnya. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang Pencemar Keterangan Karbon monoksida (CO) Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm) Oksida sulfur (S0x) Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm) Partikulat Matter Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1 tahun; 150 ug/m3 Okdida Nitrogen (N0x) Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05 ppm) selama 1 jam Ozon (03) Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12 ppm) selama 1 jam C. Kondisi Existing Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Transportasi Dalam melihat kasus pencemaran udara akibat kendaraan bermotor sebagai suatu dampak, adalah bukan satu-satunya penyebab yang disalahkan. Akan tetapi, penggunaannya yang tidak teratur (disorder) adalah yang dapat menimbulkan abuse bagi lingkungan kita, terutama udara. Singgungan antara transportasi dan lingkungan juga dapat diungkapkan lewat masalah perilaku manusia terhadap lingkungannya (Sudrajad, 2006). Hal tersebut bertolakbelakang, mengingat, transportasi yang seharusnya merupakan salah satu perangkat teknologi untuk memudahkan manusia, malahan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Selanjutnya, secara langsung, kandungan-kandungan timah hitam dan SPM dapat mengganggu kesehatan kita, dan/atau menimbulkan penyakit-penyakit yang mematikan. Lalu apakah produksi dari transportasi sebagai alasan pembangunan teknologi dapat dijadikan alasan bagi para pembuat keputusan. Kenyataan inilah yang sampai sekarang selalu menjadi ajang perdebatan, terutama, dalam memahami bagaimana mengartikan sebuah lingkungan dan teknologi agar dapat berdampingan tanpa adanya bahaya serta transportasi yang tidak teratur (disorder). Sebagai contoh, di Jakarta, sumber pencemaran udara yang utama adalah kendaraan bermotor dan industri. Dalam hal ini, tehadap beban emisi total, kendaraan bermotor menyumbang sekitar 71% pencemar oksida nitrogen (NOX), 15% pencemar oksida sulfur (SOx), dan 70% pencemar partikulat (PM10). Tampaknya, emisi gas dan kandungannya menjadi beban moral bagi pengguna transportasi dan industri transportasi (BPLH DKI Jakarta, 2013). Permasalahan seperti ini telah menjadi fenomena pembangunan. Walau 244

ISSN 2355-4721 Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor pembangunan transportasi yang ideal amat diharapkan oleh masyarakat, namun, dari sudut pandang ekologi, dampak sosial transportasi dengan lingkungan telah menimbulkan depresi terhadap masyarakat. Secara lebih tegas dapat dikatakan, udara yang tercemar akibat transportasi telah menimbulkan tingkat stress pada manusia yang mengalami gangguan tersebut. Dari perspektif ekologi, perilaku manusia yang beradaptasi dengan proses akan menjadi jenuh apabila adaptasi tersebut dilakukan dengan terus menerus atau sering, sehingga, orang yang dalam kehidupan sehari-harinya mengalami gangguan udara dari transportasi dan mengalami kejenuhan dapat menimbulkan stress dan depresi (kajian ini terjadi pada behaviour-nya). Karena apa yang adaptif dan bukan adaptif, bagi mereka, adalah cenderung pada perubahan perilaku kolektif dari masyarakatnya. Hal ini dapat ditunjukkan, tingkat stress dan depresi penduduk di kotakota besar seperti Jakarta tergolong tinggi. Manusia sebagai faktor yang menentukan keberlanjutannya lingkungan yang ada di sekitarnya, menjadi tidak berdaya, karena, pengrusakan lingkungan terjadi dan dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung-jawab. Oleh sebab itu, kejadian-kejadian seperti pencemaran udara pun tidak terhindarkan. Bukan hanya itu, ternyata, permasalahan ekologi yang terjadi akibat transportasi ini juga menjadi permasalahan psikologis yang ada pada masyarakat urban. Semakin tinggi tingkat pencemaran udara, maka, kecenderungan tingkat stress pun akan semakin tinggi pula. Kebijakan transportasi yang berhubungan dengan lingkungan atau Transportation Environment, adalah merupakan suatu penyebab munculnya dampak sosial. Artinya, dampak sosial yang dimaksud adalah transportasi yang tidak teratur (disorder), yang kemudian mengganggu kehidupan manusia. Pada saat ini, transportasi selalu dijadikan alasan utama bagi pencemaran kota. Kebanyakan orang beranggapan, pencemaran kota yang merusak udara di sekitar kita adalah merupakan suatu akibat dari kelalaian pemerintah dan produsen yang mendesain kendaraan bermotornya tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Akibatnya, daerah perkotaan dianggap merupakan salah satu sumber utama pencemaran udara, dan memegang peranan yang sangat besar dalam masalah pencemaran udara. Pada umumnya, dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, maka, sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibanding dengan sektor yang lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, sementara, kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, dan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain; misalnya rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain (BPLH DKI Jakarta, 2013). Dari uraiaan di atas, maka, tampak dengan jelas beberapa faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain: a. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial). b. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada. c. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran. d. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota. 245

Ismiyati ISSN 2355-4721 e. Kesamaan waktu aliran lalu lintas. f. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor. g. Faktor perawatan kendaraan. h. Jenis bahan bakar yang digunakan. i. Jenis permukaan jalan. j. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern). Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi gas buang sumber pencemaran udara tersebut, faktor penting lainnya adalah; faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi. Padahal, sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi yang berdampak terhadap kehidupan dan lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan sumber emisi pencemaran udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawasenyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksidaoksida sulfur) (BPLH DKI Jakarta, 2013). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor disel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibanding dengan senyawa-senyawa lainnya. Seperti telah disebutkan sebelumnya, penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Biasanya, pencemaran udara karena partikel debu dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru. Kadar timbal yang tinggi di udara juga dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya; seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain, sedang keracunan Pb bersifat akumulatif. Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibanding dengan oksigen (O 2 ) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu (BPLH DKI Jakarta, 2013). Selaras dengan itu, berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh, apabila tidak segera mendapat udara segar, akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian. Sementara, bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H 2 S dapat merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan. D. Upaya untuk Mengurangi Dampak Polusi/Pencemaran Udara Upaya pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor yang mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung maupun tidak langsung, 246

ISSN 2355-4721 Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor akan dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan bermotor secara efektif antara lain (Sudrajad, 2006): 1. Mengurangi jumlah mobil lalu lalang. Misalnya dengan jalan kaki, naik sepeda, kendaraan umum, atau naik satu kendaraan pribadi bersama temanteman (car pooling). 2. Selalu merawat mobil dengan saksama agar tidak boros bahan bakar dan asapnya tidak mengotori udara. 3. Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah AC non-cfc dan hemat energi. 4. Memilih bensin yang bebas timbal (unleaded fuel). Simpulan Solusi untuk mengatasi polusi udara kota, terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi dengan tanpa mengabaikan sektor-sektor lain, maka, tidak ada kata lain kecuali harus mau belajar dari kota-kota besar lain di dunia yang telah berhasil menurunkan polusi udara dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya. Di antaranya, dengan pembatasan izin bagi angkutan umum kecil, dengan memperbanyak kendaraan angkutan massal; seperti bus dan kereta api, diperbanyak. Kemudian, kontrol terhadap jumlah kendaraan pribadi juga dapat dilakukan seiring dengan perbaikan pada sejumlah angkutan umum. Selanjutnya, pembatasan usia kendaraan terutama bagi angkutan umum juga perlu mendapatkan pertimbangan secara khusus, mengingat, semakin tua kendaraan, apalagi yang kurang terawat, sangat berpotensi besar sebagai penyumbang polutan udara. Selaras dengan itu, pembangunan MRT, dan Electronic Road Pricing (ERP), juga mendesak untuk direalisasikan. Di samping itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendara benar-benar dapat diwujudkan, begitu juga uji emisi yang dilakukan secara berkala, serta penanaman pohon berdaun lebar di pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat, dapat juga mengurangi polusi udara. Daftar Pustaka Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Zat zat Pencemar Udara. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, 2013. Pengertian Pencemaran Udara. Hassan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. John W. Creswell. 2002. Researh Design Qualitative & Quantitative Approaches. New York: Sage Publication, Inc. Sudrajad, Agung. 2006. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan. Http// kamase_ugm@yahoo.co.id [3 Januari 2013] World Health Organization. 1977. Environmental Health Criteria No. 3, Lead. Geneva. World Health Organization. 1977. Environmental Health Criteria No. 4, Oxides of nitrogen, Geneva. World Health Organization, (1978). Environmental Health Criteria No. 7, Photochemical oxidants. Geneva. World Health Organization, (1979). Environmental Health Criteria No. 8, Sulfur oxides and suspended particulate matter. Geneva. 247

Ismiyati ISSN 2355-4721 Halaman ini sengaja dikosongkan. 248