BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

Kata kunci : Kunjungan Wisatawan,Inflasi,dan Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Ekspor Anyaman Provinsi Bali.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

Abstrak. Kata kunci : ekspor pakaian jadi, kurs dollar amerika serikat, inflasi, harga ekspor

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

Abstrak. Kata kunci: Ekspor Ikan Tuna, Kurs, Negara Tujuan, Produksi, Produk Domestik Bruto. DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR IKAN TUNA DI JAWA TIMUR KE JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, baik berupa perdagangan barang maupun jasa. pasar yang mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan Internasional dalam perekonomian setiap negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

Herdiansyah Eka Putra B

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN INFLASI TERHADAP VOLUME EKSPOR IKAN TUNA PROVINSI BALI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

PERKEMBANGAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN ASING DAN KURS DOLLAR AMERIKA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DI PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

E-Jurnal EP Unud, 4 [5] : ISSN:

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk mencapai tujuan tersebut sektor perdagangan harus ditingkatkan salah satu caranya adalah dengan melalui perdagangan internasional. Pada masa globalisasi ini perekonomian dunia akan lebih terpacu pada perdagangan internasional yang menyebabkan ketergantungan dunia ekonomi, hal ini lebih disebabkan karena terjadinya peningkatan pada arus dagang barang dan jasa, teknologi dan aliran modal asing yang cepat (Gao, 2000). Perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Apalagi pembangunan yang dilakukan Indonesia tidak terlepas dari adanya kerjasama dengan negera lain. Setiap negara membutuhkan kerja sama yang dilakukan untuk menunjukan perekonomiannya, hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dagang antara negara satu dengan negara lainnya (Thagavi et al, 2012). Ada dua kegiatan yang biasa dilakukan di dalam perdagangan internasional diantaranya, kegiatan ekspor dan kegiatan impor. Dengan adanya kegiatan ekspor pada suatu negara dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut, karena ekspor dapat mempermudah negara dalam memasarkan produknya (Intan, 2015). Setiap perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara akan memberikan suatu peluang 1

yang baru untuk memajukan pertumbuhan negara yang melakukan kegiatan perdagangan Soi, et al (2013). Kegiatan ekspor akan lebih memberikan nilai tambah bagi negara yang melakukan ekspor dibandingkan dengan impor. Ada beberapa sektor yang terlibat dengan ekspor di Indonesia, antara lain sektor pertanian, sektor industri dan sektor jasa. Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang menjanjikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling menggantungkan terhadap kekayaan sumber daya alam sehingga menjadikan sektor ini menjadi sektor yang penting di dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan Negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang mendkuung pembangunan nasional. Di Indonesia sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang pendapatan nasional yang cukup besar, itu di sebabkan karena sebagian penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Pembangunan pertanian dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya diantaranya; potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang besar dan juga beragam jenisnya, pangsa terhadap ekspor yang cukup tinggi dan juga besarnya penduduk yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Gadang,2010). Pertanian itu sendiri dibagi menjadi beberapa sub sektor, diantaranya sub sektor perikanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor pangan.indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya laut yang sangat besar. Dengan di apit oleh dua benua dan dua 2

samudra menjadikan Indonesia mempunyai keuntungan didalam pemenuhan sumber daya laut atau perikanan, ini menyebabkan produk perikanan menjadi andalan ekspor Indonesia. Sub sektor perikanan sendiri merupakan sub sektor dari sektor pertanian yang memberikan andil yang besar didalam kegiatan ekspor. Ekspor perikanan termasuk kedalam ekpor non migas.ekspor non migas menjadi ekspor yang mempunyai perhatian yang lebih dari ekpor migas itu dikarenakan Indonesia memasuki pasar perdagangan bebas yang menyebabkan peranan sektor non migas dapat mengambil peran yang cukup signifikan terhadap ekspor Indonesia (Pramono Hariadi dalam Pramana,2013) Bali merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan ekspor di Indonesia. Provinsi Bali sendiri tidak melakukan ekspor migas, ini dikarenaka tidak adanya komoditi yang diekspor dalam bentuk migas dari Provinsi Bali, ini mengakibatkan Provinsi Bali akan memfokuskan pada ekspor non migas (Sonia,2015). Dengan lebih memfokuskan pada ekspor non migas Provinsi Bali akan mendapatkan devisa dari kegiatan perdagangan luar negeri yang akan digunakan untuk pembangunan daerah sendiri (Ignatia dan Yunita dalam Sonia, 2015). Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan nilai ekspor non migas Provinsi Bali dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan perkembangan rata-rata 1.68 persen. Pada tahun 2001 terjadi perkembangan nilai ekspor terbesar yakni sebesar 20.03 persen dengan nilai 460.437.567,7 US$. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan penurunan sebesar -9.26 persen dengan nilai 502.541.826,1 US$. 3

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2000-2013 Tahun Nilai Ekspor Non Migas Perkembangan (%) (US$) 2000 406985133.9 2001 383615721-5.74 2002 460437567.7 20.03 2003 490969090.7 6.63 2004 498969473.2 1.63 2005 458410714.7-8.13 2006 458789262.7 0.08 2007 504066358.2 9.87 2008 553832346.5 9.87 2009 502541826.1-9.26 2010 519912506.9 3.46 2011 497864362.1-4.24 2012 481838888.2-3.22 2013 486063655.4 0.88 Perkembangan Rata-Rata 1.68 Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah) Menyadari ekspor migas tidak memberi andil yang cukup terhadap perkembangan ekspor, pemerintah selaku pemegang kekuasaan melakukan berbagai cara untuk mendorong ekspor non migas agar dapat menciptakan iklim ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu cara tersebut adalah dengan ekspor hasil laut (Rhesyawan, 2013). Ekspor Provinsi Bali yang merupakan ekspor non migas dapat digolongkan ke beberapa sektor diantaranya hasil kerajinan, hasil industri, hasil pertanian dan hasil perkebunan. Komoditas hasil pertanian dapat diklasifikasikan kebeberapa sub sektor diantaranya komoditas hasil pertanian berupa buah-buahan dan juga hasil perikanan. Berikut dapat dijelaskan tentang komoditas hasil perikanan yang diekspor oleh Provinsi Bali. 4

Tabel 1.2 Realisasi Nilai Ekspor (US$) Komoditi Perikanan Provinsi Bali Tahun 2010-2013 Komoditas ekspor Tahun 2010 2011 2012 2013 Ikan Tuna 21.325.080,00 83.029.888,18 83.254.893,78 76.805.343,04 Ikan Kerapu 2.408.820,00 10.254.480,53 9.795.075,67 10.644.327,04 Ikan Kakap 2.012.491,27 1.949.341,47 5.820.566,54 6.648.083,12 Ikan Hias 1.083.232,58 1.482.561,02 2.654.546,69 3.407.952,93 Hidup Lobster 485.380,03 522.765,22 880.037,96 1.479.864,90 Kepiting 22208 23.055,50 141.810,67 601631 Sirip Ikan Hiu 0 0 578.765,63 150.906,80 Rumput Laut 2.280,00 15.720,00 0 0 Ikan Lainnya 5.335.323,85 4.861.502,37 9.629.190,16 15.561.163,84 Sumber : Disperindag Provinsi Bali Tahun 2010-2013 Dapat dilihat pada tabel 1.2 tentang realisasi ekspor komoditi perikanan Provinsi Bali tahun 2010-2013, ekspor perikanan mempunyai sembilan komoditas utama antara lain (1)Ikan Tuna (2) Ikan Kerapu (3) Ikan Kakap (4) Ikan Hias Hidup (5) Lobster (6)Kepiting (7) Sirip Ikan Hiu (8) Rumput Laut (9) Ikan Lainnya. Dapat diketahui ekspor terbesar terdapat pada ekspor komoditas ikan tuna. Kepiting sendiri terdapat pada posisi ke enam dengan ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan nilai ekspor 141.810,67 US$. Kepiting merupakan komoditi yang mendapatkan permintaan yang cenderung meningkat sepanjang tahun 2000-2013. Hal ini disebabkan salah satunya karena peralihan konsumsi dari sup ikan hiu yang mendapatkan kecaman negative, yang sekarang konsumen beralih mengkonsumsi sup kepiting (Tempo, 2015). Kepiting juga menjadi 5

primadona sebagai hidangan di hotel dan restaurant di luar negeri maupun di dalam negeri. Tabel 1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali Tahun Jumlah Produksi (ton) 2003 544,1 2004 44,3 2005 13,3 2010 0,1 2011 7,2 2012 0,4 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2000-2013 Dapat diketahui pada tabel 1.3 mengenai produksi kepiting Provinsi Bali berdasarkan hasil budidaya dan tangkap. Angka yang terdapat pada tabel merupakan angka yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.Pada tabel 1.3 hasil tangkap kepiting Provinsi Bali sangat tidak menentu, hanya enam tahun mendapatkan produksi kepiting. Faktor musim menjadi penyebab produksi tangkap kepiting yang tidak menentu. Namun ekspor kepiting Provinsi Bali lebih besar dari produksinya, hal ini disebabkan karena hasil produksi kepiting dari luar Provinsi Bali dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diekspor melalui pelabuhan ekspor yang ada di Provinsi Bali. Produksi berdasarkan hasil budidaya belum ada yang dapat tercatat, ini disebabkan karena hasil budidaya kepiting Provinsi Bali masih sangat rendah. Pada tabel 1.4 dapat diketahui nilai ekspor kepiting dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan rata-rata perkembangan 111,367 persen. Nilai 6

perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan perkembangan sebesar 515,084 persen dengan nilai 141810.67US$ yang merupakan perkembangan yang sangat drastis sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2013. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002 dengan penurunan sebesar minus 87,22 persen dengan nilai 63301.58US$. Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013 Tahun Nilai (US$) Perkembangan % 2000 424478.99-2001 495434.34 16.72 2002 63301.58-87,22 2003 36842.97-41.80 2004 217703.29 490.90 2005 145787.26-33.03 2006 193693.79 32.86 2007 235495.92 21.58 2008 627284.84 166.36 2009 163090.79-74.00 2010 22208.00-86.38 2011 23055.50 3.87 2012 141810.67 515.084 2013 601631.00 324.24 Perkembangan Rata-Rata 111.367 Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah) Penurunan nilai ekspor kepiting lebih disebabkan karena nelayan yang mencari kepiting, tangkapannya masih kurang dan juga disebabkan karena hasil produksi kepiting lebih diserap oleh pasaran lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada restoran dan hotel yang ada di Bali. Ekspor kepiting Provinsi Bali masih bisa ditingkatkan, karena pasaran luar negeri yang menjanjikan terutama ekspor ke negara Jepang, namun produksi dari komoditas kepiting itu masih 7

sangat terbatas (Siregar dalam Antara Bali,2015). Ekspor yang berfluktuasi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain pendapatan, investasi dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat(Ngouhouo dan Makolle 2013). Daya saing suatu produk dari daerah atau negara sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk yang dimiliki (Astrini,2015). Kemampuan untuk menjadikan suatu produk mempunyai daya saing dapat dilihat dari keunggulan yang dimiliki oleh komoditi tersebut (Nopirin dalam Astrini,2015). Dalam pengutamaan sektor atau komoditi olahan, hal yang dapat menjadikan komoditi menjadi unggulan ekspor dengan melihat faktor utama yaitu keunggulan komparatif berupa ketersediaan suatu sumber daya alam yang melimpah pada daerah tersebut. Komoditas tersebut akan dijadikan sektor unggulan yang dikonsumsi pasar luar negeri melalui kegiatan ekspor. Kepiting merupakan hewan yang memiliki sepuluh kaki, dua kaki depannya disebut capit yang sering digunakan untuk melindungi diri maupun untuk mencari makanan. Kaki yang paling belakang berbentuk pipih yang digunkan untuk berenang (Alam ikan, 2001). Kepiting memiliki berbagai manfaat yang dapat ditemukan pada daging kepiting, antara lain daging kepitingn tidak mengandung lemak jenuh yang merupakan sumber dari niacin, folate, pottassium, sumber protein, vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium yang sangat baik untuk tubuh (Hazemi, 2013) 8

Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukarmenukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing. Kurs merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekspor (Dolatti, 2011). Dalam kegiatan ekspor dan impor kurs mempunyai peranan yang sangat penting, kurs yang umum digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat, ini diakibatkan karena nilai kurs dollar Amerika Serikat dianggap lebih stabil. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan menyebabkan kenaikan ekapor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan kegiatan ekspor (Sukirno, 2000:319). Tabel 1.5 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2013 Tahun Kurs Dollar AS (RP/US$) Perkembangan (%) 2000 9.595-2001 10.266 6.99 2002 8.940-12.91 2003 8.465-5.31 2004 9.290 9.74 2005 9.830 5.81 2006 9419-4.18 2007 9020-4.23 2008 10.950 21.39 2009 9.400-14.15 2010 8.991-4.35 2011 9.068 0.85 2012 9.400 3.66 2013 12.171 29.47 Rata-rata Perkembangan 2.52 Sumber: Bank Indonesia 2014 (data diolah) 9

Berdasarkan tabel 1.5 dapat kita ketahui perkembangan nilai kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dengan rata-rata sebesar 2,52 persen pertahun sejak tahun 2000 sampai tahun 2013. Pada tahun 2001 kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah sebesar Rp 10.266 per US$. Setelah tahun 2001 yaitu sejak tahun 2002 kurs rupiah terhadap dollar relative lebih stabil walaupun melemah kembali pada tahun 2008 sebesar Rp 10.950 per US$ yang diakibatkan terjadinya krisis global pada saat itu. Walaupun demikian setelah tahun 2008 kurs rupiah terhadap dollar mengalami penguatan kembali yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 9.400 per US$ pada tahun 2009 dan Rp 8.991 per US$ pada tahun 2010. Namun akibat masih adanya krisis global yang melanda perekonomian dunia nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah kembali secra berturut-turut menjadi Rp 9.068 per US$ pada tahun 2011, Rp 9.400 per US$ pada tahun 2012 dan yang terakhir sebesar Rp 12.171 per US$ pada tahun 2013. Selain kurs valuta asing, inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi ekspor komoditi kepiting Provinsi Bali. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara terus-menerus. Jika inflasi yang terjadi pada suatu negara terus meningkat akan menyebabkan kenaikan maka harga barang dalam negeri akan mengalami kenaikan (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2008). Terjadinya kenaikan inflasi secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya kenaikan hargabarang ekspor yang semakin tinggi. Kenaikan yang terjadi akan menyebabkan kesulitan yang dialami eksportir didalam melakukan kegiatan ekspor, karena didalam melakukan ekspor 10

diperlukan biaya yang tinggi dan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun. Dengan kata lain semakin tinggi inflasi yang terjadi maka akan mengurangi nilai ekspor kepiting. Berikut merupakan tingkatinflasi yang terjadi di Provinsi Bali yang dapat dilihat pada tabel 1.6. Pada tabel 1.6 dapat diketahui tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2002 dengan tingkat inflasi tertinggi sebesar 12.49 persen. Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,75 persen. Tabel 1.6 Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 2000-2013 Tahun Tingkat Inflasi (%) Perkembangan (%) 2000 9.81-2001 11.52 17.43 2002 12.49 8.42 2003 4.56-63.49 2004 5.97 30.92 2005 11.31 89.44 2006 5.91-47.74 2007 4.30-27.24 2008 9.82 128.37 2009 4.37-55.49 2010 8.10 85.35 2011 3.75-53.70 2012 4.71 25.6 2013 7.38 56.68 Perkembangan Rata-Rata 14.97 Sumber : BPS,2014 (data diolah) Selain tingkat inflasi, harga juga menentukan naik turunnya volume dan nilai ekspor kepiting Provinsi Bali. Dalam teori penawaran dijelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi juga penawaran suatu barang, dan sebaliknya semakin rendah suatu barang maka semakin rendah juga 11

penawaran yang dilakukan pada suatu barang (Sukirno, 2002:87). Harga ekspor suatu produk dipengaruhi oleh adanya permintaan dan juga penawaran. Berikut merupakan perkembangan harga ekspor kepiting Provinsi Bali. Tabel 1.7 Perkembangan Harga Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013 Tahun Harga (US$/kg) Perkembangan (%) 2000 1.76-2001 1.61-8.52 2002 3.27 103.11 2003 7.57 112.04 2004 5.99-20.87 2005 3.93-34.39 2006 4.05 3.05 2007 4.83 19.25 2008 4.94 2.27 2009 4.16-15.79 2010 1.08-74.04 2011 2.62 142.59 2012 2.95 12.59 2013 4.56 54.57 Perkembangan Rata-Rata 22.76 Sumber : Disperindag Provinsi Bali (data diolah), 2015 Berdasarkan tabel 1.7 dapat diketahui harga ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013 dengan rata-rata sebesar 17,86 persen. Harga ekspor kepiting terbesar terjadi pada tahun 2003 dengan harga 7,57 US$/kg yang mengalami perkembangan sebesar 112.04 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 dengan harga 3,27 US$/kg. Harga terendah terjadi pada tahun 2010 dengan harga 1,08 US$/kg. 12

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013? 2. Apakah kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013? 3. Bagaimana kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013? 4. Variabel bebas manakah yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013 2. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013 3. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013 13

4. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013. 1.4 Kegunaan penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada baik sebagai pelengkap maupun sebagai perbandingan. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam perdagangan internasional baik itu ekspor maupun impor. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadilima bab, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan juga sistematika penelitian. 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai teori dan konsep yang digunakan untuk mendukung permasalahan yang didapat yaitu teori perdagangan internasional, konsep kurs valuta asing, konsep inflasi dan juga harga. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga hipotesis pada penelitian ini BAB IIIMETODE PENELITIAN Bab ini menjelaskanmengenai metode penelitian apa saja yang digunakan pada penelitian ini yang berupa desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IVPEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini dijelaskan hasil perhitungan indeks RCA, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji f, uji t, dan standardized coefficient beta. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini memaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang berasal dari kesimpulan penelitian. 15