KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

BAB III METODOLOGI PENELITAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x

Mahardika Intan Rahmawati

Pengembangan Modul Berbasis Project Based Learning untuk Mengoptimalkan Life Skills pada Siswa Kelas X SMA N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK)

JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari siswa seringkali dihadapkan pada berbagai

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

BABH ^ TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulimi Berbasis Kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS DENGAN KECAKAPAN BERFIKIR RASIONAL SISWA PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

STUDI EVALUASI PEMAHAMAN KONSEP REAKSI REDOKS MENGGUNAKAN TES OBJEKTIF BERALASAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 MALANG

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Bagaimana Cara Guru Matematika Meningkatkan Kecakapan Mengenal Diri Sendiri Para Siswa? Fadjar Shadiq

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU. Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

PENERAPAN PENDEKATAN CTL DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA KELAS IV SD NEGERI 2 PANJER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

PARADIKMA BARU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA KECAKAPAN HIDUP SISWA DI MTsS AL-WASHLIYAH LHOKSEUMAWE

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir serta keterampilan

PEMBELAJARAN BIOLOGI BERORIENTASI LIFE SKILL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KARTIKATAMA METRO

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

BAB I PENDAHULUAN. Observasi penulis pada kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran fisika.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memberi arah bahwa pendidikan adalah kehidupan.maka dari itu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

F.A. Suprapto Mukti Nugroho

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. A. Latar Belakang 1. B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah.

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 5 SMA Perintis 2 Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN LIFE SKILL SISWA DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GAME SIMULATION

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pembelajaran di sekolah, khususnya Sekolah Dasar (SD) dewasa

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUALBERBASIS LIFESKILLS PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS X SMK KERTANEGARA KEDIRI

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iis Masitoh, 2013

Retno Sri Iswari, Sri Mulyani ES, Sigit Saptono, Endah Peniati, Eling Purwantoyo. Abstrak FMIPA UNNES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB I PENDAHULUAN. derajat persaingan mutupun terjadi secara signifikan. Tidak lagi persaingan. sudah lulus) kepada pelanggan (siswa dan masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI REDOKS KELAS X SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DI INDONESIA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PLH MAHASISWA S-1 PGSD BOJONEGORO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

Transkripsi:

KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS Siti Darsati, Gebi Dwiyanti, dan Cincin Cintami ABSTRAK Pada penelitian ini pembelajaran kontekstual reaksi redoks dilaksanakan dengan menggunakan metode praktikum. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan instrumen berupa Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi, dan Pedoman Wawancara. Hasil penelitian menunjukkan untuk kecakapan hidup generik: kesadaran diri dikembangkan oleh hampir seluruh siswa, menggali dan menemukan informasi dikembangkan oleh sebagian besar siswa dan tergolong baik, mengolah informasi tergolong cukup, mengambil keputusan dikembangkan oleh hampir separuh siswa, memecahkan masalah dikembangkan oleh sebagian besar siswa dan tergolong cukup, berkomunikasi lisan dikembangkan oleh hampir separuh siswa, berkomunikasi tulisan dikembangkan oleh hampir separuh siswa dan tergolong cukup, serta kecakapan bekerja sama dikembangkan oleh sebagian besar siswa. Sedangkan untuk kecakapan hidup spesifik (akademik): kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya tergolong baik, merumuskan hipotesa tergolong baik, merancang dan melakukan penelitian tergolong kurang. Kata kunci: pembelajaran kontekstual, kecakapan hidup generik, dan kecakapan hidup spesifik. 1. PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa dan negara. Oleh karena itu peningkatan terhadap kualitas pendidikan selalu diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan adalah memperbaharui kurikulum. Kurikulum 2004 dikenal juga dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam KBK yang lebih ditekankan adalah kompetensi atau kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Gordon dalam Sanjaya (2005: 6) menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), keterampilan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest). Pada implementasinya, kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan proses daripada produk dan sedapat mungkin menggunakan masalah sehari-hari dalam pembelajaran. Beberapa pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, 1

diantaranya: pendekatan kontekstual, realistik, berbasis masalah, dan Sains-Teknologi- Masyarakat (S-T-M). Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2002). Belajar dalam konteks pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bukanlah menghapal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki. Dalam pembelajaran, salah satu bentuk pengalaman diperoleh melalui kegiatan praktikum. Menurut Arifin (2005), kegiatan laboratorium yang menarik akan memberi kesempatan siswa untuk memahami (learning science) dan pada saat yang sama siswa terlibat dalam proses mengkonstruksi pengetahuan melalui perbuatan yang dilakukan (doing science). Hal lain yang sangat penting adalah melalui praktikum siswa dilatih berbagai kecakapan hidup yang berguna seperti menimbang, mengukur, melatih ketelitian, dan sebagainya. hidup (life skill) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Depdiknas, 2002). Secara umum kecakapan hidup dibagi atas kecakapan hidup generik (general life skill) dan kecakapan hidup spesifik (specific life skill). hidup generik dibagi menjadi kecakapan personal dan kecakapan sosial. hidup personal terdiri dari kesadaran diri, kecakapan berpikir : menggali dan menemukan informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Sedangkan kecakapan hidup social terdiri dari kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. hidup ini diperlukan setiap siswa, baik siswa yang akan memasuki dunia kerja, siswa yang tidak akan bekerja maupun siswa yang akan melanjutkan sekolahnya. hidup spesifik dibagi menjadi kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. akademik terdiri dari kecakapan melakukan identifikasi variable dan menjelaskan hubungannya, merumuskan hipotesis dan merancang serta melakukan penelitian. Sedangkan kecakapan vokasional terdiri dari kecakapan vokasional dasar dan 2

kecakapan vokasional khusus. ini diperlukan seseorang untuk memecahkan masalah khusus. Walaupun kecakapan hidup diklasifikasikan menjadi beberapa aspek, tetapi kecakapan hidup harus dipandang sebagai suatu kesatuan. Setiap kegiatan memerlukan semua kecakapan hidup walaupun dengan tingkatan yang berbeda untuk setiap aspeknya. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kecakapan hidup generik dan kecakapan hidup spesifik yang dapat dikembanglan siswa SMA pada pembelajaran kontekstual materi reaksi redoks. 2. METODOLOGI PENELITIAN a. Metoda dan Alur Penelitian Metoda yang digunakan adalah metoda deskriptif. Subyek penelitian adalah siswa kelas X salah satu SMA Negeri di Bandung. Tahap penelitian yang dilakukan digambarkan pada gambar berikut : 3

Analisis materi pada kurikulum 2004 dan buku teks Studi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual Studi kecakapan hidup (Life Skill) Penentuan topik praktikum Penyusunan proposal penelitian Pembuatan prosedur percobaan Pembuatan instrumen penelitian Optimalisasi percobaan Validasi instrumen Penyiapan Observer Perbaikan Uji coba praktikum Uji reliabilitas instrumen Perbaikan Pelaksanaan pembelajaran Pengumpulan data 1. Lembar Observasi 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Wawancara Analisis data Penyimpulan Gb. 2.1. Alur Penelitian 4

Persentase Rata-rata b. Instrumen dan Pengolahan Data Instrumen pada penelitian ini berupa Lembar Observasi, Lembar Kerja Siswa dan Pedoman Wawancara. Data dari lembar observasi diolah dengan menghitung persentase siswa yang mengembangkan kecakapan hidup dan membuat tafsirannya. Data dari LKS diolah dengan menghitung nilai persentase dan menentukan kategorinya. Hasil wawancara dibuat transkripsinya, dianalisis kemudian digabungkan dengan data dari LKS. 3. HASIL PENELITIAN a. Hidup Generik Rata-rata persentase siswa yang mengembangkan aspek kecakapan hidup generik digambarkan pada gambar 3.1 berikut : 100 90 87,92 80 70 60 60,97 53,75 70,83 50 40 30 29,17 46,94 41,67 20 10 0 Kesadaran Diri Menggali dan Menemukan Informasi Mengambil Keputusan Memecahkan Masalah Aspek Hidup Berkomunikasi Lisan Berkomunikasi Tulisan Bekerjasama GAMBAR 3.1 Grafik Rata-rata Persentase Siswa yang Mengembangkan Aspek Hidup Generik 5

Dari gambar 3.1 terlihat bahwa siswa paling banyak mengembangkan kesadaran diri dan paling sedikit mengembangkan kecakapan mengambil keputusan. Pada saat praktikum siswa benar-benar disiplin dan mengikuti praktikum dengan baik, sehingga kesadaran diri siswa yang berkembang pada saat praktikum, ini paling banyak daripada kegiatan pembelajaran yang lainnya. mengambil keputusan diamati dari jumlah siswa yang dapat menjawab pertanyaan pada saat diskusi kelas setelah praktikum. Kecilnya persentase siswa yang mengembangkan kecakapan ini kemungkinan karena siswa tidak terbiasa menjawab pertanyaan atau mengajukan pendapat dimuka umum atau kelas. Sedangkan untuk kecakapan berkomunikasi, siswa lebih banyak mengembangkan kecakapan berkomunikasi lisan dibandingkan kecakapan berkomunikasi tulisan. Hal tersebut menandakan bahwa siswa lebih mudah melakukan komunikasi lisan dibandingkan tulisan. Kemampuan siswa rata-rata pada aspek kecakapan hidup generik dapat dilihat pada tabel 3.1 dan gambar 3.2 berikut : Tabel 3.1 Nilai dan Kategori Hidup Generik No. ASPEK KECAKAPANHIDUP NILAI RATA-RATA KATEGORI 1. Menggali dan Menemukan Informasi 73 ; 13 Baik 2. Mengolah Informasi 56,00 Cukup 3. Memecahkan Masalah 42,66 Cukup 4. Berkomunikasi Tulisan 48,36 Cukup 6

Nilai Rata-rata 100 90 80 73,13 70 60 50 56,00 42,66 48,36 40 30 20 10 0 Menggali Mengolah dan Menemukan Informasi Informasi Memecahkan Masalah Aspek Hidup Berkomunikasi Tulisan GAMBAR 3.2 Grafik Nilai Kemampuan Siswa Rata-rata pada Aspek Hidup Generik Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa kecakapan siswa dalam menggali dan menemukan informasi nilai rata-ratanya paling tinggi (73,13) sedangkan kecakapan siswa dalam memecahkan masalah nilai rata-ratanya paling rendah (42,66). siswa dalam memecahkan masalah berhubungan dengan informasi yang harus digali siswa. siswa dalam menggali dan menemukan informasi memang sudah tergolong baik, tetapi siswa masih kesulitan menentukan bilangan oksidasi salah satu unsur dari senyawa yang digunakan dalam praktikum. Sehingga ketika harus memecahkan masalah berupa menentukan zat yang mengalami oksidasi, reduksi, zat yang berperan sebagai oksidator, dan reduktor siswa belum dapat memecahkannya dengan baik, karena tidak semua informasi yang dibutuhkan tergali. 7

Nilai Rata-rata b. Hidup Spesifik Rata-rata kemampuan siswa pada aspek kehidupan spesifik dapat dilihat pada tabel 3.2 dan gambar 3.3 berikut : Tabel 3.2. Nilai dan Kategori Keckapan Hidup Spesifik No. Aspek Hidup Nilai Rata-rata Kategori 1. Mengidentifikasi Variabel dan Menjelaskan Hubungannya 64,31 Baik 2. Merumuskan Hipotesa 68,83 Baik 3. Merancang dan Melakukan Penelitian 37,70 Kurang 100 90 80 70 64,31 68,83 60 50 40 30 37,70 20 10 0 Mengidentifikasi Variabel dan Menjelaskan Hubungannya Merumuskan Merancang dan Hipotesis Melakukan Penelitian Aspek Hidup GAMBAR 3.3 Grafik Nilai Kemampuan Siswa Rata-rata pada Aspek Hidup Spesifik 8

siswa dalam mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya serta kecakapan siswa dalam merumuskan hipotesis tergolong baik. Sedangkan kecakapan siswa dalam merancang dan melakukan penelitian tergolong kurang. Hal ini diakibatkan oleh siswa belum terbiasa menyusun prosedur praktikum, pada umumnya praktikum yang diikuti siswa sebelumnya dilengkapi dengan prosedur praktikum yang siap pakai. Sehingga ketika harus membuat prosedur praktikum siswa mengalami kesulitan dan masih meniru pada LKS yang sudah diberikan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : 1. hidup generik siswa pada setiap aspek adalah: b. Kesadaran diri dikembangkan oleh hampir seluruhnya siswa. c. menggali dan menemukan informasi dikembangkan oleh sebagian besar siswa dan tergolong baik. d. siswa dalam mengolah informasi tergolong cukup. e. mengambil keputusan dikembangkan oleh hampir separuhnya siswa. f. memecahkan masalah dikembangkan oleh sebagian besar siswa dan tergolong cukup. g. berkomunikasi lisan dikembangkan oleh hampir separuhnya siswa. h. berkomunikasi tulisan dikembangkan oleh hampir separuhnya siswa dan tergolong cukup. i. bekerjasama dikembangkan oleh sebagian besar siswa. 2. hidup akademik siswa pada setiap aspek adalah: a. siswa dalam mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya tergolong baik. 9

b. siswa dalam merumuskan hipotesis tergolong baik. c. siswa dalam merancang dan melakukan penelitian tergolong kurang. b. Saran 1. hidup generik pada aspek mengambil keputusan dan memecahkan masalah belum dikembangkan siswa dengan baik. Dengan demikian disarankan untuk merancang pembelajaran yang dapat member peluang siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup tersebut dengan baik. 2. hidup spesifik pada aspek merancang dan melakukan penelitian tergolong kurang, maka disarankan untuk melatih siswa merancang prosedur praktikum. DAFTAR PUSTAKA Anwar. (2004). Pendidikan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas. Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (2005). Hidup (Life Skill). [Online].Tersedia:http://www.dikmenum.go.id/content.php?mode=view&id=61. [4 Januari 2006]. Howey, K. R. et al. (2001). Contextual Teaching and Learning: Preparing Teacher to Enhance Student Success in The Workplace and Beyond. America: American Association of Colleges for Teacher Education. Koentjaraningrat. (1990). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: P.T Gramedia. Journal s Editorial Staff. (2000). Silver to Black-and Back. Journal of Chemical Education 77 (3), 328A-328B. Ministry of National Education Republik Indonesia. (2003). Concept Life Skill Education (Second Edition). Jakarta: Ministry of National Education. Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana. 10

11