LAPORAN KEJADIAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 22 APRIL 2009

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI DAN TANGERANG TANGGAL 15 MARET 2009

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 08 APRIL 2009

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA BRAJAASRI KEC.WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 14 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG(WATERSPOUT) DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU (Studi Kasus Tanggal 23 Oktober 2017)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISIS CURAH HUJAN SEPUTAR JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA PURWOSARI KEC.METRO UTARA KOTA METRO (Studi Kasus Tanggal 04 Januari 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Kajian Curah Hujan Tinggi 9-10 Februari 2015 di DKI Jakarta

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal Maret 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI BATAM, KEPULAUAN RIAU TANGGAL 14 NOVEMBER 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 15 FEBRUARI 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES DI PACET MOJOKERTO TANGGAL 19 FEBRUARI 2018

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

ANALISIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (21 APRIL 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI PULAU BANGKA TANGGAL 07 FEBRUARI 2016

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI PEMALANG TANGGAL 01 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

MAKALAH KLIMATOLOGI ANGIN PUTING BELIUNG Dosen : Prof.Dr.Ir.Ariffin, MS

IDENTIFIKASI CUACA DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH SABANG, BANDA ACEH DAN ACEH BESAR TANGGAL 23 MEI 2016

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017

ANALISIS ANGIN KENCANG DI KOTA BIMA TANGGAL 08 NOVEMBER 2016

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

BMKG BMKG I. INFORMASI KEJADIAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KEJADIAN POHON TUMBANG DI PANGKALAN BUN TANGGAL 5 APRIL 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA CUACA PADA SAAT KEJADIAN ROBOHNYA JEMBATAN DI PULAU BERHALA TANGGAL 7 JULI 2016

IDENTIFIKASI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH LHOKSUKON DAN ACEH TIMUR TANGGAL 25 MEI 2016

IDENTIFIKASI KEJADIAN PUTING BELIUNG DENGAN MENGGUNAKAN RADAR CUACA DOPPLER C-BAND DI LOMBOK

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI SUKABUMI TANGGAL 03 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG

STASIUN METEOROLOGI TANJUNGPANDAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang mana secara geografis terletak pada Lintang Utara

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

STASIUN METEOROLOGI KLAS I SERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

ANALISIS HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (7 FEBRUARY 2017)

BMKG STASIUN KLIMATOLOGI KLAS I - SAMPALI, MEDAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Transkripsi:

LAPORAN KEJADIAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 22 APRIL 2009 1 PENDAHULUAN Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan Informasi Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2009, dan sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau yang diprakirakan akan jatuh antara bulan April Mei Juni, sedangkan periode puncak terjadinya musim hujan jatuh pada bulan JanuariPebruari 2009, maka bisa diartikan pada bulan Maret dan April memasuki masa transisi atau Musim Pancaroba. Karakteristik cuaca pada musim transisi akan banyak mengakibatkan terjadinya cuaca yang bersifat ekstrim, cakupan cuaca ekstrim tersebut memiliki sifat yang lokal (15 km). Cuaca ekstrim yang sering ditimbulkan yaitu curah hujan yang tinggi dengan periodenya yang singkat, kadangkadang disertai dengan angin kencang (Puting Beliung), petir serta hujan es. Fenomena cuaca tersebut adalah akibat dari dampak pemanasan yang tidak merata mengakibatkan massa udara dingin dan panas akan bersinggungan pada wilayah yang sempit dan menyebabkan turbulensi udara, sehingga akan menimbulkan terjadinya awanawan konvektif yang cukup banyak dengan periode tumbuhnya yang cukup cepat. Adapun awanawan konvektif tersebut antara lain Cumulus Cognetus serta Cumulunimbus (Cb). Awan cumulus cognetus adalah seperti awan cumulonimbus, perbedaannnya pada awan cumulus cognetus belum cukup tinggi sehingga belum terbentuk puncak yang berwarna putih. Awan cumulus adalah jenis awan kecil yang menjulang ke atas dengan dasar awan antara 6001000 meter, tinggi puncaknya antara 15005000 meter. Cumulus kecil yang berbentuk seperti kapas tidak menimbulkan hujan, sedangkan cumulus besar yang kehitamhitaman dapat menghasilkan hujan local ringan. (Gambar 1.a) Awan Cumulunimbus (Cb) adalah awan cumulus yang besar, ganas, menjulang tinggi sebagai awan hujan yang disertai angin kencang dan petir. Dasar awan cumulonimbus antara 100600 meter, sedangkan pundcaknya dapat mencapai ketinggian 15 Km atau ketinggian tropopause. Dalam awan cumulonimbus dapat terjadi batu es (hail), guruh, kilat, hujan deras dan kadangkadang terjadi angin ribut (putting beliung). Awan Cumulunimbus bisa muncul dimana saja karena pemanasan matahari atau gerak vertikal, di tanah lapang atau tempat terbuka panas matahari akan berlebih sehingga dalam kondisi ini 1

tekanan rendah terjadi, dan akan terjadi perpindahan sejumlah massa udara (angin) ke tempat yang bertekanan rendah itu. Biasanya terlihat berupa angin berputar kecil dengan kecepatan tidak begitu tinggi dan hanya mampu menerbangkan bendabenda ringan ke udara, seperti kertas, daun kering, sampah plastik, debu dan pasir. (Gambar 1.b) Gambar 1.a. Awan Cumulus Cognetus Gambar 1.b. Awan Cumulunimbus Sumber : www.wikipedia.com Pertumbuhan awan Cumulus Nimbus terbagi dalam tiga tahap, yaitu fase tumbuh, fase dewasa (matang) dan fase punah (Gambar 2). Gambar 2. Fase Pertumbuhan Awan Cumulunimbus Sumber : Bayong Tjasyono, Klimatologi Umum 2

Adapun Fase pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) adalah sebagai berikut : a. Pada fase tumbuh, awan calon Cumulus Nimbus akan terlihat tumbuh pesat terutama komponen vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan awan bergerak ke atas sehingga tubuhnya semakin besar dan dapat menjulang tinggi di angkasa sampai ketinggian 13 km (40 ribu kaki). Substansi awan ini, semuanya berupa butiran air sampai ketinggian 5 km dan butiran air campur salju (sampai puncaknya) sekitar 8 km. Di daerah tropis, bentangan awan ini biasanya kurang dari 10 km (daerah tropis). b. Fase dewasa atau matang tercapai jika puncak awan sudah membentuk landasan (bentuknya seperti tempaan sepatu) dengan bagian atas berbentuk datar karena awan padat ini mendapat tekanan dari selaput jeda (tropopause) yang sangat stabil dan panas. Pada fase ini, substansinya, butiran salju di bagian bawah, bagian tengah butiran air campur salju dan bagian puncak semuanya butiran es (kristal). Pada tahap ini pula, arus udara dalam tubuh awan naik ( up draft ) dan turun (down draft ) sehingga kristalkristal es bisa menembus bagian bawah dan tengah. Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Dan diantara arus udara naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung. Angin puting beliung periodenya singkat kurang dari 5 menit dan mempunyai kecepatan kurang lebih 30 40 km/jam, sifatnya lokal dan kerusakan yang diakibatkannya kisaran radius 5 km c. Fase dissipasi (pelenyapan), ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang lemah diseluruh sel. Fase ini disertai dengan intensitas hujan yang makin menurun dari hujan sedang menuju hujan ringan. Adapun fenomena cuaca yang sering ditimbulkan oleh awan Cumulunimbus (Cb) tersebut antara lain : 1. Petir Petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa yang mempunyai perbedaan medan listrik. Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas dan bunyi yang sangat kuat yaitu geluduk, Guntur atau halilintar. Karena sedemikian besarnya ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah. 3

2. Angin Kencang/Putting Beliung+Hujan Es Hujan es dan angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapislapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan, dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 300 feet lebih, Jenis awan berlapislapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulunimbus (Cb). 2 DATA DAN ANALISIS PEMBAHASAN Wilayah DKI Jakarta pada tanggal 21 April sekitar pukul 13.00 s/d 16.00 WIB diguyur hujan deras disertai angin kencang, walaupun tidak terdapat kejadian banjir tetapi fenomena cuaca tersebut banyak menimbulkan kerusakan yang diakibatkan oleh angin kencang. Adapun beberapa laporan kerusakan seperti kerusakan pada papan reklame, atap perumahan dan atap gedung akibat angin kencang. 2.1 DATA CUACA PERMUKAAN (SYNOPTIK) Adapun data unsurunsur cuaca permukaan (synoptik) yang dicatat di Stasiun Meteorologi Kemayoran Jakarta (Tabel 1) dan Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang (Tabel 2). Waktu terjadinya cuaca ekstrim yaitu antara jam 14.00 16.00 WIB, maka data yang diamati pada laporan ini yaitu diambil data pengamatan permukaan antara jam 14.00 17.00 WIB. Dari data pengamatan permukaan di Stamet Kemayoran Jakarta pada waktu kejadian yaitu tercatat intensitas curah hujan yang terukur pada jam 19.00 sebanyak 56.0 mm, terdapat awan Cumulunimbus (Cb) dengan kecepatan angin antara 1012 Knot, suhu udara 25.4 C, tekanan udara 1006.1 mb dan kejadian cuaca bermakna terjadi Hujan disertai dengan Petir. Data pengamatan di Staklim Pondok Betung Tangerang pada waktu kejadian yaitu tercatat intensitas curah hujan yang terukur pada jam 19.00 sebanyak 13.0 mm, terdapat awan Cumulunimbus (Cb) dengan kecepatan angin antara 0306 Knot, suhu udara 26.0 C, tekanan udara 1005.8 mb dan kejadian cuaca bermakna terjadi Hujan disertai dengan Petir. 4

Tabel 1. Data Pengamatan Unsur Cuaca Stamet Kemayoran Jakarta Tanggal 21 April 2009 No Unsur Cuaca Jam Pengamatan (Waktu Lokal) 15.00 15.25 16.00 17.00 18.00 Ket 1 Curah Hujan(mm) 56.0 (terukur jam 19.00) 2 Awan Rendah Cu Cb Cb Cb Cb 3 Petir 4 Angin Arah 320 250 250 270 290 Kecepatan 06 12 12 10 05 (knot) 5 Suhu ( C) 32.4 25.4 25.4 24.6 24.9 6 Tekanan (mb) 1005.4 1006.1 1006.1 1006.7 1007.3 7 Cuaca Bermakna TSRA TSRA TSRA TS Sumber : Stamet Kemayoran Jakarta Tabel 2. Data Pengamatan Unsur Cuaca Staklim Pondok Betung Tanggal 21 April 2009 No Unsur Cuaca Jam Pengamatan (Waktu Lokal) 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 Ket 1 Curah Hujan(mm) 13.0 (terukur jam 19.00) 2 Awan Rendah Cu Sc Cb CuSc CuSc 3 Petir 4 Angin Arah 210 220 030 120 CALM Kecepatan 06 03 03 02 CALM (knot) 5 Suhu ( C) 35.2 32.0 26.4 26.0 26.4 6 Tekanan (mb) 1005.7 1005.5 1005.8 1006.7 1007.9 7 Cuaca Bermakna TSRA RETS Sumber : Staklim Pondok Betung 5

2.2 INTENSITAS CURAH HUJAN Curah hujan wilayah DKI Jakarta Tanggal 21 April 2009 tertinggi yang dicatat Pos Hujan Pasar Minggu tercatat sebesar 66 mm. Data curah hujan seperti pada tabel 3. Tabel 3. Curah Hujan di Wilayah DKI Jakarta Tanggal 21 April 2009 (diukur tanggal 22 April Jam 07.00 WIB) NO POS HUJAN LINTANG BUJUR CURAH HUJAN (mm) 1 2 3 4 5 Katulampa Depok Manggarai Karet Setiabudi 6.4500 6.2075 6.1984 6.2046 106.8300 106.8487 106.8101 106.8293 1.0 52.0 6 7 8 9 10 Melati Istana Krukut Hulu Sunter Hulu Pesanggrahan 6.4884 6.1800 6.3520 106.3723 106.8400 106.8093 32.0 43.0 3.5 15.0 1.0 11 12 13 14 15 Angke Hulu Tanjungan Tomang Barat Teluk Gong Pulo Gadung 6.2413 6.0952 6.1911 106.8804 106.7195 106.9046 2.0 16 17 18 19 20 Kodamar Rawa Badak Pakubuwono Pdk Betung Ragunan 6.1551 6.1209 6.2391 6.2500 6.2939 106.8870 106.8966 106.7996 106.7600 106.8205 18.0 22.0 13.0 19.6 21 22 23 24 Rorotan Ps. Minggu Kedoya Lebak Bulus 6.1326 6.2884 6.1779 6.2900 Sumber : Data masingmasing Pos Hujan 106.9055 106.8385 106.7548 106.7700 16.5 66.0 TTU 26.0 6

Gambar 3. Distribusi curah hujan spasial wilayah Jabodetabek 2.3 DATA CUACA GLOBAL A. SATELIT CUACA Hasil Pantauan Gambar Satelit Cuaca Tanggal 21 April mulai pukul 13.00 s/d 18.00 WIB menunjukkan terdapat pertumbuhan awan mulai pukul 14.00 WIB dan mulai terlihat penuh di wilayah Banten dan DKI Jakarta pada pukul 16.00 WIB. 7

Gambar 4. Satelit Cuaca Tanggal 21 April 2009 Jam 1318 WIB Sumber : http://weather.is.kochiu.ac.jp/sat/gms.sea/2009/04/21/ B. RADAR CUACA Hasil Pantauan Gambar Radar Cuaca Tanggal 21 April mulai pukul 15.00 s/d 17.30 WIB menunjukkan terdapat pertumbuhan awan mulai pukul 15.00 WIB dan mulai terlihat penuh di wilayah Banten dan DKI Jakarta pada pukul 16.00 WIB. 8

Gambar 5. Hasil Pantauan Radar Cuaca Tanggal 21 April 2009 Sumber : Bawil II Ciputat 2.4 STABILITAS ATMOSFER Kondisi Stabilitas Atmosfer yang dipantau melalui hasil pengamatan radiosonde di Stamet Klas I Cengkareng yang kemudian diolah menggunakan software RAOB versi 5.5 pada jam 00 dan 12.00 terlihat pada Gambar 5. Adapun Uraian Stabilitas Atmosfer menggunakan beberapa indikator sbb: 1. Jam 00 UTC : Kondisi Labilitas menengah antara lain terdapat pada indikator SI (Showalter Index), TI (Thompson Index), dan KI (K Index) dengan jumlah energi konveksi sebesar 912 J/kg 2. Jam 12.00 UTC : Kondisi Labilitas menengah antara lain terdapat pada indikator SI (Showalter Index), TI (Thompson Index), dan KI (K Index) dengan jumlah energi konveksi sebesar 1137 J/kg. Indek Angin (windex/kt) menunjukkan nilai tinggi (Strong) 9

(a) (b) Gambar 6. Hasil Analisis Radiosonde Tanggal 21 April 2009 pada Jam 00 UTC (a) dan Jam 12.00 UTC (b) Sumber : Stamet Klas I Cengkareng 3 KESIMPULAN Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan Pengamatan Lokal Synoptik, di wilayah pengamatan Stamet Kemayoran Jakarta pada saat terjadinya hujan deras beserta angin kencang terdapat pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) yang disertai dengan petir dengan kecepatan angin antara 1012 Knot, dengan curah hujan terukur 56.0 mm pada jam 19.00 WIB. Sedangkan di Staklim Pondok Betung tidak terdapat angin yang kencang, tercatat hanya 36 Knot dengan curah hujan terukur 13.0 mm. 2. Berdasarkan Analisis Spasial, Wilayah yang memiliki distribusi hujan yang cukup tinggi berada pada daerah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. 10

3. Berdasarkan Pengamatan Global terdapat peningkatan pertumbuhan awan mulai pukul 14.00 WIB 17.00 WIB, sedangkan pemantauan hasil radar bawil II Ciputat juga terjadi peningkatan maksimum terjadi pada pukul 16.00 WIB untuk wilayah DKI Jakarta. 4. Kondisi Stabilitas Atmosfer memiliki Labilitas yang tinggi dan memiliki energi yang cukup besar ( > 1000 J/kg) pada pengamatan pukul 12.00 UTC dengan terdapat indikasi Angin Kencang (Windex) yang cukup tinggi. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan perkembangan cuaca kearah cuaca yang sifatnya ekstrim seperti terjadinya hujan deras disertai petir dan angin kencang (Puting Beliung). 4 PENUTUP Memasuki Akhir Musim Pancaroba/Musim Transisi dari musim hujan menuju musim kemarau menyebabkan kondisi pemanasan kurang merata sehingga menyebabkan sifat pertumbuhan yang frontal, indikasinya pada banyaknya pertumbuhan awanawan konvektif yang dapat menyebabkan cuaca ekstrim seperti hujan yang lebat dalam waktu yang singkat disertai oleh keadaan angin kencang dan petir. Kondisi cuaca tersebut diprakirakan masih akan berpotensi terjadi di wilayah Indonesia selama bulan April tetapi kondisinya mulai akan melemah dan hilang. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) selaku instansi yang terkait dengan informasi cuaca dan iklim akan terus meningkatkan jasa informasi pelayanan bagi masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat selalu memperhatikan informasi yang di keluarkan BMKG dikemudian hari, hal ini dilakukan agar dapat dilakukan pencegahan dini (mitigasi bencana) bagi masyarakat luas pada umumnya. Tangerang, 22 April 2009 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang URIP HARYOKO, MSi. NIP. 120 108 039 11