LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI DAN TANGERANG TANGGAL 15 MARET 2009

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEJADIAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 22 APRIL 2009

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 08 APRIL 2009

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA BRAJAASRI KEC.WAY JEPARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 14 Nopember 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG(WATERSPOUT) DI KABUPATEN KEPULAUAN SERIBU (Studi Kasus Tanggal 23 Oktober 2017)

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI PUTING BELIUNG DI DESA PURWOSARI KEC.METRO UTARA KOTA METRO (Studi Kasus Tanggal 04 Januari 2018)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM TERKAIT HUJAN LEBAT, BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI KOTA BALIKPAPAN DAN PENAJAM PASIR UTARA (PPU) TANGGAL 17 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Meteorologi Nabire

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN PUTING BELIUNG DI ARJASA SUMENEP TANGGAL 03 APRIL mm Nihil

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI KOTA BALIKPAPAN TANGGAL 29 NOVEMBER

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN ES DI PACET MOJOKERTO TANGGAL 19 FEBRUARI 2018

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT TANGGAL 02 NOVEMBER 2017 DI MEDAN DAN SEKITARNYA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (21 APRIL 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI BATAM, KEPULAUAN RIAU TANGGAL 14 NOVEMBER 2017

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI DUSUN WAYARENG DESA MULYOSARI KEC.BUMI AGUNG KAB. LAMPUNG TIMUR (Studi Kasus Tanggal 18 Februari 2018)

ANALISIS EKSTRIM DI KECAMATAN ASAKOTA ( TANGGAL 4 dan 5 DESEMBER 2016 )

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI KENDARI

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI WILAYAH KAB. SUMBAWA TANGGAL 11 FEBRUARI 2017

MAKALAH KLIMATOLOGI ANGIN PUTING BELIUNG Dosen : Prof.Dr.Ir.Ariffin, MS

ANALISIS CUACA EKSTRIM DI BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal Maret 2018)

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA (Studi Kasus Tanggal 29 Desember 2017)

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI PEMALANG TANGGAL 01 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN PUTING BELIUNG DI KABUPATEN BANGKALAN TANGGAL 14 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru

KEJADIAN POHON TUMBANG DI PANGKALAN BUN TANGGAL 5 APRIL 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017)

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Pembentukan Hujan 1 KLIMATOLOGI

ANALISIS ANGIN KENCANG DI KOTA BIMA TANGGAL 08 NOVEMBER 2016

ANALISA CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KEC. SUMBAWA DAN LABUHAN BADAS WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA (29 JANUARI 2017)

ANALISIS CUACA KEJADIAN BANJIR TANGGAL 26 OKTOBER 2017 DI BANDARA PONGTIKU KABUPATEN TANA TORAJA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 15 FEBRUARI 2017

ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI RANTEPAO TANA TORAJA TANGGAL 16 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

TINJAUAN SECARA METEOROLOGI TERKAIT BENCANA BANJIR BANDANG SIBOLANGIT TANGGAL 15 MEI 2016

ANALISIS KONDISI CUACA EKSTRIM ANGIN PUTING BELIUNG DI SUKABUMI TANGGAL 03 JUNI Stasiun Meteorologi Nabire

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

STASIUN METEOROLOGI GAMAR MALAMO GALELA

ANALISIS CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI SUMATERA BARAT MENGAKIBATKAN BANJIR DAN GENANGAN AIR DI KOTA PADANG TANGGAL 16 JUNI 2016

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

STASIUN METEOROLOGI NABIRE

ANALISIS KONDISI ATMOSFER PADA KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN (Studi kasus banjir, 27 dan 28 Agustus 2016) Abstrak

ANALISIS CUACA EKSTREM DI KOTA JAMBI DAN KAB MUARA JAMBI TANGGAL 24 FEBRUARI 2016

ANALISIS KEJADIAN ANGIN KENCANG DAN HUJAN LEBAT DI KAB. MEMPAWAH KALIMANTAN BARAT TANGGAL 09 AGUSTUS 2017

Kajian Curah Hujan Tinggi 9-10 Februari 2015 di DKI Jakarta

ANALISIS HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH AMAHAI, KABUPATEN MALUKU TENGAH (7 FEBRUARY 2017)

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS TERKAIT HUJAN SANGAT LEBAT (128,1 mm) di BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI CUACA DAN ANGIN KENCANG DI WILAYAH SABANG, BANDA ACEH DAN ACEH BESAR TANGGAL 23 MEI 2016

ANALISA CUACA PADA SAAT KEJADIAN ROBOHNYA JEMBATAN DI PULAU BERHALA TANGGAL 7 JULI 2016

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KECAMATAN JAILOLO SELATAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT TANGGAL 15 MARET 2017 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

ANALISIS CUACA EKSTREM LOMBOK NTB HUJAN LEBAT (CH mm) DI LOMBOK TENGAH 15 SEPTEMBER 2016

IDENTIFIKASI CUACA EKSTRIM HUJAN ES & ANGIN PUTING BELIUNG DI SURABAYA TANGGAL 07 MARET Stasiun Meteorologi Nabire

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS CUACA EKSTRIM NTB HUJAN LEBAT TANGGAL 31 JANUARI 2018 LOMBOK BARAT, LOMBOK UTARA, DAN LOMBOK TENGAH Oleh : Joko Raharjo, dkk

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

Transkripsi:

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI DAN TANGERANG TANGGAL 15 MARET 2009 1 PENDAHULUAN Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan Informasi Prakiraan Musim Kemarau Tahun 2009, dan sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau yang diprakirakan akan jatuh antara bulan April- Mei- Juni, sedangkan periode puncak terjadinya musim hujan jatuh pada bulan Januari-Pebruari 2009, maka bisa diartikan pada bulan Maret dan April memasuki masa transisi atau Musim Pancaroba. Karakteristik cuaca pada musim transisi akan banyak mengakibatkan terjadinya cuaca yang bersifat ekstrim, cakupan cuaca ekstrim tersebut memiliki sifat yang lokal (1-5 km). Cuaca ekstrim yang sering ditimbulkan yaitu curah hujan yang tinggi dengan periodenya yang singkat, kadangkadang disertai dengan angin kencang (Putting Beliung), Petir serta Hujan Es. Fenomena cuaca tersebut adalah akibat dari dampak pemanasan yang tidak merata mengakibatkan massa udara dingin dan panas akan bersinggungan pada wilayah yang sempit dan menyebabkan turbulensi udara, sehingga akan menimbulkan terjadinya awan-awan konvektif yang cukup banyak dengan periode tumbuhnya yang cukup cepat. Adapun awan-awan konvektif tersebut antara lain Cumulus Cognetus serta Cumulunimbus (Cb). Awan cumulus cognetus adalah seperti awan cumulonimbus, perbedaannnya pada awan cumulus cognetus belum cukup tinggi sehingga belum terbentuk puncak yang berwarna putih. Awan cumulus adalah jenis awan kecil yang menjulang ke atas dengan dasar awan antara 600-1000 meter, tinggi puncaknya antara 1500-5000 meter. Cumulus kecil yang berbentuk seperti kapas tidak menimbulkan hujan, sedangkan cumulus besar yang kehitam-hitaman dapat menghasilkan hujan local ringan. (Gambar 1.a) Awan Cumulunimbus (Cb) adalah awan cumulus yang besar, ganas, menjulang tinggi sebagai awan hujan yang disertai angin kencang dan petir. Dasar awan cumulonimbus antara 100-600 meter, sedangkan pundcaknya dapat mencapai ketinggian 15 Km atau ketinggian tropopause. Dalam awan cumulonimbus dapat terjadi batu es (hail), guruh, kilat, hujan deras dan kadang-kadang terjadi angin ribut (putting beliung). Awan Cumulunimbus bisa muncul dimana saja karena pemanasan matahari atau gerak vertikal, di tanah lapang atau tempat terbuka panas matahari akan berlebih sehingga dalam kondisi ini 1

tekanan rendah terjadi, dan akan terjadi perpindahan sejumlah massa udara (angin) ke tempat yang bertekanan rendah itu. Biasanya terlihat berupa angin berputar kecil dengan kecepatan tidak begitu tinggi dan hanya mampu menerbangkan benda-benda ringan ke udara, seperti kertas, daun kering, sampah plastik, debu dan pasir. (Gambar 1.b) Gambar 1.a. Awan Cumulus Cognetus Gambar 1.b. Awan Cumulunimbus Sumber : www.wikipedia.com Pertumbuhan awan Cumulus Nimbus terbagi dalam tiga tahap, yaitu fase tumbuh, fase dewasa (matang) dan fase punah (Gambar 2). Gambar 2. Fase Pertumbuhan Awan Cumulunimbus Sumber : Bayong Tjasyono, Klimatologi Umum 2

Adapun Fase pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) adalah sebagai berikut : a. Pada fase tumbuh, awan calon Cumulus Nimbus akan terlihat tumbuh pesat terutama komponen vertikalnya karena seluruh gerakan atau arus dalam pertumbuhan awan bergerak ke atas sehingga tubuhnya semakin besar dan dapat menjulang tinggi di angkasa sampai ketinggian 13 km (40 ribu kaki). Substansi awan ini, semuanya berupa butiran air sampai ketinggian 5 km dan butiran air campur salju (sampai puncaknya) sekitar 8 km. Di daerah tropis, bentangan awan ini biasanya kurang dari 10 km (daerah tropis). b. Fase dewasa atau matang tercapai jika puncak awan sudah membentuk landasan (bentuknya seperti tempaan sepatu) dengan bagian atas berbentuk datar karena awan padat ini mendapat tekanan dari selaput jeda (tropopause) yang sangat stabil dan panas. Pada fase ini, substansinya, butiran salju di bagian bawah, bagian tengah butiran air campur salju dan bagian puncak semuanya butiran es (kristal). Pada tahap ini pula, arus udara dalam tubuh awan naik ( up draft ) dan turun (down draft ) sehingga kristal-kristal es bisa menembus bagian bawah dan tengah. Dari sinilah lahirnya mekanisme hujan es (hail). Dan diantara arus udara naik dan turun ini terjadi arus geseran memuntir yang dalam kondisi tertentu tabung puntiran angin dapat menerobos sampai ke bumi mirip belalai gajah sehingga menimbulkan angin puting beliung. Angin puting beliung periodenya singkat kurang dari 5 menit dan mempunyai kecepatan kurang lebih 30 40 km/jam, sifatnya lokal dan kerusakan yang diakibatkannya kisaran radius 5 km c. Fase dissipasi (pelenyapan), ditandai dengan adanya arus udara ke bawah yang lemah diseluruh sel. Fase ini disertai dengan intensitas hujan yang makin menurun dari hujan sedang menuju hujan ringan. Adapun fenomena cuaca yang sering ditimbulkan oleh awan Cumulunimbus (Cb) tersebut antara lain : 1. Petir Petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa yang mempunyai perbedaan medan listrik. Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sehingga menimbulkan rentetan cahaya, panas dan bunyi yang sangat kuat yaitu geluduk, Guntur atau halilintar. Karena sedemikian besarnya ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah. 3

2. Angin Kencang/Putting Beliung+Hujan Es Hujan Es+ Angin putting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan, dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3-5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulunimbus (CB). 2 DATA DAN ANALISIS PEMBAHASAN Wilayah DKI Jakarta dan Banten khususnya wilayah Jakarta Selatan dan Tangerang pada tanggal 15 Maret sekitar pukul 14.00 s/d 16.00 WIB diguyur hujan deras disertai angin kencang dan petir, walaupun tidak terdapat kejadian banjir tetapi fenomena cuaca tersebut banyak menimbulkan kerusakan. Adapun beberapa laporan kerusakan seperti kerusakan pada atap perumahan dan gedung akibat angin kencang (Puting Beliung) dan banyaknya alat-alat elektronik yang rusak akibat sambaran petir. 2.1 DATA CUACA PERMUKAAN (SYNOPTIK) Adapun data unsur-unsur cuaca permukaan (synoptik) yang dicatat di Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang yaitu terlihat pada Tabel 1. Waktu terjadinya cuaca ekstrim yaitu antara jam 14.00 15.00 WIB, maka data yang diamati pada laporan ini yaitu diambil data pengamatan permukaan antara jam 13.00 18.00 WIB. Dari data pengamatan permukaan pada waktu kejadian (14.00-15.00) yaitu tercatat intensitas curah hujan sebanyak 59.0 mm, terdapat awan Cumulunimbus (Cb) dengan kecepatan angin antara 15-20 Knot, suhu udara 23.0 C, kelembapan 100 %, tekanan udara 1003.2 mb dan kejadian cuaca bermakna terjadi Hujan sedang disertai dengan Petir. Data kejadian petir yang tercatat pada alat Lightning Counter sebanyak 16 kali sambaran petir. 4

Tabel 1. Data Pengamatan Unsur Cuaca Staklim Pondok Betung Tanggal 15 Maret 2009 No Unsur Cuaca Jam Pengamatan (Waktu Lokal) 12-13 13-14 14-15 15-16 16-17 17-18 Ket 1 Curah 0.0 0.0 59.0 0.0 0.0 0.0 Hujan(mm) 2 Awan Rendah Cu Cb Cb Cb CuSc Sc 3 Petir 16 kali 4 Angin - Arah 296 130-180 - - - Kecepatan 02 08 15-25 05 0 0 (knot) 5 Suhu ( C) 34.8 31.6 23.0 24.0 24.6 25.0 6 Kelembapan (%) 58 67 100 98 93 90 7 Tekanan (mb) 1005.1 1002.5 1003.2 1004.2 1004.9 1005.8 8 Cuaca Bermakna - - -Hujan -Petir - Hujan - - Sumber : Staklim Pondok Betung 2.2 DATA CUACA GLOBAL A. SATELIT CUACA Gambar 3. Satelit Cuaca Tanggal 15 Maret 2009 Jam 03-11 UTC Sumber : http://weather.is.kochi-u.ac.jp/sat/gms.sea/2009/03/15/ 5

Hasil Pantauan Gambar Satelit Cuaca Tanggal 15 Maret 2009 mulai pukul 03.00 UTC s/d 11.00 UTC menunjukkan terdapat pertumbuhan awan mulai pukul 07.00 UTC dan mulai terlihat penuh di wilayah Banten dan DKI Jakarta pada pukul 09.00 UTC. B. ANALISIS TLAPS (Tropical Limited Area Prediction System) Gambar 4. Hasil Analisis TLAPS Tanggal 15 Maret 2009 Sumber : http://www.bom.gov.au/nmoc/msl/index.shtml Gambar Analisis TLAPS antara lain Stream Line memperlihatkan terdapat pembelokan angin di wilayah Jawa bagian barat mulai dari Timur Laut menuju Tenggara akibat adanya LPA (Low Pressure Area/Pusat Tekanan Rendah) di wilayah Samudera Hindia bagian barat daya Sumatera. Sedangkan hasil analisis isobar memperlihatkan masih banyaknya daerah pusat tekanan rendah di wilayah bagian selatan Indonesia dibandingkan dengan wilayah di utara ekuator yang masih memiliki tekanan yang lebih tinggi. 2.3 STABILITAS ATMOSFER Kondisi Stabilitas Atmosfer yang dipantau melalui hasil pengamatan radiosonde di Stamet Klas I Cengkareng yang kemudian diolah menggunakan software RAOB versi 5.5 pada jam 00.00 dan 12.00 terlihat pada Gambar 5. Adapun Uraian Stabilitas Atmosfer menggunakan beberapa indikator sbb: 1. Jam 00.00 UTC : Kondisi Labilitas antara lain terdapat pada indikator SI (Showalter Index), TI (Thompson Index), dan KI (K Index) dengan jumlah energi konveksi sebesar 1204 J/kg 2. Jam 12.00 UTC : Kondisi Labilitas antara lain terdapat pada indikator SI (Showalter Index), TI (Thompson Index), dan KI (K Index) dengan jumlah energi konveksi sebesar 1208 J/kg 6

(a) (b) Gambar 5. Hasil Analisis Radiosonde Tanggal 15 Maret 2009 pada Jam 00.00 UTC (a) dan Jam 12.00 UTC (b) Sumber : Stamet Klas I Cengkareng 3 KESIMPULAN Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan Pengamatan Lokal Synoptik, pada saat terjadinya hujan es dan angin kencang terdapat pertumbuhan awan Cumulunimbus (Cb) disertai angin kencang (15-25 Knot), kelembapan 100 % dan terdapat penurunan suhu udara yang cukup significan dari 34 C menjadi 23 C diikuti dengan penurunan tekanan udara dari 1005 menjadi 1003 mb. Keadaan cuaca yang tercatat menunjukkan terdapat kejadian Hujan Menengah disertai Pertir. 2. Berdasarkan Pengamatan Global terdapat peningkatan pertumbuhan awan mulai pukul 07.00 UTC 09.00 UTC dan terdapat daerah pembelokan angin, sehingga menyebabkan penumpukan awan di wilayah Banten dan DKI Jakarta. 7

3. Kondisi Stabilitas Atmosfer memiliki Labilitas yang tinggi dan memiliki energi yang cukup besar ( > 1000 J/kg) sehingga kondisi tersebut menyebabkan perkembangan cuaca kearah cuaca yang sifatnya ekstrim seperti terjadinya hujan es disertai petir dan angin kencang (Puting Beliung). 4 PENUTUP Memasuki Musim Pancaroba/Musim Transisi dari musim hujan menuju musim kemarau berdampak pada banyaknya pertumbuhan awan-awan konvektif yang dapat menyebabkan cuaca ekstrim seperti hujan yang lebat dalam waktu yang singkat disertai oleh keadaan angin kencang dan hujan es. Kondisi cuaca tersebut diprakirakan masih akan berpotensi terjadi di wilayah Indonesia selama bulan Maret sampai menjelang memasuki musim kemarau yang diprakirakan oleh BMKG akan jatuh mulai Dasarian II Bulan April 2009. BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) selaku instansi yang terkait dengan informasi cuaca dan iklim pernah mengeluarkan peringatan dini terhadap terjadinya kejadian cuaca ekstrim tersebut, sehingga para instansi terkait serta masyarakat diharapkan selalu memperhatikan informasi yang di keluarkan BMKG dikemudian hari, hal ini dilakukan agar dapat dilakukan pencegahan dini (mitigasi bencana) bagi masyarakat luas pada umumnya. Tangerang, 17 Maret 2009 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang URIP HARYOKO, MSi. NIP. 120 108 039 8