BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

5 BAB V KONSEP AWAL PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR DIAGRAM...

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Bab IV Analisa Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Umum Konsep perancangan bangunan dengan pendekatan deafspace guidelines yang diterapkan dalam lima aspek bangunan meliputi penataan massa bangunan, material dan warna, sirkulasi, akustik dan pencahayaan dan tampilan fisik bangunan. Bagan 5.1 Skema Konsep Ruang dan bangunan sebagai aspek fisik yang memiliki bahasa dengan tandatanda visual yang diimplementasikan pada setiap detail bangunan. Dalam hal ini pendekatan dengan deafspace guidelines bertujuan untuk memudahkan pengguna yang memiliki keterbatasan pendengaran untuk dapat mengenali ruang dalam lingkungan binaan.desain mendukung pemberian informasimelalui dari indera penglihatan dan kemampuan menangkap getaran. 5.2. Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang pada SLB tunarungu dibedakan berdasarkan pengguna dan kegiatannya.acuan yang dipakai untuk menentukan besaran dan jumlah ruang bersumber dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 33 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SLB. Di dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa maksimal satu rombongan belajar adalah 8 siswa.selain itu luasan ruang juga mengacu pada kondisi tapak yang akan dibangun SLB. Rincian luasan ruang dapat dilihat pada tabel berikut: 77

Tabel 5.1 Tabel Kebutuhan Ruang Area Belajar Tabel 5.2 Tabel Kebutuhan Ruang Area Administrasi Tabel 5.3 Tabel Kebutuhan Area Asrama 78

Tabel 5.4 Tabel Kebutuhan Ruang Area Pendukung Tabel 5.5 Kebutuhan Total Luas Ruang Dalam Tabel 5.6 Tabel Kebutuhan Area Ruang Luar Dari tabel-tabel di atas dapat disimpulkan bahwa total keseluruhan luasan yang dibutuhkan untuk menunjang tercapainya ruang-ruang yang dibutuhkan adalah 5.048.3 m 2. 79

Tabel 4.11 Tabel Total Luasan Yang Dibutuhkan 5.3. Konsep Tata Ruang Luar Site berada di sebelah utara jalan, sumber kebisingan utama berasal dari jalan (sisi selatan) sehingga dalam penataan zonasi bangunan, area publik berada di sisi paling selatan.sementara area semi privat dan privat di bagian utara namun perletakannya sejajar.terdapat satu titik tengah yang menghubungkan ketiga zona tersebut sehingga jangkauan visual pengguna dapat mencakup ketiga zona secara bersamaan. Gambar 5.1 Gambar Pembagian Zonasi Zona semi privat terletak di sisi timur karena bersebelahan dengan pemukiman, sedangkan zona privat berada di sisi barat yang berbatasan dengan area sungai Gadjah Wong sehingga tidak ada gangguan eksternal berupa kebisingan. 5.3.1. Pencapaian Bangunan Sirkulasi untuk mencapai bangunan termasuk sirkulasi langsung (frontal) agar tidak melelahkan dan untuk memperjelas identitas bangunan tersebut.entrance utama hanya ada satu buah agar tidak membingungkan 80

penggunanya.tetapi, disediakan jalur sendiri pada site untuk pengelola agar semakin mudah mengakses ruang penjaga atau bagian belakang bangunan. Pengkondisian akses dibagi menjadi akses utama drop off dan langsung menuju area parkir serta akses yang langsung menuju bagian belakang bangunan untuk memudahkan pengelola. Gambar 5.2 Pencapaian Bangunan 5.3.2. Tata Massa Bangunan Site berada di lahan seluas sekitar 4750 m 2 dengan KDB 60% dan dipotong dengan sempadan jalan dan sempadan sungai sehingga luas efektif yang dapat dibangun adalah sekitar 2850 m 2.Dari kebutuhan ruang keseluruhan yaitu 5048 m 2 maka massa bangunan setidaknya minimal terdiri dari dua lantai. Konfigurasi massa bangunan menyebar di setiap sisi site dan dibedakan berdasarkan fungsinya. Paling tidak terdapat empatmassa besar yang mewadahi tiga fungsi utama yaitu kantor, sekolah, asrama dan ruang aula siswa. Penataan massa perlu memperhatikan kesinambungan dan koneksi antar bangunan serta pencapaian, khususnya secara visual. 81

Gambar 5.3 Konsep Tata Massa Bangunan Area tengah menjadi sentra dari keseluruhan massa bangunan. Pada setiap massa memiliki satu detail penghubung untuk memunculkan satu kesinambungan antara massa satu dengan lainnya. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai penanda akses utama pada setiap massa bangunan. Gambar 5.4Skema Situasi Bangunan 5.3.3. Elemen Luar Bangunan 1. Elemen Keras. Elemen keras pada area parkir menggunakan grass block dan paving block. Sedangkan pada jalur sirkulasi yang tertutup atap dapat memakai keramik seperti lantai ruang dalam atau kayu, dan pada jalur sirkulasi yang tidak beratap dapat menggunakan semen bertekstur. 82

Gambar 5.5 Contoh Elemen Penutup Tanah Pada Lansekap Luar Sumber: Analisis, 2014 2. Elemen Lunak Vegetasi merupakan elemen luar bangunan yang memiliki berbagai fungsi. Adapun fungsi-fungsi tersebut antara lain: 1. Sebagai barrier terhadap kebisingan maupun polusi 2. Sebagai peneduh 3. Elemen estetika landscape bangunan. 4. Pembentuk batas ruang 5. Pengendali kecepatan angin Gambar 5.6 Contoh Vegetasi sebagai Peredam Kebisingan dan Polusi Sumber: DPU Dirjen Bina Marga, 1996 83

Gambar 5.7 Contoh Vegetasi sebagai Peneduh Sumber: DPU Dirjen Bina Marga, 1996 Gambar 5.8 Contoh Vegetasi sebagai Pengendali Kecepatan Angin Sumber: Russ, 2002 Lokasi site yang berbatasan dengan jalan membutuhkan perlindungan dari polusi dan kebisingan dari luar.oleh karena itu, penataan vegetasi sangat penting dilakukan.dalam hal ini, vegetasi berfungsi sebagai barrier dan juga pembatas ruang.selain itu juga dapat mencakupi fungsi sebagai peneduh di jalur yang dilewati kendaraan untuk akses ke dalam. Gambar 5.9 Penataan Vegetasi sebagai Barrier dan Pembatas 84

Vegetasi juga dapat berfungsi sebagai elemen estetika dalam suatu lansekap.penataan lahan kosong dapat dimanfaatkan untuk kebun kecil dengan macam-macam tanaman.selain memanfaatkan lahan kosong, kebun tersebut juga dapat menjadi tambahan view dari dalam bangunan. Gambar 5.10 Contoh Penataan Vegetasi pada Lahan Kosong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2013 5.4. Konsep Tata Ruang Dalam 5.4.1. Sirkulasi dan Organisasi Ruang Pola sirkulasi ruang dalam memakai pola radial agar tidak menyulitkan pengguna mencapai ruang-ruang yang akan dituju. Pola radial ini memadukan unsur sirkulasi terpusat dan linier. Area di pusat adalah yang menjadi pusat sirkulasi berupa hall atau lobby sehingga memudahkan pengguna untuk mencapai ruang-ruang linier yang berkembang pada jari-jarinya. Gambar 5.11 Pola Sirkulasi Radial Pola radial cocok diterapkan pada ruang-ruang di sekolah dan asrama yang memiliki banyak ruangan dengan ukuran, bentuk dan fungsi yang sejenis.dalam 85

konsep deafspace guidelines, koridor menjadi area yang penting dan membutuhkan banyak fitur desain yang menambah tanda visual bagi pengguna tunarungu.aktivitas siswa tunarungu di koridor misalnya adalah berbincang dengan teman sambil melewati koridor.pada saat tersebut, indera penglihatan terfokus untuk berkomunikasi dengan lawan bicara sehingga kurang sigap terhadap kondisi sekita.oleh karena itu leveling antara koridor dengan ruang luar sebaiknya tidak memiliki selisih ketinggian yang kontras dan sudutnya perlu diperhalus agar tidak membahayakan. Gambar 5.12Jalur Sirkulasi yang Diperlebar Sumber: AIA, 2012 Meskipun pada jalur sirkulasi radial, akan sedikit ditemukan persimpangan jalan, namun hal tersebut tetap perlu disikapi dengan desain yang tepat. Penghalusan sudut pada persimpangan dapat meminimalisir bahaya tabrakan antara pengguna koridor yang berlawanan arah, juga dapat membantu pengguna mengetahui pemakai koridor yang berada di belakangnya. Gambar 5.13Zona Vibrasi Pada Koridor Sumber: AIA, 2012 86

Gambar 5.14Perhalusan Pada Persimpangan Jalur Sirkulasi Sumber: AIA, 2012 5.4.2. Zonasi dan Hubungan Antar Ruang Gambar 5.15 Zonasi Bangunan Sumber: Analisis, 2014 Massa bangunan dipisahkan berdasarkan fungsi dan tingkat privasi ruang. Ruang publik berupa hall terletak setelah entrance dan terletak di tengah massa bangunan depan. Area semi publik terdiri dari ruang-ruang administrasi yaitu kantor guru, ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha. Sedangkan area privat terdiri dari ruang-ruang di sekolah dan asrama. 87

Bagan 5.2 Zonasi dan Hubungan Antar Ruang Sumber: Analisis, 2014 5.5. Konsep Fisik Bangunan 5.5.1. Fasad bangunan Fasad bangunan yang menghadap sisi timur diberikan elemen penanda entrance dan bersifat kontras agar mudah dikenali sebagia entrance.bentuk entrance dapat lebih menonjol dibanding ruang lainnya. Pada setiap massa bangunan yang berada di area dalam pun memakai material atau warna yang berbeda sebagai penanda entrance. 88

Gambar 5.16 Contoh Entrance yang Menonjol dan Menggunakan Material Berbeda Sumber: www.indesignindonesia.com, diakses pada Januari 2014 5.5.2. Warna, Tekstur dan Material Setiap ruang memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan penggunanya.adapun kesan karakteristik ruang yang diinginkan didapat dengan pemilihan warna, tekstur dan material bangunan. Nama Ruang Area Ruang Pembelajaran Ruang Terapi (Bina Wicara dan BPBI) Area ruang administrasi Ruang perpustakaan Area Asrama Tabel 5.7 Karakteristik Ruang Karakter Warna interior yang digunakan berkisar pada warna krem cerah Layout ruang menggunakan tempat duduk yang disusun letter U Pencahayaan alami didukung dengan bukaan yang cukup Penghawaan alami dengan adanya ventilasi Penggunaan material yang mendukung ruang kedap suara seperti gypsum Layout dan sirkulasi ruang teratur dan sederhana Penggunaan signage berupa gambar-gambar jelas dengan warna kontras Warna interior yang digunakan berkisar pada warna oranye pastel Pencahayaan dan penghawaan buatan Warna interior berkisar pada warna biru lembut Penggunaan signage yang jelas Pencahayaan dan penghawaan buatan Untuk meredam kebisingan, digunakan gypsum pada dinding dan plafond Warna interior berkisar pada warna hijau pastel Pencahayaan alami didukung dengan bukaan yang cukup dan pencahayaan buatan pada malam hari Penghawaan alami dengan adanya ventilasi 89

Nama Ruang Karakter Ruang sirkulasi Penggunaan signage yang jelas Koridor lebar Detail repetisi yang mengarahkan jalur sirkulasi menuju ruangruan yang terhubung Ruang Penggunaan signage yang jelas misalnya pada ruang ibadah penunjang diberikan lampu yang menyala saat tiba waktunya beribadah (dapur, ruang Permukaan tidak licin ibadah, ruang Pada ruang ibadah dinding berwarna biru pastel untuk suasana tunggu, dsb) tenang Toilet dan kamar mandi Ruang publik/outdoor Permukaan tidak licin Lebar pintu minimal 90 cm dan terdapat pelat tending di bagian bawah Mudah ditemukan Penggunaan signage yang jelas Penggunaan signage yang jelas Permukaan relatif rata Menghindari tangga undakan yang tinggi dan melengkapi dengan ramp dengan kemiringan yang nyaman Secara menyeluruh warna yangdigunakan cenderung ke warna lembut, tenang dan alami.warna-warna krem lembut dan gradasinya tidak gelap, dan tidak terlalu terang, dirasa tepat untuk menimbulkan suasana terang yang cukup.dalam deafspace guidelines dijelaskan pemilihan warna interior tidak memakai warna yang mencolok agar tidak cepat membuat mata lelah. Gambar 5.17 Contoh Pembedaan Warna Pada Elemen Pembatas Ruang Sumber: AIA, 2012 90

Elemen pembentuk ruang antara dinding, lantai dan langit-langit diberikan warna yang berbeda, namun tetap tidak kontras. Selain itu pembedaan tekstur dan warna pada tiap fungsi ruangan dan zona yang berbeda akan memudahkan pemahaman ruang bagi kalangan dengan keterbatasan. Dalam hal ini, hal yang paling banyak dipertimbangkan dalam desain adalah untuk elemen lantai dan dindingnya.lantai ruang pada umumnya menggunakan perkerasan keramik yang mudah dibersihkan, karena sehari-harinya tempat ini banyak dijamah oleh publik.setiap zona yang berbeda diberi pola lantai yang senada agar memberi informasi visual yang jelas.persyaratannya secara keseluruhan adalah harus lembut namun bertekstur dan tidak licin untuk mendukung keamanan. Gambar 5.18 Contoh Penggunaan Material Keramik dengan Warna yang Berbeda untuk Membentuk Pola Lantai Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013 Material bangunan menggunakan pasangan bata yang diplester dan dicat. Batu bata mudah diolah dan disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan, dan setelah diplester mudah dicat dengan warna apa saja. Pada beberapa tempat dikombinasikan dengan batuan alam sebagai aksen dan penanda ruangan. Tabel 5.8 Tabel Karakteristik Ruang Berdasarkan Material Lantai dan Dinding Ruang Lantai Dinding Lobi Terbuat dari tegel/terakota Terbuat dari paduan batu alam dan kayu. Untuk sisi berdinding menggunakan warna krem-jingga agar Ruang Pembelajaran Ruang tamu Terbuat dari keramik putih bertekstur Terbuat dari lantai parket yang tidak terlalu gelap terkesan friendly Berwarna cenderung krem cerah agar ruang tampak terang Paduan kayu dan dinding bercat krem 91

Ruang Lantai Dinding KM + WC Tegel bertekstur Dinding keramik yang cerah. Pada bagian luarnya, kamar mandi laki-laki dan perempuan dibedakan dengan warna pink dan biru. Warna ini sangat lazim untuk dipahami dengan mudah, bahwa biru merupakan warna laki-laki sedangkan pink untuk perempuan Ruang rapat Terbuat dari keramik putih Gypsum acoustic bertekstur Ruang Terapi (Bina Terbuat dari lantai kayu Gypsum acoustic Wicara dan BPBI) Ruang Administrasi Terbuat dari keramik putih bertekstur Berwarna cenderung krem cerah agar ruang tampak terang Ruang Ibadah Terbuat dari lantai parket Dinding berwarna jingga cerah yang sesuai dengan warna lantai Jalur sirkulasi & ruang antara Perpustakaan Asrama Pada bagian yang ternaungi atap, sirkulasi terbuat dari keramik. Pada bagian yang terkena panas matahari, jalur sirkulasi terbuat sari semen bertekstur Terbuat dari keramik agak gelap karena ruang sudah cukup terang Terbuat dari keramik putih bertekstur Dinding bertekstur dan cenderung dingin, misalnya menggunakan batu alam atau batu bata. Menggunakan dinding dengan warna biru cerah. Karena untuk keperluan membaca, tingkat pencahayaan harus cukup terang. Selain itu diaplikasikan juga gypsum Menggunakan dinding berwarna hijau pastel agar menimbulkan kesan rileks dan mendukung kegiatan istirahat penghuni asrama 92

Pemilihan warna-warna cerah dan lembut selain mengurangi panas yang terperangkap dalam bangunan, juga sesuai dengan konteks lansekap di sekelilingnya.pemilihan warna ini juga terkesan lembut dan nyaman, tapi tidak membuat bosan. Gambar 5.19 Ilustrasi Warna yang Digunakan Sumber: Analisis, 2013 Gambar 5.20Skema Warna Pada Ruangan Sumber: Analisis, 2014 Pada ruang dalam, terdapat zona vibrasi untuk memberi tanda apabila ada orang lain yang masu ke dalam ruangan. Zona vibrasi tersebut dibuat dengan material lantai dari kayu. Gambar 5.21 Zona Vibrasi Pada Ruang Dalam Sumber: AIA, 2012 93

5.6. Konsep Sistem Bangunan 5.6.1. Sistem Pencahayaan Pencahayaan pada ruang-ruang di SLB Tunarungu diusahakan menggunakan pencahayaan alami, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008.Namun untuk beberapa ruang dengan pengkondisian khusus dapat digunakan pencahayaan buatan dengan lampu listrik. 1. Pencahayaan Alami Ruang kelas dan ruang pembelajaran lainnya menggunakan pencahayaan alami dan bertujuan agar lebih hemat energi dan lebih sehat.pencahayaan alami didukung dengan adanya bukaan yang lebar. Namun untuk mengurangi panas matahari yang ikut masuk dengan cahaya, digunakan shading dan filter berupa kisi-kisi pada jendela 2. Pencahayaan Buatan Ruang-ruang yang memakai pencahayaan buatan adalah ruang kelas, perpustakaan, ruang administrasi dan area asrama.pencahayaan buatan menggunakan lampu yang disusun dengan teknik pencahayaan baur (indirect lighting) sehingga cahaya yang dihasilkan di ruangan bersifat merata dan tidak membuat silau. Untuk menghindari silau yang berlebihan, dapat digunakan shading pada bangunan.shading dapat dibagi menjadi: - Shading buatan, yaitu didapat dari adanya bukaan pada ruang, tritisan yang cukup, orientasi ruang dan bukaan yang tepat, aplikasi kaca blur, korden, tirai, kerai, dan sebagainya. - Shading alami yang didapat dari pemilihan vegetasi yang tepat. Pada fungsi sirkulasi, metode dan jenis pencahayaan adalah linier, yaitu bersifat mengarahkan.lampu dipasang pada bagian atas dinding dan plafon. 5.6.2. Sistem Penghawaan Sama halnya dengan sistem pencahayaan, penghawaan ruang pun diusahakan menggunakan penghawaan alami pada ruang-ruang di SLB.Kecuali pada ruang-ruang tertentu yang membutuhkan kondisi udara yang nyaman untuk menungjang kinerja dalam ruangan. 94

1. Penghawaan Alami Penghawaan alami didukung dengan adanya sistem ventilasi silang (cross ventilation) yang memungkinkan udara melewati ruangan dengan lancar sehingga penghawaan ruangan dapat terjaga kesejukannya. 2. Penghawaan Buatan Untuk lebih memaksimalkan penciptaan kondisi udara dalam ruangan yang baik, diperlukan sistem penghawaan buatan dengan dibantu dengan kipas angin dan AC split. Pada perpustakaan misalnya, untuk mendukung ketenangan dan kenyamanan perpustakaan, maka dibutuhkan AC split untuk mengkondisikan udara dalam ruangan. Selain itu pada ruang guru, ruang administrasi dan ruang kepala sekolah juga membutuhkan AC split. Untuk ruang asrama yang meliputi tempat tinggal dan area belajar bersama bagi siswa dapat dibantu dengan kipas angin. 5.6.3. Sistem Akustik Sistem akustik pada ruang yang dipakai siswa tunarungu sangat penting untuk diperhatikan.hal ini karena keterbatasan siswa tunarungu mengalami pendengaran.ruang yang dibutuhkan adalah ruang yang memiliki sistem akustik yang baik, tidak terganggu dengan kebisingan dari luar dan dapat menghantarkan getaran dengan baik.kondisi ruang yang demikian membutuhkan dukungan material akustik yang mampu meredam suara dari luar. Khususnya di ruang Bina Wicara dan Bina Persepsi Bunyi dan Irama, kondisi ruangan harus benar-benar kedap suara untuk mendukung proses terapi tunarungu. Pada ruang bina wicara dan ruang bina persepsi bunyi dan irama, kondisi ruang harus dalam keadaan kedap suara agar siswa mampu menjalani terapi komunikasi dengan baik tanpa adanya gangguan kebisingan dari luar ruangan.untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan material peredam suara pada elemen lantai, dinding dan atap bangunan. 95

Gambar 5.22 Skema Penggunaan Material pada Ruang Kedap Suara Sumber: Analisis, 2014 5.6.4. Sistem Utilitas 1. Jaringan Air Bersih Air bersih berasal dari air PDAM dan sumur (deep well).perencanaan sistem distribusinya adalah air ditampung terlebih dahulu pada reservoir bawah, kemudian dipompakan ke tangki penampungan pada atap (upper tank) dan didistribusikan ke tiap outlet yang membutuhkan baik di dalam maupun luar bangunan. Perletakan sumber air bersih berupa kran ditempatkan di setiap area yang berfungsi sebagai taman untuk memudahkan proses penyiraman vegetasi. Selain itu pengadaan air bersih juga dimanfaatkan dari pembaharuan air hujan yang dapat digunakan pada penggunaan-penggunaan tertentu yang tidak menuntut kehigienisan air misalnya untuk perawatan vegetasi dan bangunan. 2. Jaringan Air Kotor Air kotor terdiri dari tiga macam, yaitu grey water berupa air buangan dari wastafel dan floor drain; black water berupa buangan dari kloset dan urinoir; dan storm water yaitu buangan dari roof drain. Limbah air kotor yang berasal dari dapur dan wastafel akan dibuang menuju sumur resapan, melalui bak lemak yang berjarak setiap 10 m. Black water akan dialirkan langsung menuju septictank. 96

Air hujan tidak langsung dibuang ke got, tetapi diresapkan terlebih dahulu dan ditampung untuk keperluan yang tidak membutuhkan kehigienisan yang tinggi, seperti flushing toilet dan menyiram tanaman. 3. Jaringan Listrik Keperluan listrik dalam operasional bangunan bersumber dari PLN. Jaringan listrik untuk keperluan sehari-hari bersumber dari PLN. Penggunaan listrik relatif besar dan pencahayaan buatan merupakan bagian yang sangat penting dalam menunjang aktivitas siswa tunarungu, oleh karena itu diperlukan genset sebagai sumber listrik alternatif apabila terjadi pemadaman Keperluan penunjang jaringan listrik seperti stop kontak, sakelar lampu, dan alat elektronik lainnya berada di posisi yang mudah di jangkau di setiap ruangnya. Selain itu diperlukan pengamanan agar tidak disalah gunakan oleh anak-anak, misalnya di letakkan di ketinggian yang sulit dijangkau anakanak dan diberikan pengaman untuk stop kontak. 4. Sistem Evakuasi Sistem evakuasi untuk tanda bahaya bencana dan kebakaran memakai alarm bunyi dan lampu indikator bahaya pada setiap ruangan. Lampu tersebut menyala berkedip-kedip dan dapat terletak pada dinding depan atau di plafon seperti lampu yang berfungsi untuk pencahayaan ruang. Jalur evakuasi bencana baik kebakaran maupun bencana lain harus diletakkan di setiap ruangan, tentu saja dengan keterangan posisi ruang. Peta tersebut berwarna terang dan kontras, serta memberikan informasi yang jelas.jalur evakuasi harus berakhir di tempat yang aman, dapat berupa lapangan terbuka atau halaman. 97

Gambar 5.23 Skema Jalur Evakuasi Sumber: Analisis, 2014 Untuk penanggulangan bencana kebakaran, dilakukan usaha preventif dan represif seperti berikut: 1. Preventif Usaha pencegahan terjadinya kebakaran dilakukan dengan pemilihan material yang memiliki sifat resistensi cukup tinggi terhadap api, terutama pada bagian ruang-ruang yang memiliki fungsi khusus sebagai jalur evakuasi seperti tangga darurat dan jalur evakuasi. Selain itu penggunaan alarm kebakaran pada setiap ruang juga diperlukan. Alarm kebakaran perlu dilengkapi dengan adanya suara dan pertanda lampu agar dapat diketahui oleh siswa tunarungu. 2. Represif Pencegahan penjalaran api dari sumbernya ke ruang-ruang lain dengan memilih material yang tidak menghantarkan api dengan cepat serta dengan sistem pemadam kebakaran melalui sprinkler, hydrant dan fire extinguisher. 98

Standar keselamatan dalam sistem evakuasi harus benar-benar diperhatikan. Pada setiap massa bangunan dua lantai atau lebih, tangga darurat terdapat di ujung bangunan dan jarak antar tangga darurat maksimal 40 meter. Gambar 5.24 Jarak Maksimal Tangga Darurat Sumber: Analisis, 2014 99