SPESIFIKASI TEKNIS. Pekerjaan mencakupi pembuatan drainase pasangan batu, pembuatan cor beton bertulang plat drainase dan timbunan bahu jalan.

dokumen-dokumen yang mirip
DINAS PERHUBUNGAN DAN KOMINFO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

SYARAT SYARAT TEKNIS PEKERJAAN. Pasal 1 PENJELASAN UMUM

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

II. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB X PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB XII. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

METODE PELAKSANAAN D.I. BONDUKUH.

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

PEKERJAAN JUMLAH HARGA

WAE BOBO KEL. RANA LOBA KEC. BORONG KAB. MANGGARAI TIMUR

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung Sekolah Berlantai 2 (dua)

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB IV MANAJEMEN PROYEK

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN KANDANG LAKTASI TAMPUSU, MINAHASA. Pasal 1 SYARAT SYARAT PELAKSANAAN

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

Revisi SNI T C. Daftar isi

Lampiran A...15 Bibliografi...16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

B-Q. URAIAN PEKERJAAN VOLUME ANALISA SATUAN (Rp)

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

PEMBUATAN BETON KEDAP AIR DENGAN MEMANFAATKAN KLELET SEBAGAI PENGGANTI

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BILL OF QUANTITY ( BOQ)

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA

- Setelah kontraktor menyiapkan barak kerja dan kantor lapangan lalu dimulai memobilisasi material, peralatan, tenaga kerja dan tenaga tehnis.

DAFTAR KUANTITAS HARGA DAN BAHAN

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

REKAPITULASI TOTAL BILL of QUANTITY (BOQ) REKAPITULASI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip


PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

III. METODE PENELITIAN

1. PEKERJAAN PRELIMINARIES a. Penyiapan Papan Proyek Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat : i.

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB IV. LEMBAR DATA PEMILIHAN (LDP) G.Jaminan Penawaran;

BAB 3 METODE PENELITIAN

REKAPITULASI BOQ. JENIS PEKERJAAN ( Rp. ) Jumlah Konstruksi PPN 10 % Jumlah Semua Dibulatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA KELOMPOK KERJA KONSTRUKSI IV

BAB III LANDASAN TEORI

METODA PELAKSANAAN. CV. SABATA UTAMA Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Tangan-Tangan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Transkripsi:

SPESIFIKASI TEKNIS A. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan mencakupi pembuatan drainase pasangan batu, pembuatan cor beton bertulang plat drainase dan timbunan bahu jalan. B. STANDAR/SPESIFIKASI TEKNIS UMUM PEMBANGUNAN 1. Tenaga Kerja Dan Peralatan a) Tenaga kerja yang dilibatkan dalam pelaksanaan harus harus memakai tenaga yang sesuai dengan tingkat keahlian, pengalaman, serta tidak melanggar ketentuan-ketentuan perubahan yang berlaku di Indonesia. b) Kontraktor harus mengunakan tenaga yang ahli dalam bidang pelaksanaan (Skill Labour), baik tenaga pelaksana, mandor maupun tukang. c) Semua tenaga kerja dipimpin oleh seorang Manejer lapangan atau Pelaksana sebagai Wakil Kontraktor di lapangan. d) Tenaga kerja pelaksana dari sub kontraktor harus dipilih yang sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan yang disub-kontraktorkan. e) Hubungan kontraktor dengan sub-kontraktor dalam menyangkut keseluruhan pekerjaan, dan menjadi tanggung jawab kontraktor. f) Klasifikasi Site Manager adalah sebagai berikut : 1) Sarjana Teknik Sipil/Teknik Arsitektur dengan pangalaman kerja pada bidang yang sesuai dengan dokumen lelang. g) Alat-alat untuk melaksanakan pekerjaan harus disesuaikan oleh kontraktor dalam keadaan baik dan siapa pakai dalam jumlah mencukupi. h) Harus disiapakan tenaga operator yang mampu untuk mengoperasikan dan memperbaiki peralatan mekanik/mesin sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan benar. 2. Pemakaian Merk Dagang a) Apabila dalam rencana kerja dan syarat-syarat hanya disebutkan satu merk bahan, bukan berarti hanya dapat dipakai merk tersebut, melainkan dapat dipakai merk lain dengan standar mutu dan ciri-ciri fisik yang sama dan mendapat persetujuan Direksi b) Kontraktor dapat mengusulkan perubahan pemakaian merk dengan cara tertulis apabila merk dagang tersebut tidak tersedia dipasaran, dengan melampirkan bukti tertulis dari distributor yang menyatakan bahwa barang/bahan tersebut tidak tersedia dipasaran. c) Kontraktor harus dapat membuktikan kesetaraan kualitas dan ciri-ciri fisik yang dituntut pada rencana kerja dan syarat-syarat, dan untuk mempergunakannya harus ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan/atau Pengelola Kegiatan/Penanggung Jawab Kegiatan. 3. Prosedur Pengadaan Bahan Bangunan a) Secepatnya kontraktor melalui Menager Lapangan/ Pelaksana mengajukan contoh bahan yang akan didatangkan sesuai dengan spesifikasi dalam rencana kerja dan syarat-syarat, pada saat rapat lapangan pertama kali. b) Contoh bahan yang telah disetujui harus dipasang di dalam direksi keet sebagai pedoman mutu bahan. c) Apabila tanpa ada contoh pengajuan contohnya bersamaan dengan datangnya bahan tersebut, maka pengawas lapangan/ direksi berhak menolak dan memberi perintah untuk mengeluarkan bahan tersebut dari lokasi pekerjaan.

4. Pemeriksaan Bahan Bangunan a) Secara umum konsultan pengawas/direksi berhak memeriksa semua jenis bahan bangunan yang dipergunakan kontraktor dan menolaknya apabila nyatanyata tidak memenuhi persyaratan untuk itu. b) Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan tetapi oleh konsultan pengawas/direksi ditolak untuk dipergunakan, harus segera dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam waktu 2x24 jam terhitung sejak jam penolakan tersebut. c) Apabila konsultan pengawas/direksi merasa perlu memeriksa bahan bangunan yang diragukan spesifikasinya, maka konsultan pengawas berhak mengirimkannya kepada balai penelitian bahan-bahan bangunan atau lembaga lain yang ditetapkan bersama pengelola kegiatan untuk diteliti. d) Semua biaya untuk hal tersebut diatas menjadi tanggungan kontraktor, apapun hasil dari penelitian tersebut. e) Konsultan pengawas/direksi berwenang meminta keterangan mengenai asal bahan dan kontraktor harus memberitahukannya. 5. Mutu Bahan Bangunan a) Disarankan kepada kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan secara massal dapat meminta secara persetujuan hasil pekerjaan kepada pengawas lapangan/direksi. b) Agar tidak terjadi bongkar/pasang pekerjaan, apabila terdapat gambar yang tak jelas, maka kontraktor diwajibkan menanyakan kepada pengawas lapangan/direksi untuk menyamakan persepsi, atau apabila perlu dapat meminta konsultan perencana untuk menjelaskan agar didapat jawaban yang pasti tentang perencanaanya. c) Bagian pekerjaan yang telah mulai tetapi masih digunakan bahan-bahan yang ditolak olek konsultan pengawas/direksi atau tanpa ijin harus segera dihentikan dan selanjutnya pekerjaan tersebut harus dibongkar. 6. Peraturan Teknis 6.1. Umum Pedoman pelaksanaan yang diatur oleh peraturan pembangunan yang syah yang berlaku di Indonesia sepanjang tidak ditetapkan lain dalam rencana kerja dan syarat-syarat yang harus ditaat selama pelaksanaan, yaitu : a) SNI 03-3424-1994 tentang Tatacara perencanaan drainase permukaan jalan b) Peraturan beton SNI 03-2847-2002 c) SNI 03-6862-2002 tentang Spesifikasi peralatan pemasangan dinding bata dan plesteran d) Mutu Kayu Bangunan SNI 03-3527-1964 e) Pedoman perencanaan penanggulangan longsoran SNI 03-1962-1990. f) Keputusan badan agretase Nasional Indonesia (BANI). g) Peraturan- Peraturan lain yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah setempat yang berkaitan dengan permasalahan bangunan. 6.2. Khusus Untuk melaksanakan pekerjaan seperti yang tersebut dalam lingkup pekerjaan, maka berlaku dan mengikat. a) SK. Penanggung Jawab Kegiatan Tentang Penunjukan Kontraktor (Gunning). b) Surat Kesanggupan Kerja. c) Surat Perintah Kerja. d) Surat Penawaran Serta Lampiran-lampirannya. e) Gambar Bestek. f) RKS beserta lampiran-lampirannya. g) Kontrak Pelaksanaan dan Adendumnya (bila ada). h) Shop drawing yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui konsultan pengawas dan/atau pengelola teknis kegiatan untuk dilaksanakan.

i) Time Schedule yang diajukan oleh kontraktor yang disetujui konsultan pengawas dan pengelola kegiatan/ penanggung jawab kegiatan. 6.3. Penjelasan Gambar a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail maka yang harus diikuti adalah gambar detail. b) Bila terdapat skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam gambar berbeda, maka ukuran dalam gambar yang berlaku. c) Bila rekanan meragukan tentang perbedaan antar gambar yang ada, baik konstruksi maupun ukurannya, maka rekanan berkewajiban untuk menanyakan kepada konsultan pengawas secara tertulis. d) Dalam hal terjadi penyimpangan detail antara gambar bestek dan keadaan dilapangan, kontraktor dapat mengajukan gambar kerja (shopdrawing) yang sesuai dengan kondisi dilapangan dan mempergunakannya dalam pelaksanaan dengan persetujuan tertulis konsultan pengawas. e) Didalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. f) Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedangkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat tidak disebutkan, maka gambar yang harus dilaksanakan. 6.4. Penjelasan Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat a) Pada rencana kerja dan syarat-syarat tentang syarat-syarat teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan yang digunakan dalam syarat-syarat pelaksanaannya. b) Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan jumlah, sedangkan dalam rencana kerja dan syarat-syarat pada lingkup pekerjaan tercantum, maka kontraktor terikat untuk melaksanakannya. 7. Lingkup Pekerjaan Pekerjaan meliputi : A. LANJUTAN PEMBANGUNAN DRAINASE DI JALAN TINGANG MENTENG 1) Pekerjaan Pendahuluan 2) Pekerjaan Tanah 3) Pekerjaan Konstruksi a) Pekerjaan Drainase Pasangan Batu 7.1. Pekerjaan Pendahuluan 7.1.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan persiapan ijin dan melakukan koordinasi dengan pihak pengelola kegiatan/penanggung jawab kegiatan dan konsultan pengawas. 7.1.2 Pekerjaan persiapan meliputi sebagai berikut : a) Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan. b) Mengadakan komunikasi dengan instansi yang terkait dalam rencana pembangunan ini. c) Mengadakan atau membuat direksi keet, papan nama kegiatan, gudang penyimpanan bahan dan bangsal kerja. d) Menyediakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin pembantu. e) Melaksanakan pengukuran guna menentukan duga lapangan dan ukuran-ukuran lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan pembangunan ini, serta memasang papan bowplank. f) Menyediakan kotak P3K dan perlengkapannya yang ditempatkan didalam direksi keet. g) Membuat/mempersiapkan jalan masuk dan akses ke lokasi proyek.

h) Melaksanakan pembersihan akhir setelah pekerjaan selesai dilaksanakan. 7.1.3 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus membuat photo dari 4 sisi pengambilan pada kondisi fisik lahan calon lokasi pekerjaan. 7.1.4 Apabila kontraktor akan mendirikan bangunan sementara (direksi keet dan gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka kontraktor harus merundingkan terlebih dahulu kepada pengelola kegiatan/penanggung jawab kegiatan tentang penggunaan halaman. 7.1.5 Semua biaya untuk prasarana, fasilitas untuk memasuki daerah pekerjaan, serta akomodasi tambahan diluar daerah/areal kerja menjadi tanggung jawab kontraktor. 7.1.6 Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau bangunan lainnya yang disebabkan adanya pembangunan ini, kontraktor berkewajiban memperbaiki kembali selambatlambatnya dalam masa pemeliharaan pekerjaan. 7.2. Pekerjaan Tanah 7.2.1. Lingkup Pekerjaan a. Pek. Galian tanah b. Pek. Urugan kembali c. Pek. Timbunan basecourse (batu pecah tak tersaring) 7.2.2. Syarat Pelaksanaan a. Penggalian tanah untuk pasangan dilakukan setelah pengukuran sesuai dengan gambar bestek b. Kedalaman galian tanah disesuaikan dengan ukuran yang ada pada gambar bestek c. Sebelum batu kali dipasang terlebih dahulu dipancang cerucuk galam sesuai dengan gambar kerja. d. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan maka galian tanah tersebut harus diurug kembali dan diratakan dengan permukaan tanah semula. 7.3. Pekerjaan Konstruksi 7.3.1. Lingkup Pekerjaan a. Pek. cerucuk galam dia. 8-10 cm bawah pasangan batu b. Pekerjaan cor lantai bawah. c. Pasangan batu kali d. Pek. Pipa Resapan Dia. 2 e. Pek. Bekisting jembatan f. Pek. Beton bertulang g. Pek. Siar pasangan batu h. Pek. Plesteran dan acian Pekerjaan Beton a) Beton rabat digunakan untuk lantai kerja dengan campuran beton mutu, f c = 7,4 MPa (K100), slump (12 + 2) cm, w/c = 0,87 b) Sloof dan jembatan dengan campuran beton mutu, f ' c = 19,3 MPa (K225), slump (12 + 2) cm, w/c = 0,58. c) Ukuran pekerjaan beton adalah ukuran sebelum diplester. 7.3.2. Bahan-bahan 7.3.2.1. Potland Cement (PC) a) Semen yang dipergunakan sebagai bahan beton adalah Portland Cement (PC) Tipe I.

b) Satu komponen beton tidak boleh dikerjakan dengan menggunakan lebih dari satu merek semen. 7.3.2.2. Agregat Halus (Pasir) a) Pasir beton harus bermutu baik, berbutir tajam dan keras tidak mengandung bahan organis dan sejenisnya b) Agregat halus harus bersih dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang baik. 7.3.2.3. Agregat Kasar (Kerikil) a) Agregat kasar berupa kerikil/batu pecah mesin atau pecah tangan. b) Agregat kasar yang dipakai adalah batu berukuran 1/2-2/3 cm dan mempunyai gradasi heterogin, kekerasan yang cukup, tajam, keras dan tidak berpori. c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. d) Agregat kasar tidak boleh kotor dan kandungan lumpur maksimum 1% (terhadap berat kering). Bila kandungan lumpur melebihi batas maksimum, maka harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipergunakan. 7.3.2.4. Air Air yang dipakai untuk pembuatan dan perawatan beton harus air tawar dan bersih, bebas dari zat-zat kimia yang bisa merusak beton/baja tulangan. 7.3.2.5. Besi Tulangan Besi tulangan yang dipakai adalah baja polos dengan mutu baja fy = 240 Mpa (U-24) dengan tegangan leleh 2.400 kg/cm2 yakni dengan penggambaran diberi notasi Ø (baca: Diameter). Besi tulangan harus bersih dari karat, lapisan minyak dan bahan lainnya yang dapat mengurangi daya lekat beton. 7.3.2.6. Batu Kali/ Batu Belah Batu harus bersih dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh. 7.3.2.7. Cetakan Beton (Bekisting) Bahan bekisting dipakai kayu terentang/kelas II-III (Meranti) yang cukup kering dan keras serta untuk menggunakannya harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknis dan Konsultan Pengawas. 7.3.3. Syarat Pelaksanaan 7.3.3.1. Bekisting a) Pemasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya yang diterima tanpa berubah bentuk. b) Kerapian dan ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar memberikan bidang-bidang yang rata. c) Celah-celah antara papan harus rapat agar pada waktu pengecoran air tidak merembes keluar.

d) Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari kotor. 7.3.3.2. Penulangan a) Sebelum pengecoran rangkaian tulangan harus sudah dilengkapi dengan beton decking, yang jumlah, penempatan, mutunya harus disetujui Direksi. b) Perlakuan pelaksanaan tulangan (Penyambungan, Pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi SNI-1991. c) Penyetelan dan pemasangan besi tulangan. Semua tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah dan bergeser pada waktu adukan digetarkan atau dipukul-pukul dengan palu/cetok. Penyetelan besi tulangan harus diperhitungkan dengan tebal selimut beton terhadap ukuran yang ditentukan. 7.3.3.3. Pengecoran beton a) Sebelum pengecoran dilaksanakan, bekisting harus dicek terhadap kelurusan, baik arah vertikal maupun horisontal. b) Untuk memadatkan spesi beton waktu pengecoran menggunakan pukulan palu/cetok pada begisting atau dirojok/ditusuk dengan besi. c) Pengadukan harus rata dan sama kentalnya setiap kali membuat adukan, untuk bagian yang mengeras tidak boleh dipakai. d) Pembongkaran bekisting baru diperbolehkan setelah beton mengalami periode pengerasan sesuai dengan SNI 03-2847-2002/seijin Direksi Teknik. e) Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini, harus dibongkar dan diperbaiki atas biaya pemborong. f) Sebelum pengecoran dilakukan, sisi dalam papan bekisting harus bebas dari segala macam kotoran dan harus tersiram dengan air sampai merata. g) Adukan beton sloof, dan jembatan dengan campuran K 225 h) Adukan beton rabat dengan Camp K 100. 7.3.3.4. Perawatan Beton a) Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui Direksi. b) Segera setelah beton di cor, maka permukaan yang tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap kelembabannya dengan cara ditutup dengan bahan pelindung dan terhindar dari panas dan hujan. 7.3.3.5. Pengujian Beton a) Secara umum, semua pengujian beton harus sesuai dengan peraturan SNI 03-2847-2002. b) Pengujian beton harus dibuat pada masingmasing jenis pekerjaan pada setiap 5 m3

pengecoran beton kecuali ditentukan lain oleh Direksi. c) Untuk satu pengujian beton dibutuhkan empat buah benda uji silinder. d) Hasil pengujian merupakan rata-rata dan harus sama dengan atau lebih besar dari kekuatan karakteristik f ' c = 19,3 MPa (untuk beton K- 225. e) Bila diperlukan dapat ditambahkan dengan satu benda uji lagi yang ditinggalkan di lapangan, dibiarkan mengalami proses perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya. 7.3.3.6. Pemasangan Lapisan Batu Kali/ Batu Belah a) Suatu landasan dari adukan semen minimal setebal 3 cm harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras. b) Batu harus ditanam dengan kuat diatas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat diantara satu batu dengan lainnya harus diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan. c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus segera diselesaikan setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku. d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan Beton diatas. e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan rata dengan pasangan batu dan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancer dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar dan tidak menimbulkan sedimentasi pada dasar saluran. 7.4. Pekerjaan Plesteran 7.4.1. Lingkup Pekerjaan 7.4.1.1. Pekerjaan Plesteran dan acian a) Plesteran batu kali dengan campuran 1 Pc : 2 Psr. Dilaksanakan pada semua pasangan batu kali. c) Acian dengan mengunakan air Pc, dilaksanakan pada semua bidang plesteran. 7.4.2. Bahan-Bahan

7.4.2.1. Semen Potland Cemen potland/potland semen (PC) mengunakan semen type 1 dan mendapat persetujuan dari direksi. 7.4.2.2. Pasir Pasang Pasir pasang, berbutir lembut, tajam, warna putih, boleh mengandung lumpur yang berasal dari pasir yang sejenis tapi tidak boleh melebihi 10 % dari berat kering. 7.4.3. Syarat-syarat Pelaksanaan 7.4.3.1. Plesteran a. Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibersihkan, dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dulu sampai rata serta dinding yang telah diplester harus selalu dijaga kelembabannya. b. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pengeringan plesteran terlalu cepat yang berakibat timbul retakretak. c. Plesteran dikerjakan dengan tebal minimal 15 s/d 20 mm. d. Setelah plesteran kering dijamin tidak akan retakretak kemudian dihaluskan dengan acian Pc. e. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, merupakan suatu bidang tegak lurus dan siku. f. Plesteran dan acian yang telah selesai harus bebas dari retak-retak/noda-noda dan cacat lainnya. 8. Pekerjaan lain-lain 8.1 Lingkup Pekerjaan adalah Administrasi / dokumentasi, biaya keamanan / jaga malam, obat-obatan / P3K, papan nama kegiatan dan direksi keet lengkap. Penjelasan masing-masing lingkup pekerjaan ini telah dijabarkan pada masing-masing pasal diatas, kecuali : Administrasi / dokumentasi dimaksudkan kegiatan kontraktor untuk membuat segala administrasi Kegiatan, yaitu membuat buku harian, mingguan, bulanan dan as built drawing, foto-foto Kegiatan dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kelancaran pekerjaan. Obat-obatan / P3K minimum disediakan dilapangan untuk keperluan 20 orang pekerja. 8.2 Kontraktor diwajibkan membuat foto kemajuan pekerjaan dari 0 % - 100 % yang dapat dilihat dari semua arah bangunan. Pengulangan foto harus dilakukan pada sisi yang sama

9. Penutup 9.1 Bila pekerjaan selesai dan akan diserahkan sebagai penyerahan terakhir maka seluruh pekerjaan harus bersih dari semak-semak atau timbunan. 9.2 Meskipun dalam bestek, dan gambar bestek ini pada uraian pekerjaan serta uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh kontraktor atau yang harus dipasang oleh kontraktor, tetapi tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan ini, maka perkataan tersebut diatas dianggap ada dan dimuat dalam bestek ini. Pekerjaan yang nyatanyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan dan tercantum dalam RAB, tetapi tidak diuraikan dan dimuat dalam bestek, sehingga harus diselenggarakan dan diselesaikan oleh kontraktor demi untuk menuju penyerahan / penyelesaian yang lengkap serta sempurna menurut pertimbangan pertimbangan dari Direksi/Pengawas. Pulang Pisau,.. 2015