BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa yang bersangkutan. Beranjak dari sinilah nantinya dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Amellya Nisfiatin Barroroh, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

2014 PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KEADAAN EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber

siswa, berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta pengelolaan atau manajemen sekolah. Di dalam faktor kurikulum yang mempengaruhi prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan suatu tujuan pendidikan sebagaimana yang telah tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan tanpa manusia, organisasi tidak akan berfungsi. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita nasional bangsa yang bersangkutan. Pendididikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, maupun keluarga. Untuk itu dapat di peroleh bagi seluruh warga Negara tanpa terkecuali, baik warga yang tinggal di kota maupun di desa, semuanya berhak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tidak seorang pun manusia dapat hidup sempurna tanpa melalui pendidikan. Melalui pendidikan potensi manusia dapat berkembang guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Bahkan maju mundurnya suatu bangsa di tentukan oleh pendidikan masyarakatnya. Pendidikan dapat diartikan secara umum yaitu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui suatu bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik menuju kearah tercapainya kepribadian yang dewasa. Proses pendidikan tersebut di peroleh dari pendidikan formal maupun non formal. Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Pasal 13 ayat 1 bahwa pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat 1

2 dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi pengembangan sumber daya manusia sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrument yang digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia yang keterbelakanngan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat di peroleh manusia produktif. Sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia pertengahan tahun 1997, sebenarnya telah diproyeksisikan bahwa sekitar 35 juta anak usia 7-15 tahun sudah bisa bersekolah di jenjang SD atau SLTP. Tetapi, akibat inflasi, gelombang PHK, kenaikan harga barang kebutuhan pokok, dan tekanan kemiskinan pasca kenaikan harga BBM, rentan terjadi keluarga miskin yang ada terpaksa mengorbankan kelangsungan pendidikan anak-anaknya dan lebih memiliki mengeluarkan atau tidak meneruskan sekolah anaknya, baik untuk sementara waktu maupun seterusnya (Suyanto,2013). Dalam rangka memperluas pengetahuan, pendidikan dan keterampilan perlu diperhatikan kesempatan bagi anak bertempat tinggal di desa terpencil, berasal dari keluarga kurang mampu atau menyandang cacat. Dalam bidang pendidikan pemerintahan membuat kebijaksanaan yaitu membuat UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu ; Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

3 beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan, meningkatkan kemampuan seseorang dalam segala bidang melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pendidikan juga kebutuhan yang penting bagi manusia. Tidak seorang pun manusia yang dapat hidup secara sempurna tanpa melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan potensi manusia dapat berkembang guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan di peroleh seseorang dari keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan untuk mendewasakan peserta sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana di rumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan merupakan fenomena pendidikan manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat kontruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita di tuntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggung jawaban terhadap perbuatan yang di lakukan, yaitu mendidik dan di didik. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal maupun salah satu lembaga pendidkan yang sangat potensial dalam mensejahterakan hidup manusia. Di sekolah seseorang banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Hal ini di sebabkan tujuan pendidikan di sekolah di rancang agar peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik untuk dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, atau setelah tamat dari pendidikan

4 sekolah anak akan memperoleh pekerjaan yang layak dari ilmu yang di pelajarinya. Secara hirarki tujuan pendidikan itu dapat di urutkan sebagai berikut: 1) Tujuan pendidikan 2) Tujuan institusional 3) Tujuan Kurikuler 4) Tujuan Instruktur Umum dan 5) Tujuan Instruksional Khusus Arikunto (dalam Suriawati, 2012: 3). Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, kualitas mengajar guru dan kualitas belajar siswa harus di tingkatkan melalui pendayagunaan sumber daya pendidikan berupa tenaga, dana, sarana dan prasarana baik oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, baik sendiri maupun bersama. Pendidikan di butuhkan untuk mencetak manusia yang cerdas, kreatif, mandiri sebagai sendi dalam pembangunan negara. Jika suatu negara ingin maju maka sumber daya manusia harus di tingkatkan. Untuk itu semua anak harus dapat mengenyam dunia pendidikan. Namun itu tidak sesuai dengan keadaan di Indonesia ini. Masalah utama pendidikan di Indonesia, masih rendahnya persentase siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi khususnya dari SMP ke SMA. Lulusan SD yang melanjutkan ke SMP baru sekitar 80 persen, sisanya sekitar 20 persen atau 15 ribu orang tidak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi atau putus sekolah. Anak-anak lulusan SMP yang tidak melanjutkan ke SMA/SMK mencapai 40 persen. Andaikan jumlahnya sama dengan lulusan SD, berarti kurang lebih dari 30 ribu orang. Belum lagi angka lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke PT mencapai 60-70 persen, Harti (dalam Suriawati, 2012:4)

5 Kartono (dalam Lubis, 2003) Putus sekolah bukan merupakan masalah baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ada beberapa yang memengaruhi anak tidak dapat menikmati pendidikan sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah faktor eksternal yaitu motivasi orangtua yang rendah, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dan faktor internal yaitu minat anak yang rendah, motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kurang, dan intelektual anak. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2011, rata-rata nasional angka putus sekolah untuk kelompok umur 7-12 tahun (jenjang SD) adalah 0,67 persen. Untuk kelompok umur 13-15 tahun (jenjang SMP) adalah 2,21 persen, dan kelompok umur 16-18 tahun (jenjang SMA) adalah 3,14 persen. Dari segi angkanya, secara nasional terdapat 182.773 siswa SD yang putus sekolah alias tidak sampai tamat. Untuk tingkat SMP, terdapat 209.976 siswa yang putus sekolah, dan 223.676 siswa tingkat SMA yang drop out (DO). Jika dilihat berdasarkan daerah, maka kelompok 5 besar angka putus sekolah tertinggi untuk tingkat SD adalah provinsi Sulawesi Barat (2,37%), Kepulauan Bangka Belitung (1,88 %) dan Papua Barat (1,56%), Papua (1,36%) dan Sulawesi Tenggara (1,32%). Sementara itu, provinsi DIY (0%), Kaltim (0,34%), Aceh (0,38%), Jatim (0,39%) dan Bali (0,39%) menempati 5 besar provinsi terendah angka putus sekolah untuk tingkat SD. Dalam hal ini, provinsi yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, mencatatakan diri sebagai provinsi bebas anak SD putus sekolah.

6 Berdasarkan data Pemerintah Kota Medan tahun 2011, Penduduk yang berusia 7 12 tahun di Kota Medan selama tahun 2010 sebesar 248,071 orang, sedangkan siswa yang bersekolah pada usia tersebut atau jenjang SD/MI/Paket A sebanyak 236.567 orang. Dengan demikian tingkat Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A di Kota Medan sebesar 95,36%. Persentase ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 1,50%. Penduduk yang berusia 13-15 tahun di Kota Medan selama tahun 2010 sebesar 117.769 orang, sedangkan siswa yang bersekolah pada usia tersebut atau jenjang SMP/MTs?Paket B sebanyak 93.131 orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja Angka Partisipasi Murni ( APM ) SMP/MTs/Paket B di Kota Medan sebesar 79,08%. Persentase ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 0,20%. Penduduk yang berusia 16-18 tahun di Kota Medan selama tahun 2010 sebesar 140.282 orang, sedangkan siswa yang bersekolah pada usia tersebut atau jenjang SMA/MA/Paket C sebanyak 93.626 orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/Paket C di Kota Medan sebesar 66,74%. Persentase ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 0,43%. Angka putus sekolah merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan. Penyebab putus sekolah, antara lain kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan sebagai investasi masa depannya, keadaan ekonomi yang miskin, dan keadaan geografis yang kurang mendukung.

7 Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah karena: faktor eksternal adalah keadaan sosial ekonomi orang tua yang rendah, pendidikan orang tua, persepsi orang tua terhadap pendidikan, terjadinya pernikahan dini atau cultural patriarkihis, serta lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Faktor internal adalah minat anak untuk sekolah, motivasi anak untuk melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi serta intelegensi anak yang kurang dalam mengikuti pelajaran. Data Jumlah penduduk yang ada di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X Kota Medan adalah 450 KK. Data anak sekolah yang masih duduk dibangku sekolah SD adalah 45 orang, SMP adalah 25 orang, SMA/Sederajat adalah12 orang. Data anak putus sekolah SD adalah 9 orang, SMP adalah 16 orang, SMA/Sederajat adalah 10 orang. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa jumlah anak putus sekolah di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X Kota Medan masih cukup tinggi, terutama di tingkat SMP masih sangat tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian tentang Faktor-faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Tingkat SMP di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X Kota Medan. 1.1. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di identifikasi bahwa faktor-faktor penyebab anak putus sekolah adalah karena : 1. Keadaan sosial ekonomi orangtua yang rendah 2. Pendidikan Orang Tua

8 3. Persepsi Orang Tua 4. Lingkungan masyarakat (teman sebaya) yang kurang mendukung 5. Minat anak untuk sekolah rendah 1.3. Batasan Masalah Setelah memaparkan permasalahannya, agar tidak terjadi pembahasan yang meluas maka penulis membatasi masalah pada faktor-faktor penyebab anak putus sekolah Tingkat SMP di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X Kota Medan. 1.4. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja penyebab anak putus sekolah tingkat SMP di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tanggok Bongkar X Kota Medan? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab anak putus sekolah tingkat SMP di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X Kota Medan. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan lebih lanjut mengenai penelitian tentang faktor-faktor anak putus sekolah.

9 1.6.2 Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk memiliki alternatif pendidikan yang memungkinkan anak putus sekolah dapat kembali belajar di samping mereka mencari nafkah. b. Sebagai bahan masukan bagi orangtua khususnya masyarakat di Lingkungan XV Tegal Sari Mandala II Tangguk Bongkar X tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak mereka. c. Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan penelitian yang akan datang, memberi informasi, saran minimal mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya anak putus sekolah. d. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang masalah yang diteliti dan sebagai acuan pada peneliti yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.