BAB I PENDAHULUAN. rendahnya prestasi belajar tersebut berkaitan dengan beberapa faktor. Banyak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan. hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

OLEH: Keswati NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. pembelajaran menuntut seorang guru melakukan inovasi-inovasi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RAHYANTI YUDIATI, S.Pd.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan di paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas

*

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas SDM harus dimiliki. Kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas X 1 SMA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. materi maupun kegunaannya. Dalam dunia pendidikan matematika sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Penerapan Metode Teknik Tugas Individual Dalam Pembelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres 2 Ampibabo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rangka mencapai tujuan yang diharapkan untuk membelajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan-tantangan yang. mengharuskannya mampu melahirkan individu-individu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. Memecahkan masalah merupakan pekerjaan rutin manusia, sebab. dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan pada masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar yang dialami siswa. ditandai dengan adanya perubahan seperti di atas.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di SMP N 1 Ngemplak Boyolali masih

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 8 ISSN X. Budianti, Vanny Maria, dan Ratman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional dalam era globalisasi ini, menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Pasal 20 Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar mencoret-coret buku, bahkan ada yang selalu memandang keluar pintur.

Linda Ratnaningtyas D.W. 34

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

OPTIMALISASI PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 11 MATARAM

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran guru yang sesungguhnya adalah membuat siswa mau dan tahu

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Standar isi mata pelajaran matematika untuk satuan Dikdasmen

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa memang sangat beragam. Ada yang mendapat prestasi baik, cukup bahkan ada pula yang sangat kurang. Tinggi rendahnya prestasi belajar tersebut berkaitan dengan beberapa faktor. Banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar. Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu dengan lainnya sehingga menghasilkan keluaran tertentu yang berbentuk prestasi belajar. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut antara lain, faktor dari dalam seperti tingkat kecerdasan dan faktor dari luar seperti rajin masuk sekolah, kesungguhan mengikuti pelajaran, lamanya belajar serta dukungan orang tua. Masalah rendahnya minat belajar telah lama menjadi bahan pemikiran dan perhatian guru. Pada umumnya siswa memperlihatkan sikap kurang bergairah dan kurang bersemangat serta kurang siap dalam mengikuti pelajaran sehingga suasana kurang aktif, interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain sangat kurang, siswa cenderung pasif dan hanya menerima saja apa yang diberikan guru. Kemungkinan rendahnya minat belajar siswa tersebut disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya masih membudayanya belajar hafalan yang akan dilakukan siswa bila menjelang diadakan ulangan atau ujian. Siswa belum mampu belajar bermakna, dimana konsep-konsep baru dapat dihubungkan

2 dengan konsep-konsep yang sudah ada atau sudah dimiliki sehingga siswa tahu keterkaitan antar konsep, salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut dengan pemilihan variasi model belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang bermakna. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran yang menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai. Untuk memenuhi hal tersebut guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar karena siswa merupakan subyek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep matematika

3 sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam mengerjakan soal yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa baik dalam ulangan harian, ulangan semester maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas secara kontinu berupa latihan soal. Kondisi nyata dalam pelaksanaan latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada. Minat dan motivasi siswa yang sangat rendah, kinerja guru yang rendah serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran serta mengupayakan siswa untuk mempunyai hubungan yang erat dengan guru, dengan teman yang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih

4 mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. Permasalahan yang terjadi di kelas kelas X.H SMAN 3 Ponorogo Tahun Pelajaran 2013 / 2014 menurut pengamatan penulis khususnya pada pembelajaran matematika adalah siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran, siswa kurang antusias mengikuti pelajaran, siswa kurang aktif dalam belajar, siswa sering tidak membuat pekerjaan rumah dan kurangnya kesadaran bahwa pelajaran tersebut sangat penting. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : guru, siswa, model dan sekolah. Dalam menyampaikan materi guru seolah-olah kurang siap, guru hanya menggunakan model ceramah saja sehingga proses belajar mengajar monoton tidak ada variasi sama sekali, kurangnya kemauan guru untuk menerapkankan model yang telah diperolehnya dalam berbagai pelatihan yang telah diikuti, guru kurang berinteraksi dengan siswa, kurang adanya reward bagi siswa yang aktif, guru hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja, guru tidak menghubungkan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.. Dari sekolah sendiri masih kurang tersedianya sumber-sumber belajar yang mendukung, fasilat-fasilitas belajar, kurangnya motivasi kerja dari sekolah pada guru yang bersangkutan dan kurang kedisiplinan dalam melaksanakan tata tertib. Karena motivasi belajar kurang maka mempengaruhi hasil ulangan siswa pada mata pelajaran matematika, terbukti dari dokumentasi yang

5 peneliti peroleh dari daftar hasil ulangan nilai rata-rata kelas hanya 55 padahal nilai ketuntasan klasikal tercapai apabila 85% dari jumlah siswa mendapat nilai diatas 65. Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun model yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization dirancang untuk menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki oleh siswa. Siswa dikelompokkan ke dalam empat atau lima orang secara heterogen. Setiap siswa mengerjakan unit-unit program matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing. Anggota tim bekerja secara berpasangan, saling bertukar lembar jawaban dan memeriksa pekerjaan temannya. Jika seorang siswa berhasil mencapai atau melampaui skor 80, dia mengikuti final tes.

6 Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA POKOK BAHASAN SISTIM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI KELAS X.H SMA NEGERI 3 PONOROGO TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa. 2. Pengelolaan pembelajaran kurang baik 3. Model pembelajaran yang diterapkan guru kurang tepat. 4. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat kurang. 5. Ketuntasan belajar siswa rendah C. Rumusan Masalah Sedangkan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran matematika dengan model Kooperatif Team Assisted Individualization dapat meningkatkan prestasi belajar siswa? 2. Apakah pengelolaan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization dapat dilaksanakan dengan kategori baik? 3. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization?

7 4. Bagaimana aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model Kooperatif Team Assisted Individualization D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization pada siswa kelas X.H SMAN 3 Ponorogo Tahun Pelajaran 2013 / 2014. 2. Ingin mengetahui dengan pembelajaran berdasarkan model Kooperatif Team Assisted Individualization dapat dilaksanakan dengan kategori baik? 3. Ingin mengetahui respon siswa dalam kegiatan pembelajaran setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization pada siswa kelas X.H SMAN 3 Ponorogo Tahun Pelajaran 2013 / 2014. 4. Ingin mengetahui aktifitas belajar siswa dengan menggunakan model Kooperatif Team Assisted Individualization E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1. Sekolah sebagai penentu kebijakan yang secara langsung akan dapat mengaplikasikan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran serta sebagai masukan atau acuan bagi penelitian yang lebih lanjut.

8 2. Guru sebagai bahan pertimbangan untuk lebih berkreasi dalam menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat memberikan manfaat bagi siswa, memberi dorongan untuk lebih giat membuat rencana pembelajaran sehingga siswa senang dan lebih berminat belajar, sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan keberhasilan dalam mengajar. 3. Siswa dapat meningkatkan prestasi dalam proses pembelajaran dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut : 1. Prestasi belajar adalah : Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. 2. Model pembelajaran kooperatif adalah : Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompokkelompok untuk menetapkan tujuan bersama. 3. Model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization adalah : Model yang dirancang untuk menggabungkan insentif motivasional dari penghargaan kelompok dengan program pembelajaran individual yang cocok dengan tingkatan yang dimiliki oleh siswa.