Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Nomor : P.06/VI-SET/2005 Tanggal : 3 Agustus 2005

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran : I Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : 52/KPTS/VI-PHP/2003 Tanggal : 28 Oktober 2003

Lampiran : II Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : 52/KPTS/VI-PHP/2003 Tanggal : 28 Oktober 2003

Kabupaten :. Kelompok Hutan :.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.01/VI-BPHA/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2010

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 731/KPTS-II/1998 TENTANG TATA CARA PELELANGAN HAK PENGUSAHAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

this file is downloaded from

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN ALAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMAT PROPOSAL TEKNIS PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) PADA HUTAN TANAMAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.26/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.31/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : SK.04/VI-BRPHP/2004 Tanggal : 30 Januari 2004

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 53/Menhut-II/2009 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN ALAT UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA

RENCANA KERJA USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN DAN/ATAU PENYIMPANAN KARBON PADA HUTAN PRODUKSI

R E P U B L I K I N D O N E S I A D E P A R T E M E N K E H U T A N A N J A K A R T A. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : SK.246/VI-BPHA/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.159/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 63/Menhut-II/2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

~ 2 ~ C:\Documents and Settings\BAHAN WEB\Per-UU\NSPK hilang Agustus1.rtf

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.9/Menlhk-II/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN, PERLUASAN AREAL KERJA DAN

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TANAH DATAR PROPINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN. NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

Pengantar Umum PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN IUPHHK-RE Berdasarkan P.32/Menhut-II/2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.100, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan. Prosedur. Hutam Produksi.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

J A K A R T A. Membaca : Surat Direktur Utama PT. Jati Dharma Indah Plywood Industries :

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA OPERASI (KSO) PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR : 900/Kpts-II/1999 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 65/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD BIAYA PRODUKSI PEMANFAATAN KAYU PADA IZIN PEMANFAATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 47/Menhut-II/2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.14/Menlhk-II/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 3/Menhut-II/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2006 TENTANG INVENTARISASI HUTAN PRODUKSI TINGKAT UNIT PENGELOLAAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN NOMOR : P.01 / VI-SET / 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.34/MENHUT-II/2009 TENTANG

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.8/Menhut-II/2014

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.24/MENHUT-II/2011

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Nomor : P.06/VI-SET/2005 Tanggal : 3 Agustus 2005 PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN PENAWARAN DALAM PELELANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU (IUPHHK) DENGAN KEGIATAN RESTORASI EKOSISTEM DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI I. LATAR BELAKANG Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan bahwa IUPHHK pada hutan alam atau IUPHHK pada hutan tanaman diberikan melalui penawaran dalam pelelangan. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor SK.159/Kpts- II/2004 tentang Restorasi Ekosistem Di Kawasan Hutan Produksi diatur bahwa pelaksanaan kegiatan restorasi ekosistem dilakukan melalui mekanisme dan prosedur pemberian IUPHHK pada hutan alam. Tata cara pelaksanaan pemberian izin melalui penawaran dalam pelelangan, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut- II/2004 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam Melalui Penawaran Dalam Pelelangan. II. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN Maksud diterbitkannya petunjuk teknis ini adalah agar proses penilaian peserta yang mengajukan penawar dalam pelelangan dapat dilakukan secara obyektif dan sistematis. Adapun tujuan disusunnya petunjuk teknis ini adalah untuk : 1. Dapat dijadikan alat/instrumen untuk membentuk pengertian dan pemahaman yang sama diantara anggota panitia pelelangan dalam menjalankan tugasnya. 2. Sebagai pedoman bagi panitia pelelangan untuk memberikan penilaian terhadap penawaran terbaik dalam pelelangan IUPHHK dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi. Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan penilaian adalah terpilihnya penawar terbaik dalam pelelangan IUPHHK dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi berdasarkan persyaratan dan tata cara yang dipersyaratkan. III. PELAKSANAAN PENILAIAN 1. Panitia Pelaksana Penilaian Penilaian penawaran dalam pelelangan IUPHHK dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi dilaksanakan oleh Panitia Pelaksana Penawaran sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 281/Kpts-II/2003 tanggal 15 Agustus 2003 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Penawaran Dan Tim Persiapan Penawaran Dalam Pelelangan IUPHHK Pada Hutan Alam. 2. Calon

-2-2. Calon Peserta Pelelangan Calon peserta penawaran dalam pelelangan IUPHHK dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi adalah yang sesuai dengan persyaratan sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2004 tanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam Melalui Penawaran Dalam Pelelangan. 3. Cara Penilaian a. Tahapan Penilaian Penilaian Penawaran dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu : 1) Tahap pertama berupa seleksi persyaratan administratif berdasarkan kelengkapan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2004. Apabila salah satu persyaratan tidak terpenuhi, maka penawar dinyatakan gugur. 2) Tahap kedua adalah penilaian atas hasil tahap pertama dengan sistem nilai/scoring untuk menentukan maksimal 3 (tiga) terbaik dari penawar yang lulus dalam penilaian tahap pertama. 3) Tahap ketiga dilakukan uji kelayakan terhadap hasil penilaian tahap kedua untuk kemudian diusulkan oleh Ketua Panitia Lelang kepada Menteri Kehutanan, yang meliputi : a) Visi dan misi yang jelas dalam pemanfaatan hutan lestari b) Kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan c) Catatan prestasi, pengalaman dan pengetahuan dalam pemanfaatan hutan lestari; dan d) Memiliki Sumberdaya manusia yang cukup dan berkualitas di bidang kehutanan. b. Obyek Penilaian Penilaian dilakukan pada calon penawar yang telah mengikuti aanwijzing dan memasukkan penawaran sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut- II/2004, disertai dengan bukti minimal sebagai berikut : 1). Administrasi Bukti Minimal a) Copy KTP untuk perorangan. b) Copy Akte pendirian koperasi/ Badan Usaha yang berbentuk PT, CV atau Firma beserta perubahan-perubahannya. - Bergerak di bidang konservasi sumber daya alam hayati - Surat Izin Usaha dari instansi yang berwenang Copy yang dilegalisir oleh pejabat yang menerbitkan. Copy Akte yang dilegalisir oleh pejabat yang menerbit-kan. c) Nomor

-3- c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). d) Tidak dalam kondisi pailit Copy yang dilegalisir oleh pejabat yang menerbitkan. Copy surat dari pejabat yang menerbitkan e) Referensi Bank, yang menyatakan perusahaan mem-punyai dana cukup tersedia dalam jumlah sesuai dengan investasi yang dibutuhkan f) Berdomisili dan bersedia membuka kantor cabang di Propinsi dan atau Kabupaten. Bukti Asli Surat Keterangan Domisili dan Surat Pernyataan Bersedia membuka cabang. 2). Proposal Teknis Bukti Minimal A. Rencana Pemantapan Kawasan Restorasi yang meliputi : a. Penataan batas areal kerja; b. Identifikasi lapangan, potensi hutan, dan florafauna pilihan (key species); c. Penataan areal kerja; dan d. Pengelolaan sarana prasarana. B. Ekosistem yang meliputi : a. Kawasan Hutan Produksi (kawasan hutan alam produksi yang masih produktif, kawasan hutan alam produksi yang kurang produktif, kawasan hutan alam produksi yang tidak produktif); b. Rencana Habitat Flora dan Fauna Pilihan; c. Perlindungan Hutan; d. Monitoring/Evaluasi Restorasi Ekosistem; e. Rencana Pemanfaatan Pasca Restorasi. C. Rencana Pengembangan Ekonomi yang meliputi : (1) Pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan selama masa restorasi dan pasca restorasi; (2) Kesempatan Kerja; Pengembangan Kemitraan dan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan; Proposal Proposal Proposal (3) Kelembagaan

-4- (3) Kelembagaan Masyarakat; (4) Rencana Pembiayaan dan Investasi (5) Analisa ekonomi dan keuangan yang terdiri dari : (6)1. Biaya Kegiatan; (6)2. Sumber permodalan; (6)3. Proyeksi arus kas; (6)4. Proyeksi laba-rugi; (6)5. Analisis kelayakan ekonomis dan finansial; (6)6. Analisis kepekaan proyek; dan (6)7. Kontribusi terhadap pendapatan Pusat dan Daerah c. Bobot Bobot masing-masing kriteria persyaratan teknis adalah sebagai berikut: No Kriteria Tekhnis Bobot Penilaian (%) 1. A. Rencana Pemantapan Kawasan Restorasi yang meliputi : a. Penataan batas areal kerja; b. Identifikasi lapangan, potensi hutan, dan flora-fauna pilihan (key species); d. Penataan areal kerja; dan e. Pengelolaan sarana dan prasarana. 30 2. B. Ekosistem yang meliputi : a. Kawasan Hutan Produksi (kawasan hutan alam produksi yang masih produktif, kawasan hutan alam produksi yang kurang produktif, kawasan hutan alam produksi yang tidak produktif); b. Habitat Flora dan Fauna Pilihan; c. Perlindungan Hutan; d. Monitoring/Evaluasi Restorasi Ekosistem. e. Rencana Pemanfaatan Pasca Restorasi; 40 3. C. Rencana pengembangan ekonomi yang meliputi : a. Pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan selama masa restorasi dan pasca restorasi; b. Kesempatan kerja; c. Pengembangan kemitraan dan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH); d. Kelembagaan Masyarakat; 30 e. Rencana

-5- e. Rencana Pembiayaan dan Investasi; f. Analisa Ekonomi dan Keuangan yang terdiri dari : f.1) Biaya kegiatan; f.2) Sumber permodalan; f.3) Proyeksi arus kas; f.4) Proyeksi laba-rugi; f.5) Analisis kelayakan ekonomi dan finansial; f.6) Analisis kepekaan proyek; dan f.7) Kontribusi terhadap pendapatan Pusat dan Daerah. Total Bobot 100 d. Scoring/Penilaian Kriteria penilaian aspek teknis dijabarkan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut : BOBOT KRITERIA (%) BOBOT INDIKATOR (%) TOLOK UKUR NILAI Skala Intensitas 2 3 4 5 6 NILAI Ttb A. Rencana Pemantapan Kawasan Restorasi yang meliputi : a. Penataan batas areal kerja; b. Identifikasi lapangan, potensi hutan, dan florafauna pilihan (key species); c. Penataan areal kerja; dan d. Pengelolaan sarana prasarana. ( 30 ) Adanya penjelasan Rencana Pemantapan Kawasan Restorasi secara rinci. Rencana pemantapan kawasan restorasi ekosistem disajikan baik sekali, bila secara sistematis memuat : Gambaran lengkap lapangan berdasarkan fungsi hutan dan pengakuan pihak-pihak lain terhadap proses dan hasil penataan batas areal kerja; Identifikasi lengkap tentang potensi tegakan di tiap kelas penutupan hutan, kondisi flora-fauna pilihan dan habitatnya; Rencana lengkap penataan areal kerja berupa pembagian blok/petak restorasi ekosistem berdasarkan kondisi bio-fisik kawasan; Rencana lengkap pemeliharaan, pengendalian, pengamanan, dan pembangunan sarana prasarana di dalam areal kerja agar tujuan restorasi tercapai. 9,0 Rencana pemantapan Kawasan restorasi ekosistem disajikan baik, bila: Deskripsi cukup lengkap dalam identifikasi lapangan, potensi hutan, dan florafauna pilihan; Rencana penataan areal kerja cukup lengkap mencerminkan tujuan restorasi tapi kurang terpadu; Rencana cukup lengkap dalam pengelolaan sarana prasarana mendukung aktivitas restorasi. 8,0 Rencana

-6- Rencana pemantapan kawasan restorasi ekosistem disajikan sedang, bila memuat : Deskripsi minim dalam identifikasi lapangan, potensi hutan, dan florafauna pilihan; Penataan areal kerja kurang mencerminkan tujuan restorasi; Rencana pengelolaan sarana prasarana sangat kurang mendukung aktivitas restorasi. 7,0 Rencana pemantapan kawasan restorasi ekosistem disajikan cukup, bila memuat : Hanya ada mekanisme atau target saja dalam penataan batas areal kerja dan kurang jelas; Deskripsi sangat minim dalam identifikasi lapangan, potensi hutan, dan florafauna pilihan; Rencana penataan areal kerja sangat kurang mencerminkan tujuan restorasi; Rencana pengelolaan sarana prasarana kurang mendukung aktivitas restorasi. 6,0 Rencana pemantapan kawasan restorasi ekosistem disajikan kurang, bila memuat : Hanya ada mekanisme atau target saja dalam penataan batas areal kerja dan kurang baik; Deskripsi tidak baik dalam menyajikan hasil identifikasi lapangan, potensi hutan, dan flora-fauna pilihan; Penataan areal kerja tidak mencerminkan tujuan restorasi; Pengelolaan sarana prasarana tidak mendukung aktivitas restorasi. < 6,0 B. Ekosistem yang meliputi : a. Rencana Teknis Restorasi Kawasan Hutan Produksi (kawasan hutan alam produksi yang masih produktif, kawasan hutan alam produksi yang kurang produktif, kawasan hutan alam produksi yang tidak produktif); Adanya penjelasan Rencana Teknis Restorasi Ekosistem secara rinci. Ekosistem disajikan baik sekali, bila secara sistematis memuat : Adanya uraian rencana lengkap, jelas, dan terpadu dari rencana kegiatan teknis restorasi di tiap kelas hutan alam produksi (pengamanan hutan, pengayaan, penanaman, PUP, Inventarisasi menyeluruh, pemanfaatan hasil hutan) dengan sasaran spesifik dalam rangka restorasi ekosistem; 9,0 Terpadunya

b. Rencana Teknis Restorasi Habitat Flora dan Fauna Penting; c. Perlindungan Hutan; d. Monitoring/Evaluasi Restorasi Ekosistem; e. Rencana Pemanfaatan Pasca Restorasi; ( 40 ) -7- Terpadunya rencana pemulihan dan pengelolaan habitat penting flora-fauna pilihan di dalam wilayahwilayah prioritas kerja; Adanya rencana perlindungan hutan yang terpadu dan menyeluruh (perlindungan dari bahaya kebakaran, hama penyakit, perambahan hutan, illegal logging, dan perburuan liar); Adanya rencana sangat lengkap sesuai tujuan restorasi dalam rangka monitoring/evaluasi berkala terhadap capaian kegiatan restorasi (pertumbuhan tegakan, kelimpahan flora/fauna, indikator restorasi lainnya); Adanya gambaran sangat lengkap visi perusahaan dalam pemanfaatan pasca restorasi yang sangat menjamin pemulihan ekosistem, yang meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan. Ekosistem disajikan baik, bila secara sistematis memuat : Adanya uraian lengkap, jelas, tapi kurang terpadu dari rencana kegiatan teknis restorasi di tiap kelas hutan alam produksi (pengamanan hutan, pengayaan, penanaman, PUP, Inventarisasi menyeluruh, pemanfaatan hasil hutan) dengan sasaran spesifik dalam rangka restorasi ekosistem; Cukup terpadunya rencana pemulihan dan pengelolaan habitat penting flora-fauna prioritas di dalam wilayahwilayah prioritas kerja; Rencana perlindungan hutan kurang terpadu dan menyeluruh (perlindungan dari bahaya kebakaran, hama penyakit, perambahan hutan, illegal logging, dan perburuan liar); Adanya rencana cukup lengkap sesuai tujuan restorasi dalam rangka monitoring/ evaluasi berkala terhadap capaian kegiatan restorasi (pertumbuhan tegakan, kelimpahan flora/fauna, indikator restorasi lainnya); 8,0 Adanya

-8- Adanya gambaran cukup lengkap visi perusahaan dalam pemanfaatan pasca restorasi yang sangat menjamin pemulihan ekosistem, yang meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan. Ekosistem disajikan sedang, bila secara sistematis memuat : Uraian kurang lengkap, jelas, serta kurang terpadu dari rencana kegiatan teknis restorasi di tiap kelas hutan alam produksi (pengamanan hutan, pengayaan, penanaman, PUP, Inventarisasi menyeluruh, pemanfaatan hasil hutan) dengan sasaran spesifik dalam rangka restorasi ekosistem; Kurang terpadunya rencana pemulihan dan pengelolaan habitat penting flora-fauna prioritas di dalam wilayahwilayah prioritas kerja; Rencana perlindungan hutan kurang terpadu dan kurang menyeluruh (perlindungan dari bahaya kebakaran, hama penyakit, perambahan hutan, illegal logging, dan perburuan liar); Adanya rencana kurang lengkap dan kurang mencerminkan tujuan restorasi dalam rangka monitoring/evaluasi berkala terhadap capaian kegiatan restorasi (pertumbuhan tegakan, kelimpahan flora/fauna, indikator restorasi lainnya); Kurang adanya gambaran visi perusahaan dalam pemanfaatan pasca restorasi yang sangat menjamin pemulihan ekosistem, yang meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan. 7,0 Rencana

-9- Ekosistem disajikan sedang, bila secara sistematis memuat : Uraian kurang lengkap, jelas, dan tidak terpadu dari rencana kegiatan teknis restorasi di tiap kelas hutan alam produksi (pengamanan hutan, pengayaan, penanaman, PUP, Inventarisasi menyeluruh, pemanfaatan hasil hutan) dengan sasaran spesifik dalam rangka restorasi ekosistem; Kurang dan tidak terpadunya rencana pemulihan dan pengelolaan habitat penting flora-fauna prioritas di dalam wilayahwilayah prioritas kerja; Rencana perlindungan hutan sangat kurang terpadu dan tidak menyeluruh (perlindungan dari bahaya kebakaran, hama penyakit, perambahan hutan, illegal logging, dan perburuan liar); Sangat kurang lengkap rencana monitoring/ evaluasi berkala terhadap capaian kegiatan restorasi dan kurang mencerminkan tujuan restorasi (pertumbuhan tegakan, kelimpahan flora/fauna, indikator restorasi lainnya); Sangat kurang adanya gambaran visi perusahaan dalam pemanfaatan pasca restorasi yang sangat menjamin pemulihan ekosistem, yang meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan. Ekosistem disajikan sedang, bila secara sistematis memuat : Uraian sangat kurang lengkap, jelas, dan tidak terpadu dari rencana kegiatan teknis restorasi di tiap kelas hutan alam produksi (pengamanan hutan, pengayaan, penanaman, PUP, Inventarisasi menyeluruh, pemanfaatan hasil hutan) dengan sasaran spesifik dalam rangka restorasi ekosistem; Sangat kurang dan tidak terpadunya rencana pemulihan dan pengelolaan habitat penting flora-fauna prioritas di dalam wilayahwilayah prioritas kerja; 6,0 < 6,0 Rencana

C. Rencana pengembangan ekonomi yang meliputi : a. Pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan selama masa restorasi dan pasca restorasi; b. Kesempatan kerja; c. Pengembangan kemitraan dan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH); d. Kelembagaan Masyarakat; e. Rencana Pembiayaan dan Investasi; f. Analisa Ekonomi dan Keuangan yang terdiri dari : f.1) Biaya kegiatan; f.2) Sumber permodalan; f.3) Proyeksi arus kas; f.4) Proyeksi labarugi; f.5) Analisis kelayakan ekonomi dan finansial; f.6) Analisis kepekaan proyek; dan f.7) Kontribusi terhadap pendapatan Pusat dan Daerah. ( 30 ) -10- Adanya penjelasan tentang rencana pengembang an ekonomi Rencana perlindungan hutan tidak terpadu dan tidak menyeluruh (perlindungan dari bahaya kebakaran, hama penyakit, perambahan hutan, illegal logging, dan perburuan liar); Tidak lengkapnya rencana monitoring/ evaluasi berkala terhadap capaian kegiatan restorasi dan tidak mencerminkan tujuan restorasi (pertumbuhan tegakan, kelimpahan flora/fauna, indikator restorasi lainnya); Tidak adanya gambaran visi perusahaan dalam pemanfaatan pasca restorasi yang sangat menjamin pemulihan ekosistem, yang meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu, non kayu, dan jasa lingkungan. Ekosistem disajikan baik sekali, bila secara sistematis memuat : Adanya rencana pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan sesuai ketentuan berlaku dalam rangka keberlanjutan pembiayaan restorasi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat; Adanya rencana upaya pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar; Adanya rencana pengembangan kemitraan dan PMDH dengan para pihak (LSM, kelembagaan Desa, sektor swasta, instnasi pemerintah) yang mengarah pada pelibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem; Adanya rencana lengkap penguatan kapasitas (teknis dan administrasi) organisasi dan kelembagaan masyarakat; Adanya rencana pembiayaan dan investasi dengan sumbersumber pembiayaan yang jelas dan perkiraan dana yang memadai; Adanya analisa ekonomi dan keuangan yang jelas dan lengkap. 9,0 Rencana

-11- Ekosistem disajikan baik, bila secara sistematis memuat : Adanya rencana pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka keberlanjutan pembiayaan restorasi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat; Rencana yang cukup mengupayakan pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar; Rencana yang cukup dalam pengembangan kemitraan dan PMDH dengan para pihak (LSM, kelembagaan Desa, sektor swasta, instansi pemerintah) yang mengarah pada pelibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem; Cukup memiliki rencana penguatan kapasitas (teknis dan administrasi) organisasi dan kelembagaan masyarakat; Adanya rencana cukup menggambarkan pembiayaan dan investasi dengan sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan dana yang cukup memadai; Adanya analisa ekonomi dan keuangan yang cukup jelas dan cukup lengkap. Ekosistem disajikan sedang, bila secara sistematis memuat : Adanya rencana pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka keberlanjutan pembiayaan restorasi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat; Rencana yang kurang mengupayakan pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar; Rencana yang kurang baik dalam pengembangan kemitraan dan PMDH dengan para pihak (LSM, kelembagaan Desa, sektor swasta, instnasi pemerintah) yang mengarah pada pelibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem; Kurang memiliki rencana penguatan kapasitas (teknis dan administrasi) organisasi dan kelembagaan masyarakat; 8,0 7,0 Rencana...

-12- Rencana kurang menggambarkan pembiayaan dan investasi denga sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan dana yang kurang memadai; Analisa ekonomi dan keuangan kurang jelas dan kurang lengkap. Rencana yang sangat kurang mengupayakan pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar; Rencana yang sangat kurang baik dalam pengembangan kemitraan dan PMDH dengan para pihak (LSM, kelembagaan Desa, sektor swasta, instansi pemerintah) yang mengarah pada pelibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem; sangat kurang memiliki rencana penguatan kapasitas (teknis dan administrasi) organisasi dan kelembagaan masyarakat; Rencana sangat kurang menggambarkan pembiayaan dan investasi dengan sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan dana yang kurang memadai; Analisa ekonomi dan keuangan sangat kurang jelas dan lengkap. Ekosistem disajikan kurang, bila secara sistematis memuat : Rencana pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan dan jasa lingkungan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka keberlanjutan pembiayaan restorasi ekosistem dan kesejahteraan masyarakat; Rencana yang tidak mengupayakan pembukaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar; Rencana yang tidak baik dalam pengembangan kemitraan dan PMDH dengan para pihak (LSM, kelembagaan Desa, sektor swasta, instansi pemerintah) yang mengarah pada pelibatan masyarakat dalam restorasi ekosistem; Tidak memiliki rencana penguatan kapasitas (teknis dan administrasi) organisasi dan kelembagaan masyarakat; 6,0 < 6,0 Rencana

e. Prosedur Penilaian -13- Rencana yang tidak menggambarkan pembiayaan dan investasi dengan sumber-sumber pembiayaan dan perkiraan dana yang tidak memadai; Analisa ekonomi dan keuangan tidak jelas dan lengkap. Penilaian terhadap masing-masing penawar dilakukan dalam rapat Panitia Pelaksana Penawaran Dalam Pelelangan IUPHHK. Panitia memberikan nilai tertimbang dengan mengacu kepada standard nilai skala intensitas dan bobot yang tersedia. Sedangkan untuk uji kelayakan dilakukan dengan presentasi oleh penawar yang lulus pada tahap ke dua. Keputusan hasil penilaian dituangkan dalam Berita Acara Penilaian Penawaran yang ditandatangani oleh seluruh Panitia. f. Perhitungan Penilaian Perhitungan penilaian terhadap masing-masing penawar adalah : Nilai Tertimbang = Contoh : Nilai Skala Intensitas X Bobot Indikator Total Bobot PT.XXX memiliki tenaga sarjana kehutanan 5 orang. Maka pada kriteria memiliki tenaga profesional, indikator jumlah permanen staff, PT. XXX berada pada tolok ukur ada tenaga sarjana kehutanan tetap 4 5 orang dengan nilai skala intensitas 8,0. Sehingga nilai tertimbang PT. XXX = 8,0 X 40% = 3,2 100% Kriteria selanjutnya diberikan nilai dengan cara perhitungan yang sama Nilai total PT. XXX adalah penjumlahan dari nilai tertimbang semua kriteria teknis. Hasil penilaian selanjutnya disusun dalam daftar menurut urutan jumlah nilai yang diperoleh (ranking). Format Hasil Penilaian sebagai berikut : No. Nama Perusahaan No. Berkas Nilai Tertimbang 1. 2. 3. 4. PT. XXX PT. ZZZ PT. KKK Dst. IV. Penetapan

-14- IV. PENETAPAN PENAWAR TERBAIK Berdasarkan penilaian terhadap penawaran, Panitia Pelaksana Penawaran menyampaikan hasil penilaian kepada Menteri Kehutanan. Selanjutnya berdasarkan usulan Ketua Panitia, Menteri Kehutanan menetapkan Pemenang pelelangan IUPHHK dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi. V. PENUTUP Petunjuk Teknis Penilaian Penawaran Dalam Pelelangan ini sebagai pedoman bagi Tim Penilai dalam menjalankan tugas untuk menilai penawaran dalam pelelangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dengan kegiatan restorasi ekosistem di kawasan hutan produksi. Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Bagian Hukum dan Humas, DIREKTUR JENDERAL, ttd. Hari Budianto, S.H., M.H. NIP 080057821 SUHARIYANTO NIP 080035341