BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SUBSITUSI TEPUNG TULANG IKAN LELE (Clarias sp.) TERHADAP KADAR KALSIUM, DAYA KEMBANG, DAN DAYA TERIMA KERUPUK NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, masalah gizi kurang masih banyak ditemukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Menurut Kemenkes RI (2016) terdapat 34,2% balita di Indonesia memiliki asupan protein rendah pada

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

Namun diversifikasi pangan belum sepenuhnya menjawab atau mengimbangi. dalam bukunya An Essay on the Principle of Population, yang mengatakan bahwa

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya untuk menanggulangi permasalahan gizi dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. Kurangnya pemanfaatan kijing dikarenakan belum terdapatnya informasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

I. PENDAHULUAN. jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

JURNAL PUBLIKASI. PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TULANG IKAN LELE (Clarias Batrachus) TERHADAP KADAR KALSIUM, KEKERASAN, DAN DAYA TERIMA BISKUIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

FORTIFIKASI TEPUNG TULANG IKAN BANDENG (Chanos chanos) DALAM PEMBUATAN KUE KERING. ABSTRACT

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BAB I PENDAHULUAN. terbukti berperan penting dalam menunjang kesehatan tubuh.

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, pemenuhan zat gizi harus benar benar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral makro yang memiliki peran penting dalam tubuh. Kekurangan kalsium pada anak dan remaja dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan, proses pengerasan tulang menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu pengkeroposan tulang (Almatsier, 2004). Prevalensi Osteoporosis di Indonesia yaitu sebesar 32,3% pada wanita dan pada pria sebesar 28,8% (Perosi, 2007). Tingginya angka prevalensi Osteoporosis di Indonesia disebabkan karena kebiasaan konsumsi sumber kalsium dikalangan masyarakat Indonesia yang masih rendah. Depkes RI (2005) menyatakan bahwa asupan rata-rata kalsium orang Indonesia hanya sebesar 260-300 mg perhari. Hal ini jauh dari standar angka kecukupan gizi kalsium yakni 1000-1200 mg perhari (AKG, 2013). Banyak cara agar dapat mencegah terjadinya Osteoporosis, salah satunya adalah dengan cara mengkonsumsi makanan sumber kalsium. Sumber kalsium tertinggi adalah susu, tetapi bagi sebagian masyarakat harga susu masih terhitung mahal, oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan makanan tinggi kalsium yang lebih murah dan mudah didapat. 1

Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan tinggi kalsium, salah satunya adalah ikan. Banyak orang menyukai ikan karena ikan mempunyai daging yang gurih dan empuk. Sayangnya, ikan hanya dikonsumsi bagian dagingnya saja, namun beberapa orang juga menyukai kepala ikan sedangkan tulangnya dibuang, padahal tulang ikan dapat dimanfaatkan agar tercipta suatu produk makanan sumber kalsium yang dapat digemari masyarakat. Salah satu tulang ikan yang mungkin dikembangkan adalah tulang ikan lele. Pemilihan pemanfaatan tulang ikan lele disebabkan karena tulang ikan lele merupakan salah satu bentuk limbah makanan yang memiliki kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan. Unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan karbonat (Trilaksani, 2006). Di desa Sawit, Boyolali terdapat sentra pembuatan abon dari daging ikan lele dan keripik dari kulit ikan lele, namun tulangnya belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu pemanfaatan tulang ikan lele yaitu dengan dibuat produk setengah jadi seperti tepung-tepungan. Pembuatan tepung tulang ikan lele bertujuan untuk memanfaatkan limbah makanan sebagai penganekaragaman pangan. Menurut hasil penelitian Mahmudah (2013) dan Permitasari (2013), tepung tulang ikan lele memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi yaitu 17,47%, dibandingkan tepung tulang ikan bandeng yang hanya sebesar 4,78% (Sari, 2013), ataupun tepung tulang ikan nila merah sebesar 9,02% (Baskoro, 2008) dan tepung tulang ikan manyun 12,80% 2

serta tepung tulang ikan mata besar 15,20% (Iwansyah, 2008). Prinsip pembuatan tepung tulang ikan lele dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pemanasan, pengecilan ukuran, pengeringan, penggilingan dan pengayakan 60 mesh (Mahmudah, 2013 dan Permitasari, 2013). Tepung tulang ikan lele dapat diolah menjadi suatu produk yang dapat meningkatkan nilai gizi dan dapat diminati masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk penambahan tepung tulang ikan lele adalah pembuatan kerupuk. Kerupuk merupakan makanan yang digemari oleh semua kalangan usia karena mempunyai rasa yang gurih dan renyah. Kerupuk dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan maupun sebagai variasi dalam lauk pauk yang mudah diperoleh disegala tempat. Umumnya, kerupuk dibuat dari tepung tapioka sebagai sumber pati, dengan penambahan air dan bumbu-bumbu untuk meningkatkan flavor dan daya terima. Berdasarkan penelitian Tababaka (2004), menyebutkan bahwa kerupuk mengandung berbagai kandungan gizi diantaranya adalah kadar air (1,57%), kadar abu (1,76%), protein (0,53%), lemak (31,17%), karbohidrat (65,77%), dan kalsium (0,05%). Daya terima terhadap suatu makanan khususnya kerupuk, ditentukan oleh rangsangan dan indera penglihatan, penciuman, pencicip, dan pendengaran. Faktor yang memperngaruhi daya terima yaitu faktor internel (nafsu makan) dan faktor eksternal (cita rasa, variasi menu, penampilan makanan, penyajian, kebersihan). Daya terima dipengaruhi oleh sifat fisik (daya kembang) dan sifat kimia atau zat gizinya (kalsium). Daya kembang dipengaruhi oleh amilopektin yang merupakan salah satu komponen di dalam pati. Kandungan amilopektin lebih tinggi 3

akan memberikan kecenderungan pengembangan kerupuk yang lebih besar dibanding dengan kandungan amilosa tinggi (Nurhayati, 2007). Kandungan protein non-gluten yang tinggi juga cenderung menurunkan daya kembang, sebab diduga kantong-kantong udara kerupuk yang dihasilkan semakin kecil karena terisi oleh bahan lain yaitu protein (Anindita dkk, 2013). Hasil penelitian Tababaka (2004) menyatakan bahwa, kerupuk dengan subsitusi tepung tulang ikan patin 30% lebih banyak disukai panelis dan menghasilkan kadar kalsium sebanyak 5,36% dengan penambahan tepung tapioka sebanyak 70 gram. Pengembangan kerupuk dengan subsitusi tepung tulang ikan patin 30% yaitu 228%, lebih rendah dari kerupuk kontrol yaitu 380%. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh subsitusi tepung tulang ikan lele (Clarias sp.) terhadap kadar kalsium, daya kembang, dan daya terima kerupuk. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah Bagaimana pengaruh subsitusi tepung tulang ikan lele (Clarias sp.) terhadap kadar kalsium, daya kembang, dan daya terima kerupuk? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh subsitusi tepung tulang ikan lele (Clarias sp.) terhadap kadar kalsium, daya kembang, dan daya terima kerupuk. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur kandungan kalsium kerupuk dengan penggunaan tepung tulang ikan lele. b. Mengukur daya kembang kerupuk dengan penggunaan tepung tulang ikan lele. c. Mengukur daya terima kerupuk dengan penggunaan tepung tulang ikan lele. d. Menganalisis pengaruh penggunaan tepung tulang ikan lele terhadap kadar kalsium kerupuk. e. Menganalisis pengaruh penggunaan tepung tulang ikan lele terhadap daya kembang kerupuk. f. Menganalisis pengaruh penggunaan tepung tulang ikan lele terhadap daya terima kerupuk. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan limbah tulang ikan lele yang dapat menambah nilai ekonomi dengan menjadikan tulang ikan lele menjadi tepung yang 5

memiliki kandungan kalsium sebagai bahan pengsubsitusi pada pembuatan kerupuk. 2. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh penggunaan tepung tulang ikan lele sebagai bahan pengsubsitusi terhadap kandungan kalsium, daya kembang dan daya terima pada kerupuk. 3. Bagi Peneliti Lanjutan Dapat digunakan sebagai referensi apabila mengadakan penelitian sejenis. 6