ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

BAB IV ANALISIS MASALAH

JURNAL IT STMIK HANDAYANI

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

OPTIMALISASI TRAVELLING SALESMAN WITH TIME WINDOWS (TSPTW) DENGAN ALGORITMA SEMUT

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah Pewarnaan Graf

Matematika dan Statistika

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

IkhsanJaelani Mahasiswa Informatika, FT UMRAH, ABSTRAK. Kata Kunci : Rute Terpendek, meta-heuristics, algoritma semut

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System

PENEMUAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA ANT COLONY. Budi Triandi

IMPLEMENTASI ALGORITMA SEMUT UNTUK PENCARIAN RUTE TERPENDEK BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMANFAATAN ALGORITMA FUZZY EVOLUSI UNTUK PENYELESAIAN KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Analisa Pencarian Jarak Terpendek Lokasi Wisata di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

Penerapan Algoritma Ant System dalam Menemukan Jalur Optimal pada Traveling Salesman Problem (TSP) dengan Kekangan Kondisi Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANT COLONY OPTIMIZATION

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penjadwalan Definisi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK PENENTUAN TATA LETAK MESIN

PERENCANAAN SUMBER DAYA PADA PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANT COLONY

ANALISIS ALGORITMA HYBRID ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) DAN LOCAL SEARCH UNTUK OPTIMASI PEMOTONGAN BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Traveling Salesman Problem (TSP) dikenal sebagai salah satu masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

IMPLEMENTASI DAN ANALISA KINERJA ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) DALAM PENYELESAIAN MULTIPLE TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (MTSP)

Analisis dan Implementasi Ant Colony Algorithm untuk Clustering

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA TEKNIK CYCLE CROSSOVER.

MODIFIKASI ALGORITMA SEMUT UNTUK OPTIMASI PROBABILITAS PEMILIHAN NODE DALAM PENENTUAN JALUR TERPENDEK

PENERAPAN ALGORITMA ANT COLONY PADA PENJADWALAN PRODUKSI

PERBANDINGAN ALGORITME ANT COLONY OPTIMIZATION DENGAN ALGORITME GREEDY DALAM TRAVELING SALESMAN PROBLEM

ALGORITMA GENETIC ANT COLONY SYSTEM UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

Edu Komputika Journal

USULAN PENERAPAN PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PD BLESSING

APLIKASI SIMULATED ANNEALING UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyelesaikan masalah maka perlu dirumuskan terlebih dahulu langkahlangkah

PENYELESAIAN MULTI-DEPOT MULTIPLE TRAVELING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN K-MEANS DAN ANT COLONY OPTIMIZATION

BAB II DASAR TEORI 2.1 Penjadwalan Kuliah

BAB II KAJIAN TEORI. semut, dan travelling salesman problem. Teori graf digunakan untuk menerapkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pemanfaatan Algoritma Hybrid Ant Colony Optimization dalam Menyelesaikan Permasalahan Capacitated Minimum Spanning Tree. Tamam Asrori ( )

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENGARUH NILAI PARAMETER TERHADAP SOLUSI HEURISTIK PADA MODEL VTPTW

UJI KINERJA DAN SIMULASI PENENTUAN JARAK TERPENDEK DENGAN SIMULATED ANNEALING PADA SUHU TETAP DAN SUHU BERUBAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu bertambah disetiap tahunnya. Hal ini dapat menimbulkan semakin. memperoleh keuntungan yang maksimal, maka diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DITRIBUSI HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. BINA PUTRA MANDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI OPTIMASI PEMASANGAN KABEL DENGAN METODE ANT COLONY

BAB I PENDAHULUAN. antaranya Rumah Sakit Umum Daerah Ujung Berung, Rumah Sakit Hasan

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II LANDASAN TEORI. membentuk satu kesatuan. Pada sistematikanya, sistem informasi melakukan 3

PENJADWALAN PROSES PRODUKSI MENGGUNAKAN ANT COLONY ALGORITHM

ALGORITMA ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) SKRIPSI. Oleh : Agus Leksono J2A

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

ALGORITMA DIJKSTRA DAN ALGORITMA SEMUT DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LINTASAN TERPENDEK (STUDI KASUS JARINGAN TRANSPORTASI PARIWISATA DI PULAU LOMBOK)

APLIKASI TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

Algoritma Genetika Ganda (AGG) untuk Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP)

Penyelesaian Masalah Symmetric Traveling Salesman Problem Dengan Jaringan Saraf Continuous Hopfield Net

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH

Lingkup Metode Optimasi

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

OPTIMISASI POLA DISTRIBUSI DENGAN LOGIKAFUZZY DAN ALGORITMA SEMUT PADA PT. SRI ANEKA PANGAN NUSANTARA TUGAS AKHIR SKRIPSI

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

Implementasi Metode Pairwise Comparison pada Uji Kinerja Varian Metode Kecerdasan Buatan pada Penyelesaian Masalah TSP

Pengisian Kota Pertama ke dalam Tabu List Penyusunan Rute Kunjungan Setiap Semut ke Setiap Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Minimasi Biaya Distribusi Tempe Dengan Menggunakan Metode Travelling Salesman Problem (TSP) (Studi Analisa Usaha Kecil Hikma Sanan Malang).

IMPLEMENTASI PERBANDINGAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM DENGAN ALGORITMA SUBSET DYNAMIC PROGRAMMING PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Optimasi Fungsi Tanpa Kendala Menggunakan Algoritma Genetika Dengan Kromosom Biner dan Perbaikan Kromosom Hill-Climbing

BAB II LANDASAN TEORI. antara lain konsep mengenai Short Message Service (SMS), Global System for

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENDUKUNG SISTEM PEMASARAN DENGAN ALGORITMA ANT COLONY ABSTRAK

Transkripsi:

ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN Zainudin Zukhri Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Kampus Terpadu UII Jl Kaliurang Km 14.5 Yogyakarta E-mail: zainudin@fti.uii.ac.id Abstrak Algoritma semut sangat tepat digunakan untuk pemecahan masalah-masalah berbasis Traveling Salseman Problem. Karena MP bukan masalah yang berbasis Traveling Salseman Problem, maka penerapan algoritma semut untuk pemecahan Traveling Salseman Problem membutuhkan beberapa penyesuaian yang menyangkut konsep kota, rute, jarak antar kota dan intensitas jejak antar kota. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kinerja algoritma semut dalam pemecahan MP masih belum begitu bagus. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tingginya kompleksitas waktu algoritma Untuk itu penelitian ini ditujukan untuk menganalisis algoritma semut dalam pemecahan masalah penugasan, sehingga bisa ditemukan penyebab rendahnya kinerja algoritma semut pada penelitian sebelumnya secara tepat. Analisis menunjukkan bahwa tingginya kompleksitas algoritma semut dalam pemecahan MP, disebabkan adanya penyesaian yang menyangkut konsep antar kota, baik yang menyangkut parameter jarak maupun yang menyangkut parameter intensitas jejak. Diharapkan temuan ini bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian untuk menyederhanakan tingkat kompleksitas algoritma semut dalam pemecahan MP. Kata kunci: algoritma semut, analisis algoritma, kompleksitas, masalah penugasan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa algoritma sudah dikembangkan untuk pemecahan masalah penugasan(mp), diantaranya adalah metode Hongaria[2], algoritma simulated annealing[5], tabu search[1] dan algoritma genetika[4]. Penelitian mengenai penerapan algoritma genetika dengan pendekatan yang berbeda juga dilakukan oleh Zukhri [9], yang juga pernah mencoba menerapkan algoritma semut (AS) untuk pemecahan masalah MP ini[8]. Walaupun penerapan AS pada penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemampuannya untuk pemecahan MP dengan ruang pencarian yang cukup sempit, tetapi kalau dilihat dari segi beban komputasi ternyata masih cukup berat. Hal ini berarti kompleksitas waktu AS dalam pemecahan MP masih cukup tinggi. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis AS dalam pemecahan MP, sehingga bisa ditemukan penyebab rendahnya kinerja AS pada penelitian sebelumnya secara tepat. 2. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini 1. Studi pustaka penelitian AS untuk pemecahan MP. 2. Analisis kompleksitas waktu AS untuk pemecahan MP. 3. Analisis ruang pencarian pada MP. 3. DASAR TEORI 3.1 Algoritma Semut Secara umum langkah-langkah dalam AS adalah [3][8]: Langkah 1: a. Inisialisasi harga parameterparameter algoritma. b. Inisialisasi kota pertama setiap Langkah 2: Pengisian kota pertama ke dalam tabu list. Langkah 3: Penyusunan rute kunjungan setiap semut ke setiap kota. Langkah 4: a. Perhitungan panjang rute setiap b. Pencarian rute terpendek. c. Perhitungan perubahan harga intensitas jejak kaki semut antar kota. Langkah 5: a. Perhitungan harga intensitas jejak kaki semut antar kota untuk siklus berikutnya. b. Reset harga perubahan intensitas jejak kaki semut antar kota. Langkah 6: Pengosongan tabu list, dan ulangi langkah 2 jika diperlukan. 3.2 Masalah Penugasan MP adalah penjadwalan sumberdaya dan aktifitas[7]. Dari sudut pandang masalah optimasi, pemecahan MP bertujuan untuk menyusun pasangan sumberdaya dan aktifitas berdasarkan penugasan satu-ke-satu, sedemikian sehingga dapat menghemat total biaya yang dibutuhkan pada kasus minimasi atau mendapatkan keuntungan yang paling besar pada kasus maksimasi, sehingga secara manual untuk menemukan solusi harus diperiksa kombinasi K-47

sebanyak faktorial dari banyak sumberdaya atau faktorial dari banyak aktifitas. Dalam MP, harus dilakukan penjadwalan terhadap n sumberdaya untuk menangani n aktifitas, sedemikian sehingga biaya yang dibutuhkan untuk semua aktifitas adalah minimum. 4. ANALISIS AS UNTUK PEMECAHAN MP 4.1 Modifikasi AS untuk Pemecahan MP MP bukan merupakan masalah berbasis Traveling Salesman Problem (TSP), sehingga beberapa konsep dalam AS harus disesuaikan [8]. Solusi yang dicari dalam MP adalah pasangan sumberdaya dan aktifitas, sedangkan masalah dalam AS adalah total panjang rute tertutup yang dilakukan oleh Dalam konsep AS, koloni semut diperalat untuk menemukan rute terpendek pada sejumlah kota Setiap semut secara acak memilih sebuah kota sebagai kota pertama. Kemudian berdasarkan probabilitas kunjungannya, setiap semut akan memilih kota lainnya sebagai kota kedua. Pemilihan kota selanjutnya dilakukan berdasarkan probabilitas kunjungannya, dan tidak boleh memilih kota yang pernah dikunjungi. Probabilitas untuk memilih kota berikutnya ini ditentukan berdasarkan sisa jejak semut pada jalur menuju kota-kota yang mungkin untuk dikunjungi, atau secara matematis berdasarkan persamaan (1). Demikian untuk seterusnya sampai semua kota dikunjungi sekali. Untuk setiap semut k, terdapat daftar kota yang sudah dikunjungi yang disebut dengan daftar tabu k. Setiap semut, akan mempunyai panjang rute tertutup masing-masing, yang merupakan jumlah jarak kota pertama ke kota kedua, jarak kota kedua ke kota ketiga dan seterusnya sampai kota terakhir ditambah dengan jarak kota terakhir ke kota pertama. Solusi yang ditemukan adalah panjang rute tertutup paling pendek di antara panjang rute yang ditempuh semua Dalam menyelesaikan MP, perjalanan semut harus disesuaikan. MP harus dimodelkan sedemikian sehingga menjadi masalah pencarian rute. Hal ini bisa dilakukan dengan menganggap koloni semut harus melakukan perjalanan dari sebuah kota menuju kota lainnya, menggunakan biro jasa transportasi. Setiap kota harus dikunjungi, dan tidak perlu kembali ke kota asal. Setiap semut tidak boleh menggunakan biro jasa yang sama untuk kota yang berbeda. Banyak kota dan banyak biro jasa transportasi ditentukan oleh banyak aktifitas dan banyak sumberdaya dalam matriks biaya. Banyak kelompok kota ditentukan berdasarkan mana yang lebih kecil antara banyak aktifitas dan sumberdaya. Yang lebih kecil akan menjadi banyak kelompok kota, sedangkan yang lebih besar akan menentukan banyak biro jasa. Apabila dalam masalah TSP, kota dibentuk dengan nomor indeks kota-kota yang akan dikunjungi, maka dalam MP, kota dibentuk dengan pasangan nomor indeks kota dan nomor indeks biro jasa perjalanan yang dipakai untuk mengunjungi kota tersebut. Konsep jarak antar kota dalam AS juga harus disesuaikan. Jika dalam masalah TSP, jarak yang dimaksud adalah jarak riil antara kota yang satu dengan kota lainnya, maka dalam MP, pengertian jarak ini dapat dianalogikan dengan tarif biro jasa transportasi yang harus dibayar oleh Ongkos transportasi ini tidak bergantung pada jarak riil ke kota tersebut, tetapi justru hanya tergantung pada kota yang akan dituju, dari manapun berangkatnya. Jika dalam masalah TSP, total jarak yang dimaksud adalah jarak total yang harus ditempuh semut, maka dalam pemecahan MP pengertian jarak ini berubah menjadi total biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh Adanya keterlibatan biro jasa dalam pendekatan AS untuk MP ini, dengan sendirinya juga mengubah konsep jejak antar kota. Jika dalam masalah TSP jejak antar kota membentuk suatu bidang, sementara jejak antar kota dalam MP akan membentuk suatu ruang. Dengan sendirinya hal ini akan mempengaruhi kompleksitas AS. Pembahasan mengenai hal ini, membutuhkan suatu penelitian tersendiri. 4.2 Kompleksitas AS untuk Pemecahan MP Untuk pemecahan MP, masukan AS adalah [C] (matiks biaya) termasuk n R (banyak sumberdaya), dan n A (banyak aktifitas). Beberapa parameter algoritma, yaitu Q (tetapan siklus-semut), α (tetapan pengendali intensitas jejak semut), β (tetapan pengendali visibilitas), η ij (visibilitas antar kota=1/d ij ), m(banyak semut), ρ (tetapan penguapan jejak semut) dan NC max (jumlah siklus maksimum) bersifat tetap selama algoritma dijalankan, sedangkan τ ij (intensitas jejak semut antar kota) akan selalu diperbaharui harganya pada setiap siklus algoritma mulai dari siklus pertama (NC=1) sampai tercapai siklus maksimum (NC=NC max ) atau sampai terjadi konvergensi. Intensitas jejak semut antar kota perlu diinisialisasi dengan harga tertentu. Biasanya harga yang dipakai adalah bilangan positif kecil dengan perubahan harga intensitas jejak semut antar kota sama dengan nol[8]. Kompleksitas langkah pertama AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O((n R.n A ) 2 +m), t:=0; NC:=0; τ iji, j (t):=c; τ ij,i j :=0; Tempatkan m semut pada (nrx na) kota K-48

Kompleksitas langkah kedua AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O(m), hal ini dapat dilihat pada algoritma dalam langkah ini s:=1; Masukkan kota awal semut ke-k dalam daftar tabu k(s); Kompleksitas langkah ketiga AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O(min(n R.n A).m), repeat s:=s+1; Pilih kota i j dengan probabilitas berdasarkan persamaan(1); Pindahkan semut ke-k menuju kota i j ; Masukkan kota i j dalam daftar tabu k(s); until daftar tabu penuh; Kompleksitas langkah keempat AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O((n R.n A ) 2.m), Pindahkan semut ke-k dari tabu k(s) ke tabu k(1); Hitung panjang rute yang ditempuh semut ke-k; Update Rute Terpendek yang ditemukan; Hitung τ berdasarkan persamaan (2); τ ij,i j := τ iji j + τ ; Kompleksitas langkah kelima AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O((n R. n A ) 2 ), hal ini dapat dilihat pada algoritma dalam langkah ini τ ij,i j (t+n)=ρ.τ ij,i j (t)+ τ ij,i j ; t:=t+ n R; NC:=NC+1; τ ij,i j :=0; Kompleksitas langkah keenam AS untuk pemecahan MP dinyatakan sebagai O(min(n R,n R ).m), if (NC<NC MAX) and (not(kondisi stagnasi)) then Kosongkan semua daftar tabu; (* ada m tabu, setiap tabu berisi kota yang sebanyak sumberdaya atau banyak aktifitas (mana yang lebih kecil) *) goto langkah 2; end else Cetak rute terpendek; Selesai; Probabilitas untuk mengunjungi kota i j dari kota ij dihitung berdasarkan persamaan berikut: α β [ τ ] [ η ] = α β [ τ ] [ η ] untuk i j {MIN(N R, N A )-tabu k } dan = 0, untuk i j lainnya dengan (1) 1 η = pada kasus minimasi atau η = pada kasus maksimasi. Sedangkan perubahan harga intensitas jejak kaki semut antar kota dihitung berdasarkan persamaan perubahan τ = τ = 1 dengan τ adalah perubahan harga intensitas jejak kaki semut antar kota setiap τ =, untuk (ij,i j ) kota asal dan kota tujuan dalam tabu k dan (2) τ = 0, untuk (ij,i j ) lainnya dengan L k adalah panjang rute yang dibentuk oleh semut ke-k atau pada pemecahan MP ini sama dengan total biaya yang dikeluarkan pada kasus minimasi atau total keuntungan yang didapat pada kasus maksimasi yang dibentuk oleh semut ke-k. Keenam langkah AS untuk pemecahan MP tersebut paling banyak akan diulang sebanyak NC max kali, sehingga kompleksitas AS secara keseluruhan dinyatakan sebagai O(NC max.(n R.n A ) 2.m). Dengan K-49

demikian dapat diketahui bahwa beban komputasi AS untuk pemecahan MP ini dipengaruhi oleh batas pengulangan maksimum yang diinginkan, banyak semut dan ukuran matriks biaya. 4.3 Ruang pencarian Ruang pencarian solusi pada MP dapat direpresentasikan dalam bentuk jaringan terhubung penuh sebagaimana Gambar 1. Jaringan ini dibentuk dari matriks biaya [C] pada MP. Setiap elemen matriks biaya c ij sekaligus membentuk titik-titik dalam jaringan beserta busur-busur penghubungnya. Banyak elemen menentukan banyak titik, sedangkan harga elemen menentukan nilai busur ke titik tersebut. Setiap titik diberi nama dengan kombinasi indeks elemen sumber daya dan indeks elemen aktifitas. Dengan representasi ruang pencarian sebagai jaringan terhubung penuh ini, jelaslah bahwa pencarian solusi pada MP adalah pencarian busurbusur yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam jaringan, sedemikian sehingga indeks elemen sumber daya dan indeks elemen aktifitas pembentuk titik-titik tersebut, masing-masing hanya boleh dipakai sekali. 1-1 1-2 1-3... 1-n 2-1 2-2 2-3... 2-n 3-1 3-2 3-3... 3-n............... m-1 m-2 m-3... m-n Gambar 1. Jaringan terhubung penuh sebagai representasi ruang pencarian pada MP Gambar 2. Contoh solusi MP dalam bentuk jaringan untuk ukuran matriks biaya 4x3 berturutturut dengan solusi (1-1, 3-2, 2-4), (1-1, 2-4, 3-3), dan (3-1, 2-2, 1-4) Berdasarkan representasi ruang pencarian sebagaimana Gambar 1 dapat diketahui hanya sebagian kecil busur saja dalam jaringan yang akan membentuk solusi. Hal ini dapat sebagaimana Gambar 2. Dengan kata lain banyak busur solusi jauh lebih kecil dari pada banyak busur pada jaringan. Inilah penjelasan mengapa kompleksitas waktu AS sebanding dengan kuadrat dari ukuran matriksnya sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya. Wajarlah jika pada saat pengujian, K-50

untuk menemukan solusi pada matriks biaya dengan ukuran 15x10 AS membutuhkan waktu selama 10 detik. Beban komputasi akan terasa jika ukuran matriks biaya diperbesar. Dengan demikian untuk memperkecil ruang pencarian, pendekatan AS dalam pemecahan MP masih perlu ditinjau kembali. [9] Zukhri, Z., (2004). Pemecahan Masalah Penugasan dengan Algoritma Genetika, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI 2005) - Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri UII, j51. 5. KESIMPULAN a. Kompleksitas AS untuk pemecahan MP adalah O(NC max.(n R.n A ) 2.m). Hal ini menunjukkan bahwa beban komputasi AS untuk pemecahan MP dipengaruhi oleh batas pengulangan maksimum yang diinginkan, banyak semut dan ukuran matriks biaya. b. Pengujian algoritma dengan ukuran matriks biaya 15x10 yang telah dilakukan memakan waktu yang relatif cukup lama sangat wajar mengingat besarnya kompleksitas AS untuk pemecahan MP cukup tinggi. c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar ruang pencarian dalam penerapan AS untuk pemecahan MP menjadi lebih sempit sehingga mengurangi beban komputasi. Daftar Pustaka [1] Boyce, J.F., Dimitripoulos, C.H.D., dan Taylor, J.G., (1995). Genet and Tabu search for combinatorial optimization problems, in Word conf. On Neural Network, WCNN 95, Washington. [2] Bronson, R., (1982). Theory and Problems of Operations Research, New York: McGraw Hill. [3] Dorigo, M., Maniezzo, V., dan Colorni, A., (1996). The Ant System:Optimization by a colony of cooperating agents, IEEE Transaction on System, Man, and Cybernetics-Komponen B, 26(1), 1-13. [4] Gen, M., dan Cheng, R., (1997). Genetic Algorithms and Engineering Design. New York: John Wiley & Sons, Inc. [5] Kapsalis, A., Smith, G.D., dan Rayward-Smith, V.J., (1994). A unified approach to Tabu search, simulated annealing and genetic algorithms, in Application of Modern Heuristic Methods, Mc.Graw Hill Editor. [6] Turban, E., (1995). Decision Support And Expert Systems, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. [7] Taha, H.A., (1997). Operations Research:An Introduction, New York: MacMillan Publishing Company. [8] Zukhri, Z., (2003). Algoritma Semut untuk Pemecahan Masalah Penugasan, Jurnal Media Informatika, Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri UII, 1(2), 1-10. K-51