MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMA DI KOTA BATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PADA SMA NEGERI 2 SAMBAS

BAB III METODE PENELITIAN. (Arikunto, 2006: 239) bahwa penelitian kualitatif deskriptif bersifat eksploratif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran IPS di. SMP Negeri Wilayah Eks. Kotip Kabupaten Cilacap.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan dan oleh karena guru sendiri wajib memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPETENSI GURU DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SDN 2 BANDA ACEH. Febi Febrina, Hajidin, Mahmud

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) yaitu

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian agar hasil yang dilakukan benar-benar valid dan

BAB III METODE PENELITIAN

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015 M/1436 H

Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 5

BAB III METODE PENELITIAN. Tri Bhakti Jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru. disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Zainy Chalish Hamdy dkk, Administrasi Pendidikan dan Supervisi Pendidikan, IAIN Press, Medan, 2005, hlm. 1

BAB V TEORI DAN PAPARAN DATA. A. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2. Subjek Penelitian adalah pendidik dan peserta didik kelas IV SDN. 11 laki-laki dan 7 perempuan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan pekerjaan ilmiah yang harus dilakukan secara

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kunandar menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

Naskah Publikasi Ilmiah. Oleh : KHOIROTUN NISA A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sruweng Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN PPKN (Studi Kasus Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMP Negeri 2 Colomadu)

BAB III METODE PENELITIAN. temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

PERSEPSI SISWA KELAS XI IPA TENTANG KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal PTK dan Pendidikan

Kata Kunci: Pelaksanaan supervisi akademik pengawas, perencanaan,pemantauan, penilaian, dan pembinaan dan pembimbingan Pengawas.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan suatu hal yang menjadi sangat penting untuk keberhasilan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. taktis yang relevan dengan pemecahan permasalahan pembelajaran sepak bola di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (STUDI PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 DLANGGU) KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian mengenai penerapan asesmen kinerja untuk

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: YULIA FATMAWATI A

FISHBONE ANALISIS PERMASALAHAN NILAI UJIAN NASIONAL

Transkripsi:

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMA DI KOTA BATU Ilham Mahmud Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: ilham.mahmud52@yahoo.co.id Abstrak: MGMP sejarah Kota Batu sudah ada sejak tahun 2002 bersamaan dengan berdirinya Kota Batu. Dalam perkembangannya,mgmp sejarah ini mengalami pasang surut dalam melakukan berbagai macam kegiatan. Berbagai macam alasan yang menyebabkan MGMP kurang berjalan secara maksimal mulai dari masalah pendanaan karena tidak pernah mendapat dana Block Grant dari P4TK dan LPMP, kesulitan mengatur jadwal pertemuan dan kurangnya dukungan dari berbagai macam pihak. MGMP sejarah Kota Batu tidak mampu mengatur jadwal kegiatan yang efektif sehingga mengakibatkan kegiatan-kegiatan MGMP selama ini kurang berjalan secara maksimal dan kegiatan MGMP masih bersifat insidental. Untuk itu perlu perbaikan dalam penyusunan jadwal kegiatan dan peningkatan dari pengurus MGMP sejarah Kota Batu agar lebih aktif lagi dalam melakukan kegiatan secara rutin. Kata Kunci: MGMP Sejarah, Kegiatan MGMP, Profesionalisme Guru MGMP adalah wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran sekolah, lembaga ini bersifat nonstruktural namun memiliki struktur yang berjenjang mulai dari tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan sampai sekolah (Yunusshofa, 2008: 2). MGMP ini merupakan suatu perkumpulan yang digunakan oleh guru untuk memecahkan segala permasalahan dalam proses belajar mengajar di sekolah. MGMP berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas. MGMP sejarah Kota Batu mengalami beberapa masalah dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk meningkatkan profesionalitas sebagai pengajar dikarenakan beberapa alasan. Pertama masalah kesulitan dalam menentukan waktu karena jam mengajar antara guru yang satu dan yang lain tidak sama, belum lagi guru dari sekolah lain. Kadang mereka juga harus mengorbankan jam mengajarnya di sekolah agar dapat ikut dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh MGMP. Konsekuensi dari hal tersebut adalah kosongnya kelas sehingga siswa yang

dirugikan. Kalau kegiatan tersebut dilaksanakan setelah pulang sekolah malah kurang efektif karena tidak semua guru mempunyai waktu luang setelah jam pulang sekolah. Masalah yang kedua adalah keterbatasan dana yang dinilai masalah paling sensitif karena suatu kegiatan tidak akan berjalan tanpa adanya dana. Peran forum pertemuan guru di MGMP ini sangat strategis karena digunakan sebagai sarana untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru. MGMP yang dilaksanakan dengan lebih terarah dapat dijadikan wahana bagi pengembangan profesionalisme guru yang bermutu, mandiri, dan berkelanjutan (Depdiknas, 2009: 2). MGMP sejarah Kota Batu perlu memaksimalkan kinerjanya dengan mengadakan kegiatan rutin setiap tahunnya baik pada semester ganjil ataupun semester genap, jangan sampai kegiatannya mengalami kevacuman. Jika kegiatan MGMP vacum maka guru-guru akan sulit untuk menyelesaikan semua permasalahannya di dalam kelas, mereka menjadi tidak bisa berdiskusi dengan sesama guru untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Masalah yang kompleks tersebut meliputi masalah pembuatan perangkat pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran yang atraktif dan lain-lain. Keberadaan MGMP sejarah Kota Batu sendiri kurang efisien. Pelaksanaan kegiatan dengan jadwal kegiatannya sendiri kadang tidak sesuai. Hal ini perlu diperbaiki agar pelaksanaan kegiatan MGMP berjalan dengan baik. Tempat pelaksanaan kegiatannya juga perlu diratakan pada semua SMA di Kota Batu, jadi tidak harus bertempat pada salah satu SMA saja agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Pelaksanaan kegiatan MGMP sejarah yang masih belum maksimal perlu ditingkatkan lagi kuantitas pertemuannya agar semakin rutin dan tidak menghambat tujuan dari MGMP sendiri yakni untuk meningkatkan profesionalisme guru. Sebagai organisasi guru mata pelajaran, MGMP tentu memiliki serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru sehingga menjadi profesional. Peningkatan ini meliputi beberapa hal yakni: memahami dan menguasai kurikulum, perangkat pembelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran efektif, sarana pembelajaran berbasis IPTEK dan media pembelajaran yang baik. Program kerja MGMP sejarah sudah dikerjakan oleh para pengurusnya dan direspon secara baik oleh anggota-anggotanya, walaupun masih kurang maksimal. Beberapa program kegiatan MGMP sejarah Kota Batu yang sudah dilaksanakan antara lain

program penelitian masalah pendidikan, pembuatan PTK, workshop pembuatan soal ujian, musyawarah rutin sebulan sekali, pengkajian silabus dan RPP, pembuatan bahan ajar bersama, pembuatan model pembelajaran dan sebagainya. Tujuan dari MGMP ini ialah untuk meningkatkan profesionalisme guru SMA. Salah satu caranya ialah dengan sering mengadakan kegiatan rutin sehingga guruguru SMA akan semakin profesional dalam tugasnya sebagai pendidik. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi ini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis (Kunandar, 2008: 46). METODE Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini berlandaskan atas definisi oleh Bogdan dan Taylor (dalam Ulfatin, 2004: 3) bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2009: 47). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menekankan deskripsi tentang proses, yaitu untuk melihat bagaimana kecenderungan penyebaran suatu gejala dilakukan dan bagaimana hubungan antar gejala itu terjadi. Hal ini jelas berbeda dengan penelitian deskriptif kuantitatif yang menekankan deskripsi tentang hasil, yaitu untuk menentukan hasil frekuensi penyebaran penyebaran suatu gejala dan melihat hubungan antara gejala yang satu dengan yang lainnya. Dalam pendekatan kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan sekaligus pengumpul data penelitian. Lokasi penelitian berada di Dinas Pendidikan Kota Batu, SMAN 1, SMAN 2 dan MAN Batu. Dalam penelitian, peneliti menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data dan instrumennya ialah pedoman wawancara, untuk metode observasi menggunakan

instrumen berupa check list dan untuk metode dokumentasi menggunakan instrumen berupa pedoman dokumentasi (Arikunto, 2006: 149). Data hasil wawancara dengan hasil observasi dicocokan kemudian dicari mana yang paling tepat untuk ditulis nantinya. Metode wawancara ini digunakan terhadap masingmasing informan di lokasi penelitian. Informan adalah pelaku utama yakni guru sejarah dari SMAN 1 Batu, SMAN 2 Batu dan MAN Batu. Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan pecatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian (Nawawi, 1990: 100). Melalui teknik ini peneliti mendapatkan deskripsi tentang kurangnya peran MGMP sejarah Kota Batu. Hal ini terbukti dengan kurang berjalannya kegiatan MGMP yang dikarenakan beberapa faktor penyebab. Peneliti juga melakukan analisis data, yaitu proses mencari data dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010: 244). Aktivitas dalam analisis data meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian menyajikan data dalam bentuk teks narasi, grafik dan bagan sesuai dengan aspekaspek penelitian. Langkah selanjutnya ialah menarik kesimpulan. Setelah selesai melakukan penelitian, peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan baru berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan penelitian ini adalah penjadwalan MGMP sejarah Kota Batu dilakukan pada setiap semester genap dan satu bulan bisa terjadi dua sampai tiga kali pertemuan. Dalam waktu sekitar satu semester itu akan dibahas mengenai beberapa hal penting seperti pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan media pembelajaran dan sebagainya. MGMP sejarah Kota Batu menjadwalkan kegiatannya pada setiap hari selasa, tapi kenyataannya tetap saja ada guru yang tidak bisa hadir karena ada jam mengajar di sekolah. Untuk guru yang tidak mengikuti pertemuan MGMP bisa mengetahui hasil dari pertemuan MGMP tersebut dari guru sejarah lain. Kegiatan MGMP sejarah Kota Batu, sejak tahun 2002 cukup berjalan aktif sampai pada tahun 2010, tapi dalam dua tahun

belakangan ini mengalami masalah sehingga jarang melakukan pertemuan rutin MGMP. Hal ini dikarenakan berbagai faktor, selain masalah dana juga semakin sibuknya guru-guru karena harus memenuhi 24 jam pelajaran setiap minggu, jadi untuk pertemuannya kadang-kadang tidak sesuai agenda dan kurang terjadwal dengan baik. Kegiatan MGMP perlu diaktifkan lagi agar dapat meningkatkan profesionalisme guru SMA. Tempat untuk melakukan kegiatan MGMP pada mulanya hanya berlangsung di SMAN 1 dan SMAN 2 Batu. Hal ini dilakukan karena cuma kedua SMA ini yang mempunyai fasilitas memadai. Pihak Dinas Pendidikan sebenarnya sudah menyediakan tempat tersendiri tapi tidak digunakan karena dianggap kurang efektif dan efisien. MGMP sejarah tidak pernah mendapatkan dana operasional jadi untuk melaksanakan suatu kegiatan itu sulit untuk terlaksana. Misalnya saja untuk mendatangkan narasumber itu tidak bisa karena kesulitan dalam pembiayaannya. Jumlah anggota MGMP sejarah Kota Batu ialah sebagai berikut. Tabel 4.3 Jumlah anggota MGMP sejarah di Kota Batu No. Nama Sekolah Jumlah 1. SMAN 1 Batu 4 2. SMAN 2 Batu 2 3. MAN Batu 2 4. SMA Islam 1 5. SMA Muhammadiyah 1 6. SMA PGRI 1 7. SMAK Yos Sudarso 1 8. SMA Immanuel 1 9. SMA Hasyim Asyari 1 Jumlah 14 (Sumber: Catatan Pribadi oleh Ilham Mahmud) Forum MGMP kurang bervariasi dalam melakukan kegiatan. Sejak dulu, mereka tidak melakukan pengembangan dari kegiatan tersebut sehingga tampak membosankan. Kegiatannya hanya membahas perangkat mengajar, melihat guru mengajar kemudian diberi umpan balik atau mengajar sesama guru dan mengkaji buku untuk membahas materi ajar. Kegiatan yang bervariasi belum dilaksanakan, misalnya seperti, mengujicobakan kegiatan baru, mengunjungi sekolah lain atau studi banding, dan mencoba teknik baru ataupun mendatangkan narasumber yang

ahli dalam bidang pengajaran. Kurangnya perhatian dari sekolah menjadi masalah tambahan bagi MGMP untuk meningkatkan profesionalisme guru sejarah. Kurikulum yang dibuat oleh sekolah-sekolah seakan-akan tidak mendukung guruguru sejarah untuk melaksanakan kegiatan MGMP. Sekolah seharusnya membuat jadwal menyesuaikan jadwal dari MGMP, jadi pada hari selasa tidak ada guru sejarah yang ada jadwal untuk mengajar sehingga otomatis mereka bisa mengikuti kegiatan MGMP. Peran dari Dinas Pendidikan Kota Batu untuk pengembangan MGMP khususnya MGMP sejarah masih kurang maksimal. Hal ini terbukti tidak adanya laporan secara rutin dari pengurus MGMP sendiri tentang berjalan atau tidaknya program MGMP. Selain itu pihak dinas pendidikan juga tidak pernah mengecek dan memberi arahan kepada guru-guru atau kepala sekolah agar terus menjalankan kegiatan MGMP. MGMP harus terus aktif, maka dengan begitu mereka bisa berdiskusi dengan guru lain antar sekolah sehingga ada banyak solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Jika hal ini teratasi maka keprofesionalan sebagai guru akan meningkat dengan sendirinya tanpa disadari. Dari penelitian ini diharapkan forum MGMP sejarah Kota Batu akan lebih aktif lagi dalam menjalankan fungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mewujudkan tujuan dari MGMP yakni meningkatkan profesionalisme guru SMA. Seorang guru yang profesional seharusnya memiliki beberapa kriteria yang menjadi persyaratan untuknya yakni: mempunyai bakat sebagai guru, mempunyai keahlian sebagai guru, mempunyai keahlian yang baik dan terintegrasi, mempunyai mental yang cukup kuat, kondisi jasmani sehat, mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang luas, berjiwa pancasila, dan ia adalah seorang warga negara yang baik (Hamalik, 2003: 118). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) MGMP sejarah Kota Batu mengalami kesulitan dalam mengatur jadwal pertemuan. Perbedaan jadwal mengajar guru-guru sejarah pada masingmasing sekolah menjadi penyebabnya. Seharusnya sekolah menyesuaikan jadwal MGMP bukan malah sebaliknya; (2) Dalam pelaksanaannya, kegiatan MGMP sejarah Kota Batu tidak berjalan sesuai dengan jadwal yang ada, jadi pertemuannya dilakukan secara insidental karena ketidaksamaan jadwal masing-

masing guru; (3) MGMP sejarah Kota kesulitan dalam melakukan kegiatan karena keterbatasan dana dan tidak pernah mendapatkan dana Block Grant dari P4TK dan LPMP. Akibatnya MGMP masih kurang maksimal dalam melakukan kegiatan. Hal ini perlu dukungan dari semua pihak yang terkait mulai dari guru, kepala sekolah, sekolah hingga dinas pendidikan agar MGMP dapat berjalan lebih aktif lagi. MGMP sejarah perlu melakukan penjadwalan ulang agar semua kegiatannya dapat berjalan lebih baik. Walaupun belum ada dana operasional dari P4TK dan LPMP, mereka diharapkan tetap rutin melakukan kegiatan-kegiatan walaupun harus menggunakan iuran sendiri. Dinas Pendidikan diharapkan juga bisa menemukan solusi tentang masalah dana untuk MGMP sejarah Kota Batu agar semua program-program MGMP sejarah yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru sejarah bisa terlaksana secara maksimal. Pihak dinas pendidikan juga diharapkan agar mengawasi dan memberi arahan bagi MGMP sejarah Kota Batu agar terus melanjutkan program-programnya sehingga MGMP sejarah tidak vakum. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Depdiknas. 2009. Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta: Depdiknas Dirjen PMPTK. Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Kunandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nawawi. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang: UM FIP Jurusan Administrasi Pendidikan. Yunusshofa. 2008. Keefektifan MGMP PAI SMP Terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Kabupaten Cianjur. (Online), (http://

Yunusshofa.blogspot.com/2008/05/keefektifan-mgmp-pai-dalammeningkatkan.html). Zuriah, N. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.