Glosolali - apakah mengacaukan atau membangun?

dokumen-dokumen yang mirip
MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA ROH? Bagian ke-1

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

Kehidupan Yang Dipenuhi Roh

BAHASA ROH TANDA ATAU KARUNIA

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

Para Pekerja Saling Memerlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Level 1 Pelajaran 14

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

BAGIAN II--TEOLOGI KISAH PARA RASUL. l. Lukas adalah seorang Yunani, bukan seorang Yahudi-- Kol. 4:l0- l4

TUBUH KRISTUS. 1. Gambarkan dengan singkat datangnya Roh Kudus pada orang-orang percaya.

BAPTISAN ROH KUDUS. Baptisan Roh Kudus Baptism in the Holy Spirit Halaman 1

DIPENUHI & DIBAPTIS DENGAN ROH KUDUS

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

JIKA ALKITAB SATU-SATUNYA OTORITAS KITA DALAM AGAMA, MENGAPA MANUSIA MENAFSIRKAN ALKITAB SECARA BERLAINAN?

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

Dalam Hal-hal Apa Gereja Tuhan Itu Seperti Satu Tubuh

Level 1 Pelajaran 15

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Mengikuti Teladan Kristus Memperkembangkan Karunia Saudara

Rahasia dibalik Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh

Berbahasa Roh SERI PENYELIDIKAN. Judul Asli: Speaking in Tongues True Jesus Church

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

KARUNIA NUBUAT SEPANJANG ZAMAN

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

oleh Gereja Iuhan Apayang Dilakukan untuk Allah

Roh Kudus Mengaruniai Saudara Kuasa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Berbahasa Roh. Karunia Rohani Untuk Penginjilan. Sesaat sebelum Yahushua terangkat ke Sorga, Dia berkata kepada para murid-nya:

KARUNIA-KARUNIA ROH. 3. Apa yang terjadi?

Apa Gereja 1Uhan Itu?

Surat Yohanes yang pertama

SAUDARA MEMPUNYAI PENOLONG

Surat Yohanes yang pertama

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

macam- macam Roh, Karu

Gereja Menyediakan Persekutuan

ROH KUDUS DAN KARUNIA ROH. Lesson 8 for February 25, 2017

Man of God Transformation 2 Transformasi Manusia Allah 2 Holy Spirit Measures

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Level 3 Pelajaran 2. MENGGUNAKAN KARUNIA-KARUNIA DALAM PELAYANAN Oleh Andrew Wommack

TAHUN B - Hari Raya Pentakosta 24 Mei 2015 LITURGI SABDA

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata

Allah Ingin Saudara Tahu Tentang Karunia Karunia.Nya

Gereja Tunduk Kepada Roh Kudus

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

Karunia Karunia Rohani

Bab Sebelas (Chapter Eleven) Baptisan Roh Kudus (The Baptism in the Holy Spirit)

Buku buku Perjanjian Baru

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

Hubungan Kita Dengan Allah

Pekerja Dalam Gereja Mula-Mula

Firman Tuhan Datang Kepada Nabi William Marrion Branham

#10DAYSPRAYANDFAST18

SIGNIFIKANSI FIRMAN YANG BERSIFAT TERTULIS

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Tahun C Hari Minggu Biasa III LITURGI SABDA. Bacaan Pertama Neh. 8 : 3-5a

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

Apakah bahasa roh boleh dipakai dalam acara doa bersama? Apa artinya bahasa roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman (lih. 1Kor 14:22)?

Tujuan 1. Mengenali keempat masyarakat dalam Kisah 1:8.

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Barisan Pemenang GBI Misi Kasih

GOSPEL HIGHWAY

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (2)

Penulis : Yohanes Tema : Yesus, Putra Allah. Tanggal Penulisan: M Latar Belakang

Keterangan Dasar Tentang Alkitab

Siapakah orang Kristen Baptis dan Apa yang mereka percayai?

Level 2 Pelajaran 4. PENTINGNYA GEREJA KRISTUS Oleh Don Krow

Ikutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia

Bekerja Dengan Penuh Kasih

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-2

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli

Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974

Roh Kudus. Siapakah Roh Kudus itu? Dia adalah Tuhan. Dia adalah bagian dari KeTuhanan, yang mana terdiri dari Allah Bapa, Putra (Yesus) dan Roh Kudus.

BAB III Tuntutan Ketaatan terhadap Pertumbuhan Gereja

Serial Tokoh Alkitab SILAS GPIB JEMAAT IMMANUEL, BEKASI PDT. ALEX LETLORA.

Tahun A-B-C : Hari Raya Paskah LITURGI SABDA

Saudara Membutuhkan Berita

Gereja Mengajarkan Kebenaran

Bagaimana menjadi seorang Kristen

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (1)

Kolose. 1 1 Dari Paulus, rasul* Kristus Yesus

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

I M A N Bagian ke-2. Sasaran kita adalah memiliki iman yang kuat dan penuh keyakinan seperti digambarkan Yesus dalam Injil Matius.

Pelajaran Tiga. Yesus Adalah Mesias. Dari kitab Injil Yohanes, kita membaca, " Andreas mula-mula bertemu dengan

Tuhan selalu menepati janji-janji-nya. Dia tidak akan

TAHUN B - Hari Minggu Paskah VI 10 Mei 2015 LITURGI SABDA. Bacaan pertama (Kis 10: )

Yesus Adalah Juru Selamat Manusia. pertanyaan : Mengapa manusia perlu seorang juru selamat? Apa artinya

Transkripsi:

demikian semua anggota keluarga (jemaat) akan tetap kembali dan mengakui bahwa There is no place like Home. Sulit untuk menghalangi atau melarang anggota keluarga (Jemaat) untuk menghadiri dan menerima ajaran dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Yang harus dilakukan adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas pembinaan, pendampingan, pemberdayaan, pengembangan pendidikan teologi warga jemaat yang hidup dan kontekstual. Jangan ada anggota keluarga yang terlupakan atau tercecer. Kalau ada yang dianggap tersesat atau hilang mestinya dicari dan dibawa pulang; kalau yang ada sakit diobati/dirawat; yang lemah dituntun. Kalau ada yang masuk dan merasa betah dalam rumah orang lain, mestinya bukan tuan rumahnya yang dimarahi dan dibenci. Sebab hal itu bisa terjadi karena kita tidak memberi dia makan yang cukup. Akhirnya kehadiran orang lain antara lain Gerakan Kharismatik, mestinya diterima sebagai teman yang baik yang akan menunjukkan apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita. Sebaliknya kita juga menjadi teman yang baik bagi mereka. Tentu tidak semua yang disebut kelemahan, benarbenar adalah kelemahan. Perlu disadari bahwa kita tidak dapat menghentikan atau menghalangi angin bertiup. Yang harus dilakukan adalah bagaimana membangun daya tahan bila angin badai bertiup keras. Menghadapi kuatnya angin reformasi, informasi, komunikasi dan globalisasi dengan berbagai perkembangan maka Gereja harus dengan rendah hati melakukan pembaharuan sikap terhadap kehadiran orang lain dan pemahaman terhadap Injil. Kita harus belajar mendengar dan memperhatikan orang lain, sama seperti kitapun ingin didengar dan diperhatikan orang lain, terutama yang dianggap : kecil, lemah dan anak kecil. Tetapi hal ini sering sulit dilakukan oleh orang tua dan yang merasa diri pintar dan kuat. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh mereka yang menyadari bahwa apa yang diketahuinya dan dimilikinya hanya sedikit dan tidak sempurna. Apakah kita (Gereja) siap? Pdt. Julius Amping M.Th adalah Dosen bidang Teologi Praktika STT Intim Makassar Glosolali - apakah mengacaukan atau membangun? Beberapa catatan tentang bahasa lidah dalam Perjanjian Baru oleh Barend F. Drewes mengunjungi ibadah pada hari Minggu di jemaat di Korintus, pasti kita heran. Sebab suasana tidak khidmat, melainkan ramai. Ada yang berdiri: Mari kita menyanyikan kidung Puji Tuhan!. Belum selesai lagu ini, ada orang lain yang berdiri dan mengungkapkan suatu penyataan yang ia terima dari Allah. Tetapi tidak semua setuju dengan yang dikatakannya. Juga ada yang bangun berdiri dan mengungkapkan bunyi-bunyi yang luar biasa, ini bahasa apa? Seandainya kita mengunjungi ibadah ini, boleh jadi kita bertanya: Apakah jemaat ini merupakan jemaat yang hidup, atau jemaat yang kacau? Dan bisa juga kita memikirkan bahasa luar biasa itu; itu apa? Ayo! Mari kita ke gereja! Ke gereja mana? 34 1. Pendahuluan Ke gereja di kota pelabuhan Korintus, pada tahun 49 Masehi. Masa, berjalan kepada waktu yang telah lewat! Memang benar bahwa secara langsung kita tidak dapat mengunjungi jemaat-jemaat Kristen zaman dahulu, mengunjungi jemaat di Korintus pun tidak mungkin lagi. Tetapi seandainya kita dapat Juga sekarang - misalnya di Indonesia - kita mendengar mengenai orang Kristen yang memakai bahasa yang luar biasa. Bahasa ini disebut bahasa roh. Bahkan ada yang mengatakan: alangkah baik semua orang Kristen berusaha untuk mengalami bahasa roh ini! Tetapi juga ada orang lain yang mengemukakan: sama sekali tidak perlu lagi untuk berbicara dengan bahasa itu; hal ini mengacaukan jemaat! Bagaimana sikap kita dalam menghadapi hal ini? Dalam rangka karangan yang singkat ini, kami tidak dapat membahas segala segi bahasa roh, seperti segi psikologis dan segi sosiologis, walaupun

hal ini juga penting. Kami membatasi diri kepada memberi sedikit keterangan tentang gejala ini, sejauh muncul dalam Perjanjian Baru. Kita akan melihat bahwa gejala bahasa roh (atau bahasa lidah ) memang ada dalam PB, tetapi juga bahwa hal ini kurang penting dibandingkan dengan kasih dan dengan membangun jemaat. 2. Glosolali dan bahasa roh, bahasa lidah, bahasa ajaib Dalam butir 1 di atas ini, kami memakai perkataan bahasa roh. Dan inilah perkataan yang muncul dalam Terjemahan Baru (TB) Alkitab, misalnya di 1Kor.14:4: Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri. Nas yang sama dalam Terjemahan Baru Revisi (TB2) berbunyi: Siapa yang berkata-kata dengan bahasa lidah, ia membangun dirinya sendiri. Lain lagi terjemahan Bahasa Indonesia Seharihari (BIS): Orang yang berbicara dalam bahasa ajaib hanya menguatkan dirinya sendiri saja. Mengapa ada perbedaan antara terjemahanterjemahan ini? Untuk memahami itu perlu kita buka PB Bahasa Yunani. Bagian pertama kalimat di atas ini berbunyi: ho lalôn glôssêi (ο λαλων γλωσση). Di sini ada dua istilah penting, yaitu suatu bentuk kata kerja laleô dan bentuk (datif) kata benda glôssa. Kata kerja laleô berarti berkata-kata. Dan arti kata benda glôssa mempunyai tiga segi sebagai berikut: 1) lidah, yaitu sebagian tubuh kita (mis. Mrk. 7:33: Yesus meraba lidah orang itu ), dan secara khusus bagian yang dengannya manusia berbicara dan mengaku (mis. Fil. 2:11: dan segala lidah mengaku... ); 2) bahasa, yaitu bahasa dalam arti biasa; arti ini sering muncul dalam kitab Wahyu (mis. Why. 5:9: Engkau telah membeli mereka... dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum. ); 3) bahasa dalam arti khusus, seperti kita baca dalam 1Kor.14 di atas ini. Jelas bahwa istilah berkata-kata dalam kaitan dengan lidah/bahasa mempunyai arti yang khas. Untuk menerangkan arti yang khas dari dua istilah yang biasa ini, para penerjemah menambahkan istilah tertentu pada istilah bahasa, hasilnya bahasa roh, bahasa lidah dan bahasa ajaib. Jadi terjemahan yang paling tepat ialah berkata-kata dengan bahasa, tetapi untuk menekankan ciri khas bahasa di sini, kami memakai berkata-kata dengan bahasa lidah dalam karangan ini. Para pembaca sendiri pasti sudah melihat bahwa istilah glosolali dibentuk berdasarkan kedua istilah Yunani yang tadi kita bahas. Glosolali (atau glossolalia ) berarti berkata-kata dengan bahasa atau bahasa-bahasa yang khas itu. Mengenai bahasa-bahasa yang khas ini ada beberapa bagian PB yang penting, khususnya 1 Kor.12-14, di mana hal ini disebut k.l. 28 kali. Di luar 1 Kor. tidak ada surat di mana hal ini dibahas Paulus secara tersendiri. Tetapi gejala ini muncul dalam Kisah para Rasul 6 kali. Maka kedua kitab ini akan kita tinjau dalam paragraf 3 dan 4 di bawah ini 1. Di sini sudah dapat dicatat, bahwa jumlah nas, di mana berkata-kata dengan bahasa lidah muncul, sebenarnya tidak banyak. Jadi gejala ini tidak mempunyai posisi yang sangat penting Kabar Baik. Sebelum kita meninjau bagian-bagian dari 1Kor. dan Kis. perlu juga kita sadar bahwa berkatakata dengan entusias dan tanpa arti yang jelas merupakan suatu gejala religius yang agak umum di dunia dan tidak terbatas pada jemaat Kristen saja. Juga dalam dunia Helenis dan dunia Helenis-Yahudi gejala ini muncul. Dalam kitab (pseudepigraf) Yahudi- Helenis yang berjudul Wasiat Ayub (k.l. abad I M.) kita baca tentang ketiga putri Ayub, yang dalam situasi tertentu menerima hati yang baru, kemudian memuji Allah dengan bahasa-bahasa malaikat 2. Jadi nyatanya juga dalam lingkungan bukan Kristen bisa muncul entusiasme yang menyebabkan orang berbicara dengan bahasa-bahasa asing. (Barangkali ada pembaca yang juga mengenal contoh pemakaian bahasa yang entusias di luar jemaat Kristen dalam daerah asalnya.) Jadi berkatakata dengan bahasa lidah tidak mutlak perlu merupakan hasil inspirasi Roh Kudus! Maka jika seseorang berkata-kata dengan bahasa asing, perlu diperiksa inspirasi ini datang dari kekuatan mana. Maka rasul Paulus memberi petunjuk untuk menentukan apakah sesuatu berasal dari Allah atau tidak: tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah dapat berkata: Terkutuklah Yesus! dan tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: Yesus 35

adalah Tuhan, selain oleh Roh Kudus. (1 Kor 12:3). Sama dengan jemaat di Korintus, kita juga terpanggil untuk membedakan antara karya Roh Allah dan karya roh yang bertentangan dengan Allah. Untuk itu perlu kita berdoa. Dan juga perlu kita menyelidiki Alkitab. Mari kita meninjau bagian-bagian dari surat 1 Korintus dan dari kitab Kisah para Rasul dari lebih dekat. - Bahasa lidah dalam jemaat Korintus merupakan salah satu karunia (bahasa Yunani: kharisma, χαρισµα), atau pemberian anugerah Allah, di antara karunia-karunia lain. - Bahasa lidah yang dimaksudkan di sini bukan hanya satu bahasa tertentu, tetapi ada bermacammacam bahasa seperti itu. Di 12:10 kita membaca bahwa kepada yang seorang diberikan bermacammacam bahasa lidah, dan kepada yang lain penafsiran bahasa-bahasa lidah (bentuk jamak, terjemahan harfiah). - Berkata-kata dengan bahasa lidah merupakan pembicaraan entusias, yang tidak dapat dimengerti, sebab itu membutuhkan penafsiran/penerjemahan supaya menjadi jelas bagi jemaat (14:13,27); - Isi bahasa lidah adalah perkataan kepada Allah (14:2), yaitu doa, tepai juga nyanyian, pujian dan ucapan syukur (14:14-16); - Bukan semua warga jemaat di Korintus menerima kharisma itu - dan yang jauh lebih penting daripada berbahasa lidah, ialah bahwa semua warga jemaat mengejar untuk hidup dalam kasih (13:31)! 36 3. Berkata dengan bahasa dalam 1 Korintus Dalam jemaat di Korintus ada entusiasme yang sangat besar. Mereka hidup seakan-akan Kerajaan Allah telah datang dalam bentuk yang definitif; dan mereka merayakan kemenangan Kristus yang menyebabkan mereka sangka bahwa mereka telah menjadi raja (4:8). Ini a.l. nyata dalam bahasa-bahasa yang diucapkan oleh orang tertentu. Nah, dalam 1Kor.12-14 Paulus menanggapi hal berkata-kata dengan bahasa-bahasa. Jelas bahwa ada orang Kristen di Korintus yang mengajukan pertanyaan tentang karunia-karunia, termasuk karunia berkata-kata dengan bahasa. Jelas, tidak hanya sekarang, tetapi juga dulu hal ini dipersoalkan orang Kristen! Dengan membaca 1Kor. 12-14 kita melihat apa itu berkata-kata dengan bahasa lidah (3.1.) dan bagaimana tanggapan Paulus terhadap karunia ini (3.2.) 3.1. Berkata-kata dengan bahasa lidah - apa itu? Jika kita membaca 1Kor.12-14 dengan saksama, kita dapat menentukan sifat bahasa lidah dengan ciri-ciri yang berikut: Catatan terakhir inilah membawa kita kepada butir yang berikut: yaitu tanggapan Paulus terhadap berkata-kata dengan bahasa lidah itu. 3.2. Berkata-kata dengan bahasa lidah - tanggapan rasul Paulus - Memang Paulus mengaku bahwa ada karunia bahasa lidah. Kontak dengan Roh Allah yang penuh entusiasme ia alami. Bahkan Paulus sendiri dapat menulis Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa lidah lebih daripada kamu semua (14:18)! Tetapi sesudah menulis hal ini, ia melanjutkan dengan: tetapi... Melalui tetapi ini ia membatasi makna bahasa lidah itu, yang begitu ditonjolkan oleh jemaat di Korintus (dan oleh orang Kristen tertentu sekarang ini). Tetapi itu tentang apa? - Bahasa lidah tidak dapat dimengerti, dan dalam pertemuan jemaat jauh lebih penting untuk berbicara secara yang langsung dapat dipahami dari pada dengan bahasa lidah. Sebab itu Paulus menekankan bahwa dalam sidang jemaat orang perlu berkatakata dengan memakai akal budi (bahasa Yunani νους, nous, 14:14,15), yaitu dengan menghayati kontak dengan dunia sekitarnya secara sadar. - Yang perlu diutamakan dalam pertemuan jemaat (atau ibadah bersama) bukan memperlihatkan bermacam-macam karunia, melainkan perlu

mengutamakan hal membangun jemaat (14:12;...semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun 14:26). Membangun jemaat penting, supaya jemaat menjadi jelas sebagai tubuh Kristus, atau - dengan perkataan lain - menyatakan dan menghayati kasih Kristus. Dan dalam rangka membangun jemaat karunia untuk bernubuat lebih penting dari pada karunia bahasa lidah. Mengapa? Sebab dengan bernubuat orang secara langsung menyatakan kehendak Allah bagi situasi sekarang ini. Siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur dan siapa yang bernubuat, ia membangun jemaat (14:3,4). Sebab itu: berusahalah memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat (14:1). maupun sekarang! Karunia-karunia adalah hal-hal dengan arti sementara: nubuat akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti... Tetapi kasih tidak berkesudahan (1 Kor.13:8)! Jadi sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih tidaklah aku berguna (13:1)! - Jelas bahwa menurut Paulus bukan semua karunia sama pentingnya. Ada yang lebih penting dan ada yang kurang penting. Dan bahasa lidah - yang sangat ditonjolkan oleh orang Kristen di Korintus - dinilai Paulus sebagai karunia yang kurang penting di tengah-tengah karunia-karunia lain. Ini jelas dari nas yang tadi kami kutip (14:1). Tetapi juga nyata dalam daftar karunia-karunia yang kita temukan di 12:7-10 dan di 12:28-30. Daftar karunia-karunia di 12:7-10 mulai dengan berkata-kata dengan hikmat, lantas disebut berkata-kata dengan pengetahuan, lantas iman dan beberapa lain - dan baru pada tempat-tempat terakhir dicatat karunia untuk berkata-kata dengan bahasa lidah, dan karunia untuk menafsirkan bahasa lidah itu. Juga pada waktu menyebut anggota-anggota tubuh Kristus dengan bermacam-macam peranan, Paulus menulis: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar, lantas beberapa lain lagi; baru pada tempat terakhir berkata-kata dalam berbagai jenis bahasa lidah (12:28-30). - Apakah hal ini berarti bahwa Paulus melarang berkata-kata dengan bahasa lidah dalam pertemuan jemaat atau ibadah jemaat? Tidak. Dengan mengingat catatan di atas ini, Paulus dapat menerima berkata-kata dalam bahasa lidah dalam pertemuan jemaat, asal membangun dan asal jangan terlalu banyak dan ada penafsiran. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa lidah, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya (14:27; lih. juga 14:13). - Dan jangan lupa, di tengah-tengah 1Kor. 12 dan 1 Kor.14 - di mana ia menanggapi peranan karunia bahasa lidah dan karunia-karunia lain - Paulus menempatkan bab 13, mengenai kasih!! Kasih itu adalah hal utama - ini berlaku baik waktu dahulu 4. Bahasa lidah dalam Kisah para Rasul Juga dalam kitab Kisah para Rasul, yang ditulis sekitar tahun 90 M. (jadi k.l. 40 tahun sesudah surat 1Kor.), kita membaca tentang berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain, waktu Roh Kudus dicurahkan. Apakah hal ini sering diceritakan? Nyatanya tidak. Hanya dalam tiga cerita hal ini muncul, yaitu di 2:1-11; 10:44-48 dan 19:1-7. Mari kita meninjau ketiga cerita itu. - Pada hari Pentakosta di kota Yerusalem (di 2:1-11) Roh Kudus dicurahkan kepada jemaat yang terdiri dari orang Kristen-Yahudi. Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. (ay.4). Apakah bahasa-bahasa ini sama dengan bahasa lidah di Korintus? Hal ini kurang jelas. Ada ahli yang mengatakan inilah gejala yang sama. Jika begitu bahasa-bahasa di sini adalah bahasa lidah, yang secara ajaib didengar dan dimengerti oleh orang. Pakar lain menunjuk bahwa di sini orang masingmasing mendengar mereka berkata-kata dengan bahasa (bahasa Yunani διαλεκτος, dialektos) mereka sendiri. Jadi diberikan kesan bahwa bahasa-bahasa yang dipakai adalah bahasa-bahasa (biasa) tertentu, yang dimengerti oleh para hadirin. Bagaimana pun juga, isi perkataan ini ialah tentang perbuatanperbuatan besar yang dilakukan Allah (ay.11). Kemudian kita tidak membaca lagi mengenai bahasa-bahasa lain di jemaat di Yerusalem. - Hal ini baru diceritakan lagi, pada waktu pekabaran Injil sampai kepada orang-orang bukan Yahudi, dalam diri Kornelius, seorang perwira Romawi (Kis.10). Pada waktu itu Roh Kudus dicurahkan. Pencurahan ini menjadi nyata sebab mereka berkata-kata dengan bahasa-bahasa (lidah) dan 37

memuliakan Allah (ay. 46). Pencurahan Roh Kudus ini merupakan tanda bahwa Allah menerima orang bukan Yahudi dalam persekutuan jemaat Kristen, sebab kepada mereka diberikan Roh yang sama, yang dahulu pada hari Pentakosta diberikan kepada orang Yahudi (ay. 44-48; 11:15-18). Inilah langkah yang penting dalam membawa Kabar Baik kepada bangsa-bangsa bukan-yahudi. - Cerita ketiga tentang berkata-kata dengan bahasa-bahasa adalah di 19:1-7. Juga di sana Pekabaran Injil melangkah maju, waktu ini beberapa murid Yohanes Pembaptis dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dengan bahasa-bahasa (lidah) dan bernubuat (ay.6). Dengan demikian mereka diterima dalam dan dipersatukan dengan jemaat Krsiten secara menyeluruh. Nyatanya pengarang Kisah para Rasul tahu bahwa pada awal sejarah jemaat Kristen, ada pemakaian bahasa-bahasa secara luar biasa. Boleh jadi ia tidak mempunyai gambaran yang jelas lagi tentang cara bahasa-bahasa ini diungkapkan. Barangkali ia juga tidak tahu persis apakah bahasa itu langsung dimengerti ataukah membutuhkan penafsiran/ penerjemahan. Yang jelas, bahasa-bahasa ini diungkapkan pada waktu Roh Kudus dicurahkan untuk pertama kalinya. Dan melalui bahasa itu orang dengan entusias memberitakan perbuatanperbuatan besar yang dilakukan Allah. kelompok-kelompok tertentu, dimana hal ini tidak merusakkan jemaat. O ya... lebih penting lagi: perhatikanlah isi bahasa lidah itu; jangan menerima bahasa lidah yang isinya aneh-aneh dan tidak membangun jemaat dan memuji Allah secara baik! Dan jangan menjadi sombong, waktu menerima karunia ini! Yang paling penting... carilah dan hayatilah kasih terhadap sesama dan terhadap Allah - inilah hal yang paling utama! Baiklah kita menjawab: Terima kasih, Pak Paulus, semoga Roh Kudus membimbing kita dalam kehidupan sebagai jemaat Yesus Kristus. Catatan Kaki: 1 Barangkali bahasa tersebut juga disinggung dalam Rm. 8:26,27; Ef. 5:18,19; Kol. 3:16 dan 1Tes. 5:19 - tetapi para ahli tafsir tidak sepakat tentang hal itu. Mrk.16:17 merupakan bagian dari Mrk.16:8b-20, yaitu suatu tambahan kemudian pada Injil Markus. 2 Lihat Testament of Job, khusus bab 47-51, misalnya dalam James H.Charlesworth (ed.) The Old Testament Pseudepigrapha, vol. 1, New York: Doubleday, 1983. Naskah asli dalam bah. Yunani: S.P.Brock (ed.) Testamentum Iobi, Leiden: E.J.Brill, 1967. Kepustakaan: 5 Penutup Seandainya rasul Paulus mengunjungi jemaatjemaat kita sekarang ini, kita dapat menanyakan: Nasehat apa dapat diberikan Pak Paulus mengenai bahasa-bahasa lidah?. Boleh jadi Paulus akan menjawab: Pendeta atau majelis jangan terlalu gelisah, waktu menemukan bahasa lidah dalam jemaatnya.. Tetapi...hati-hatilah...! Karunia ini dalam sejarah gereja sering tidak membangun jemaat, melainkan menyebabkan perselisihan dan pemecahan. Sebab itu dalam banyak jemaat seharusnya berlaku: karunia ini jangan dipakai dalam pertemuan jemaat pada ibadah hari Minggu. Jika karunia ini ada, baiklah dihayati secara pribadi saja, atau dalam Dautzenberg, G. γλωσσα, glossa dalam Horst Balz, Gerhard Schneider, Exegetixcal Dictionary of the New Testament, vol.1, Grand Rapids: Eerdmans, 1990, p.251-255. Harrisville, Roy A., Speaking in Tongues: A Lexicographical Study dalam The Catholic Biblical Quarterly, vol.38 (1976), p.35-48. Kooij, Rein van, Spelen met Vuur, Zoetermeer: Boekencentrum (1995); Dr. van Kooij sekarang dosen di Fakultas Teologia U.K. Duta Wacana (Yogyakarta); disertasi ini tentang hubungan antara gerakan kharismatik dan Gerejagereja Gereformeerd di Belanda. Pdt. Barend F. Drewes M.Th adalah mantan dosen STT Intim di bidang Perjanjian Baru 38