II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

PEMBERIAN SINBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PERTUMBUHAN DAN RESPON IMUN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. NURLITA ANNISA SARI

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2015 di

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Identifikasi Bakteri Uji Peningkatan Virulensi Bakteri Uji

Lampiran 1. Road-map Penelitian

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Lokasi penelitian di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB II. BAHAN DAN METODE

Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III BAHAN DAN METODE

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN. UNILA dan Laboratorium Kesehatan Lingkungan Balai Besar Pengembangan dan

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Jurusan Budidaya

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Prosedur Penelitian Isolasi dan Seleksi Bakteri Proteolitik Isolasi Bakteri Proteolitik

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

II. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi

TEKNIK DIAGNOSTIK IKAN

BAB III MATERI METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

II. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

GAMBARAN DARAH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN DOSIS PREBIOTIK YANG BERBEDA DALAM PAKAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

II. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

Transkripsi:

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri NP5, yang merupakan bakteri dari genus Bacillus. Bakteri NP5 ini merupakan bakteri yang diisolasi dari saluran pencernaan ikan nila dan telah dilakukan beberapa uji seperti uji ketahanan terhadap ph asam, uji penempelan, serta uji patogenisitas (Putra 2010). Penyediaan bakteri probiotik diawali dengan menumbuhkan bakteri NP5 ke dalam media Trypticase Soy Agar (TSA) miring dan diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator. Setelah itu dilakukan kultur bakteri NP5 dalam 10 ml media Trypticase Soy Broth (TSB) steril dan diinkubasi selama 24 jam di dalam water bath shaker dengan kecepatan 140 rpm. Selanjutnya dilakukan pemanenan bakteri probiotik dengan memindahkan suspensi bakteri ke dalam tabung Corning dan disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 5000 rpm yang bertujuan untuk memisahkan bakteri probiotik dengan media kulturnya. Kemudian dilakukan pencucian dengan menambahkan Phosphate Buffer Saline (PBS) steril sebanyak 10 ml, lalu dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan disentrifuse kembali dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Setelah itu dilakukan tahap pencucian kedua dengan menambahkan 4 ml PBS steril lalu dihomogenkan dengan vortex dan suspensi bakteri probiotik siap dicampurkan ke dalam pakan. 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik Prebiotik yang digunakan berasal dari ubi jalar varietas sukuh (Ipomea batatas L.). Proses ekstraksi oligosakarida dilakukan dengan menggunakan etanol 70% sebagai pelarutnya, mengacu pada metode Muchtadi (1989). Sebanyak 10 gram tepung kukus ubi jalar dilarutkan ke dalam etanol 70% sebanyak 100 ml dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirer selama 15 jam pada suhu ruang. Setelah itu larutan diendapkan lalu disaring dengan menggunakan kertas saring steril. Cairan hasil penyaringan disentrifuse selama 10 menit pada kecepatan 5000 rpm untuk mengendapkan sisa residu yang tertinggal. Selanjutnya dilakukan penyaringan kembali dengan menggunakan kertas saring steril dan filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan evaporator vacuum pada suhu 40 o C. 3

Hasil pemekatan diencerkan dengan akuades steril dengan jumlah yang ditentukan melalui perhitungan total padatan terlarut (TPT). 2.3 Perhitungan Total Padatan Terlarut Total padatan terlarut (TPT) diukur berdasarkan metode Apriyantono et al. (1989) yang bertujuan untuk melihat kepekatan padatan terlarut prebiotik yang berguna pada analisa oligosakarida. Cawan porselin dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 100 C, kemudian didinginkan selama 30 menit agar berat cawan stabil dan cawan ditimbang (a gram). Sebanyak 1 ml ekstrak oligosakarida ditempatkan dalam cawan porselin tersebut dan cawan ditimbang (b gram). Kemudian cawan yang berisi ekstrak oligosakarida dimasukkan ke dalam oven bersuhu 100 C selama 24 jam, lalu cawan tersebut didinginkan dalam desikator selama 30 menit agar berat cawan stabil dan cawan ditimbang (c gram). Total padatan terlarut dihitung berdasarkan hasil perbandingan berat ekstrak setelah dikeringkan dengan berat ekstrak sebelum dikeringkan. Keterangan: a b c TPT = x 100% = berat cawan sebelum diisi ekstrak oligosakarida = berat cawan setelah diisi ekstrak oligosakarida = berat cawan setelah diisi ekstrak oligosakarida dan dioven 24 jam 2.4 Pengujian Sinbiotik secara In Vivo 2.4.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium berukuran 30 cm x 25 cm x 25 cm sebanyak 12 buah. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dan dikeringkan, lalu didesinfeksi selama 24 jam dengan kaporit 100 ppm dan dibilas hingga bersih. Kemudian setiap akuarium diisi air sebanyak 10 liter dan dikaporit 30 ppm selama 24 jam, lalu dinetralisir dengan tiosulfat 15 ppm dan diberi aerasi kuat. Bagian atas akuarium ditutup dengan kasa agar ikan tidak keluar dari wadah dan bagian luar dinding akuarium ditutup dengan plastik hitam agar ikan tidak mengalami stres. 4

Benih ikan patin yang digunakan berasal dari Cibanteng, memiliki bobot rata-rata 0,43±0,06 gram dan panjang rata-rata 3.55±0.17 cm, dipelihara dengan kepadatan 3 ekor/liter (Radyo 2009). Sebelum diberi perlakuan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu terhadap lingkungan selama 1 minggu, lalu ikan dipuasakan selama 1 hari sebelum diberi pakan perlakuan. 2.6.2 Uji In Vivo Pakan uji yang digunakan pada penelitian ini merupakan pakan komersil udang bermerk dagang Feng-Li, berbentuk remah (crumble), dan memiliki kadar protein sebesar 40% (Lampiran 1). Selanjutnya pakan ditambahkan sinbiotik dengan dosis berbeda sesuai pada masing-masing perlakuan. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu: K : Pemberian pakan tanpa penambahan sinbiotik A : Pemberian pakan dengan penambahan sinbiotik 0,5 dosis (probiotik 0,5% + prebiotik 1%) B : Pemberian pakan dengan penambahan sinbiotik 1 dosis (probiotik 1% + prebiotik 2% (Wang 2007 dan Mahious et al. 2006)) C : Pemberian pakan dengan penambahan sinbiotik 2 dosis (probiotik 2% + prebiotik sebesar 4%) Sebelum dicampurkan ke dalam pakan, disediakan terlebih dahulu suspensi bakteri probiotik (NP5) dengan kepadatan 10 6 CFU/ml (Putra 2010). Pembuatan pakan perlakuan dilakukan dengan cara mencampurkan bakteri probiotik dan prebiotik sesuai dosis masing-masing perlakuan, dan 2% kuning telur ke dalam mortar dan diaduk hingga merata. Selanjutnya campuran tersebut ditambahkan pakan komersil dan diaduk hingga merata, lalu pakan dikeringanginkan selama 15 menit. Pemberian pakan perlakuan dilakukan selama 30 hari dengan frekuensi pemberian sebanyak 3 kali sehari secara restricted dengan FR sebesar 8% dari bobot biomassa. Untuk menjaga kualitas air selama pemeliharaan, dilakukan penyifonan setiap hari sebanyak 10% dari total volume air tiap akuarium dan pergantian air sebanyak 70% setiap 3 hari sekali. Selain itu juga dilakukan pengukuran suhu setiap hari pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran DO, ph, dan TAN dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. 5

2.5 Parameter Pengamatan 2.5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup ikan diamati setiap hari dari awal hingga akhir perlakuan. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Effendie (1997): Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt No = Jumlah ikan pada akhir perlakuan = Jumlah ikan pada awal perlakuan SR = 100% 2.5.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH) 1987): Keterangan : Wt Laju pertumbuhan spesifik dihitung menggunakan rumus berikut (Huisman, LPH (%) = 1 100% = Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan (gram) n = Lama perlakuan 2.5.3 Pertumbuhan Panjang Nilai pertumbuhan panjang didapatkan berdasarkan selisih panjang benih ikan patin pada awal perlakuan dengan panjang benih ikan patin pada akhir perlakuan. Pertumbuhan panjang dihitung melalui rumus berikut (Effendie 1997): Pertumbuhan panjang = Lt Lo Keterangan : Lt = Panjang rata-rata benih akhir perlakuan (cm) Lo = Panjang rata-rata benih awal perlakuan (cm) 6

2.5.4 Konversi Pakan (FCR) Nilai konversi pakan yang digunakan selama perlakuan ini dapat diketahui melalui rumus berikut (Effendie 1997): FCR = Keterangan : FCR = Konversi pakan Pa = Jumlah pakan yang dihabiskan (gram) Bt = Biomassa ikan pada akhir perlakuan (gram) Bo = Biomassa ikan pada awal perlakuan (gram) Bm = Biomassa ikan yang mati (gram) 2.5.5 Hematologi Ikan 2.5.5.1 Total Eritrosit Total eritrosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973) dengan cara: sampel darah dihisap dengan pipet bulir merah sampai skala 1. Kemudian ditambahkan larutan Hayem s dengan cara dihisap sampai skala 101, lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Setelah itu tetesan pertama dari dalam pipet dibuang, dan tetesan selanjutnya dikeluarkan ke atas hemasitometer yang sudah ditutup dengan kaca penutup, Selanjutnya dilakukan perhitungan sel darah merah pada 5 kotak besar hemasitometer di bawah miroskop. Total sel darah merah didapatkan berdasarkan rumus berikut: eritrosit = sel eritosit terhitung x (pengencer/volume) 2.5.5.2 Total Leukosit Total leukosit dihitung berdasarkan Blaxhall dan Daisley (1973) dengan cara: sampel darah dihisap dengan pipet bulir putih sampai skala 0,5. Kemudian ditambahkan larutan Turk s dengan cara dihisap sampai skala 11, lalu campuran tersebut dihomogenkan dengan cara pipet digoyang membentuk angka delapan selama 3-5 menit. Setelah itu tetesan pertama dari dalam pipet dibuang, dan tetesan selanjutnya dikeluarkan ke atas hemasitometer yang sudah ditutup dengan kaca penutup, Selanjutnya dilakukan perhitungan sel darah putih pada 5 kotak 7

kecil hemasitometer di bawah miroskop. Total sel darah putih didapatkan berdasarkan rumus berikut: leukosit = sel leukosit terhitung x (pengencer/volume) 2.5.5.3 Kadar Hemoglobin (Hb) Kadar hemoglobin diukur melalui metode Sahli dengan menggunakan Sahlinometer (Wedemeyer dan Yasutake 1977). Prosedur pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan cara: darah dihisap dengan pipet Sahli sampai skala 20 mm 3 atau 0,2 ml. Kemudian darah di dalam pipet dimasukkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10 pada skala yang berwarna merah, lalu diaduk dan didiamkan selama 3-5 menit. Setelah itu ditambahkan akuades sedikit demi sedikit sampai warna campuran darah dan HCl sama dengan warna larutan standar yang ada di dalam Hb-meter. Selanjutnya kadar hemoglobin dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan angka pada skala yang berwarna kuning. Kadar hemoglobin yang terbaca memiliki satuan gram% yang berarti banyaknya hemoglobin dalam satuan gram per 100 ml darah. 2.5.5.4 Kadar Hematokrit (He) Kadar hematokrit diukur berdasarkan Anderson dan Siwicki (1993) dengan cara: sampel darah dimasukkan ke dalam tabung mikrohematokrit sampai ¾ bagian tabung, lalu ujung tabung disumbat dengan crystoseal. Setelah itu tabung disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Kemudian dilakukan pengukuran panjang darah yang mengendap (a) dan panjang total volume darah (b) di dalam tabung mikro hematokrit. Kadar hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel darah yang dihitung dengan rumus berikut: He = (a/b) x 100% 2.5.5.5 Diferensial Leukosit Perhitungan diferensial leukosit ditentukan berdasarkan Amlacher (1970). Perhitungan dilakukan dengan cara mengamati preparat ulas darah. Pembuatan preparat ulas darah ini dilakukan dengan cara: darah diteteskan di atas gelas objek yang telah dibilas alkohol, lalu ujung gelas objek kedua diletakkan di atas gelas 8

objek yang telah ditetesi darah dengan membentuk sudut sebesar 30. Kemudian gelas objek kedua tersebut ditarik sampai bagian ujung terpanjang gelas objek pertama dengan menyentuh darah tetapi tidak menyentuh permukaan gelas objek pertama. Preparat dikeringanginkan dan difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Selanjutnya preparat dikeringanginkan kembali dan dilakukan pewarnaan dengan Giemsa selama 15 menit. Setelah itu preparat dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan, lalu preparat ulas diamati di bawah mikroskop, kemudian dihitung jenis-jenis leukosit dan dihitung pula persentase dari masing-masing jenis leukosit tersebut. 2.5.5.6 Aktivitas Fagositosis Perhitungan aktivitas fagositosis mengacu pada Anderson dan Siwicki (1993) dilakukan dengan cara: sebanyak 50 µl sampel darah dimasukkan ke dalam eppendorf dan ditambahkan 50 µl suspensi bakteri Staphylococcus aureus dalam PBS yang memiliki kepadatan 10 7 CFU/ml. Campuran tersebut dihomogenkan dan diinkubasi selama 20 menit. Kemudian sebanyak 5 µl campuran tersebut dibuat preparat ulas dan dikeringanginkan, selanjutnya difiksasi dengan metanol dan dikeringanginkan. Selanjutnya preparat diwarnai dengan pewarna Giemsa selama 15 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Pengamatan aktivitas fagositosis dilakukan di bawah mikroskop dan dihitung persentase dari total 100 sel darah putih yang menunjukkan aktivitas fagositosis. 2.5.6 Kualitas Air Pengukuran kualitas air yang berupa DO, ph, dan TAN dilakukan pada saat awal dan akhir perlakuan. Sedangkan parameter suhu dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Tabel 1 di bawah ini adalah satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air yang diamati. Tabel 1. Satuan dan alat ukur dari parameter kualitas air Parameter Satuan Alat ukur Suhu o C Termometer Oksigen terlarut ppm DO meter ph - ph meter TAN ppm Spektrometer 9

2.6 Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalasis dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif terdiri dari kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang, serta konversi pakan. Sedangkan data hematologi dan kualitas air dilakukan analisis secara deskriptif. 10