KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH. Naskah Publikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG DIAGONAL DI TENGAH TULANGAN SENGKANG.

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

TINJAUAN MOMEN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG PADA TULANGAN GESER. Naskah Publikasi

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

BAB IV ESTIMASI STRUKTUR

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

V. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE-LUAS MOMEN

NASKAH PUBLIKASI. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : DIKA SETIAWAN NIM : D

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DIPERKUAT DENGAN KAWAT GALVANIS YANG DIPASANG SECARA MENYILANG.

EKO YULIARITNO NIM : D

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG DI BAWAH PADA TULANGAN GESER NASKAH PUBLIKASI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

PERENCANAAN PLAT LANTAI BETON GRID DENGAN TULANGAN WIRE MESH MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

KEKUATAN SAMBUNGAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN SIKADUR -31 CF NORMAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi.

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN KAWAT YANG DIPASANG SEJAJAR TULANGAN POKOK. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

BAB III LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. Berat sendiri plat = 288 kg/m 2. Beratplafon = 11 kg/m 2. Berat penggantung = 7 kg/m 2. Spesi = 0.42 kg/m 2. Berat keramik = 0.

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

III. METODE PENELITIAN

PENGUJIAN KUAT LENTUR PANEL PELAT BETON RINGAN PRACETAK BERONGGA DENGAN PENAMBAHAN SILICA FUME

MIX DESIGN Agregat Halus

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN BAJA TULANGAN YANG DIPASANG MENYILANG PASCA BAKAR NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Tugas Akhir

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON DENGAN TULANGAN MODEL RANGKA DARI KAYU MERANTI DENGAN VARIASI JARAK ANTAR BEGEL

BAB III LANDASAN TEORI

Berat Tertahan (gram)

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PERILAKU STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN KONSEP DESAIN PENULANGAN PADA JALUR AREA TARIK. Tugas Akhir

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT HALUS DENGAN KERAK BOILER TERHADAP BETON TUGAS AKHIR. Disusun oleh : JEFFRY NIM:

STUDI PERILAKU MEKANIK KEKUATAN BETON RINGAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK

c. Semen, pasta semen, agregat, kerikil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

STUDI KUAT LENTUR BALOK DENGAN PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH Naskah Pulikasi untuk memenuhi seagian persyaratan menapai derajat sarjana S- Teknik Sipil diajukan oleh : Fahrudin Setiawan NIM : D 00 00 0 NIRM : 0 6 06 0300 500 kepada PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 03

LEMBAR PENGESAHAN Naskah Pulikasi Ilmiah Tugas Akhir KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH diajukan oleh : Fahrudin Setiawan NIM : D 00 00 0 NIRM : 0 6 06 0300 500 Naskah pulikasi ilmiah ini di setujui dan layak untuk dipulikasikan untuk memenuhi seagian persyaratan menapai derajat Sarjana S- Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta, 4 Juli 03 Disetujui oleh : Pemiming Utama Ir. H. Aliem Sudjatmiko, M.T. NIP : 3 683 033

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH Fahrudin Setiawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Jln. A. Yani Paelan Kartasura, Tromol Pos Surakarta 570 Telp. (07) 7747-79483 ABSTRAK lantai merupakan agian struktur yang terpasang mendatar dan umumnya mempunyai ketealan yang ukurannya relati sangat keil ila diandingkan dengan panjang entangnya sehingga siat kaku dari pelat sangat kurang. Kekakuan ini akan mengakiatkan lendutan yang esar. Lendutan yang esar ini dapat diegah dengan memanaatkan sistem kisi-kisi (grid struture) yang seara umum dikenal dengan struktur grid. Struktur grid ini menggunakan ahan dari konstruksi eton ertulang dengan ketealan pelat yang tipis dan memakai tulangan yang leih hemat. Tulangan yang digunakan kawat aja las (wire mesh) dengan diameter 5, mm dan jarak spasi 50 mm. Tulangan aja jenis ini mempunyai kuat tarik yang relati tinggi, entuknya yang seperti jala memudahkan untuk dipasang, harganya relati murah dan ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui asitas lentur, untuk mengetahui ean hidup dan untuk mengetahui esarnya lendutan pada ketiga pelat lantai eton grid dengan tulangan wire mesh. Ukuran dimensi untuk enda uji silinder eton diameter 5 m dan tinggi 30 m seanyak 3 enda uji, sedangkan untuk enda uji pelat eton normal erukuran 00 x 50 x 8 m 3, pelat eton grid A erukuran 00 x 50 x 8 m 3 (teal/lear alok grid = 3 m), pelat eton grid B erukuran 00 x 50 x 8 m 3 (teal/lear alok grid = 4 m), dan pelat eton grid C 00 x 50 x 8 m 3 (teal/lear alok grid = 5 m). Mix design menggunakan metode SK SNI T-5-990-03 dengan as 0,5. Setiap variasi diuat 3 enda uji, sehingga jumlah total ada enda uji. Pengujian dilakukan ketika enda uji erumur 8 hari. Momen asitas lentur rata rata pengujian laoratorium pada pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 3,845 knm ; 3,66 knm ; 3,89 knm ; 3,86 knm. Momen asitas lentur rata rata analisis teoritis pada pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah,956 knm ;,33 knm ;,339 knm ;,345 knm. Persentase selisih momen asitas lentur hasil uji laoratorium dan analisis untuk pelat eton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturutturut adalah 3,06% ;,38% ; 5,88% ; 4,6%. Bean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) rata - rata pelat eton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut turut adalah 0,7 kn/m ; 9,9 kn/m ;, kn/m ; 0,7 kn/m. Hasil ean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) leih esar dari ean hidup maksimal untuk angunan kantor (q L,teoritis =,5 kn/m ). Persentase selisih lendutan maksimum rata rata hasil uji laoratorium dan analisis untuk pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 93,07% ; 88,49% ; 90,6% ; 87,55%. Nilai dari perandingan ean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) pelat grid yang leih esar dari ean hidup maksimal teoritis (q L,teoritis ) menandakan pelat grid dengan tulangan kawat aja las (wire mesh) diameter 5, mm dapat direkomendasikan seagai alternati untuk pelat lantai eton. Kata kuni: asitas lentur, lantai grid, wire mesh.

PENDAHULUAN merupakan salah satu elemen struktur angunan yang ukup penting, selain alok dan kolom. lantai umumnya mempunyai ketealan yang ukurannya relati sangat keil ila diandingkan dengan panjang entangnya sehingga siat kaku dari pelat sangat kurang. Kekakuan yang sangat kurang ini akan mengakiatkan lendutan yang sangat esar (Puspantoro, 993). Lendutan yang esar ini dapat diegah dengan eragai alternati teknis untuk memerikan kekakuan dan menamah kekuatan pada pelat lantai, salah satunya dengan memanaatkan entuk atau sistem kisi - kisi ( waer, grid struture) yang seara umum dikenal dengan istilah struktur grid. Struktur grid ini sudah anyak digunakan pada gedung - gedung di Indonesia. Struktur ini dipakai pada entangan esar dan mempunyai siat utama dapat mendistriusikan ean pada kedua arah seara seimang. Struktur ini juga dapat mendukung sistem peranangan arsitektur yang menghendaki variasi entuk pelat. Umumnya struktur grid ini menggunakan ahan dari konstruksi eton ertulang dengan ketealan pelat yang tipis dan memakai tulangan yang leih hemat. Selain pelat eton ertulang yang menggunakan tulangan konvensional, ada juga pelat eton yang menggunakan tulangan wire mesh. Pada penganyaman tulangan wire mesh tidak menggunakan indrat tetapi pada tulangan ini sudah di las menggunakan las listrik, sehingga leih eisien. Tulangan aja ini entuknya yang seperti jala memudahkan untuk dipasang, harganya relati murah dan ringan. Berdasarkan pertimangan di atas, perlu diadakan penelitian dengan memuat pelat eton dengan sistem grid yang tipis, ringan dengan ketealan 80 mm. lantai eton ini akan menggunakan aja tulangan yang erupa kawat aja las (wire mesh) dengan diameter 5, mm dengan jarak spasi 50 mm. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui asitas lentur yang terjadi pada ketiga entuk variasi pelat lantai eton grid dengan tulangan wire mesh, untuk mengetahui seerapa esar ean hidup yang terjadi pada ketiga pelat lantai eton grid dengan tulangan wire mesh dan untuk mengetahui seerapa esar lendutan yang terjadi pada ketiga pelat lantai eton grid dengan tulangan wire mesh. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : (i) semen yang digunakan adalah semen portland tipe I dengan merek Gresik, (ii) agregat, pasir erasal dari Klaten, atu peah erasal dari Wonogiri, (iii) air yang digunakan dari Laoratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, (iv) perenanaan adukan eton menggunakan metode SK SNI T-5-990-03 dengan as 0,5 dan kuat tekan eton ( ) direnanakan 0 MPa, (v) aja tulangan menggunakan tulangan wire mesh erentuk jala dengan diameter kawat aja 5, mm dengan jarak spasi 50 mm, (vi) pengujian kuat tekan silinder eton dan kuat lentur pelat lantai eton grid dilakukan pada umur 8 hari, (vii) hasil pengujian kuat tarik putus wire mesh adalah 603,706 N/mm (Endarto, 008), (viii) rinian dan jumlah enda uji dapat dilihat pada Tael., dan gamar enda uji pelat dapat dilihat pada Gamar. Tael. Rinian dan jumlah enda uji Benda uji Kode Ukuran enda uji Jumlah Jenis pengujian Silinder Beton SB Silinder diameter 5 m dengan tinggi 30 m 3 Kuat tekan Normal PN 00 x 50 x 8 m 3 3 Kuat lentur Grid A PGA 00 x 50 x 8 m 3 (teal / lear alok grid = 3 m ) 3 Kuat lentur

3 Tael. (lanjutan) Benda uji Kode Ukuran enda uji Jumlah Jenis pengujian Grid B PGB 00 x 50 x 8 m3 (teal / lear alok grid = 4 m ) 3 Kuat lentur Grid C PGC 00 x 50 x 8 m3 (teal / lear alok grid = 5 m ) 3 Kuat lentur TAMPAK ATAS SKALA :00 POTONGAN A-A SKALA :00 TAMPAK ATAS SKALA :00 POTONGAN A-A SKALA :00 POTONGAN B-B SKALA :00 a). normal POTONGAN B-B SKALA :00 ). grid A TAMPAK ATAS SKALA :00 POTONGAN A-A SKALA :00 TAMPAK ATAS SKALA :00 POTONGAN A-A SKALA :00 POTONGAN B-B SKALA :00 ). grid B Gamar. Benda uji pelat lantai eton POTONGAN B-B SKALA :00 d). grid C

4 TINJAUAN PUSTAKA adalah struktur kaku yang seara khas teruat dari meterial monolit yang tingginya relati keil diandingkan dengan dimensi - dimensi lainnya. Struktur grid salah satu analogi struktur pelat yang merupakan struktur idang, seara khas terdiri dari elemen-elemen linier kaku panjang seperti alok atau rangka atang, dimana atang-atang tepi atas dan awah terletak sejajar dengan titik huung ersiat kaku (Shodek, 999). Beerapa skema entuk struktur pelat dan grid seperti pada Gamar. Beton merupakan ahan angunan yang dihasilkan dari ampuran antara semen portland, pasir, atu peah dan air. Beton yang aik mempunyai iri-iri seagai erikut : kuat tekan tinggi, kuat tarik tinggi, rapat air, tahan ausan, tahan uaa (panas-dingin) sinar matahari, tahan terhadap zat zat kimia (terutama sulat), susutan pengerasannya keil, elastisitasnya (modulus elastis) tinggi (Tjokrodimuljo, 996). Kawat aja las (wire mesh) ini digunakan seagai tulangan. Batang kawat diuat dari aja illet (PT Krakatau Steel dalam Endarto, 008). Untuk menghasilkan kawat aja las (wire mesh), dipergunakan kawat aja mutu U-50 dengan tegangan leleh 5.000 kg/m, yang kemudian dilas dengan presisi tinggi LANDASAN TEORI a). Struktur pelat ). Struktur grid Gamar. Struktur dan Grid (Shodek, 999) Pada prinsipnya, sistem perenanaan tulangan pelat dapat diagi menjadi (dua) maam, yaitu : perenanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah dan perenanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (Asroni, 000). lantai eton diuat dengan agregat normal adalah eton normal, yaitu eton yang mempunyai erat isi 00-500 kg/m 3 (Mulyono, 003). W Berat jenis eton γ... () V dengan γ C adalah erat jenis eton (gram/m 3 ), W adalah erat enda uji (gram), V adalah volume pelat eton (m 3 ) Besarnya kuat tekan eton untuk enda uji silinder digunakan rumus seagai erikut : P Kuat tekan eton ( ) = maks... () A dengan adalah kuat tekan eton (MPa), P adalah ean tekan maksimum (N), A adalah luas permukaan enda uji yang tertekan (mm ). Kapasitas Lentur Beton Kuat lentur suatu pelat eton karena erlangsungnya mekanisme tegangan - tegangan dalam yang timul di dalam pelat yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya dalam, yang mementuk kopel momen dalam yang nilai maksimumnya diseut asitas lentur momen dalam penampang komponen struktur terlentur. Momen dalam inilah yang akan menahan atau memikul momen aktual yang ditimulkan ean luar.. Tinjauan asitas lentur erdasarkan pengujian Pada pengujian kuat lentur diperhitungkan jenis ean, yaitu ean terpusat P (oleh enda uji) dan ean teragi merata q (oleh erat sendiri pelat eton

5 ertulang). Dari Gamar 3. enda uji erupa pelat eton dilakukan pengujian kuat lentur. Nilai tekan retak (P) diperoleh dari pemaaan load gauge sedangkan lendutan (Z) diaa menggunakan alat dial gauge. Momen lentur maksimum dihitung dengan rumus seagai erikut : M maks = ¼. P. L + ⅛. q. L²... (3) dengan M maks adalah momen maksimum lentur (Nmm), P adalah ean terpusat maksimum (N), q adalah erat sendiri pelat eton per satuan panjang ( N/mm) dan L adalah panjang entang (mm).. Tinjauan asitas lentur erdasarkan analisis teoritis a). eton normal. Momen asitas lentur dihitung dengan langkahlangkah seagai erikut : ). Dihitung nilai a As a... (4) 0,85 ' ). Dihitung nilai Z a Z d -... (5) 3). Dihitung momen asitas lentur (M ) M 0,85 ' a Z... (6) ). eton grid. Hitungan momen asitas lentur pelat eton grid dilakukan dengan ara perhitungan alok T. Proses perenanaan alok T diawali dengan menganggap alok T terseut seagai alok penuh (alok persegi dengan lear e ), kemudian diari letak garis netral pada penampang alok. Gaya dalam yang terjadi pada pengujian pelat eton grid dilukiskan seperti pada Gamar 4. Hitungan momen asitas lentur dihitung dengan langkah erikut : ). Dihitung lear eekti ( e ) alok T. Untuk menghitung nilai e lihat Gamar 5. (a). Balok T dengan sayap pada kedua sisi λ... (7a) e 4 e 6 h... (7) e λ n... (7) Dipilih e yang terkeil. (). Balok T dengan sayap pada satu sisi e λ...(8a) e 6 h...(8) e λ n...(8) Dipilih e yang terkeil. ). Dihitung tinggi lok tegangan eton tekan persegi equivalen (a) As a... (9) 0,85 ' e Jika a β h : maka eton tekan erada di sayap (diseut alok T palsu), dihitung seagai alok persegi panjang dengan lear alok = e (lihat langkah 3). Jika a β h : maka alok tekan erada di adan (diseut alok T asli), dihitung seagai alok T, mula-mula dihitung luas sayap = A (lihat langkah 4). 3). Untuk a β h, hitungan dilanjutkan seagai erikut : (a). Dihitung rasio tulangan (ρ ) A s ρ... (0a) e d ρ 0,75 ρ maks 38,5β 600 y '... (0) 00%,dengan β = 0,85 syarat : ρ harus ρ maks (). Dikontrol : semua tulangan tarik harus sudah leleh ( a a maks,leleh ) 600 β d d a maks,leleh... () 600 Jika a > a maks,leleh, maka ukuran pelat kurang esar. (). Dihitung momen asitas pelat (M ) a M A s d... () 4). Untuk a β h, hitungan dilanjutkan seagai erikut : y y

350 0 300 00 00 50 50 50 6 (a). Dihitung luas transormasi sayap (A ) dan momen asitas sayap (M k ) 0,85 ' h e A...(3a) M k A d h /...(3) (). Dihitung rasio tulangan (ρ ), dengan syarat ρ harus ρ maks A s A ρ...(4a) d ρ maks e 0,75 ρ 38,5β '... (4) 00% 600 y y Jika ρ > ρ maks, maka ukuran pelat kurang esar. (). Dihitung tinggi lok tegangan eton tekan persegi ekuivalen a dengan syarat : a a maks,,leleh A s A a... (5a) d 600 β d d a maks,leleh... (5) 600 Jika a > a maks.lele eh, maka ukuran pelat kurang esar. (d). Dihitung momen asitas lentur pelat (M ) M k 0,85 ' a d a/... (6a) M k A d h /... (6) M M M... (6) k k y Load Gauge Dial Gauge Load Mahine h Tumpuan Pompa Hidrolik L Kerangka alat uji lentur 5 m 90 m 5 m Gamar 3. Skema pengujian kuat lentur pelat eton Gamar 4. Diagram regangan-tegangan alok T ertulang tunggal Gamar 5. Potongan penampang pelat grid untuk perhitungan e alok T

7 Lendutan Maksimum. Tinjauan lendutan maksimum erdasarkan pengujian Lendutan maksimum dihitung erdasarkan data-data hasil pengujian dan pengukuran di lapangan.. Tinjauan lendutan maksimum erdasarkan analisis teoritis Besarnya lendutan maksimum dihitung erdasarkan langkah erikut : a). Dihitung nilai n, A g dan A t E s n...(7a) E A g A t h...(7) A (n ) A...(7) g ). Σ momen terhadap tepi atas = 0, diperoleh y, y a, dan e : A g h (n -) As d ya...(8a) A t y h - y a...(8) e y - d s... `(8) ). Dihitung momen inersia transormasi pelat: ). Momen inersia transormasi untuk penampang pelat normal. Gamar s penampang pelat normal dapat dilihat pada Gamar 6. 3 I h A y h t g (n ) A s e... (9a) ). Momen inersia transormasi untuk penampang pelat grid. Detail penampang pelat normal dapat dilihat pada Gamar 7. 3 3 I h h t 3 A A 3 h h A g y a g g3 y a h y h h a (n ) A s e... (9) d). Lendutan yang terjadi pada tengah entang : q,q,6q... (0a) U D 4 3 5 L L Z q U P.. (0) 384 E I 48 E I t dengan Z adalah lendutan (mm), q U adalah ean perlu (N/mm), q D adalah ean mati pelat eton (N/mm), q L adalah ean hidup minimum untuk angunan kantor seesar,5 kn/m, P adalah ean terpusat maksimum (N). L a t ya e d y h ds Gamar 6. Potongan penampang pelat normal y a y 3 I I I I I I I I e Gamar 7. Potongan penampang pelat eton grid h h METODE PENELITIAN Tahap Penelitian Tahapan diagi menjadi 5 tahap yaitu :. Tahap I : Persiapan alat dan penyediaan ahan. Tahap II : Pemeriksaan ahan 3. Tahap III : Perenanaan ampuran dan pemuatan enda uji

8 4. Tahap IV : Pengujian enda uji 5. Tahap V : Analisis dan pemahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Bahan. Pengujian agregat halus (pasir) a). Kandungan ahan organik. Hasil pemeriksaan ahan organik pada pasir adalah kuning keoklatan, dan menurut Hellige Tester sesuai dengan nomor (kuning keokelatan). Hal ini menunjukkan ahwa pasir memiliki kandungan zat organik yang sangat sedikit, sehingga pasir dapat digunakan seagai ampuran eton. ). Kadar lumpur pada pasir. Kadar lumpur pada pasir diperoleh,04 % dari pasir, sehingga tampak ahwa pasir mempunyai kadar lumpur kurang dari 5% dan memenuhi persyaratan seagai ampuran eton (SK SNI S-04-989 F). ). Saturated Surae Dry. Pada pengujian ini diperoleh penurunan pasir ratarata seesar 3,63 m erarti mendekati setengah tinggi keruut (3,5 m), pasir telah menapai kondisi SSD sehingga tidak perlu diangin-anginkan. d). Speii gravity dan asorsi pasir. Nilai serapan air seesar,04 %, sehingga pasir telah memenuhi persyaratan karena memiliki nilai asorsi < 5% (SNI 970:008). Untuk pemeriksaan erat jenis diperoleh hasil seesar,63 gr/m 3, dapat disimpulkan ahwa pasir dalam pengujian termasuk agregat normal karena erat jenisnya erada pada kisaran antara,5,7 gr/m 3 (SNI-T-5-990-03). e). Gradasi pasir. Diperoleh modulus halus utir seesar 3,04. Menurut SK SNI S- 04-989 F, modulus halus utir agregat halus antara,5 sampai 3,8 sehingga agregat halus (pasir) telah memenuhi syarat mutu untuk ampuran eton.. Pengujian agregat kasar (kerikil) a). Speii gravity dan asorsi agregat kasar (kerikil). Diperoleh esar nilai erat jenis,603 gr/m 3 dalam kondisi SSD erarti agregat kasar memenuhi syarat seagai agregat normal karena erat jenisnya erada pada kisaran antara,5,7 gr/m 3 (SNI-T- 5-990-03). Penyerapan air seesar 3,06 %, sehingga kerikil memenuhi persyaratan karena memiliki nilai asorsi > 5 % (SNI 969:008). ). Gradasi agregat kasar (kerikil). Diperoleh modulus halus utir 6,69. Menurut SK SNI S-04-989 F, modulus halus utir untuk agregat kasar yang digunakan seagai ampuran eton yaitu 6 7,0 sehingga agregat telah memenuhi syarat mutu untuk ampuran eton. ). Pengujian keausan agregat kasar (kerikil). Hasil pengujian keausan atu peah dari Wonogiri 6,4 %. Menurut SK SNI S-04-989 F, keausan agregat kasar tidak oleh leih dari 40 % untuk kekuatan eton di atas 0 MPa, sehingga agregat telah memenuhi syarat mutu untuk ampuran eton. Pengujian Slump Dari pengujian slump diperoleh rata-rata nilai slump pelat eton diantara 7,5 5 m sehingga nilai slump telah memenuhi syarat pekerjaan pelat eton (Tjokrodimuljo, 996). Pengujian Berat Jenis Beton Data hasil pengujian, diperoleh erat jenis rata-rata untuk silinder eton yaitu,308 gram/m 3, dan pelat eton dengan variasi pelat normal, pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C erturut turut adalah yaitu,348 gram/m 3 ;,54 gram/m 3 ;,365 gram/m 3 ;,57 gram/m 3. Kuat Tekan Beton Diperoleh nilai kuat tekan ( ) rata-rata silinder eton seesar 5,559 MPa. Nilai kuat tekan ( ) renana dengan kuat tekan hasil enda uji silinder eton ereda dipengaruhi aktor ara pengerjaan yaitu saat pengadukan ampuran eton maupun pemadatan dalam etakan silinder. Kapasitas Lentur Beton. Hasil pengujian Pengujian kuat lentur pelat eton dilakukan setelah enda uji pelat eton erumur 8 hari. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tael. Gamar pengujian kuat lentur pelat dapat dilihat pada Gamar 8.

9 Dari Tael. di awah hasil pengujian kuat lentur rata - rata pelat normal diperoleh momen maksimum lentur rata - rata yaitu 3,845 knm. Untuk momen maksimum lentur rata - rata pelat eton hasil pengujian dengan variasi pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C erturut turut adalah 3,66 knm ; 3,89 knm; 3,86 knm.. Hasil analisis teoritis a). Hasil analisis teoritis pelat eton normal. Hasil analisis teoritis momen asitas lentur pelat eton normal dapat dilihat pada Tael 3. ). Hasil analisis teoritis pelat eton grid. Analisis teoritis dengan ara perhitungan alok T. Hasil analisis teoritis momen asitas lentur pelat eton dengan enda uji pelat eton grid A; pelat eton grid B; pelat eton grid C dapat dilihat pada Tael 4. 3. Selisih hasil pengujian dan analisis Berdasar hasil pengujian dan hasil analisis teoritis di atas terdapat peredaan selisih nilai momen asitas lentur pelat eton di antara keduanya, maka dari itu perlu diari selisih nilai dan persentase hasil pengujian dengan hasil analisis teoritisnya. Hasil selisih pengujian dan analisis pelat eton dengan variasi pelat eton normal; pelat eton grid A; pelat eton grid B; pelat eton grid C dapat dilihat pada Tael 5. Dari Tael 5. di awah didapat selisih hasil pengujian dan analisis untuk pelat eton dengan variasi pelat normal; pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C erturut turut adalah 3,063 % ;,38 % ; 5,88 % ; 4,6 %. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di atas terdapat peredaan selisih nilai momen asitas lentur pelat diantara keduanya. Momen asitas lentur hasil pengujian leih esar dari pada hasil analisis. Tael. Perhitungan hasil pengujian laoratorium Variasi Benda Uji Normal Grid A Grid B Grid C Pmaks Lendutan Maksimum ( Z ) L t W q Momen maksimum lentur pelat eton W/000 /4*P*L+/8*q*L Momen maksimum lentur ratarata kn mm mm mm mm N N/mm knm knm 6 8,96 940 0,940 3,695 7 7,77 940 0,940 3,90 3,845 7 8,46 937 0,937 3,90 7,85 6 0,6 3,887 5 9,9 63 0,63 3,438 3,66 6 9,58 67 0,67 3,66 900 500 80 7,69 660 0,660 3,89 7,43 670 0,670 3,893 3,89 7,75 66 0,66 3,89 7 7,86 755 0,755 3,90 6 7,79 750 0,750 3,676 3,86 7 7,8 747 0,747 3,90 Tael 3. Hasil analisis teoritis momen asitas lentur pelat eton normal Benda uji Normal Kuat tekan eton ( ') Kuat tarik putus aja ( ) Tinggi eekti (d) Diameter tulangan (Ø) Luas tulangan Tarik (As) Tinggi Tegangan Beton (a) Panjang lengan (Z) Momen asitas pelat (M ) MPa MPa mm mm mm mm mm mm knm 5,559 603,706 60 5, 500 84,949 4,7 57,6,956

0 Tael 4. Hasil analisis teoritis momen asitas lentur pelat eton grid Variasi Benda Uji Grid A Grid B Grid C Kuat Tekan Beton ( ) Kuat Tarik Putus Baja () Tinggi eekti (d) Diameter tulangan (Ø) Luas tulangan tarik (As) Lear pelat eekti ( e ) Tinggi Tegangan Beton (a) Momen asitas lentur tiap agian (M ) Momen asitas lentur pelat (M ) MPa MPa mm mm mm mm mm knm knm 5,559 603,706 60 5,,37 5,5,4 0,697 5 4,7 0,739 5 4,7 0,739 5,5,4 0,697 57,5 0,6 0,703 5 4,7 0,739 5 4,7 0,739 57,5 0,6 0,703 6,5 9,44 0,709 5 4,7 0,739 5 4,7 0,739 6,5 9,44 0,709,87,885,895 Tael 5. Selisih momen asitas lentur hasil pengujian dan analisis Variasi Benda Uji Normal Grid A Grid B Grid C Hasil uji laoratorium Hasil hitungan analisis Selisih hasil Prosentase selisih Prosentase selisih ratarata (knm) (knm) (kn.m) (%) (%) 3,695,956 0,74 0,00 3,90,956 0,96 4,60 3,06 3,90,956 0,96 4,59 3,887,87,0 6,0 3,438,87 0,57 6,45,38 3,66,87 0,79,57 3,89,885,0 5,87 3,893,885,0 5,89 5,88 3,89,885,0 5,88 3,90,895,0 5,79 3,676,895 0,78,3 4,6 3,90,895,0 5,77 Hasil pengujian momen asitas lentur pelat eton erdasarkan huungan momen asitas lentur dengan lendutan dapat dilihat pada Gamar 9. Dari Gamar 9. di awah dapat dilihat huungan momen asitas lentur enda uji dengan lendutan pelat eton. Gamar di awah menunjukkan perandingan searah yaitu dengan semakin ertamahnya ean maka lendutan juga semakin ertamah. Hasil pengujian momen asitas lentur pelat eton erdasarkan huungan ean terpusat ( P ) dengan lendutan rata rata ( Z ) dapat dilihat pada Gamar 0. Dari Gamar 0. di awah dapat dilihat huungan ean terpusat (P) enda uji dengan

lendutan rata rata. Gamar di awah menunjukkan perandingan searah yaitu, dengan semakin ertamahnya ean maka lendutan juga akan semakin ertamah, sampai ean yang terjadi pada pelat eton tidak mau ertamah lagi. Ini menandakan ahwa ean yang terjadi pada pelat eton telah maksimum dan lendutan yang terjadi juga telah maksimum pada enda uji pelat eton. Benda uji pelat eton tidak sampai patah hanya melengkung dan retak diagian awah pelat karena ditahan oleh tulangan aja yang menamah kekuatan lentur dari pelat eton terseut. Perhitungan Bean Hidup Maksimal Perhitungan ean maksimal pada pelat eton dihitung erdasarkan langkah erikut : M maks = 3,695 knm (Tael ) qd = 0,94 N/mm (Tael ) = 0,94 kn/m ql =,5 kn/m (ean hidup untuk angunan kantor) Dihitung ean P u dan ean q u : P, P,6 P P u u D, 0,6 P L L,6 P L q u, q D,6 q,q D,6 0, 0,94,3 kn/m Sehingga diperoleh persamaan : M 4 P L 8 q L maks L u u 4,6 P 9 L 0,9 8,3 0, 3,695 0,36 P L 3,695-0,4 P L 3,58 / 0,36 9,947 kn Dihitung esarnya q L, pengujian : q q L,pengujian PL Luas pelat eton 9,947 /( 0,5) 9,9 kn/m q L,5 kn/m Jadi esarnya ean hidup maksimal pelat eton normal untuk enda uji L,pengujian I seesar 9,9 kn/m leih esar dari ean hidup untuk angunan kantor (,5 kn/m ) Hasil analisis teoritis momen asitas lentur pelat eton normal dapat dilihat pada Tael 6. Tael 6. Bean hidup maksimum (q L,pengujian ) pelat eton Variasi Benda Uji Normal Grid A Grid B Grid C q D L Momen Maksimum pengujian (M maks ) Bean (P L ) Luas pelat (A) Bean hidup (q L ) Bean hidup ratarata (q L ) N/mm m knm kn m kn/m kn/m 0,940 0,9 3,695 9,947 0,5 9,9 0,940 0,9 3,90 0,57 0,5, 0,7 0,937 0,9 3,90 0,57 0,5, 0,6 0,9 3,887 0,59 0,5, 0,63 0,9 3,438 9,340 0,5 8,7 9,9 0,67 0,9 3,66 9,965 0,5 9,9 0,660 0,9 3,89 0,588 0,5, 0,670 0,9 3,893 0,587 0,5,, 0,66 0,9 3,89 0,588 0,5, 0,755 0,9 3,695 9,947 0,5 9,9 0,750 0,9 3,90 0,57 0,5, 0,7 0,747 0,9 3,90 0,57 0,5,

Gamar 8. lantai eton setelah diuji kuat lentur Gamar 9. Huungan momen asitas lentur dengan lendutan rata-rata Gamar 0. Huungan ean terpusat dengan lendutan rata-rata pelat

3 Perhitungan Lendutan Maksimum. Hasil pengujian Lendutan maksimum didapat dari pengujian kuat lentur pelat eton, dengan menempatkan dial alat penatat lendutan (dial gauge) di atas enda uji pelat eton. Setiap penamahan ean kn terjadi lendutan dengan satuan /00 mm. Menatat setiap lendutan yang terjadi sampai ean maksimal yang mampu ditahan enda uji. Hasil pengujian lendutan maksimum dapat dilihat pada Tael 7. Dari Tael 7. di awah hasil pengujian lendutan maksimum untuk pelat eton dengan variasi pelat eton normal adalah 8,397 mm. Untuk hasil pengujian lendutan maksimum pelat eton dengan variasi pelat eton grid A; pelat eton grid B; pelat eton grid C erturut turut adalah 0,4 mm ;,63 mm ; 7,83 mm.. Hasil analisis teoritis Pada perhitungan teoritis lendutan maksimum pelat eton, diperhitungkan jenis ean, yaitu ean terpusat P (oleh enda uji) dan ean teragi rata q (oleh erat sendiri). Hasil analisis teoritis lendutan maksimum pelat eton dapat dilihat pada Tael 8. Dari Tael 8. di awah hasil analisis teoritis lendutan untuk pelat eton dengan variasi pelat normal adalah 0,58 mm. Untuk hasil analisis teoritis lendutan maksimum pelat eton dengan variasi pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C erturut turut adalah,7 mm ;,09 mm ; 0,98 mm. 3. Selisih hasil pengujian dan analisis teoritis Berdasar hasil uji pengujian dan hasil analisis teoritis di atas terdapat peredaan selisih nilai lendutan pelat eton di antara keduanya, maka dari itu perlu diari selisih nilai dan persentase hasil pengujian dengan hasil analisis teoritisnya. Hasil selisih pengujian dan analisis pelat eton dengan variasi pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C dapat dilihat pada Tael 9. Tael 7. Hasil pengujian lendutan maksimum pelat eton Variasi enda uji Normal Grid A Grid B Grid C P maksimum P maksimum rata-rata Lendutan maksimum Lendutan maksimum rata-rata (k N ) (kn) (mm) (mm) 6 8,96 7 6,67 7,77 7 8,46 7,85 5 6 9,9 6 9,58 7,69 7 7,43 7,75 7 7,86 6 6,67 7,79 7 7,8 8,397 0,4,63 7,83

4 Tael 8. Hasil analisis teoritis lendutan pelat eton Variasi enda uji Normal Grid A Grid B Grid C Kuat tekan eton (') Panjang pelat (L) Bean maksimum (P) Berat mati (qd) Bean hidup (ql) Bean perlu (qu) Momen Inersia transormasi (It) Lendutan maksimum (Z) Lendutan maksimum rata-rata (Z) N/mm mm kn N/mm N/mm N/mm mm 4 mm mm 5,559 900 6 0,940,5 5,3.58.45,75 0,56 5,559 900 7 0,940,5 5,3.58.45,75 0,59 5,559 900 7 0,937,5 5,.58.45,75 0,59 5,559 900 7 0,6,5 4,73 0.99.54,56,09 5,559 900 5 0,63,5 4,75 0.99.54,56,09 5,559 900 6 0,67,5 4,74 0.99.54,56,09 5,559 900 7 0,660,5 4,79.536.085,90 0,99 5,559 900 7 0,670,5 4,80.536.085,90 0,94 5,559 900 7 0,66,5 4,79.536.085,90 0,99 5,559 900 7 0,755,5 4,9.746.56,99,3 5,559 900 6 0,750,5 4,90.746.56,99, 5,559 900 7 0,747,5 4,90.746.56,99,7 0,58,7,09 0,97 Tael 9. Selisih lendutan hasil pengujian dan analisis Variasi Benda Uji Normal Grid A Grid B Grid C Hasil pengujian Hasil hitungan analisis Selisih hasil Persentase selisih Persentase selisih ratarata (mm) (mm) (mm) (%) (%) 8,96 0,56 8,40 93,76 7,77 0,59 7,8 9,4 93,07 8,46 0,59 7,87 93,04,85,3 0,6 89,60 9,9, 8,8 88,08 88,49 9,58,7 8,4 87,79,69,09 0,60 90,66,43,09 0,34 90,45 90,6,75,09 0,66 90,7 7,86 0,99 6,87 87,39 7,79 0,94 6,85 87,93 87,55 7,8 0,99 6,83 87,33 Dari Tael 9. di atas diperoleh selisih hasil pengujian dan analisis untuk pelat eton dengan variasi pelat normal; pelat grid A; pelat grid B; pelat grid C erturut turut adalah 93,07 % ; 88,49 % ; 90,6 % ; 87,55 %. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di atas terdapat peredaan selisih nilai lendutan pelat diantara keduanya. Lendutan hasil pengujian laoratorium leih esar dari pada hasil analisis. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah diadakan tahap pemuatan enda uji, perawatan enda uji, pengujian kuat lentur pelat eton pada umur 8 hari dengan

5 menggunakan tulangan kawat aja las (wire mesh), serta analisis yang telah dilakukan, akhirnya penelitian ini dapat diamil kesimpulan seagai erikut :. Kuat tekan rata rata silinder eton untuk as 0,5 dengan umur 8 hari adalah 5,559 MPa.. Bean terpusat maksimum rata rata yang dapat ditahan pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 6,67 kn ; 6 kn ; 7 kn ; 6,67 kn. grid B dapat menahan ean terpusat yang leih esar yaitu 7 kn dari pada pelat normal atau dengan pelat grid A dan pelat grid C. 3. Momen asitas lentur rata rata pengujian laoratorium pada pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 3,845 knm ; 3,66 knm ; 3,89 knm ; 3,86 knm. Hasil laoratorium menunjukkan pelat grid B mempunyai momen asitas lentur yang leih esar yaitu 3,89 knm dari pada pelat normal, pelat grid A dan pelat grid C. 4. Momen asitas lentur rata rata analisis teoritis pada pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah,956 knm;,87 knm ;,885 knm ;,895 knm. Hasil analisis menunjukkan pelat normal mempunyai momen asitas lentur yang leih esar yaitu,956 knm dari pada pelat grid A, pelat grid B, dan pelat grid C. 5. Persentase selisih momen asitas lentur rata rata hasil uji laoratorium dan analisis untuk pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 3,06 ;,38 % ; 5,88 % ; 4,6 %. 6. Bean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) rata- rata pelat eton dengan variasi pelat eton normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut turut adalah 0,7 kn/m ; 9,9 kn/m ;, kn/m ; 0,7 kn/m. Hasil ean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) leih esar dari ean hidup maksimal untuk angunan kantor (q L,teoritis =,5 kn/m ). 7. Lendutan maksimum rata rata pengujian laoratorium dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 8,397 mm ; 0,4 mm ;,63 mm ; 7,83 mm. grid B mempunyai lendutan yang leih esar yaitu,63 mm dari pada pelat normal atau dengan pelat grid A atau dengan pelat grid C. 8. Lendutan maksimum rata rata analisis teoritis dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 0,57 mm ;,4 mm ;,07 mm ; 0,95 mm. grid A mempunyai lendutan yang leih esar yaitu,4 mm dari pada pelat normal atau dengan pelat grid B atau dengan pelat grid C. 9. Persentase selisih lendutan maksimum rata rata hasil uji laoratorium dan analisis untuk pelat eton dengan variasi entuk pelat normal ; pelat grid A ; pelat grid B ; pelat grid C erturut-turut adalah 93,3 % ; 88,77 % ; 90,8 % ; 87,84 %. 0. Nilai dari perandingan ean hidup maksimal pengujian (q L,pengujian ) pelat eton normal dan pelat eton grid yang leih esar dari ean hidup maksimal teoritis (q L,teoritis ) menandakan pelat eton normal dan pelat eton grid dengan tulangan wire mesh diameter 5, mm dapat direkomendasikan seagai alternati untuk pelat lantai eton sesuai dengan standar SNI. Saran Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan penelitian, maka peneliti memerikan saran seagai erikut :. Perlu dilakukan penelitian leih lanjut mengenai pelat eton dengan menggunakan tulangan kawat aja las (wire mesh) dengan ahan aku lainnya, agar diperoleh pelat eton dengan volume ringan dan mempunyai kekuatan yang esar untuk menahan ean yang dipikulnya.

6. Dalam penggunaan kawat aja las untuk penelitian pelat eton, perlu dilakukan pengukuran diameter kawat aja las (wire mesh) yang leih teliti untuk keperluan hitungan analisis momen lentur pelat eton itu sendiri. 3. Perlu dioa lakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kawat aja las (wire mesh) dengan diameter leih esar supaya didapatkan perandingan yang tepat dan ekonomis. 4. Dalam penelitian ini, pemuatan egesting menggunakan kayu randu dan sterooam. Untuk pengemangan penelitian selanjutnya dapat menggunakan pelat aja permanen supaya diperoleh hasil etakan pelat eton yang sesuai dengan yang direnanakan dan didapatkan permukaan yang rata di setiap agian. DAFTAR PUSTAKA Asroni, A., 007, Balok dan Beton Bertulang, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Asroni, A., 009, Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Asroni, A., 00, Kolom Fondasi dan Balok T Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 98, Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI 98), Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 989. Spesiikasi Bahan Bangunan Bukan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam), SK SNI S 04 989 F, Yayasan LPMB, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum, 990, Tata Cara Pemuatan Renana Campuran Beton Normal, SK SNI T-5-990-03, Badan Penelitian dan Pengemangan Pekerjaan Umum, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 008. Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar, SNI 969:008, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum, 008. Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus, SNI 970:008, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Dipohusodo, I., 994, Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-5-99-03 Departemen Pekerjaan Umum RI, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Endarto, Y., 008, Penggunaan Kawat Baja Las (Wire Mesh) Seagai Penulangan Lantai Beton Tipis, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mulyono, T., 003, Teknologi Beton, Penerit Andi, Yogyakarta. Puspantoro, Ing. B., 993, Teori Dan Analisis Balok Grid, Penerit Andi Oset, Yogyakarta. PT Union Metal, 03. Union Wire Mesh, www.unionmetal.o.id. Shodek, D.L., (Terjemahan Bamang Suryoatmono)., 999. Struktur, Erlangga, Jakarta. Suakti, A. 995. Teknologi Beton Dalam Praktek. FTSP, ITS, Suraaya. Sutiyono, A., 008, Tinjauan Kuat Lentur Plat Lantai Menggunakan Tulangan Wire Mesh Dengan Penamahan Polyvinil Aetat, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tjokrodimuljo, K., 996. Teknologi Beton, Nairi. Yogyakarta..

7