Jurnal Infotel Volume 2, Nomor 2, November 2010

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB-CAC) PADA SISTEM WCDMA. Devi Oktaviana

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

EVALUASI KINERJA ALGORITMA HISTERESIS HARD HANDOFF PADA SISTEM SELULER

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNJUK KERJA NOISE RISE BASED CALL ADMISSION CONTROL (NB CAC)

Estimasi Luas Coverage Area dan Jumlah Sel 3G pada Teknologi WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access)

Analisis Performansi WCDMA-Diversitas Relay pada Kanal Fading

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

ANALISIS IMPLEMENTASI JARINGAN CDMA20001X EVDO REV-A DI KOTA MALANG

Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

ANALISIS PENGARUH SLOPE TERRAIN TERHADAP PATHLOSS PADA DAERAH SUBURBAN UNTUK MODE POINT TO POINT PADA SISTEM GSM 900

PERENCANAAN SISTEM JARINGAN RADIO SELULER CDMA DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE


Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Radio Propagation. 2

UNJUK KERJA LOAD BASED CALL ADMISSION CONTROL (LB-CAC) PADA SISTEM MULTI-TRAFIK WCDMA. Aries Tri Prawijaya Putra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TEORI DASAR. dimana : λ = jumlah panggilan yang datang (panggilan/jam) t h = waktu pendudukan rata-rata (jam/panggilan)

PERBANDINGAN EFEK CELL BREATHING PADA JARINGAN CDMA 20001X EVDO PADA FREKUENSI CARRIER YANG BERBEDA

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Simulasi Perencanaan Site Outdoor Coverage System Jaringan Radio LTE di Kota Bandung Menggunakan Spectrum Frekuensi 700 MHz, 2,1 GHz dan 2,3 GHz

PENENTUAN CAKUPAN DAN KAPASITAS SEL JARINGAN UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS)

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)

Lisa Adriana Siregar Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

PERANCANGAN CAKUPAN AREA LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI DAERAH BANYUMAS

ANALISA PERBANDINGAN PEMODELAN PROPAGASI PADA SISTEM DCS 1800 DI KOTA SEMARANG

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PENINGKATAN KAPASITAS SEL PADA SISTEM SELULER GSM

Analisis Pengaruh Penempatan Femtocell Terhadap Sel Makro Jaringan UMTS

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

SIMULASI CELL BREATHING CDMA x MENGGUNAKAN DELPHI

ANALISIS RSCP PADA HSDPA DAN HSUPA DI WILAYAH KOTA MALANG

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

KUALITAS LAYANAN DATA PADA JARINGAN CDMA x EVOLUTION-DATA ONLY (EVDO)

ANALISIS PENYEBAB BLOCKING CALL DAN DROPPED CALL PADA HARI RAYA IDUL FITRI 2012 TERHADAP UNJUK KERJA CDMA X

Analisis Performansi Teknologi Radio Trunking Digital Studi Kasus PT Pelindo II Tanjung Priok Jakarta Utara

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet

CALL SETUP FAILURE PADA JARINGAN CDMA X INTISARI

Analisa Unjuk Kerja Jaringan Operator 3G(WCDMA-UMTS) Menggunakan Metode Drivetest

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) BERDASARKAN PARAMETER JARAK E Node-B TERHADAP MOBILE STATION DI BALIKPAPAN

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi Bergerak Frekuensi 2.3 GHz Melewati Pepohonan Menggunakan Metode Giovanelli Knife Edge

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Journal of Informatics and Telecommunication Engineering

Objective PT3163-HANDOUT-SISK OMBER

Perhitungan Kapasitas Kanal Pada Sistem CDMA. Arif Hidayat ST

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengaruh Penggunaan Physical Cell Identity (PCI) Pada Perancangan Jaringan 4G LTE

BAB II LANDASAN TEORI

UNJUK KERJA ALGORITMA HARD HANDOFF TERHADAP VARIASI KECEPATAN MOBILE STATION

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

BAB I PENDAHULUAN. teknologi 3G yang menawarkan kecepatan data lebih cepat dibanding GSM.

Perencanaan Jaringan 3G UMTS. Kota Bekasi, Jawa Barat. Aldrin Fakhri Azhari

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Non-Linier BPSK Dengan Adanya Interferensi Cochannel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH DENGAN FRACTIONAL FREQUENCY REUSE SEBAGAI MANAJEMEN INTERFERENSI

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Wireless Communication Systems Modul 9 Manajemen Interferensi Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015

PERENCANAAN BASE STATION UNTUK JARINGAN SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK BERBASIS WCDMA DI WILAYAH SUB URBAN

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini jarak minimum frequency reuse dapat dicari dengan rumus pendekatan teori sel hexsagonal, yaitu : dimana :

Transkripsi:

47 SIMULASI PERUBAHAN ENERGI PER BIT DAN DERAU TERHADAP JUMLAH KANAL DAN CAKUPAN WCDMA Alfin Hikmaturokhman 1, Hesti Susilawati 2, Tantiningrum Niken 1 1 Akademi Teknik Telkom Sandhy Putra Purwokerto 1 Jl DI Panjaitan No 128 Purwokerto, (0281) 641629, (0281) 641630 2 Program Sarjana Teknik Unsoed Purwokerto 2 Jl. Kampus No.1, Grendeng, Purwokerto, 53122 (0281) 630696, (0281) 630696 e-mail: alfin_h21@yahoo.com 1, hesti_s@yahoo.co.id 2 Abstract E b /N o parameter is the measure of signal to noise ratio for a digital communication system, it is measured at the input to the receiver and is used as the basic measure of how strong the signal is, or in other words E b /N o indicates the fluctuation of received signal strength in the receiver. E b /N o is affected by several factors, such as speed of mobile station, propagation environment and bit rate. The variations of E b /N o value will affect to the number of offered channel and coverage in WCDMA. The impact of the variation of E b /N o value could be recognized in the result of the calculations. The purpose of this research is to build simulation models by using Delphi to view and analyze the influence of E b /N o of total channels and WCDMA coverage. The results from simulation analysis showed that the larger of E b /N o and bit rate used, the number of channels on offer will be smaller and the value of BS is low sensitivity, which means loads of traffic will also offer little that would cause the quality to be better systems and transmit power MS becomes more lower in order to maintain the value of E b /N o to avoid the drop call. Keywords: WCDMA, E b /N o signal to derau ratio, coverage, bit rate Abstrak Parameter E b /N o adalah rasio perbandingan energy bit terhadap derau untuk sistem komunikasi digital dan digunakan sebagai ukuran untuk mengukur seberapa kuat sinyal yang diterima oleh penerima, atau dengan kata lain E b /N o merupakan indikasi dari lemahnya sinyal yang diterima yang bisa dideteksi oleh penerima di atas suatu harga level derau yang sudah ditetapkan. Parameter E b /N o merupakan parameter dimana nilainya mempengaruhi jumlah kanal dan cakupan WCDMA. E b /N o akan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kecepatan pergerakan, lingkungan propagasi, dan bit rate yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah membangun model simulasi menggunakan Delphi untuk melihat dan menganalisis pengaruh E b /N o terhadap Jumlah Kanal dan Cakupan WCDMA. Hasil analisis dari simulasi menunjukan bahwa semakin besar nilai E b /N o dan bit rate yang digunakan, maka jumlah kanal yang ditawarkan akan semakin kecil dan nilai sensitivitas BS menjadi rendah, artinya beban trafik yang ditawarkan juga akan semakin kecil sehingga akan mengakibatkan kualitas sistem menjadi lebih baik dan daya pancar MS menjadi lebih. rendah dalam rangka untuk mempertahankan nilai E b /N o agar tidak terjadi drop call. Kata kunci: WCDMA, E b /N o, signal to derau ratio, cakupan, bit rate 1. PENDAHULUAN Wideband CDMA (WCDMA) adalah standar 3G yang menggunakan salah satu saluran 5 MHz untuk suara dan data, dan menawarkan kecepatan hingga 2 Mbps. Tingginya bit rate yang ditawarkan tentu saja akan mempengaruhi kapasitas trafik dan cakupan area pada sel tersebut [1]. Parameter penting yang digunakan untuk menghitung kapasitas trafik dan radius cakupan suatu sel adalah parameter energy bit terhadap derau (E b /N o ) yang digunakan untuk mengukur kualitas sambungan pada sistem seluler WCDMA. Karena itu,

48 perubahan nilai E b /N o sangat berpengaruh terhadap perubahan jumlah kanal dan cakupan area WCDMA [2]. Dalam perhitungan kapasitas trafik WCDMA, parameter E b /N o digunakan untuk menentukan jumlah kanal yang ditawarkan. Sedangkan dalam perhitungan cakupan, parameter E b /N o sangat penting Penelitian yang dilakukan dengan cara membangun simulasi dengan menggunakan Bahasa Pemrograman Delphi untuk menganalisis pengaruh perbedaan E b /N o terhadap Jumlah Kanal dan Cakupan WCDMA. Program simulasi yang akan digunakan untuk membantu perhitungan, dapat dilihat pada diagram alir berikut: untuk menentukan apakah user tersebut dapat dilayani atau tidak oleh Base Station START PARAMETER KAPASITAS TRAFIK 1.BIT RATE 2.FAKTOR AKTIVITAS SUARA 3.Eb/No 4.NOISE RISE 5. PROB BLOCKING 6. SHIP RATE HITUNG JML KANAL PADA SINGLE CELL WCDMA JML KANAL YG DI TAWARKAN PD SINGLE CELL WCDMA (BS) pada sel tunggal tersebut. Pada [3] PARAMETER CAKUPAN AREA WCDMA HITUNG EIRP EIRP 1 1. DAYA PANCAR MS belum diteliti adanya perbedaan E b /N o yang akan mempengaruhi kualitas sistem dan 2. GAIN MS 3. BODY LOSS 4. NOISE FIGURE 5. Eb/No 6. GAIN BS,LOSS KABELL,INT MARGIN 7. CHIP RATE,FADING 8. THERMAL NOISE 9. GAIN SHO 10. FREK. CARRIER 11 HBS, HMS HITUNG RECEIVER NOISE RECEIVER NOISE RECEIVER NOISE HITUNG RECEIVER daya pancar Mobile Station (MS) yang POWER HITUNG NOISE POWER SENSITIVITAS BS akhirnya akan mempengaruhi hasil dari MAPL SENSITIVITAS penelitian tersebut. Pada penelitian ini kami HITUNG PATH LOSS BS HITUNG MAPL 1 mengembangkan simulasi menggunakan PATH LOSS Bahasa Pemrograman Delphi untuk HITUNG RADIUS SELL RADIUS SINGLE CELL WCDMA menganalisis adanya perbedaan E b /N o yang akan mempengaruhi jumlah kanal dan cakupan WCDMA.. Pada makalah ini diasumsikan sel tunggal tidak dipengaruhi oleh interferensi sel di sekitarnya dan interferensi antar user pada sel tersebut diabaikan. Parameter E b /N o dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bit rate yang digunakan. Oleh karena itu, diberikan dua nilai bit rate yang berbeda yaitu 9600 bps dan 14400 bps untuk memperjelas pengaruh dari bit rate yang digunakan. Nilai chip rate yang digunakan pada standar WCDMA sesuai 3GPP adalah sebesar 3,84 Mcps. SELESAI Gambar 1. Diagram alir simulasi menggunakan Delphi untuk melihat dan menganalisis pengaruh E b /N o terhadap Jumlah Kanal dan Cakupan WCDMA Parameter-parameter yang diperhitungkan dalam kapasitas trafik dan penentuan radius cakupannya tersebut adalah sebagai berikut: 2.1 Morfologi Area Perencanaan Sebelum menentukan dimana BS nantinya akan ditempatkan, maka perlu diketahui jenis area dan padatnya penduduk pada area tersebut. Model Okumura membagi 3 jenis area yang berbeda, yaitu[5]: 1) Area Urban 2. METODE PENELITIAN 2) Area Suburban

49 3) Area Terbuka (Open Area) a(hre) (1,1log ( fc) - 0,7) hre - (1,56 log ( fc) - 0,8) 2.2 Propagasi Outdoor COST 231 Model propagasi berdasarkan lingkungan outdoor dan indoor. Adanya pemantulan dari beberapa objek dan f c h te h re = frekuensi 1500 MHz - 2000 MHz = tinggi antena BS 30 m - 200 m = tinggi antena MS 1 m - 10 m pergerakan MS akan menyebabkan kuat sinyal yang diterima oleh MS bervariasi, dari sinyal yang diterima tersebut akan mengalami pathloss, dimana akan membatasi kinerja dari sistem komunikasi bergerak. Model propagasi memprediksikan rata-rata kuat sinyal yang diterima oleh MS pada jarak tertentu dari BS ke MS,selain itu digunakan memperkirakan daerah cakupan BS sehingga ukuran sel dari BS dapat ditentukan. Model propagasi juga d = jarak pemancar dan penerima 1 km sampai 20 km a(h re ) = faktor koreksi untuk tinggi efektif antena MS C M = faktor koreksi untuk ukuran kota Nilai C M = 0 db untuk ukuran medium - small city Nilai C M = 3 db untuk daerah pusat kota (metropolitan/large city) Daerah suburban: PL(dB)=PL(urban) 2[log (fc/28)] 2 5,4 digunakan menentukan daya maksimum yang dapat dipancarkan untuk menghasilkan kualitas pelayanan yang sama pada frekuensi yang berbeda[5]. Model ekstensi COST 231 merupakan pengembangan dari model Hata untuk sistem di daerah urban dengan rentang frekuensi antara 1,5 GHz hingga 2 GHz yang diajukan pertama kali oleh The European Co-operative for Scientific and Technical research (EURO-COST). Formula standar dari model ini adalah EUR91[4]: PL(dB) 46,3 33,9 log fc -13,82 log hte a(hre) (44,9-6,55loghte )logd CM Sedangkan nilai a(hre) COST 231 dihitung menggunakan rumus: 2.3 Pengaruh Perubahan E b /N o terhadap Jumlah Kanal yang Ditawarkan Untuk memaksimalkan kapasitas dari sistem, maka salah satu caranya adalah dengan membatasi level transmit dari masing-masing user sehingga bisa mengurangi interferensi total pada sistem, atau dengan kata lain perubahan level power transmit dari masing-masing user juga akan membawa perubahan pada kapasitas sistem. Parameter E b /N o adalah rasio perbandingan pengukuran sinyal terhadap derau untuk sistem komunikasi digital dan digunakan sebagai ukuran untuk mengukur (1) seberapa kuat sinyal yang diterima oleh penerima, atau dengan kata lain E b /N o

50 merupakan indikasi dari lemahnya sinyal yang diterima yang bisa dideteksi oleh receiver diatas suatu harga level derau yang sudah ditetapkan [5]. Eb N 0 P I P W P R = daya sinyal informasi yang diterima dari MS pada antena BS (Watt) R = data rate (9600 bps untuk bit rate 1, dan 14400 bps untuk bit rate 2) W = chip rate (Mcps) I = total interferensi (Watt) E b /N o minimum perlu ditentukan untuk mendapatkan performansi sistem yang memadai. Pada artikel jurnal, range nilai E b /N o diasumsikan sebesar 5 db hingga 7 db. Pada perhitungan kapasitas trafik, untuk mengetahui jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal WCDMA, harus terlebih dahulu dihitung parameter Noise_Rise dengan nilai η ul (Uplink Load Factor) yang diasumsikan sebesar 50%, menggunakan persamaan adalah sebagai berikut Noise_Rise (10log(1 η ul )) (5) Jumlah kanal yang ditawarkan dimana interferensi antar sel tetangga diperhitungkan, dapat hitung dengan persamaan sebagai berikut: 1 1 W N 1 1 v Noise _ Rise (1 i) Eb Rk No (4) Interferensi antar sel tetangga (intercell interference) diabaikan maka perhitungan (sel tunggal), dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut N 1 1 Noise_Rise soft 1 N soft = jumlah kanal per sel W R k W Eb R No k v = WCDMA chip rate (3.84 Mcps) = Bit rate user (bps) v = faktor aktivitas suara (%) E N b o = Energy bit per Derau (db) Besarnya beban trafik yang ditawarkan dapat diketahui dengan menggunakan Tabel Erlang dengan probabilitas Blocking atau Grade of Service (GOS) sebesar 2%. Artinya setiap 100 pelanggan yang melakukan panggilan, 2 pelanggan diantaranya ditolak[6]: B Ns, s =2% N s = jumlah kanal s = offered load untuk sel tunggal 2.4 Pengaruh Perubahan E b /N o terhadap Cakupan WCDMA

51 Perhitungan radius atau cakupan sel, dimulai dengan perhitungan dari sisi uplink, penyebabnya karena besar kecilnya daya yang ditransmisikan oleh BS dari MS (efek jauh dekat). Oleh karena itu, pembahasan dalam artikel jurnal ini mencakup perencanaan cakupan dan kapasitas trafik pada sisi uplink. Pengontrolan daya yang baik dari sisi BS dan MS, akan menyebabkan kualitas sinyal dapat dijaga tetap baik, dan efek interferensi yang terjadi dapat dikurangi. Parameter yang digunakan dalam perhitungan radius cakupan mencakup link budget sisi uplink dan sisi downlink[6]. Kondisi area urban, suburban ataupun open area memiliki persamaan yang berbeda pada perhitungan model propagasi. Model propagasi diperlukan untuk menentukan berapa jumlah sel yang diperlukan untuk melayani suatu area pelayanan. Apabila digunakan bit rate yang berbeda, maka akan mempengaruhi nilai Processing Gain. Persamaan untuk menghitung Processing Gain adalah sebagai berikut : Gp = 10 log (W/R) (9) W = chip rate yang digunakan (Mcps) R = bit rate yang digunakan (9600 bps dan 14400 bps ) Parameter E b /N o pada perhitungan cakupan mempengaruhi nilai sensitivitas BS, untuk menentukan apakah user tersebut dapat dilayani atau tidak oleh BS. Sensitivitas BS Sens BS Eb/No - W/R Im Receiver Noise Power (10) = level daya terima minimum yang diperlukan BS untuk memperoleh nilai Eb/N 0 yang diinginkan, agar dapat tetap melakukan hubungan (dbm) user Eb/N 0 = energi bit per Derau (5 db 7dB) W/R I m = Processing Gain (db) = Margin Interference (dbm) Derau Power = penjumlahan antara Receiver Derau dengan chip rate yang digunakan (dbm) Dalam artikel jurnal, kondisi area yang ditentukan adalah urban dan suburban. Persamaannya adalah sebagai berikut[4]: Untuk daerah urban: R exp (11) ( PL (46,3 33,9 log fc 13,82 log hte a( hre ) CM )) (44,9 6,55 log hte) Untuk daerah suburban: R exp ( PL (46,3 33,9 log fc 13,82 log hte a( hre ) CM 2(log( fc / (12) (44,9 6,55 log( hte)) 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN 2 28)) 5,4 Dari hasil model simulasi menggunakan Delphi yang telah dibuat maka dapat dianalisis sebagai berikut

52 3.1 Pengaruh Perubahan E b /N o terhadap Jumlah Kanal yang Ditawarkan Kapasitas trafik pada sel tunggal WCDMA dapat diketahui dari jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tersebut. Untuk dapat menghitung jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal, maka dapat dimulai dari perhitungan Derau Rise. a. Perhitungan Derau Rise Kapasitas suatu sel bertambah maka interferensi juga akan bertambah. Persamaan (5) digunakan untuk menghitung Derau Rise dengan Uplink Load factor yang diasumsikan sebesar 50%,sehingga akan didapat Derau Rise sebesar 3 db b. Perhitungan Jumlah kanal sel tunggal WCDMA Jumlah kanal yang dihitung pada sel tunggal WCDMA menggunakan persamaan (7),sehingga untuk bit rate 1 = 9600 bps dengan nilai E b /N o = 5 db, maka didapat jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal WCDMA sebesar 42 kanal. Dengan nilai E b /N o = 6 db, maka didapat jumlah kanal yang ditawarkan adalah 34 kanal. Sedangkan bila nilai E b /N o = 7 db, maka jumlah kanal yang ditawarkan menjadi lebih kecil nilainya yaitu hanya sebesar 27 kanal,namun, jika bit rate yang digunakan sebesar 14400 bps, terdapat perubahan jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal tersebut. Untuk nilai E b /N o = 5 db, maka jumlah kanal yang didapat adalah sebesar 28 kanal. Nilai E b /N o = 6 db, jumlah kanal yang ditawarkan sebesar 22 kanal. Sedangkan pada saat nilai E b /N o = 7 db, jumlah kanal yang ditawarkan hanya 18 kanal. Semakin besar nilai E b /N o maka jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal WCDMA akan semakin kecil atau dengan kata lain, semakin besar nilai E b /N o maka semakin sedikit pula user yang dapat ditampung pada sel tersebut. Jika dilihat dari bit rate yang ditawarkan, semakin tinggi bit rate yang digunakan maka jumlah kanal yang ditawarkan juga akan semakin kecil. Perubahan E b /N o berpengaruh terhadap jumlah kanal yang ditawarkan yang dapat dilihat pada gambar 1 yang merupakan gambar hasil dari simulasi perhitungan diatas: Garis diatas pada grafik menunjukkan hubungan E b /N o terhadap jumlah kanal yang ditawarkan untuk bit rate 9600 bps. Sedangkan Garis dibawah pada grafik menunjukkan hubungan E b /N o terhadap jumlah kanal yang ditawarkan untuk bit rate 14400 bps. Semakin rendah bit rate yang digunakan, maka jumlah kanal yang ditawarkan pada sel tunggal WCDMA akan semakin banyak. Semakin besar

53 jumlah kanal maka semakin besar pula beban kapasitas trafik yang ditawarkan, begitu juga sebaliknya. Semakin kecil beban kapasitas trafik yang ditawarkan, maka kualitas sistem akan semakin bagus. Gambar 2. Grafik hubungan antara nilai E b /N o dengan jumlah kanal yang ditawarkan 3.2 Pengaruh Perubahan E b /N o terhadap Cakupan WCDMA Perhitungan radius atau range sel, dimulai dengan perhitungan dari sisi uplink, hal ini dikarenakan besar kecilnya daya yang ditransmisikan oleh BS dari MS (efek jauh dekat). Oleh karena itu, pembahasan dalam artikel jurnal ini mencakup perencanaan cakupan dan kapasitas trafik pada sisi uplink. Perubahan parameter Eb/N 0 yang mempunyai range nilai dari 5 db hingga 7 db mempengaruhi nilai Sensitivitas BS. Pada artikel jurnal ini digunakan bit rate 9600 bps dan 14400 bps. Perhitungan bit rate 9600 bps, didapatkan Processing Gain dengan persamaan (9), sebesar 26,02 db,sedangkan untuk bit rate 14400 bps, didapatkan Processing Gain sebesar 24,26 db. Perbedaan bit rate yang digunakan mempengaruhi nilai Processing Gain juga akan mempengaruhi nilai sensitivitas BS dan secara otomatis akan mempengaruhi radius cakupan sel tunggal WCDMA. Untuk bit rate 9600 bps dimana nilai E b /N o = 5 db, sensitivitas BS yang didapat adalah sebesar -121,2 dbm, nilai E b /N o = 6 db, sensitivitas BS adalah sebesar -120,2 dbm, sedangkan nilai E b /N o = 7 db, sensitivitas BS adalah sebesar -119,2 dbm. Untuk bit rate 14400 bps dimana nilai E b /N o = 5 db, sensitivitas BS yang didapat adalah sebesar -119,42 dbm, nilai E b /N o = 6 db, sensitivitas BS adalah sebesar -118,42 dbm, sedangkan nilai E b /N o = 7 db, sensitivitas BS sebesar -117,42 dbm. Semakin tinggi bit rate yang digunakan, maka Sensitivitas BS (level daya terima MS minimum yang diterima BS agar MS dapat melakukan akses pada sel tersebut), akan semakin kecil nilainya. Untuk nilai E b /N o yang semakin besar maka nilai sensitivitas BS akan semakin kecil, atau dapat juga dikatakan bahwa sensitivitas BS akan semakin baik. Kualitas sistem yang baik dapat dicapai pada saat nilai E b /N o sebesar 7 db dengan bit rate 14400 bps, karena dengan kecilnya sensitivitas BS, maka secara tidak langsung daya pancar yang dibutuhkan MS untuk melakukan akses juga rendah, sehingga kualitas sistem juga akan semakin

54 baik. Jika sensitivitas BS makin besar maka daya pancar MS juga harus ditingkatkan agar MS dapat dikenali oleh BS dan mencapai E b /N o yang telah ditetapkan sebesar 7 db sehingga tidak terjadi drop call. Daya pancar yang rendah akan menurunkan nilai E b /N o yang dibutuhkan untuk mengatasi derau dan interferensi, ini menyebabkan MS masih dapat beroperasi pada jarak yang lebih jauh sehingga meningkatkan kemampuan pencakupan sel. Ini berarti pengurangan jumlah sel yang dibutuhkan untuk mencakup wilayah tertentu. Daya pancar yang rendah akan menurunkan nilai E b /N o juga akan menghemat biaya karena hanya membutuhkan daya pancar yang kecil. Perubahan nilai sensitivitas BS akan mempengaruhi radius cakupan sel tunggal WCDMA. Radius cakupan untuk daerah suburban lebih besar daripada radius cakupan untuk daerah urban. Faktor koreksi ukuran kota yang dipilih adalah pusat kota/large city/metropolitan (CM=3), maka perhitungan ini akan mempengaruhi E b /N o terhadap radius cakupan untuk daerah urban dan suburban yang dapat dillihat pada Gambar 3 berikut ini: Gambar 3. Grafik Hubungan antara Eb/N 0 terhadap radius cakupan untuk daerah ber jenis urban di pusat kota dengan nilai CM=3 Garis diatas pada grafik pada Gambar 3 menunjukkan hubungan menggunakan bit rate 9600 bps, dimana untuk nilai E b /N o = 5 db, radius cakupan = 0,544 km, sedangkan dibawah diatas pada grafik menggunakan bit rate 14400 bps, untuk nilai E b /N o = 5 db, radius cakupan = 0,485 km. Gambar 4. Grafik Hubungan antara Eb/N 0 terhadap radius cakupan pada daerah suburban untuk pusat kota dengan CM=3 Garis diatas pada grafik Gambar 4 menunjukkan hubungan antara E b /N o terhadap radius cakupan pada daerah suburban untuk pusat kota yang menggunakan bit rate 9600 bps,dimana dengan nilai E b /N o = 5 db, radius cakupan = 0,596 km. Bitrate 14400 bps ditunjukkan oleh Garis dibawah pada grafik, dimana pada E b /N o = 5 db, radius cakupan = 0,531 km

55 Faktor koreksi ukuran kota yang dipilih adalah kota kecil-sedang (CM=0), maka mempengaruhi perubahan E b /N o terhadap radius cakupan untuk daerah urban dan suburban dapat dilihat pada gambar berikut: Pada Gambar 5 dan Gambar 6, garis diatas pada grafik menunjukkan hubungan antara E b /N o terhadap radius cakupan menggunakan bit rate 9600 bps, dimana radius cakupan untuk daerah suburban lebih luas dibanding radius cakupan untuk daerah urban. Sedangkan garis dibawah pada grafik menunjukkan hubungan menggunakan 14400 bps, yang mempunyai radius cakupan lebih kecil. Gambar 6. Grafik Hubungan antara E b /N o terhadap radius cakupan pada daerah urban untuk kota kecil-sedang dengan CM=0 Gambar 6. Grafik Hubungan antara Eb/N 0 terhadap radius cakupan pada daerah suburban untuk kota kecil-sedang dengan CM=0 4. SIMPULAN Nilai E b /N o dan bit rate yang digunakan semakin besar, maka mengakibatkan jumlah kanal yang ditawarkan akan semakin kecil, artinya beban trafik yang ditawarkan juga akan semakin kecil yang mengakibatkan kualitas sistem menjadi lebih baik. Semakin besar nilai E b /N o dan bit rate yang digunakan juga akan mempengaruhi nilai sensitivitas BS menjadi semakin rendah, artinya daya pancar MS juga rendah untuk mempertahankan nilai E b /N o agar tidak terjadi drop call,sehingga nilai MAPL dan PL juga akan semakin kecil yang dapat menyebabkan cakupan sel WCDMA semakin kecil. DAFTAR PUSTAKA [1] Abdur Rahman Haider,Abu Bakar Bhatti dan Ammar Ahmad Kirmani, Radio Resource Management In 3G UMTS Networks, Thesis Degree of Master of Science in Electrical Engineering Blekinge Institute of Technology,2007 [2] Hubbul Walidany dan Dini Sulastiani, Studi Sistem Transmisi Pada Wideband Code Divison Multiple Access (WCDMA), Jurnal Rekayasa Elektrika, Volume 4 No.2,2005 [3] Putu Dodi Irawan,Arfianto Fahmi dan Kris Sujatmoko, Perencanaan Penempatan Base Station WCDMA Di Denpasar, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta, Juni 2009

56 [4] Sauter, Martin, Beyond 3G Bringing Networks,Terminals and the Web Together, John Wiley & Sons, United Kingdom, 2009. [5] Rahmawati Amalia Kartini dan Ali Muayyadi, The Performance Analysis of Combined MUD Decorelator and PIC in DS-CDMA, Paper Proceeding ICTel,pp 195-198, Bandung, 2009 [6] Rappaport, T S., Wireless Communication Principle and Practice Prentice Hall, Upper Saddle River New Jersey, 2002 [7] Mesa C. O., Enhancement WCDMA Uplink Performance University of Twente, Enschede The Netherland, Mei 2006