V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

9.1. Analisis LQ Sektor Kabupaten Jembrana Terhadap Sektor Provinsi Bali

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KOTA BOGOR (PERIODE ) YENI MARLINA

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I 2014 TUMBUH 6,5 PERSEN

Produk Domestik Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR- SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN TASIKMALAYA PADA ERA OTONOMI DAERAH TAHUN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

Economics Development Analysis Journal

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PENGARUH SUBSEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

Transkripsi:

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian daerah tersebut. Setiap sektor baik sektor utama maupun bukan, nantinya akan membentuk keragaman perekonomian daerah tersebut. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai peran sektor perekonomian dalam pembangunan Kabupaten Karimun berdasarkan indikator ekonomi pendapatan wilayah (PDRB) atas harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2000. Untuk mengetahui suatu sektor basis atau non basis digunakan analisis LQ (Location Quotient) dan untuk mendukung hasil analisis LQ dilakukan perhitungan surplus pendapatan. Selanjutnya modifikasi LQ adalah kuosien lokalisasi yang mencerminkan tingkat aglomerasi (memusat) akibat sektor tertentu. Kemudian untuk mentelaah keunggulan komparatif suatu wilayah dalam produksi suatu komoditi maka digunakan kuosien spesialisasi. 5.1. Analisis LQ Sektor Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan analisis LQ dapat diketahui sektor basis dan sektor non basis di wilayah Kabupaten Karimun dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku dan harga konstan 2000 untuk periode 2003-2005. Pada penelitian ini metode LQ digunakan untuk mengetahui basis dan non basis setiap sektor perekonomian di tingkat kabupaten (wilayah bawah) terhadap propinsi (wilayah atas). Nilai-nilai LQ tersebut merupakan rasio antara masing-masing sektor di 40

Kabupaten Karimun dengan peran sektor-sektor tersebut di Provinsi Kepulauan Riau. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya jika nilai LQ kurang dari satu berarti daerah yang bersangkutan termasuk sektor non basis dan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ Kabupaten Karimun berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berlaku (2003-2005) No Lapangan Usaha Nilai LQ 2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket 1 Pertanian 5,43 B 5,28 B 5,33 B 2 Penggalian dan Pertambangan 0,88 NB 0,81 NB 0,82 NB 3 Industri Pengolahan 0,18 NB 0,16 NB 0,14 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,29 B 1,14 B 1,09 B 5 Bangunan 2,28 B 2,08 B 2,07 B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,23 B 3,08 B 3,19 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,13 B 2,82 B 3,04 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,67 NB 0,63 NB 0,58 NB 9 Jasa-jasa 2,62 B 2,44 B 2,22 B Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 19 dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Karimun berdasarkan indikator PDRB dengan harga berlaku dalam kurun tiga tahun (tahun 2003-2005), terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. 41

Sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 5,43, tahun 2004 sebesar 5,28 dan tahun 2005 sebesar 5,33. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Berdasarkan nilai LQ dari PDRB berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keunggulan nilai kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Sedangkan nilai LQ berdasarkan harga konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (2003-2005) No Lapangan Usaha Nilai LQ 2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket 1 Pertanian 6,49 B 6,61 B 6,74 B 2 Penggalian dan Pertambangan 0,64 NB 0,70 NB 0,74 NB 3 Industri Pengolahan 0,19 NB 0,18 NB 0,18 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,32 B 1,27 B 1,23 B 5 Bangunan 2,35 B 2,34 B 2,41 B 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,19 B 3,16 B 3,13 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,74 B 2,69 B 2,73 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,77 NB 0,76 NB 0,76 NB 9 Jasa-jasa 2,60 B 2,61 B 2,57 B Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan : B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 20 terlihat bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. 42

Sama halnya dengan perhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49; tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif. Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun. Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada gilirannya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan. 43

5.2. Analisis Surplus Pendapatan Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dari sektor perekonomian tertentu. Hasil perhitungan surplus pendapatan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Tahun (2003-2005) No Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Lapangan (Rp Juta) Tahun 2000 (Rp Juta) Usaha 2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 122.915,28 142.994,46 175.735,79 121.483,82 129.909,38 140.419,16 2 Penggalian (810,92) (1.693,80) (2.048,74) (1.313,50) (1.115,98) (996,06) dan Pertambangan 3 Industri (8.890,80) (9.607,49) (10.625,51) (6.951,75) (7.119,70) (7.333,63) Pengolahan 4 Listrik, Gas, 124,63 57,36 42,12 66,65 55,90 48,11 dan Air Bersih 5 Bangunan 8.917,88 9.476,36 11.981,86 5.808,53 5.909,93 6.681,03 6 Perdagangan, 53.390,60 62.317,03 83.475,31 39.869,71 40.326,29 41.071,34 Hotel dan Restoran 7 Angkutan dan 10.185,97 22.078,14 34.127,86 11.494,25 11.998,90 13.233,42 Komunikasi 8 Bank dan (1.087,80) (1.426,88) (1.922,74) (530,06) (567,65) (603,72) Lembaga Keuangan 9 Jasa-jasa 8.395,90 8.650,78 8.751,29 5.575,54 5.853,61 5.896,14 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah). Pada Tabel 21 terlihat bahwa nilai surplus pendapatan pada sektor-sektor basis perekonomian Kabupaten Karimun memiliki nilai yang positif. Sedangkan pada sektor non basis cenderung memiliki surplus pendapatan yang bernilai negatif. Sektor yang memiliki nilai surplus pendapatan terbesar adalah sektor pertanian (baik bedasarkan PDRB harga berlaku maupun harga konstan) mengalami peningkatan selama periode tahun 2003-2005. Hal tersebut terjadi 44

karena besarnya peningkatan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karimun sebanding dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. Nilai surplus pendapatan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp 175.735,79 juta mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 142.994,46 juta. Bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2004 sebesar Rp 129.909,38 juta mengalami kenaikan menjadi Rp 140.419,16 juta. Dari hasil analisis surplus pendapatan ini memberikan suatu penjelasan bahwa sektor pertanian menghasilkan surplus pendapatan yang positif. Hal ini berarti sektor pertanian telah memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan surplus produksinya telah diekspor ke luar daerah. Hal ini sejalan dengan peran sektor pertanian sebagai sektor basis utama perekonomian Kabupaten Karimun. Begitu juga dengan sektor-sektor basis dalam perekonomian lainnya. Untuk sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor basis yang memiliki nilai surplus pendapatan terkecil dibandingkan dengan sektor basis lainnya. 5.3. Analisis Spesialisasi Bila nilai kuosien spesialisasi sama dengan satu maka ada spesialisasi kegiatan suatu sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Karimun, sebaliknya bila nilai kuosien spesialisasinya kurang dari satu maka tidak terdapat spesialisasi kegiatan sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Karimun. Hasil perhitungan nilai kuosien spesialisasi dapat dilihat pada Tabel 22. 45

Tabel 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2003-2005 No Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000 2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 0,24 0,24 0,26 0,28 0,28 0,29 2 Penggalian dan (0,01) (0,01) (0,01) (0,02) (0,02) (0,01) Pertambangan 3 Industri Pengolahan (0,04) (0,05) (0,05) (0,04) (0,04) (0,04) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 5 Bangunan 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 6 Perdangan, Hotel dan 0,12 0,12 0,13 0,11 0,11 0,11 Restoran 7 Angkutan dan Komunikasi 0,06 0,10 0,12 0,09 0,09 0,09 8 Bank dan Lembaga (0,02) (0,02) (0,03) (0,01) (0,01) (0,01) Keuangan 9 Jasa-jasa 0,09 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah). Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa nilai kuosien spesialisasi selama tiga tahun (2003-2005) di Kabupaten Karimun lebih kecil dari satu, yang berarti tidak ada spesialisasi atau cenderung kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian beragam (menyebar) pada setiap daerah di Kabupaten Karimun. Namun demikian, keenam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Karimun yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai kuosien spesialisasi bernilai positif baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Tingkat spesialisasi yang bernilai positif atau lebih besar dari satu ini memberikan suatu penilaian bahwa produk dari sektor-sektor tersebut berpotensi sebagai komoditas spesialisasi untuk Kabupaten Karimun. Hal ini berarti, bahwa keenam sektor mempunyai keunggulan komparatif dalam hal produksi di Kabupaten Karimun. 46

Keunggulan komparatif ini merupakan keunggulan yang bersifat alamiah artinya keunggulan tersebut sudah ada. Dengan potensi yang ada pada keenam sektor basis perekonomian memungkinkan Kabupaten Karimun meningkatkan kontribusi keenam sektor tersebut dalam jangka panjang sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Karimun. 5.4. Analisis Kuosien Lokalisasi Pada dasarnya penentuan lokalisasi potensial berdasarkan analisis kuosien lokalisasi hanya dapat memberikan gambaran awal tentang potensi kegiatan perekonomian disuatu daerah dibandingkan daerah/wilayah lainnya. Oleh karena itu, penentuan lokalisasi tersebut dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi belum memenuhi untuk dapat dijadikan dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan suatu wilayah. Namun lokalisasi potensial yang ditentukan tersebut dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan pembangunan dalam melakukan analisis lain yang lebih kompleks. Nilai kuosien lokalisasi sektor sektor perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Nilai Kuosien Lokalisasi Sektor Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun No Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000 2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 0,24 0,24 0,23 0,27 0,27 0,28 2 Penggalian dan Pertambangan (0,01) (0,02) (0,02) (0,03) (0,02) (0,02) 3 Industri Pengolahan (0,51) (0,51) (0,52) (0,54) (0,55) (0,55) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Bangunan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 6 Perdangan, Hotel dan Restoran 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 7 Angkutan dan Komunikasi 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,06 8 Bank dan Lembaga Keuangan (0,02) (0,02) (0,02) (0,01) (0,01) (0,01) 9 Jasa-jasa 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) 47

Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa selama periode 2003-2005 sektorsektor basis dalam perekonomian (yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa.) di Kabupaten Karimun mempunyai nilai kuosien lokalisasi/ aglomerasi yang tidak sama dengan satu dengan tingkat aglomerasi positif, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Karimun lokasinya relatif menyebar dalam wilayah Kabupaten Karimun. Pada dasarnya lokalisasi yang relatif menyebar tersebut akan lebih berorientasi pasar. Orientasi pasar ini dapat diartikan bahwa konsumen yang berasal dari luar lokasi bisa menjangkau ke lokasi pemasaran produk sektor basis dalam perekonomian, sehingga memberikan keuntungan bahwa pertumbuhan sektor-sektor basis tersebut lebih cepat berkembang pada lokasi tertentu. 5.5. Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun digunakan Analisis shift share. Analisis ini digunakan untuk mendukung untuk hasil analisis LQ yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam analisis shift share dilakukan perhitungan indeks rasio pertumbuhan dan analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun. Dalam analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun dianalisis 3 komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). 48

5.5.1. Analisis indeks Rasio Pertumbuhan Rasio PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dapat ditunjukan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Jika nilai PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau tiap sektor diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 2005 sebagai tahun akhir analisis dan tahun 2003 sebagai tahun dasar analisis, maka setiap sektor mempunyai rasio yang berbedabeda. Nilai Ra diperoleh dari pembagian antara total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 dengan total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2003. nilai Ra tiap sektor untuk setiap daerah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki besaran yang sama, karena merupakan pembagian total PDRB, yaitu sebesar 1,13. lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Nilai Ra, Ri dan ri Lapangan Usaha Ra Ri ri Pertanian 1,13 1,11 1,13 Pertambangan dan Penggalian 1,13 0,94 1,06 Industri Pengolahan 1,13 1,16 1,07 Listrik dan Air Bersih 1,13 1,14 1,03 Bangunan 1,13 1,12 1,13 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,13 1,14 1,09 Pengangkutan dan Komunikasi 1,13 1,21 1,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,13 1,15 1,10 Jasa-jasa 1,13 1,13 1,10 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah) Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2005 dengan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Provinsi Kepulauan Riausektor i pada tahun 2003. Nilai Ri setiap sektor di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau bernilai 49

positif, ini berarti bahwa setiap sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai Ri terbesar yaitu sebesar 1,21. Hal ini didukung oleh tingkat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan terbesar di Kepulauan Riau, yaitu Rp 931.37,.47 juta pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 1.129.091,06 juta pada tahun 2005. Lebih rinci mengenai pertumbuahn PDRB sektor-sektor perekonomian di Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 25 Sedangkan nilai Ri terkecil ditempati sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0.94. Tabel 25. Pertumbuhan PDRB Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (%) No Lapangan Usaha Pertumbuhan 1 Pertanian 11.40 2 Pertambangan dan Penggalian (5.62) 3 Industri Pengolahan 15.54 4 Listrik dan Air Bersih 13.51 5 Bangunan 12.23 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.65 7 Pengangkutan dan Komunikasi 21.23 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 14.79 9 Jasa-jasa 13.35 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah) Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Kabupaten Karimun sektor i dan pada tahun 2005 dengan PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003. Nilai ri Kabupaten Karimun dari masing-masing sektor bernilai positif. Pada Tabel 23, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ri terbesar yaitu 1,18. 50

Sedangkan nilai ri yang terkecil dimiliki oleh sektor Listrik dan Air Bersih yaitu sebesar 1,03. 5.5.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karimun Analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi disuatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan regional semua sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun bernilai positif. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karimun yaitu sebesar Rp 58.484,03 juta. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten Karimun, artinya bila terjadi perubahan kebijakan ekonomi maka sektor pertanian akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari analisis LQ Kabupaten Karimun yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana dalam hal ini sektor pertanian dengan penunjang utamanya adalah sektor perikanan. Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB pada komponen pertumbuhan regional, yaitu sebesar Rp 558,66 juta. Hal ini berarti sektor listrik dan air minum tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Karimun. Sektor terkecil kedua ditempati oleh sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.167,94 juta. Jika terjadi perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten 51

Karimun, maka sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi. Tabel 26. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 Pertumbuhan No Lapangan Usaha Regional (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian 58.484,03 13,47 2 Pertambangan dan Penggalian 9.741,36 13,47 3 Industri Pengolahan 22.582,66 13,47 4 Listrik dan Air Bersih 558,66 13,47 5 Bangunan 11.378,10 13,47 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 48.032,98 13,47 7 Pengangkutan dan Komunikasi 17.489,05 13,47 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.167,94 13,47 9 Jasa-jasa 9.233,41 13,47 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah) Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan sektorsektor perekonomian di Kabupaten Karimun sebesar 13,47 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan regional Kabupaten Karimun yang cenderung baik. Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa beberapa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karimun memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB. Jika nilai PP suatu sektor (Ppi<0), maka dapat diidentifikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan sektor lain yang PP-nya positif. Sektorsektor yang memberikan kontribusi negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar rp -13.806,05 juta (-19.09 persen), sektor bangunan sebesar rp - 1.040,80 juta (-1,23 persen) dan sektor jasa-jasa sebesar rp - 78,81 juta (-0,11 persen). 52

Tabel 27. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 No Lapangan Usaha Pertumbuhan Proporsional (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian 8.972,77 2,07 2 Pertambangan dan Penggalian (13.806,05) -19,09 3 Industri Pengolahan 3.470,52 2,07 4 Listrik dan Air Bersih 1,64 0,04 5 Bangunan (1.040,80) -1,23 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 637.68 0,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi 10.081,40 7,76 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 606,84 1,32 9 Jasa-jasa (78,81) -0,11 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah) Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi yang positif dengan persentase yang lebih dari nol (PP>0), secara berurutan antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan. hotel dan restoran, dan sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik dan air bersih. kelima sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat daripada sektor-sektor lainnya yang ada di Kabupaten Karimun. Tabel 28. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005 No Lapangan Usaha Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Juta Rupiah) Persen 1 Pertanian 7.359,12 1,69 2 Pertambangan dan Penggalian 8.399,49 11,61 3 Industri Pengolahan (15.151,27) -9,03 4 Listrik dan Air Bersih (420,33) -10,13 5 Bangunan 286,10 0,34 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran (17.491,29) -4,90 7 Pengangkutan dan Komunikasi (3.897,78) -3,00 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa (2.000,56) -4,37 Perusahaan 9 Jasa-jasa/ Service (2.431,21) -3,55 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah) 53

Komponen pertumbuhan selanjutnya adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Suatu wilayah mempunyai daya saing wilayah terhadap sektor i apabila PPW-nya positif (PPW>0). Berdasarkan Tabel 28, diketahui bahwa sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 8.399,49 juta (11,61 persen), sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 7.359,12 juta (1,69 persen) dan sektor bangunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 286,10 juta (0,34 persen). Sedangkan enam sektor lain dalam perekonomian Kabupaten Karimun mempunyai daya saing wilayah yang kurang baik. Persentase nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari keenam sektor tersebut kurang dari nol (PPW<0). 54