EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE CPM DAN PERT (Studi Kasus Fly Over SKA Pekanbaru, Riau)

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

BAB III METODE PENELITIAN. (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional) pada proyek pembangunan

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI

PROJECT PLANNING AND CONTROL. Program Studi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EVALUASI BIAYA DAN PENJADWALAN WAKTU PROYEK PENGOLAHAN LIMBAH PT. KI DENGAN PENDEKATAN PERT

STUDI KASUS PENERAPAN METODE PERT PADA PROYEK GUDANG X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kampus USU Medan 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil,, Universitas Sumatera Utara, Jl.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III METODE PENELITIAN

Tri Kairo Suwarsono, Udisubakti C.M., Ahmadi

: Peramalan (Forecasting) Bab III : Manajemen Persediaan. Bab IV : Supply-Chain Management. Bab V : Penetapan Harga (Pricing)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

APLIKASI ANALISIS NETWORK PLANNING PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN DENGAN METODE CPM

PROSIDING ISBN :

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

2.2. Work Breakdown Structure

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Pertemuan ke-11 Teknik Evaluasi dan Review Proyek (PERT)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI

Operations Management

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU PROYEK DENGAN TAMBAHAN BIAYA YANG OPTIMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Manajemen ISSN:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana Undip)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Network Proyek Rehabilitasi Sekolah Dasar Negeri Combongan 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo

ANALISIS PERCEPATAN WAKTU DAN OPTIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN CRITICAL PATH METHOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

UPAYA PERCEPATAN PROYEK RUMAH HUNIAN DENGAN OPTIMALISASI BIAYA DI PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN CPM & PERT

Perencanaan dan Pengendalian Proyek. Pertemuan V

BAB II KEPUSTAKAAN. untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Operations Management

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

Pertemuan 3 ANALISIS JARINGAN DENGAN PERT

Suatu Tugas Akhir. Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh Ijazah Sarjana Teknik.

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN KERJA (NETWORK PLANNING)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JALUR KRITIS (Critical Path)

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III METODE PENELITIAN

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

MINGGU KE-6 MANAJEMEN WAKTU (LANJUTAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

BAB III LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MATERI 8 MEMULAI USAHA

OPTIMALISASI PENJADWALAN PROYEK REVITALISASI GEDUNG BPS KOTA GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN METODE CPM DAN PDM

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

BAB III METODE CPM-PERT PADA JARINGAN. Sebelumnya pada bab II sudah dijelaskan tentang teori graf, teori graf ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

PERT dan CPM adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang

Analisis Penerapan Network Planning Dalam Upaya Efisiensi Biaya dan Waktu Pada Penyelesaian Proyek Pengembangan Gedung RSD dr.

PENERAPAN PENJADWALAN PROBABILISTIK PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG FSAINTEK UNAIR

Manajemen Operasional PENJADWALAN DAN PENGAWASAN PROYEK

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Tahap II Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5, Malang)

Cara membuat network planning manual

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terlambat. Penyebab keterlambatan yang sering terjadi adalah akibat

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

BAB II STUDI PUSTAKA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Scheduling Method, dan telah didapatkan waktu penyelesaian proyek masingmasing

Transkripsi:

EVALUASI PENJADWALAN WAKTU DAN BIAYA PROYEK DENGAN METODE PERT DAN CPM (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Di Jl. Gaperta Medan, Sumatera Utara.) Muhammad Rizki Ridho 1 dan Syahrizal 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: RizkiRidho11@yahoo.com 2 Staff Pengajar Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan Email: syahrizal_ar@ymail.com ABSTRAK Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu dalam penyelesaiaannya. Suatu proyek konstruksi dikerjakan dengan perencanaan yang matang agar proyek selesai sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Penjadwalan proyek adalah suatu bentuk perencanaan proyek yang dibuat dengan tujuan agar proyek selesai tepat waktu. Critical Path Method dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) adalah dua dari beberapa metode yang digunakan untuk membuat penjadwalan proyek. Dua metode penjadwalan proyek ini memiliki dua pendekatan berbeda dalam pembuatannya, dimana CPM menggunakan pendekatan deterministik dan PERT menggunakan pendekatan probabilistik. Sering dalam suatu proyek terjadi keterlambatan dalam penyelesaiaannya karena faktor faktor yang tidak diperhitungkan sebelumnya sehingga kontraktor perlu membuat alternatif lain dalam pengerjaan proyek agar selesai sesuai dengan rencana. Salah satu alternatif untuk mempercepat penyelesaian proyek adalah dengan penambahan jam kerja sehingga membutuhkan biaya lebih besar dari perencanaan sebelumnya agar proyek selesai tepat waktu. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan. Kata kunci : Penjadwalan, Critical Path Method, Project Evaluation Review Technic, CPM, PERT, Percepatan Proyek, Biaya. ABSTRACT The construction project is an activity which has a period in completion. A construction project is done with careful planning so that the project is completed within the specified time period. Project scheduling is a form of planning a project created with the aim that the project is completed on time. Critical Path Method and Project Evaluation Review Technic (PERT) are two of several methods used to make project scheduling. Two project scheduling method has two different approaches in the making, CPM using deterministic approach and PERT using probabilistic approach. A project is often late in completion because unpredictable factors so contractors need to make other alternatives in order to complete the project as planned. One of the alternatives to speed up the completion of the project is with addition of work hours, thus requiring a cost more than the previous plan that projects are completed on time. This research will examine how scheduling of project can be made on the construction of the building project Badan Pusat Statistics Kota Medan, which located on the jalan Gaperta Medan using PERT and CPM Methode. and how the project can be brought forward with the addition of work hours in case of delays. Keyword : Scheduling, Critical Path Methode, Project Evaluation Review Technic, CPM, PERT, acceleration time of project, Cost.

I. PENDAHULUAN Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Dalam pengerjaannya suatu proyek dikerjakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat oleh perencana proyek. Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri Salah satu bentuk dari perencanaan suatu proyek adalah penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Critical Path Method (CPM) dan Project Evaluation Review Technic ( PERT ) merupakan dua metode penjadwalan proyek yang menggunakan pendekatan berbeda dalam pengerjaanya. Dimana metode CPM menggunakan pendekatan deterministik sedangkan metode PERT menggunakan pendekatan probabilistik. Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya di lapangan, suatu proyek tidak selalu berjalan sesuai dengan penjadwalan yang telah dibuat. Ada banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi, salah satu yang paling sering terjadi adalah karena turunnya hujan yang mengakibatkan proses kegiatan konstruksi harus ditunda. Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek yang telah terunda diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur) Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Tetapi dengan adanya penambahan jam kerja ini otomatis biaya untuk pengerjaan proyek juga akan bertambah. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan dengan menggunakan metode PERT dan CPM, dan bagaimana proyek dapat di percepat dengan penambahan jam kerja jika terjadi keterlambatan. II. KAJIAN PUSTAKA Proyek didefinisikan sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan waktu tertentu sebelum keseluruhan tugas diselesaikan (Taha, 2007). Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mempunyai saat awal, akan dilaksanakan serta diselesaikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan (Ali, 1997). Menurut Kinkinzaen (2004) proyek (Project) adalah mendefinisikan suatu kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam urutan-urutan tertentu sebelum keseluruhan tugas-tugas proyek dapat diselesaikan. Kegiatan-kegiatan dalam proyek ini saling berkaitan dan berhubungan dalam suatu urutan yang logis, dalam artian bahwa beberapa kegiatan tidak dapat di mulai sampai kegiatankegiatan yang lainnya terlebih dahulu di selesaikan Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir proyek. Jadi penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan dan waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas dalam proyek. 2.1 Metode Penjadwalan Proyek 2.1.1 Critical Path Metod ( CPM ) Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik

kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengann maksud pekerjaanpekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007). Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkann keterlambatan seluruh proyek. Jaringan Kerja Menurut Eka, Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dikerjakan. Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu network adalah sebagai berikut (Hayun, 2005) : (anak panah/busur), mewakili sebuah kegiatan atau aktivitas yaitu tugas yang dibutuhkan oleh proyek. Kegiatan di sini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu tertentu) dalam pemakaian sejumlah resources (sumber tenaga, peralatan, material, biaya). Kepala anak panah menunjukkan arah tiap kegiatan, yang menunjukkan bahwa suatu kegiatan dimulai pada permulaan dan berjalan maju sampai akhir dengan arah dari kiri ke kanan. Baik panjang maupun kemiringan anak panah ini sama sekali tidak mempunyai arti. Jadi, tak perlu menggunakan skala. (lingkaran kecil/simpul/node), mewakili sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru. Titik awal dan akhir dari sebuah kegiatan karena itu dijabarkan dengan dua kejadian yang biasanya dikenal sebagai kejadian kepala dan ekor. Kegiatan-kegiatan yang berawal dari saat kejadian tertentu tidak dapat dimulai sampai kegiatan-kegiatan yang berakhir pada kejadian yang sama diselesaikan. Suatu kejadian harus mendahulukan kegiatan yang keluar dari simpul/node tersebut. (anak panah terputus-putus), menyatakan kegiatan semu atau dummy activity. Setiap anak panah memiliki peranan ganda dalam mewakili kegiatan dan membantu untuk menunjukkan hubungan utama antara berbagai kegiatan. Dummy di sini berguna untuk membatasi mulainya kegiatan seperti halnya kegiatan biasa, panjang dan kemiringan dummy ini juga tak berarti apa-apa sehingga tidak perlu berskala. Bedanya dengann kegiatan biasa ialah bahwa kegiatan dummy tidak memakan waktu dan sumbar daya, jadi waktu kegiatan dan biaya sama dengan nol. (anak panah tebal), merupakan kegiatan pada lintasan kritis. Dalam penggunaannya, simbol-simbol ini digunakan dengan mengikuti aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005) : a. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanya boleh digambarkan satu anak panah. b. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau dengan nomor kejadian. c. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah ke kejadian bernomor tinggi.

d. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling cepat diselesaikannya kejadian (terminal event). Ervianto (2004) menjelaskan dalam CPM (Critical Path Method) dikenal EET ( Earliest Event Time) dan LET (Last Event Time), Total Float, Free Float, dan Float Interferen, EET itu sendiri adalah peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event. LET adalah peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event. Gambar 2.1 EET dan LET suatu Kegiatan X /(i, j) = nama kegiatan i = Peristiwa awal kegiatan X j = Peristiwa akhir kegiatan X Lij = Durasi kegiatan (i, j) Jalur Kritis Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas-aktivitas yang jumlah waktu pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambar dengan anak panah tebal (Badri,1997). Jalur kritis dalam suatu diagram jaringan adalah lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan kritis dan peristiwaperistiwa kritis yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya tidak terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan satu hari juga (Ali, 1997). Sedangkan peristiwa kritis merupakan peristiwa yang memiliki EET i = LET i sehingga EET i - LET i = 0 hal ini menyebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu lintasan kritis sama dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek. (Siagian, 1998). 2.1.2 Program Evaluation Review Technic ( PERT ) Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. Diagram PERT dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi dari setiap aktifitas. Menurut Gusti Ayu metode PERT memberikan perkiraan waktu dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan yaitu PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya unsur-unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinankemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi. Probabiiitas Dalam Penjadwalan Proyek Gusti Ayu menjelaskan bahwa teori Probabilitas dengan kurva distibusinya bermaksud untuk mengkaji dan mengukur ketidakpastian serta menjelaskannya secara kuantitatif. Pada dasarnya prinsip jaringan kerja dan jalur kritis pada metode PERT dan CPM hamper sama yang mebedakannya adalah dalam metode PERT, diketahui tiga angka estimasi setiap kegiatan. Tujuan dari penggunaan tiga angka estimasi adalah untuk memberikan rentang waktu yang paling lebar dalam melakukan sasaran dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan. Ketiga

estimasi durasi tersebut adalah: Kurun waktu optimistic (optimistic duration time) Kurun waktu optimistik adalah durasi yang tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam seratus kali kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama Kurun waktu paling mungkin (most likely time) Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time) Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, bila segala sesuatunya serba tidak baik. Durasi disini dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. Selanjutnya ketiga perkiraan waktu itu dirumuskan menjadi satu angka yang disebut (te) atau kurun waktu yang diharapkan (expected duration time). Dalam menentukan nilai (te) dipakai asumsi bahwa kemungkinan terjadinya peristiwa optimistik (a) dan pesimistik (b) adalah sama. Sedangkan kemungkinan terjadinya peristiwa paling mungkin adalah empat kali lebih besar dari kedua peristiwa optimistik dan pesimistik sehingga apabila dijumlah akan bernilai 6 (enam) sesuai dengan rentang kurva distribusi peristiwa yang telah di standarkan. Rumusannya adalah ( Yamit, 2003): = +4 + 6 Deviasi Standar dan Varians Kegiatan Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik, angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a) atau bila ditulis dengan rumus adalah sebagai berikut (Soeharto,1995): Deviasi Standar Kegiatan Varians Kegiatan Dimana : S = deviasi standar kegiatan V(te) = varians kegiatan = 1 6 = Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z yaitu hubungan antara waktu yang diharapkan (EET) dengan target T(d) dengan rumus sebagai berikut: = Dimana : z = Kemungkinan target yang hendak dicapai T(d) = Target waktu penyelesaian proyek EET = Waktu paling awal peristiwa S = Standar Deviasi Dengan menggunakan table Comulative Normal Distribution akan dapat menentukan persentase (%) proyek selesai pada target T(d). 2.2 Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project) Dalam suatu proyek yang dikehendaki selesai dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dapat dilakukan percepatan durasi kegiatan dengan konsekuensi akan terjadi peningkatan biaya. Percepatan durasi pelaksanaan proyek dengan biaya serendah mungkin dinamakan Crashing Project (Badri, 1991). Pada CPM, untuk mempercepat waktu pengerjaan proyek maka diadakan percepatan durasi kegiatan pada jalur-jalur kritis,

dengan syarat bahwa pengurangan waktu tidak akan menimbulkan jalur kritis baru. Salah satu cara untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek diantaranya dengan menambah waktu kerja dengan tenaga yang tersedia (kerja lembur) Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Dengan adanya penambahan jam kerja, maka akan mengurangi produktivitas tenaga kerja, hal ini disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja. Adapun beberapa parameter yang yang harus dicari untuk mengetahui percepatan waktu proyek adalah sebagai berikut: a. Produktivitas Harian = b. Produktivitas Tiap Jam = c. Produktivitas Harian Sesudah crash = 7 + Dimana: = h rja = h Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktifitas Jam Lembur (jam) Penurunan Indeks Produktifitas Prestasi Kerja (%) 1 0.1 90 2 0.2 80 3 0.3 70 4 0.4 60 (Sumber : Soeharto, 1997) d. Crash Duration = 2.2.1 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost) Dengan adanya penambahan waktu kerja, maka biaya untuk tenaga kerja akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 bahwa upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal. Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1. Normal ongkos pekerja perhari = h 2. Normal ongkos pekerja perjam = h 3. Biaya Lembur pekerja =1,5 h + 2 h

Dimana n = jumlah penambahan jam kerja 4. Crash Cost pekerja perhari = 7 + 5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan waktu) h = h 2.2.2 Hubungan Antara Biaya dan Waktu Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.17. Titik A mnunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu-biaya. Biaya Biaya waktu B Dipersingkat Titik Dipersingkat Biaya Dipercepat A Titik Normal Waktu Waktu Dipercepat Normal Waktu Gambar 2.3 Hubungan waktu-biaya normal dan dipersingkat untuk suatu kegiatan (Sumber : Soeharto,1997) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada pembangunan gedung Badan Pusat Statistik Kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan. Adapun dari data yang di peroleh pada proyek tersebut diketahui bahwa durasi proyek adalah selama 16 minggu atau 112 hari dengan total biaya sebesar Rp. 1.809.701.725,55. Dari data tersebut akan dibuat dua bentuk penjadwalan proyek baru dengan metode CPM dan metode PERT. Dan jika proyek diprediksi akan terjadi keterlambatan dalam penyelesaiaanya maka dibuatlah suatu percepatan proyek dengan alternative penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja. 3.1 Jaringan Kerja Dengan Metode CPM Sebelum membuat sebuah jaringan kerja, maka perlu diketahui dahulu ketergantungan setiap itempekerjaan pada proyek. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pekerjaan mana yang harus dikerjakan dahulu sebelum di pekerjaan lain dikerjakan atau pekerjaan mana yang dapat dikerjakan bersamaan. Maka dari data time schedule proyek yang telah didapat diketahui logika ketergantungan seperti pada table dibawah ini

Tabel 3.1 Logika Ketergantungan Item Pekerjaan Simbol Ketergantungan Durasi (Hari) A. Pekerjaan Pendahuluan A - 14 B. Pekerjaan Lantai I I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1-21 Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 A 35 Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 A,B1 35 Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 B10,C1,C2 21 V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 B1,B2 21 Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 B5,B10,C2,C6 7 Vii. Pekerjaan Plafond B7 B1,B2 21 Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 B4,C3,C4,C5,C8,C9 14 Ix. Pekerjaan Electrikal B9 B10,C1 21 X. Pekerjaan Sanitair B10 B1,B2 14 C. Pekerjaan Lantai Ii I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 A,B1 35 Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 B1,B2 21 Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 B10,C1,C2 21 Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 B10,C1,C2 14 V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 B1,B2 28 Vi. Pekerjaan Plafond C6 B1,B2 21 Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 B4,B6,B9,C3,C4,C5 21 Viii. Pekerjaan Electrikal C8 B5,B10,C2,C6 21 Ix. Pekerjaan Sanitair C9 B10,C1,C2 21 D. Pekerjaan Lain - Lain 112 Gambar 3.1 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode CPM Adapun bentuk jaringan kerja yang dibuat dengan metode CPM adalah seperti gamar diatas. Dengan jalur kritis berada pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8.

3.2 Jaringan Kerja Dengan Metode PERT Penjadwalan proyek dengan metode PERT, dimulai dengan mengestimasi waktu penyelesaian setiap item kegiatan proyek kedalam 3 jenis estimasi waktu yaitu waktu optimis (a), waktu yang paling mungkin (m), dan waktu pesimis (b). Dimana estimasi ini didapat dari hasil wawancara dari responden yang memiliki pengalaman dalam pengerjaan proyek. Adapun hasil analisa keseluruhan proyek untuk estimasi durasi optimis (a), durasi paling memungkinkan (m) dan durasi pesimis (b) dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.2 Estimasi waktu pada metode PERT Durasi Durasi Durasi Item Pekerjaan Simbol Optimis Yang Paling Pesimis (A) Mungkin (M) (B) (Hari) (Hari) (Hari) A. Pekerjaan Pendahuluan A 14 14 17 B. Pekerjaan Lantai I I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan B1 14 21 25 Ii. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) B2 31 35 43 Iii. Pekerjaan Bata / Plesteran B3 33 35 47 Iv. Pekerjaan Lantai Dan Keramik B4 18 21 24 V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela B5 19 21 23 Vi. Pekerjaan Atap Fiber Glass B6 5 7 9 Vii. Pekerjaan Plafond B7 17 21 26 Viii. Pekerjaan Pengecatan B8 10 14 21 Ix. Pekerjaan Electrikal B9 18 21 24 X. Pekerjaan Sanitair B10 10 14 20 C. Pekerjaan Lantai Ii I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) C1 30 35 43 Ii. Pekerjaan Bata / Plesteran C2 17 21 23 Iii. Pekerjaan Lantai Dan Keramik C3 18 21 24 Iv. Pekerjaan Pintu Dan Jendela C4 11 14 16 V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda C5 25 28 30 Vi. Pekerjaan Plafond C6 17 21 26 Vii. Pekerjaan Pengecatan C7 17 21 25 Viii. Pekerjaan Electrikal C8 18 21 24 Ix. Pekerjaan Sanitair C9 17 21 26 rumus Setelah membuat estimasi waktu maka dicari niali te (waktu yang diharapkan) dengan menggunakan Dimana: te = waktu yang diharapkan a = waktu optimis b = waktu pesimis m = waktu paling mungkin = +4 + 6 maka didapat nilai te untuk masing-masing kegiatan dalam bentuk tabel

Tabel 3.3 Nilai waktu yang diharapkan (te) Item Pekerjaan te (hari) A. Pekerjaan Pendahuluan 11.8 B. Pekerjaan Lantai I I. Pekerjaan Galian Dan Timbunan 17 II. Pekerjaan Pondasi / Beton (Mutu K-175) 33.7 III. Pekerjaan Bata / Plesteran 35.7 IV. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5 V. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 20 VI. Pekerjaan Atap Fiber Glass 6 VII. Pekerjaan Plafond 19.2 VIII. Pekerjaan Pengecatan 12.5 IX. Pekerjaan Electrikal 19.5 X. Pekerjaan Sanitair 12.3 C. Pekerjaan Lantai II I. Pekerjaan Beton (Mutu K-175) 33 II. Pekerjaan Bata / Plesteran 18.7 III. Pekerjaan Lantai Dan Keramik 19.5 IV. Pekerjaan Pintu Dan Jendela 12.3 V. Pekerjaan Atap / Kuda-Kuda 26.3 VI. Pekerjaan Plafond 19.2 VII. Pekerjaan Pengecatan 19 VIII. Pekerjaan Electrikal 19.5 Dengan menggunakan nilai te ( durasi waktu yang diharapkan ) maka dibuatlah sebuah diagram jaringan kerja proyek. Dimana prinsip pembuatan jaringan kerja ini sama seperti pada metode CPM. Gambar 3.2 Diagram Jaringan Kerja Dengan Metode PERT

Dari hasil analisa penjadwalan dengan metode PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam perhitungan, maka diketahui penyelesaian proyek (TE) selama 103.7 hari dan diperoler jalur kritis pada diagram jaringan kerja pada kegiatan A-B2-B5-C9-C7. Berdasarkan lintasan kritis yang telah didapat pada perhitungan, kemudian tentukan nilai deviasi standard dan varians pada proyek secara keseluruhan. Nilai deviasi standard dapat dicari dengan rumus Dan nilai varians kegiatan dapat dicari dengan rumus = 1 6 = Maka kedua variable ini dapatdilihat dalam bentuk table sebagai berikut Tabel 3.4 Nilai Standard Deviasi dan Varians Kegiatn pada metode PERT ITEM PEKERJAAN SIMBOL a (hari) b (hari) S V(te) PEKERJAAN PENDAHULUAN A 10 17 1.2 1.36 PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) B2 31 43 2.0 4.00 PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA B5 19 23 0.7 0.44 PEKERJAAN SANITAIR C7 17 25 1.3 1.78 PEKERJAAN PENGECATAN C9 17 26 1.5 2.25 Ʃ V(te) 9.83 Standard Deviasi 3.14 Dari tabel diatas dapat diketahui nilai total varians ( Ʃ V(te) ) = 9.83 dan deviasi standar ( S ) = 3.14. Dari sifat kurva distribusi normal dimana 99,7 % area berada dalam interval (TE - 3S) dan (TE + 3S) maka besar rentang 3S adalah 3 x 3.14 = 9.41. Maka kurun waktu penyelesaian proyek adalah 103.7 ± 9.41 hari. Perkiraan penyelesaian proyek paling cepat adalah 103.7 9.41 = 94.29 hari ~ 95 hari. Dan perkiraan penyelesaian proyek paling lambat adalah 103.7 + 9.41 = 113.11 hari ~ 114 hari. Jika dalam hal ini target yang ingin dicapai adalah kurun waktu yang paling cepat, maka nilai T(d) = 95 hari. Kemungkinan/ketidakpastian mencapai target jadwal pada metode PERT dinyatakan dengan z = = 95 103.7 3.14 = 2.77 Dengan menggunakan tabel distribusi normal komulatif dengan harga z = -2,77 maka diperoleh hasil 0,0028. Ini kemungkinan proyek untuk selesai dalam jangka watu 95 hari hanya sekitar 0,28%. Untuk analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.5 Target dan Kemungkinan Penyelesaiaan Proyek No Target Deviasi Distribusi Normal Probabilitas/kemungkinan Penyelesaian z Komulatif Proyek Dapat Selesai 100% hari (%) 1 95-2.77 0.0028 0.28 2 96-2.45 0.0071 0.71 3 97-2.13 0.0164 1.64 4 98-1.82 0.0344 3.44 5 99-1.5 0.0643 6.43 6 100-1.18 0.119 11.9 7 101-0.86 0.1949 19.49 8 102-0.54 0.2946 29.46 9 103-0.22 0.4129 41.29 10 103.47-0.07 0.4721 47.21 11 104 0.1 0.5398 53.98 12 105 0.41 0.6591 65.91 13 106 0.73 0.6443 64.43 14 107 1.05 0.8531 85.31 15 108 1.37 0.9147 91.47 16 109 1.69 0.9545 95.45 17 110 2.01 0.9778 97.78 18 111 2.32 0.9898 98.98 19 112 2.64 0.9959 99.59 20 113 2.96 0.9985 99.85 21 114 3.28 0.99948 99.95 Dari hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa 1. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 95 hari adalah 0.28%. 2. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 103.47 harhari atau 104 ah adalah 47.21%. 3. kemungkinan proyek dapat diselesaiakan dalam waktu 114 hari adalah 99.95 %. 4. 4.4 Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek Dalam percepatan proyek untuk alternative penambahan jam kerja ini hanya berlaku pada kegiatankegiatan yang berada pada lintasan kritis karena kegiatan pada lintasan kritis adalah kegiatan yang tidak boleh tertunda. Maka akan diambil salah satu lintasan kritis yang didapat dari pembuatan penjadwalan proyek dengan 2 metode sebelumnya. Jika dibandingkan dengan metode PERT yang menggunakan konsep probabilitas (kemungkinan), metode CPM lebih valid digunakan untuk dipercepat penyelesaiannya. Adapun lintasan kritis yang didapat pada metode CPM tersebut terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8. Hanya kelima kegiatan yang berada pada lintasan kritis diatas yang dipercepat dengan alternative penambahan 1 jam dan 3 jam waktu kerja.

Tabel 3.5 hasil percepatan waktu proyek dengan penambahan 1 jam dan 3 jamwaktu kerja sebagai berikut DURASI CRASH DURATION CRASH DURATION ITEM PEKERJAAN NORMAL Dengan Penambahan 1 Jam Kerja Dengan Penambahan 3 Jam Kerja (Hari) (Hari) (Hari) A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 14 12.41 10.77 B. PEKERJAAN LANTAI I I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 21 18.61 16.15 II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175 35 35 35 III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 35 35 35 IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21 V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 21 21 21 VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 7 7 7 VII. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21 VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 14 12.41 10.77 IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21 X. PEKERJAAN SANITAIR 14 14 14 C. PEKERJAAN LANTAI II I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 35 31.01 26.92 II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 21 21 21 III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 21 21 21 IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 14 14 14 V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 28 24.81 21.54 VI. PEKERJAAN PLAFOND 21 21 21 VII. PEKERJAAN PENGECATAN 21 21 21 VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 21 21 21 IX. PEKERJAAN SANITAIR 21 21 21 Durasi Penyelesaian Proyek 112 99.25 86.15 (jumlah durasi kegitan kritis pada proyek) dibulatkan menjadi 100 hari dibulatkan menjadi 87 hari Tabel 3.6 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 1 Jam Kerja Biaya Tanpa Biaya Dengan Biaya Dengan ITEM PEKERJAAN Penambahan Jam Kerja Penambahan 1 jam kerja Penambahan 3 jam kerja (Rp.) (Rp.) (Rp.) A. PEKERJAAN PENDAHULUAN 23,762,440.00 23,996,950.38 24,916,093.63 B. PEKERJAAN LANTAI I I. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN 22,156,584.75 22,589,430.12 24,285,930.30 II. PEKERJAAN PONDASI / BETON (MUTU K-175) 279,866,199.85 279,866,199.85 279,866,199.85 III. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 365,964,892.46 365,964,892.46 365,964,892.46 IV. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 86,329,983.65 86,329,983.65 86,329,983.65 V. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 94,649,500.00 94,649,500.00 94,649,500.00 VI. PEKERJAAN ATAP FIBER GLASS 3,181,600.00 3,181,600.00 3,181,600.00 VII. PEKERJAAN PLAFOND 31,992,907.30 31,992,907.30 31,992,907.30 VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 38,263,208.80 39,310,018.38 43,412,898.42 IX. PEKERJAAN ELECTRIKAL 43,750,500.00 43,750,500.00 43,750,500.00 X. PEKERJAAN SANITAIR 35,985,435.00 35,985,435.00 35,985,435.00 C. PEKERJAAN LANTAI II I. PEKERJAAN BETON (MUTU K-175) 391,568,526.06 394,416,766.15 405,580,198.04 II. PEKERJAAN BATA / PLESTERAN 90,844,075.65 90,844,075.65 90,844,075.65 III. PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK 63,332,863.33 63,332,863.33 63,332,863.33 IV. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA 59,933,600.00 59,933,600.00 59,933,600.00 V. PEKERJAAN ATAP / KUDA-KUDA 69,642,738.15 70,093,491.53 71,860,180.62 VI. PEKERJAAN PLAFOND 27,442,468.30 27,442,468.30 27,442,468.30 VII. PEKERJAAN PENGECATAN 35,245,085.76 35,245,085.76 35,245,085.76 VIII. PEKERJAAN ELECTRIKAL 29,780,500.00 29,780,500.00 29,780,500.00 IX. PEKERJAAN SANITAIR 11,158,616.50 11,158,616.50 11,158,616.50 D. PEKERJAAN LAIN-LAIN 4,850,000.00 4,850,000.00 4,850,000.00 TOTAL 1,809,701,725.55 1,814,714,884.36 1,834,363,528.80

Dari hasil analisa dan perhitungan maka diperoleh nilai cost slope untuk masing-masing penambahan jam kerja seperti table dibawah ini Tabel 3.7 Cost Slope Penambahan Jam Kerja No Keterangan Waktu Jumlah Waktu Besar Biaya Proyek Biaya Tambahan Cost Slope Penyelesaian Proyek Yang Dipercepat (hari) (hari) (Rp) (Rp) (Rp) 1 waktu normal 112 0 1,809,701,725.55 0-2 penambahan 1 jam 100 12 1,814,714,884.36 5,013,158.81 417,763.23 3 penambahan 3 jam 87 25 1,834,363,528.80 24,661,803.25 986,472.13 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan yang terletak di jalan Gaperta Medan maka didapat disimpulkan 1. Dengan menggunakan metode CPM proyek pembangunan gedung Badan Pusat Statistik kota Medan dapat selesai dalam jangka waktu 112 hari, dan lintasan kritis terletak pada kegiatan A-B1-C1-C5-B8. Dengan menggunakan metode PERT, proyek pembangunan Gedung Badan Pusat Statistik kota Medan paling cepat dapat diselesaikan selama 95 hari dengan kemungkinan 0,28 %, paling lambat dapat diselesaiakn selama 114 hari dengan kemungkinan 99,98 %, paling mungkin diselesaikan selama 103,47 hari ~ 104 hari dengan kemungkinan 47,21 %. 2. Dengan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 100 hari atau dapat di percepat selama 12 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 5,013,158.81 dan besar cost slope Rp.417.763.23/hari. Dengan alternatif penambahan 3 jam waktu kerja maka proyek dapat diselesaikan selama 87 hari atau dapat di percepat selama 25 hari dengan penambahan biaya sebesar Rp. 24,661,803.25 dan besar cost slope Rp.986,472.13/hari. 4.2 SARAN 1. Logika ketergantungan dibuat lebih simpel dan tidak berbelit-belit sehingga mekanisme pembuatan penjadwalan tidak menjadi rumit dan hasil penjadwalan yang dibuat lebih mudah dimengerti. 2. Untuk mempercepat penyelesaian pada proyek pembangunan Gedung BPS kota Medan sebaiknya menggunakan alternatif penambahan 1 jam waktu kerja, karena lebih efisien dari segi waktu dan biaya. V DAFTAR PUASTAKA Ervianto, Wulfram I. 2009. Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi. Willis, Edward M. 1986. Scheduling Construction Projects. John Wiley & Sons, New York. (http://eprints.uny.ac.id/7338/1/t-30.pdf). Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan Alokasi Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung SerbagunaMenggunakan Critical Path Method. Diakses 27 Maret 2013. Mahanavami, Gusti Ayu. Perencanaan Waktu Pelaksanaan Proyek Dengan Metode Pert (Studikasus Graha Miracle Denpasar) Ps Vincentia, L Lilik, Rs Leopoldus. ( Prosiding) Analisis Jaringan Kerja Untuk Penjadwalan Kegiatan Dan Alokasi Pembiayaan Pada Proyek Pembangunan Komplek Gedung Serbaguna Menggunakan Critical Path Method. Salatiga : Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana