SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN. masih tergantung pada penggunaan pestisida sintetis yang dianggap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

LIA RAMDEUNIA. Aktivitas Ekstrak Daun, Ranting dan Biji Suren (Toona sureni

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa ayat di dalam Al-Qur an menunjukkan tanda-tanda akan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

RESPON ENAM VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril) ANJURAN TERHADAP SERANGAN LARVA PEMAKAN DAUN KEDELAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

PENGARUH KOBALT (Co) DAN FERUM (Fe) TERHADAP PERTUMBUHAN BINTIL AKAR TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

Uji Parasitasi Tetrastichus brontispae terhadap Pupa Brontispae Di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT TRITIP(Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

OLEH: YULFINA HAYATI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

DENSITAS TRIKOMA DAN DISTRIBUSI VERTIKAL DAUN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Bedanya Serangan Kwangwung atau Ulah Manusia pada Tanaman Kelapa

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kecepatan Kematian. nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva

PERKEMBANGAN LALAT BIBIT Ophiomyia Phaseoli (TRYON) (DIPTERA: AGROMYZIDAE) PADA TANAMAN KEDELAI YAN FRANDY GINTING

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Feri Hartini 1 dan Yahdi 2 1 Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram 2 Dosen Jurusan Tadris IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sayuran sawi sehari-harinya relatif cukup tinggi, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

PENGARUH EMPAT JENIS EKSTRAK DAN SERBUK TANAMAN TERHADAP AKTIVITAS PENELURAN Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae)

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

I. PENDAHULUAN. famili Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan) merupakan salah satu tanaman

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.)

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

PENGARUH PENGEMBALIAN BERBAGAI BIOMASSA TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG KEDELAI Agromyza sojae Zehntn

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI RSA1 PADA TIGA SPESIES SERANGGA HAMA SAYURAN NUR ASYIYAH

I. PENDAHULUAN. commit to user

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

Anang Mulyantana. Abstrak

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

UJI EKSTRAK DAUN MARA TUNGGAL (Clausena excavata Burm F.) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea (L.

Teodora Ballos, Sonja V. T Lumowa, Helmy Hassan Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

APLIKASI EKSTRAK BIJI JARAK

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Transkripsi:

ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof. H.J. Sohilait, MS Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Dr. J.A. Rupilu, SU Drs. A. Bandjar, M.Sc Dr.Ir. Robert Hutagalung, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON, 2010 i

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP INTENSITAS KERUSAKAN DAUN AKIBAT SERANGAN HAMA Phaedonia inclusa PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max. M) Debby. D. Moniharapon, Mechiavel Moniharapon Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Pattimura ABSTRAK Kedelai (Glycine max M.) mengandung gizi yang cukup lengkap, sehingga baik dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kendala terbesar yang dihadapi para petani kedelai saat masa tanam adalah masalah penanganan hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun sirih yang efektif terhadap intensitas kerusakan daun akibat serangan hama Phaedonia inclusa. Rancangan penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan ulangan sebanyak tiga kali. Perlakuan konsentrasi ekstrak daun sirih terdiri dari enam perlakuan konsentrasi. Perlakuan A0 (tanpa perlakuan), A1 (50 g per 100 ml air), A2 (100 g per 100 ml air), A3 (150 g per 100 ml air), A4 (200 g per 100 ml air) dan A5 (250 g per 100 ml air ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 200 g per 100 ml air dan 250 g per 100 ml air mempunyai efektifitas yang sama dan lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya dalam menekan populasi imago Phaedonia inclusa S., intensitas kerusakan daun akibat serangan hama tersebut. Kata kunci : Ekstrak daun sirih, Phaedonia inclusa, intensitas kerusakan daun PENDAHULUAN Kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama pertumbuhan tanaman. Kedelai dapat diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan (Anonim, 1992). Tiap 100 g bahan kedelai mengandung kalori 330 kal, protein 35 g, lemak 18 g, karbohidrat 35 g, kalsium 227 miligram, fosfor 585 miligram, besi delapan milligram, vit A 110 SI, dan vitamin B satu milligram (Lamina,1989). Kendala terbesar yang dihadapi para petani kedelai saat masa tanam adalah masalah penanganan hama dan penyakit, terutama serangan hama kumbang daun Phaedonia inclusa. Adapun bagian yang biasa diserang adalah daun dari tanaman kedelai. Serangan hama ini mengakibatkan prosentase kerusakan tanaman mencapai 52,3 persen (Anonim,1993). Banyak cara yang telah dilakukan untuk mengendalikan hama kumbang daun pada tanaman kedelai. Salah satu cara pengendalian yang sering digunakan adalah dengan PROSEDING Hal. 215

menggunakan pestisida sintesis. Namun penggunaan pestisida sintesis dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Daun sirih (Piper betle L.) merupakan pestisida alami yang dapat digunakan sebagai pengganti pestisida kimiawi yang berdampak negatif pada lingkungan. Kandungan eugenol pada daun sirih mampu mempengaruhi saraf dari serangga sehingga memperlihatkan gejala seperti gelisah, gejala kejang-kejang (konvulsi), gejala lumpuh seketika (paralisis) dan mengalami kematian. Hal ini tentu saja berakibat langsung pada meningkatnya produksi kedelai. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan di Desa Hutumuri, kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kotamadya Ambon pada bulan Juni sampai Agustus 2005. penelitian ini adalah : Metode yang dilakukan pada Pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan; pembuatan larutan ekstrak daun sirih berdasarkan tingkatan konsentrasi (A0 = kontrol, A1= 50 g daun sirih per 100 ml air, A2= 100 g daun sirih per 100 ml air, A3= 150 g daun sirih per 100 ml air, A4= 200 g daun sirih per 100 ml air dan A5= 250 g daun sirih per 100 ml air) ; menghitung intensitas kerusakan daun dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sugiharto (1980) sebagai berikut : ( n x V) P = x 100 % Z x N dimana : P = intensitas kerusakan n = banyaknya daun tiap kategori serangan V = nilai skala dari tiap kategori serangan dari daun yang diamati Z = nilai skala dari kategori serangan yang tertinggi N = banyaknya daun yang diamati Nilai skala untuk tiap kategori serangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penentuan nilai skala untuk setiap kategori serangan Nilai skala Persentase serangan Kategori serangan 0 0 normal 1 0-25 ringan 2 25-50 sedang 3 50-75 berat 4 > 75 sangat berat PROSEDING Hal. 216

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis hama yang ditemukan adalah kumbang daun (Phaedonia inclusa S.) pada stadia imago. Stadia telur, larva dan pupa dari hama ini tidak ditemukan pada areal pertanaman disebabkan karena imago tidak dapat meletakan telur pada tanaman kedelai tersebut akibat terhalang oleh bulu-bulu yang terdapat pada permukaan tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunjaya (1970), bulu-bulu pada permukaan tanaman dapat merupakan penghalang bagi investasi hama. Dengan demikian, imago kumbang daun tersebut akan meletakan telurnya pada tanaman inang lainnya yang berada disekitar areal perlakuan sampai mencapai stadia imago pada saat makan tiba imago-imago tersebut akan berdatangan pada tanaman kedelai untuk mencari makan. 1. Populasi imago kumbang daun (Phaedonia inclusa S.) Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata populasi imago kumbang daun selama penelitian : Perlakuan B l o k I II III A0 19,66 17,88 19,22 A1 12,33 13,55 14,77 A2 9,55 8,00 8,22 A3 7,00 7,33 6,44 A4 5,55 4,66 4,88 A5 3,00 2,11 3,77 Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Rata-rata Populasi Imago Kumbang Daun Perlakuan Rata-rata B e d a A0 18,92 A1 13,55 5,37** A2 8,59 10,33** 4,96** A3 6,92 12,00** 6,63** 1,67 A4 5,03 13,89** 8,52** 3,56** 1,89 A5 2,96 15,96** 10,59** 5,63** 3,96** 2,07 BNJ 0,05 = ** = berbeda sangat nyata 2,34 0,01 = 3,06 PROSEDING Hal. 217

Berdasarkan rata-rata populasi imago kumbang daun Tabel 1. Ternyata faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata populasi imago kumbang daun. Untuk melihat sampai sejauh mana pengaruhnya maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, perlakuan A1 (50 g per 100 ml air), A2 (100 g per 100 ml air), A3 (150 g per 100 ml air), A4 (200 g per 100 ml air) dan A5 (250 g per 100 ml air) berbeda sangat nyata dengan perlakuan A0 (tanpa perlakuan) terhadap rata-rata populasi imago kumbang daun. Kemudian perlakuan A4 dan A5 berbeda sangat nyata dengan perlakuan A1 dan A2, namun antara perlakuan A4 dan A5, A3 dan A4 tidak berbeda nyata satu sama lainnya. Perlakuan A2 dan A3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan A1, tetapi antara keduanya tidak berbeda nyata satu sam lainnya. Perlakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A1. 2. Intensitas kerusakan daun Tabel 3. Hasil pengamatan rata-rata intensitas kerusakan daun oleh kumbang daun selama penelitian : Perlakuan B l o k I II III A0 80,00 80,00 75,00 A1 70,00 65,00 73,33 A2 65,00 60,00 60,00 A3 55,00 40,00 55,00 A4 50,00 30,00 50,00 A5 35,00 25,00 35,00 Tabel 4. Uji Beda Nyata Jujur Rata-rata Intensitas Kerusakan Daun Oleh Kumbang Daun (%) Perlakuan Ratarata B e d a A0 78,33 A1 69,44 8,89 A2 61,67 18,66* 7,77 A3 50,00 28,33** 19,44** 11,67 A4 43,33 35,00** 26,11** 18,34* 6,67 A5 31,67 46,66** 37,77** 30,00** 18,33* 11,66 BNJ 0,05 = * = berbeda nyata 14,22 ** = berbeda sangat nyata 0,01 = 18,62 PROSEDING Hal. 218

Berdasarkan rata-rata intensitas kerusakan daun akibat serangan hama kumbang daun Tabel 3. Ternyata faktor perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap rata-rata intensitas kerusakan daun, akibat serangan hama kumbang daun. Untuk melihat sampai sejauh mana pengaruhnya maka dilakukan Uji Beda Nyata Jujur seperti pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, perlakuan A5 berbeda sangat nyata dengan perlakuan A0, A1, A2 dan berbeda nyata dengan perlakuan A3, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan A4 terhadap rata-rata kerusakan daun akibat serangan hama kumbang daun. Kemudian perlakuan A4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan A0, A1 dan berbeda nyata dengan perlakuan A2, tidak berbeda nyata dengan A3. Selanjutnya perlakuan A3 berbeda sangat nyata dengan A0 dan A1 serta tidak berbeda nyata dengan A2. Perlakakuan A2 berbeda sangat nyata dengan A0 dan tidak berbeda nyata dengan A1, perlakuan A1 tidak berbeda nyata dengan A0. Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 2) ternyata perlakuan A4 dan A5 (200 g, 250 g per 100 ml air) mempunyai efektifitas yang sama dan lebih efektif dibandingkan perlakuan A0, A1, A2 dan A3 (control, 50 g, 100 g, dan 150 g per 100 ml air) terhadap rata-rata populasi imago kumbang daun (Phaedonia inclusa S.). Rata-rata populasi hama yang ditemukan pada petak perlakuan A0 (13,55 ekor), A1 (18,92 ekor), A2 (8,59 ekor), A3 (6,92 ekor), A4 (5,03 ekor) dan A5 (2,96 ekor). Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih semakin tinggi pula kandungan eugenol (C 10 H 12 O 2 ) dalam larutan semprot mengakibatkan serangga yang terkontak langsung dengan ekstrak daun sirih akan mempengaruhi saraf dari serangga sehingga memperlihatkan gejala seperti gelisah, dan hal ini dapat dilihat melalui perilaku serangga tersebut yakni serangga membersihkan antenna, mulut,atau bagian tubuh lain dan gejala ini dikenal dengan eksitasi. Disamping itu serangga juga menunjukkan gejala kejangkejang (konvulsi), gejala lumpuh seketika (paralisis) dan kematian. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarumingkeng (1992) yang menyatakan bahwa secara khas racun saraf menimbulkan empat tahap gejala yaitu : eksitasi, konvulsi (kekejangan), paralisis (kelumpuhan) dan kematian. Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 2), efektifitas ekstrak daun sirih pada konsentrasi 200 g per 100 ml air dan 250 g per 100 ml air tidak berbeda karena diduga oleh tebal tipisnya lapisan kutikula serangga hama akibat umurnya yang berbeda-beda. Serangga yang masih muda memiliki lapisan kutikula yang lebih tipis dibandingkan dengan serangga yang sudah tua, sehingga bahan aktif eugenol akan lebih muda mengadakan absorbsi pada lapisan kutikula serangga muda yang lebih tipis dibandingkan lapisan kutikula serangga tua yang tebal. PROSEDING Hal. 219

Kemudian serangga muda lebih aktif bergerak dibandingkan dengan serangga yang lebih tua mengakibatkan proses metabolismenya berlangsung lebih cepat. Dengan demikian penyebaran umur serangga imago pada petak perlakuan A4 dan A5 sebanding sehingga efektifitas ekstrak daun sirih tidak berbeda pada konsentrasi 200 g per 100 ml air dan 250 g per 100 ml air. Hal ini sejalan dengan pendapat Saranga (1980) mengatakan bahwa absorbsi insektisida pada tubuh serangga ditentukan oleh ketebalan lapisan kutikula dan aktifitas serangga itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 4) ternyata perlakuan A4 dan A5 (200 g dan 250 g per 100 ml air) mempunyai efektifitas yang sama dan lebih efektif dibandingkan perlakuan A0, A1, A2 dan A3 (control, 50 g, 100 g dan 150 g per 100 ml air) terhadap rata-rata intensitas kerusakan daun akibat serangan kumbang daun. Rata-rata intensitas kerusakan daun yang ditemukan pada petak perlakuan A0 (78,33 persen), A1 (69,44 persen), A2 (61,67 persen), A3 (50,00 persen), A4 (43,33 persen) dan A5 (31,67 persen). Hal ini bila dikaitkan dengan hasil analisis data (Tabel 2), maka jelas terlihat bahwa populasi hama terendah dijumpai pada perlakuan A4 dan A5 jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian semakin tinggi populasi, semakin banyak pula bahan makanan yang diperlukan baginya untuk hidup dan berkembang biak sehingga tanaman kedelai yang merupakan sumber makanan akan mengalami kerusakan. Semakin tinggi populasi hama, semakin tinggi pula intensitas kerusakan yang ditimbulkannya dan sebaliknya semakin rendah populasi hama semakin rendah pula intensitas kerusakan yang ditimbulkannnya. KESIMPULAN DAN SARAN Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dengan konsentrasi 200 g per 100 ml air dan 250 g per 100 ml air mempunyai efektifitas yang sama dan lebih efektif dibandingkan perlakuan lainnya terhadap populasi imago kumbang daun (Phaedonia inclusa), intensitas kerusakan daun akibat serangan hama tersebut. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 250 g per 100 ml air sangat efektif digunakan dalam mengendalika hama imago kumbang daun (Phaedonia inclusa) pada tanaman kedelai. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap penggunaan ekstrak daun sirih untuk jenis hama dan komoditi lainnya. PROSEDING Hal. 220

DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1992. Budidaya Kedelai. Aksi Agraris Kanisius Cetakan Ke Lima. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Anonymous, 1993, Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah Tingkat I Maluku. Lamina, 1989. Kedelai dan Pengembangannya. Cetakan Pertama. Penerbit C.V. Simplex, Jakarta Sarangga, A.P., 1980. Pengelolaan Hama Dengan Insektisida. Diktat. Bagian Proteksi Tanaman. Fakultas Ilmu Pertanian. Universitas Hasanudin. Tidak diperdagangkan. Sunjaya, P.I., 1970. Dasar-dasar Ekologi Serangga. Bagian Ilmu Hama Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugiharto, 1980. Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Depertemen Ilmu Hama dan Penyakit, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tarumingkeng, R.C., 1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. PROSEDING Hal. 221