POTENSI RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) DALAM MENINGKATKAN KINERJA REPRODUKSI. Adrien Jems Akiles Unitly 1,2*, Cerria Inara 3

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. Brotowali (Tinospora crispa, L.) merupakan tumbuhan obat herbal dari family

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bagem Sembiring dan Ireng Darwati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SARI KURMA (PHOENIX DACTYLIFERA) SEBAGAI SUPLEMEN NUTRISI UNTUK MENAMBAH KADAR HAEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH BETINA (RATUS NORVEGICUS)

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) TERHADAP FERTILITAS TIKUS JANTAN (Rattus novergicus L) AZLINA

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

PENDAHULUAN. sumber protein hewani selain daging. Telur tidak hanya dijual dalam keadaan. sekarang banyak olahan telur yang menggunakan telur puyuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pinang (Areca catechu L.) atau jambe dalam Bahasa Sunda merupakan

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

kontrasepsi untuk kaum pria supaya kaum pria memiliki alternatif penggunaan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya. Berdasarkan fakta di atas,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB I PENDAHULUAN. atau kesehatan, tetapi juga budaya. Budaya minum jamu ini masih terpelihara di

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

Transkripsi:

POTENSI RUMPUT KEBAR (Biophytum petersianum Klotzsch) DALAM MENINGKATKAN KINERJA REPRODUKSI Adrien Jems Akiles Unitly 1,2*, Cerria Inara 3 1 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura, Ambon. * e-mail: adebiologi@yahoo.co.id 2 Mayor Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat; 3 Mayor Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) merupakan salah satu tumbuhan obat yang terdapat di Indonesia khususnya di Papua Barat. Tumbuhan ini telah dipakai turuntemurun oleh penduduk sebagai obat tradisional untuk memperbaiki kinerja reproduksi. Hasil analisis komposisi kimia yang terkandung dalam rumput kebar antara lain serat kasar, kadar abu, lemak, protein, karbohidrat, tannin, flavonoid, antioksidan, besi, kalsium dan fosfor. Dua unsur terakhir bersama-sama dengan magnesium berfungsi dalam pembentukan nukleoprotein yang bertanggungjawab atas pembentukan sel dan proses reproduksi. Kalsium dalam rumput kebar berpengaruh pada mobilitas sperma yang sangat aktif, yang memudahkan terjadi fertilisasi. Vitamin A dan E yang berpengaruh untuk kesuburan wanita juga terkandung dalam rumput kebar. Asupan ekstrak rumput kebar yang mengandung asam amino membantu dalam proses ovulasi. Kata kunci: rumput kebar, fertilisasi, getaran kalsium PENDAHULUAN Rumput kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) (Gambar 1), merupakan salah satu tumbuhan obat yang belum banyak diketahui di Indonesia. Rumput kebar ditemukan di kecamatan Kebar, kabupaten Manokwari, Papua Barat. Berdasarkan tempat ditemukannya yaitu di kecamatan Kebar maka tumbuhan ini dinamakan rumput kebar yang percaya oleh masyarakat setempat secara turun temurun sebagai obat tradisional yang diolah secara sederhana untuk berbagai keperluan kesehatan. Menurut Veldkamp (1976) tumbuhan ini digunakan sebagai obat kumur untuk sariawan, penawar racun gigitan ular dan obat pencuci perut untuk anak. Pada daerah dataran tinggi kecamatan Kebar, tumbuhan ini lebih banyak digunakan oleh penduduk sebagai obat kesuburan. Hal ini dibuktikan dengan adanya informasi yang menyatakan bahwa banyak pasangan suami istri yang telah lama belum memiliki keturunan dengan mengkonsumsi rebusan tumbuhan rumput kebar dapat memberikan hasil yang memuaskan, bahkan beberapa wanita yang memiliki ovarium kiri dan kanan tinggal separuh akibat kista dengan mengkonsumsi rebusan rumput kebar dapat menormalkan siklus haid yakni yang semula 14 hari menjadi 28 30 hari. Rumput kebar mengandung vitamin E (Sadsoeitoeboen 2005) yang diharapkan dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan reaksi radikal bebas oleh vitamin E menjadi 329

Prosiding Seminar Nasional: vitamin E bebas yang berfungsi kembali sebagai antioksidan (Pavlovic et al. 2005). Selain mengandung vitamin E, rumput kebar juga mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan yang ampuh untuk mencegah sekaligus mengatasi serangan kanker. Mekanisme kerja flavonoid dalam mengatasi kanker dengan menginaktifasi karsinogen, penghambatan siklus sel, dan induksi apoptosis. Kinerja flavonoid dalam tubuh juga mampu berikatan dengan reseptor estrogen alfa (REα) pada testis dan epididimis yang dapat menggantikan fungsi estrogenik dan bekerja sama dengan testosteron untuk pematangan spermatozoa. Selain itu rumput kebar juga mengandung fosfor yang berfungsi untuk mempertahankan gairah seksual dan kalsium yang berfungsi dalam motilitas spermatozoa. Gambar 1. Rumput Kebar dari Papua Barat. Kandungan kimia berupa zat aktif seperti antioksidan, nutrisi dan asam amino pada rumput kebar, diharapkan dapat membantu memperbaiki fungsi reproduksi. Wajo (2005) menyatakan bahwa pemberian ekstrak rumput kebar dapat meningkatkan perkembangan folikel karena mengandung saponin yang merupakan bahan dasar untuk sintesis hormon-hormon steroid. Steroid di dalam tubuh sangat berperan dalam sintesis protein di dalam sel target. Organ-organ reproduksi merupakan salah satu sasaran dari hormon steroid (Mountcastle 1980). KANDUNGAN KIMIA RUMPUT KEBAR Uji laboratorium rumput kebar mengandung senyawa-senyawa kimia yang berperan dalam reproduksi seperti yang tertera pada Tabel 1. 330

Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011 - ISBN: 978-602-98439-2-7 Tabel 1. Komposisi kimia rumput kebar. No Jenis Analisis Hasil Satuan 1. Kadar Air 24,79 % 2. Serat Kasar 11,26 % 3. Kadar Abu 18,07 % 4. Lemak 4,77 % 5. Protein 7,80 % 6. Karbohidrat 44,57 % 7. Tanin 4,81 % 8. Flavonoid 12,45 % 9. Antioksidan 4,02 mg/100g 10. Phosfor 50,24 mg/100g 11. Besi 10,12 mg/100g 12. Kalsium 42,70 mg/100g 13. Vitamin E 1,15 mg/100g 11. Vitamin A 8057,19 IU/100g EFEK RUMPUT KEBAR TERHADAP KINERJA REPRODUKSI JANTAN Salah satu kandungan kimia pada rumput kebar adalah kalsium. Menurut Malmsteen (2007) kalsium berfungsi dalam proses reproduksi. Akibat cukupnya ion kalsium pada ujung sperma membantu masuknya sperma ke dalam membran sel telur, ketika sperma mencapai sel ovum, maka fertilisasi akan segera terjadi. Kalsium juga berperan untuk menciptakan calsium vibration (getaran kalsium) yg merangsang ovum untuk terjadinya pembuahan (fertilisasi). Azlina (2009) menyatakan rumput kebar yang mengandung kalsium setelah diuji pada tikus jantan menyebabkan terjadinya mobilitas sperma yang sangat aktif, sehingga mengakibatkan fertilisasi. Aktivitas sperma yang hiperaktif ini berhubungan dengan rangkaian protein di ekornya. Adanya dua penelitian yang menjelaskan perilaku sperma. Penelitian pertama menunjukkan bahwa ekor sperma yang bentuknya mirip cambuk dipenuhi protein CatSper1. Protein tersebut hanya dapat ditembus ion kalsium. Pada penelitian lain, menunjukkan sifat hiperaktif yang berhubungan dengan aliran kalsium besar-besaran di bagian ekornya. Ekor sperma yang disebut juga flagellum berputar layaknya baling-baling yang akan mendorong gerakan sperma maju. Menggunakan teknik rekam sel, para peneliti memastikan bahwa CatSper1 berperan untuk mengatur aliran kalsium ke ekor sperma. Pasokan kalsium menyebabkan ekor sperma berputar makin cepat dan ke segala arah sehingga sperma dapat bergerak lebih kuat di lingkungan berair. Bersama kalsium, fosfor ini membentuk tulang-tulang tubuh semakin kuat, dan bersama magnesium ia dapat berfungsi dalam pembentukan nukleoprotein yang bertanggung jawab atas pembentukan sel dan proses reproduksi. Untuk menghasilkan sperma yang sehat, maka perlu mengonsumsi bahan makanan yang kaya asam lemak esensial (seperti ikan dan minyak tidak jenuh ganda), vitamin A, B, C, dan E serta mineral seng dan magnesium. Menurut Azlina (2009), pemberian ekstrak rumput kebar yang mengandung berbagai macam mineral dan vitamin di antaranya vitamin A setelah pemberian borax pada tikus dapat mengembalikan normalitas morfologi spermatozoa. Selain vitamin A terdapat 331

Prosiding Seminar Nasional: vitamin E yang dikenal sebagai salah satu antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas penyebab kerusakan pada jaringan tubuh. Vitamin E terbukti mampu untuk melindungi membran sperma dari kerusakan akibat oksidasi. Di mana kita ketahui, rusaknya DNA sperma merupakan salah satu penyebab terjadinya ketidaksuburan. Kekurangan vitamin E juga berpengaruh pada turunnya produksi enzim dan hormon-hormon kunci yang bertanggungjawab pada pembentukan sperma. Azlina (2009) menyatakan bahwa peningkatan viabilitas terjadi pada perlakuan yang diberi ekstrak rumput kebar. Hal ini berkaitan dengan komposisi kimia rumput kebar yang mengandung protein, lemak dan vitamin E. Menurut Soeradi (2004) integritas membran plasma spermatozoa ditentukan oleh struktur membran yang terdiri dari dua lapisan lipid. Dalam lapisan lipid terdapat protein integral dan di bagian permukaan terdapat protein perifer. Fosfolipid merupakan komponen terbesar dari sel (kurang lebih 60%) dan penting untuk mempertahankan struktur, fluiditas dan integritas (keutuhan) membran plasma. EFEK RUMPUT KEBAR TERHADAP KINERJA REPRODUKSI BETINA Rumput kebar mengandung vitamin A dan E yang berpengaruh terhadap reproduksi betina. Vitamin A berperan dalam pembentukan sel telur, sebagai antioksidan yang kuat, dan mampu menangkal serangan radikal bebas terhadap dinding sel telur sedangkan vitamin E dapat mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta (Anonim 2010). Asupan ekstrak rumput kebar yang mengandung asam-asam amino membantu dalam proses ovulasi. Menurut Scaramuzzi et al. (1993), perubahan laju ovulasi secara umum terjadi saat durasi waktu dimana kelangsungan hidup folikel gonadotrophindependent meningkat atau ketika peningkatan pada laju folikel berlangsung tanpa ada pergantian pada durasi. Pada kasus respon ovulasi terhadap nutrisi, kedua elemen mekanisme dapat beroperasi. Melalui pengaruh ini terhadap feedback hormon mengontrol sekresi gonadotrophin, dilain pihak, perubahan level dan durasi memulai folikel gonadotrophin-dependent terhadap FSH. Pada pihak lain, sejak pengaruh nutrisi terhadap sirkulasi FSH konsentrasi tetap samar, hal ini juga telah dinyatakan bahwa nutrisi (glukosa, asam-asam amino) dan nutrisi yang berhubungan dengan metabolit (insulin, growth hormon, IGFs dan IGFs binding protein) yang secara tak langsung berpengaruh pada respon ovulasi terhadap nutrisi, mungkin berlangsung pada level ovarium menurunkan jumlah kebutuhan FSH untuk mendukung folikel-folikel gonadotrophin-dependent (Downing dan Scaramuzzi 1991). Pada rumput kebar yang mengandung flavonoid dalam tubuh mampu berikatan dengan reseptor estrogen alfa (REα) yang berperan dalam peningkatan fungsi reproduksi betina. KESIMPULAN Rumput kembar memiliki kandungan kimia yang dapat memperbaiki kinerja reproduksi. 332

Pengembangan Pulau-Pulau Kecil 2011 - ISBN: 978-602-98439-2-7 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Nutrisi Penting untuk kesuburan http://www.ayahbunda.co.id/- Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Prakonsepsi/prakonsepsi.nutrisi.penting.untuk.kesuburan/001/001/230/2/3. [1 Pebruari 2010] Azlina. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) Terhadap Fertilitas Tikus Jantan (Rattus norvegicus L) [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Downing JA, Scaramuzzi RJ. 1991. Nutrient effect on ovulation rate, ovarian function and the secretion of gonadotrophin and metabolic hormones in sheep. J Reprod Fertil Suppl 43:209 227. Malmsteen JY. 2007. Fungsi Kalsium Bagi Tubuh Kita. Artikel. Mountcastle VB. 1980. Medical Physiology. Vol.2. 14 th York. Ed. The CV Mosby Company. St. Louis. P. 1464. Pavlovic V, Cekic S, Rankovic G & Stoiljkovic N. 2005. Antioxidant and Pro-oxidant Effect of Ascocbic Acid. Acta Medica Medianae 44:65 69. Sadsoeitoeboen PD. 2005. Manfaat Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum) terhadap Penampilan Reproduksi Mencit Putih Betina. [Thesis]. Bogor: IPB. Scaramuzzi RJ, Adams NR, Baird DT, Campbell BK, Downing JA, Findlay JK, Henderson KM, Martin GB, McNatty KP, McNeilly AS. and Tsonis CG. 1993. A model for follicle selection and the determination of ovulation rate in the ewe. Reprod Fertil Dev 5:459 478. Soeradi O. 2004. Radikal Bebas Pada Pria Infertil. Kumpulan Abstrak Paradigma Terkini Genetika dan Reproduksi. Departemen Biologi Kedokteran FKUI. Hal:95 101 Veldkamp JF. 1976. Flora Malesiana. Noordhoff International Publishing Leyden. The Netherlands. Seri 1, Vol.7: 151 78. Wajo MJ. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Rumput Kebar (Biophytum petersianum) melalui Air Minum terhadp Fertilitas Ayam Buras. [Laporan Penelitian]. Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Papua: Universitas Negeri Papua. 333