BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, tujuan pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah memberikan penekanan pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa, dan memberikan keterampilan pemecahan masalah dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Faktor penentu tercapainya tujuan pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh guru dan siswa. Guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi, metode maupun teknik yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar. Sebagian besar siswa SMP, seringkali memandang pelajaran matematika menjadi suatu mata pelajaran yang menakutkan dibandingkan dengan pelajaran lainya, sehingga akan semakin menurunkan minat dan semangat siswa tersebut dalam belajar matematika baik itu di rumah maupun di sekolah. Kenyataan ini didukung pula dengan kemerosotan mutu lulusan yang ditandai oleh rendahnya prestasi belajar matematika dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Rendahnya prestasi belajar matematika ini ditunjukkan antara lain dengan rendahnya nilai ulangan harian, ulangan semester, maupun UAN (Ujian Akhir Nasional) matematika. Bahkan menurut data dari Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS), prestasi belajar matematika Indonesia secara umum berada pada peringkat 35 dari 46 negara peserta yang melibatkan lebih dari 200.000 siswa. Rata-rata nilai seluruh siswa dari seluruh negara adalah 467 sedangkan rata-rata nilai 5000-an siswa Indonesia sebagai sampel studi hanyalah 411 (Supriyoko, 2008:3). Dari data empirik tersebut terlihat jelas bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia secara umum sangatlah rendah. Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal cerita yang bisa menjadi petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Soal cerita juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matematika ketika siswa dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita sangat bermanfaat untuk perkembangan proses berpikir 1
siswa karena dalam menyelesaikan masalah yang terkandung dalam soal cerita diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang membutuhkan pemahaman dan penalaran. Namun kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variable. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil Monitoring dan Evaluasi (ME) PPPPTK (P4TK) Matematika 2007 dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPPG) Matematika menunjukkan bahwa lebih dari 50% guru menyatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Kesalahan yang dilakukan siswa tersebut dapat diteliti dan dikaji lebih lanjut mengenai sumber kesalahan siswa. Sumber kesalahan yang dilakukan siswa harus segera mendapat pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis akar permasalahan yang menjadi penyebab kesalahan yang dilakukan siswa. Selanjutnya diupayakan alternatif pemecahannya, sehingga kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi di kemudian hari. Menurut Soedjadi dan Masriyah (Suyitno:2004) bahwa matematika memiliki objek kajian yang abstrak maka dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu dalam menanamkan konsep matematika kepada siswanya dengan benar agar siswa mampu menanamkan penalaran matematika yaitu berpikir logis serta mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Untuk membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika perlu adanya identifikasi kesalahan dalam mengerjakan soal. Dahar (dalam Abdusyisakir 2007:14) mengatakan bahwa Banyak murid tidak memberikan hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar yang efisien dan efektif, mereka kebanyakan hanya mencoba menghafal pelajaran dan memasukan ilmu tanpa ada penyaringan terlebih dahulu, sehingga tidak paham benar konsep urutannya. Untuk itu perlu adanya evaluasi untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga kesalahan tersebut tidak berlanjut menjadi suatu miskonsepsi (Sihite, 2008). Pokok bahasan segi empat adalah salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. Materi segi 2
empat termasuk materi yang sulit karena dalam menyelesaikan soal segi empat siswa harus benar-benar memahami konsep, prosedur serta ketrampilan dalam memodelkan matematika sehingga masih banyak siswa yang melakukan kesalahan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap ibu Sri Mulyani, S.Pd selaku guru matematika kelas VII di SMP N 3 salatiga yang menjelaskan bahwa siswa sering mengalami kesalahan pada saat mengerjakan soal pada pokok bahasan segi empat. Padahal beliau sudah memberikan proporsi atau waktu yang lebih untuk mempelajari materi segi empat namun tetap saja masih banyak siswa yang mengalami kesalahan. Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa yaitu kesalahan karena kurang teliti dan kesalahan dalam ketrampilan proses. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa tersebut juga terlihat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh Setyawati (2011), menyimpulkan masih banyak terdapat kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal cerita pokok bahasan segi empat pada siswa siswa kelas VII SMP N 5 Depok Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Diketahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran segitiga dan segi empat sebagai berikut: 1) Kesalahan memahami soal (17,41%), yaitu: a) Tidak menuliskan atau tidak lengkap dalam menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan (15,24%), b) Menuliskan sama persis dengan soal yang diberikan (1,50%), c) Melakukan penyelesaian dalam baris untuk mengisikan informasi yang diketahui (0,68%). 2) Kesalahan membuat model matematika (71,16%), yaitu: a) Menggunakan model matematika yang salah (12,24%), b) Tidak mampu dalam mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika (58,91%). 3) Kesalahan melakukan komputasi (51,97%), 4) Kesalahan menarik kesimpulan (52,65%), yaitu: a) Tidak mampu menuliskan kesimpulan sesuai pertanyaan soal (0,68%), b) Salah dalam menuliskan kesimpulan karena menggunakan hasil perhitungan yang salah (45,03%), c) Tidak menuliskan kesimpulan (6,94%). Kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas VII SMP N 5 Depok, Sleman, Yogyakarta dalam menyelesaikan soal cerita materi pelajaran Segitiga dan Segiempat yaitu pada aspek membuat model matematika. Malik (2011) dalam penelitian yang di lakukan di SMP 4 Kudus kelas VII tahun ajaran 2010/2011 mengemukakan bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal segiempat adalah satu kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan konsep sebesar 3
66.67%, pada soal nomor dua kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan data sebesar 16.67%, pada soal nomor tiga kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan konsep dan penggunaan data sebesar 66.67%, pada soal nomor empat kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan konsep sebesar 83.33%, pada soal nomor lima kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah kesalahan teknis sebesar 66.67%, pada soal nomor enam kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan interpretasi bahasa sebesar 16,67%. Selain itu dapat pula disebabkan metode mengajar ataupun pengusaan materi dari guru itu sendiri. Metode mengajar yang diberikan oleh guru dan pengusaan materi dari guru sangat penting dalam proses pembelajaran karena jika metode mengajar yang tidak tepat dan pengusaan materi yang kurang dari guru maka akan mempengaruhi kelancaran siswa dalam memahami materi sehingga siswa banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan dari pemikiran diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tipe Tipe Kesalahan Disebalik Pemikiran Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Segi Empat Tahun Ajaran 2011 / 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apa saja tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segi empat siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga. 2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan pemikiran siswa dalam menyelesaikan soal-soal segi empat siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga. C. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi atau menganalisis jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan menyelidiki penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa daam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segi empat pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012. 4
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis : a. Bagi sekolah yaitu sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam menguasai materi segi empat. b. Bagi guru yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi segi empat dan dapat mengetahui kesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa. Dan diharapkan guru memperoleh gambaran dan mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh siswa, sehingga mampu membuat perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. c. Bagi siswa yaitu mengetahui tingkat pemahaman dan letak kesalahan dalam menyelesaikan soal segi empat. d. Bagi peneliti yaitu dapat digunakan sebagai referensi yang lebih lanjut bagi si peneliti untuk menambah wawasan, khususnya mengenai masalah-masalah yang diteliti. 2. Secara teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segi empat serta peneliti akan mengetahui teknik mengajar yang dapat digunakan peneliti gunakan apabila peneliti menjadi seorang pengajar kelak. 5