BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

KONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Konsep Tri Mandala pada Pola Tata Ruang Luar Pasar Tradisional Badung di Kota Denpasar

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

I. PENDAHULUAN. Kawasan Pelestarian Alam (KPA). KSA adalah kawasan dengan ciri khas

Arahan Pengendalian Pembangunan Kawasan Cagar Budaya Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring Kabupaten Gianyar

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB IV ANALISIS DAN REFLEKSI TRADISI PENGUBURAN MASYARAKAT TRUNYAN DAN CARA MEMPERLAKUKAN JENAZAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

Hubungan Arsitektur dan Budaya. Oleh: Nuryanto, S.Pd., M.T. Bahan Ajar Arsitektur Vernakular Jurusan Arsitektur-FPTK UPI-2010

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

BAB VI HASIL RANCANGAN

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman. PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. ABSTRAK...iii. ABSTRACT... iv. PERNYATAAN... v. KATA PENGANTAR vi. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah dimiliki Indonesia pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Pola Tatanan Massa Pada Kampung Ciboleger, Baduy

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK RUANG TRADISIONAL PADA DESA ADAT PENGLIPURAN, BALI Characteristic of Traditional Space in the Traditional Village of Penglipuran, Bali

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

ELEMEN SITE : MASSA DAN RUANG LUAR

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB III METODE PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI DESA BASANGALAS, KECAMATAN ABANG, KABUPATEN KARANGASEM. Kadek Yogi Prabhawa Program Studi Arkeologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

PERENCANAAN BLOK PLAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan lingkungannya (Rossler, 2009: 19). Warisan Budaya dapat diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 1.1 Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan beberapa sumber berupa jurnal ilmiah, artikel, buku ataupun internet. Sumber yang digunakan dapat memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji. Tinjauan pustaka dipakai sebagai petunjuk, pembanding, serta penunjang dalam penelitian ini. Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka tersebut, dapat dicari data, konsep, dan teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun pustaka yang digunakan antara lain sebagai berikut. R. Cecep Eka Permana (1995) dalam Skripsi yang berjudul Tata Ruang Pemukiman Masyarakat Megalitik : Sebuah Kajian Etnoarkeologi Pada Masyarakat Baduy menjelaskan bahwa tata ruang dalam suatu masyarakat banyak ditentukan oleh sistem religi atau kepercayaan. Hal penting dalam tata ruang yaitu berkenaan dengan arah, tempat dan replika. Sistem religi atau kepercayaan mereka mengarahkan dalam menentukan arah atau orientasi yang baik, sakral dan magis yang harus diikuti (kiblat). Untuk mengkaji konsep tata ruang permukiman masyarakat Baduy, diawali dengan konsep-konsep tentang pandangan dunianya, khususnya yang berkaitan dengan kosmologi. Pemahaman mengenai kosmologi akan membawa penjelasan lebih lanjut terhadap kenyataan kehidupan sehari-hari dalam tradisi pemukiman mereka. Skripsi ini akan dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam membandingkan dan memberikan 10

11 gambaran umum tentang tata ruang permukiman di masyarakat Baduy dengan perkembangan fungsi ruang-ruang yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan pada penelitian ini. Heni Suhaeni (2010) dalam artikel yang berjudul Tipologi Kawasan Perumahan Dengan kepadatan Penduduk Tinggi dan Penangannannya. Perkembangan tidak hanya dapat terbentuk dari objek atau elemen fisik, tetapi juga kondisi-kondisi sosial, ekonomi dan budaya dapat mempengaruhi terbentuknya tipologi. Dalam masa pembentukan, sebuah tipologi dibangun untuk memenuhi suatu standar serta beradaptasi dengan beragam kondisi dan persyaratan. Selama periode tersebut tipologi yang ditampilkan akan diperjelas menjadi sebuah model yang dibangun berdasarkan ciri dan pola yang memenuhi persyaratan atau standar yang diminta. Artikel ini dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tipologi ruang tengah Desa Adat Tenganan Pegringsingan. I Wayan Rupa, dkk (2002) dalam buku yang berjudul Budaya Masyarakat Suku Bangsa Bali Aga (Tenganan Pegringsingan ) di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali, yang banyak mengurai tentang sejarah Desa Tenganan mencakup tradisi sistem masyarakat mencakup gotong royong dan upacara keagamaan serta menjelaskan kebutuhan primer dan sekunder dari masyarakat yang ada di Desa Tenganan. Buku ini dijadikan acuan dan memberikan gambaran umum tentang kondisi Desa Tenganan yang menjadi lokasi pada penelitian ini.

12 Sonny Tilaar (2012) dalam jurnal yang berjudul Kajian Tipomorfologi Kawasan Permukiman Terencana Di Kota Manado, pendekatan tipologi memfokuskan perhatian pada klasifikasi watak atau karakteristik dari formasi objek-objek bentukan fisik kota dalam skala lebih kecil. Istilah tipologi lebih banyak digunakan untuk mendefinisikan elemen-elemen kota seperti jalan, ruang terbuka hijau, bangunan dan lain sebagainya. Tipologi merujuk pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenal bagian-bagian arsitektur atau lingkungan binaan. Jurnal ini dijadikan sebagai acuan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan tipologi ruang di Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Mundardjito (2002) dalam bukunya yang berjudul Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Budha di Daerah Yogyakarta yang menyatakan bahwa arkeologi ruang merupakan studi khusus dalam bidang arkeologi yang lebih menitikberatkan pada pengkajian dimensi ruang (spatial) melalui benda dan situs arkeologi dari pada pengkajian atas dimensi bentuk dan dimensi waktu. Kajian arkeologi berkenaan dengan aktivitas manusia dalam satuan-satuan ruang (skala mikro, skala semi mikro atau meso, dan skala makro), benda-benda arkeologi yang ditinggalkan, infrastruktur fisik yang memberikan akomodasi, lingkungan yang berdampingan atau berkaitan dan interaksi antar semua aspek tersebut. Arkeologi ruang mempelajari sebaran dan hubungan keruangan pada aneka jenis pusat aktivitas manusia. Konsep yang mendasari perkembangan kajian arkeologi telah disadari oleh para ahli bahwa data arkeologi tidak hanya diperoleh dari ciri-ciri yang terkandung dalam benda atau situs itu

13 sendiri, tetapi dapat diperoleh dari hubungan keruangan antara benda-benda atau situs-situs arkeologi. Buku ini dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang keruangan dalam penelitian ini. Dwijendra (2009) dalam buku yang berjudul Arsitektur dan Kebudayaan Bali Kuno menjelaskan tentang zoning lingkungan terdiri dari beberapa komponen baik hidup maupun tidak hidup dimana satu dengan yang lainnya terjadi keterkaitan yang erat, bahkan saling tergantungan. Lingkungan terdiri atas dua katagori umum, yaitu lingkungan alami dan lingkungan binaan. Buku ini dijadikan acuan untuk menjelaskan bagian-bagian dari zonasi yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan. 1.2 Konsep Konsep digunakan agar dapat memberikan batasan dalam sebuah penelitian. Ada beberapa kata yang perlu dimaknai dalam paparan konsep agar dapat diperoleh kesepakatan dalam penelitian ini. 1.2.1 Tata Ruang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim penyusun 1998: 775) tata ruang memiliki arti cara mengatur ruang. Ruang dapat berarti sesuatu yang dibatasi atau dilingkungi oleh bidang-bidang, sela-sela antara deret benda. Ruang juga bisa berarti rongga yang tidak terbatas, tempat segala yang ada. Ruang juga mempunyai pengertian sebagai tempat hidup dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia (Hermawan, 2011: 136). Tata Ruang adalah wujud dari struktur ruang dan pola ruang yang tercipta. Konsep tata ruang suatu masyarakat akan berkaitan

14 dengan sistem religi mereka, terutama yang berkaitan dengan pandangan dunianya. Secara khusus, pandangan dunia suatu masyarakat dapat terlihat dari kosmologi mereka. Keyakinan tentang kosmos pada umumnya berkaitan erat dengan kepercayaan. Tata ruang kawasan permukiman Tenganan Pegringsingan dilihat dari konsep tata ruang banguanan menganut orientasi kangin kauh dan kaje kelod. Kangin kauh ini berorientasi pada terbit dan terbenamnya matahari, sedangkan kaja kelod berorientasi pada arah gunung dan laut, kemudian sesuatu yang dianggap suci ditempatkan dibagian kaja kangin (timur laut) yang sering disebut luanan, seperti sanggah, pura, dan tempat suci lainnya. Sedangkan sesuatu yang bersifat kotor atau di nilai tidak suci oleh masyarakat akan ditempatkan di kelod kauh (barat daya) yang disebut tebenan. 2.2.2 Zona Tengah Zona merupakan penarikan batas pada suatu situs ditentukan berdasarkan pertimbangan arkeologi sehingga membentuk satuan ruangan dengan tujuan mengamankan dan mencegah kerusakan yang akan terjadi terhadap bangunan yang ada dalam ruangan tersebut (Balai Pelestarian Cagar Budaya, 2007: 11). Mengatur dan mengendalikan kegiatan yang direncanakan dalam suatu ruangan tersebut agar terarah dan terpadu untuk kemanfaatannya. Sedangkan tengah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 1998: 928) yaitu tempat (arah, titik) diantara dua tepi (batas). Jadi zona tengah yang dimaksud dalam penelitian ini dapat disimpulkan menjadi penarikan garis pada suatu situs yang berada di tengah permukiman memiliki hubungan satu dengan yang lainnya berkaitan dengan pola permukiman di Desa Tenganan Pegringsingan.

15 Permukiman yang terdapat di Desa Tenganan pegringsingan mengikuti pola jalan utama yang berbentuk pola linier. Struktur ruang permukiman di Desa Tenganan pegringsingan mengikuti pola linier dari jalan utama sehingga bangunan adat milik Desa berada pada zona tengah sedangkan bangunan permukiman masyarakat berada pada sisi timur dan barat dari jalan utama. 2.3 Landasan Teori Teori dalam suatu penelitian selalu diperlukan, guna untuk menjawab suatu permasalahan yang ada dalam suatu penelitian, agar tujuan penelitian bisa tercapai. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 2.3.1 Teori Struktural fungsional Teori struktural fungsional berkaitan erat dengan sebuah struktur yang tercipta dalam masyarakat. Struktural-fungsional, yang berarti struktur dan fungsi. Artinya, manusia memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam tatanan struktur masyarakat. Suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan strukturstruktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan. Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap struktur yang lain (Artadi, 2011: 146) Menurut Talcott Parsons dalam Soerjono. (1983: 255) menyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial yaitu berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu konsekuensi

16 adanya persyaratan fungsional. Secara umum fungsi dapat dilihat dari kegunaannya, misalnya dalam satu benda atau tinggalan arkeologi yang masih berfungsi hingga sekarang atau sudah tidak difungsikan lagi. Teori ini digunakan dalam penelitian untuk mengkaji berbagai macam tinggalan yang ada di kawasan Tenganan Pegringsingan dilihat dari fungsi dan makna tingalan tersebut. Penerapan teori struktural fungsional dalam penelitian ini digunakan untuk menghubungkan atau mengkaji berbagai komponen yang ada di kawasan permukiman dengan membandingkan fungsi masa lalu dan sekarang. 2.3.2 Teori Sakral Profan Sakral dan profan menurut Mircea Eliade adalah dua entitas yang berbeda dan ada, maka dari itu ia membedakannya secara terpisah. Dunia sakral adalah the sphere of the supernatural, of things extraordinary, memorable and momentaous (wilayah-wilayah supernatural, hal-hal luar biasa, mengesankan dan penting). Sementara yang profan adalah the realm of the everyday business-of things ordinary, random and largely unimportant (wilayah keseharian hal-hal biasa, tak disengaja dan umumnya tidak penting). Dalam penjelasan berikutnya ia menambahkan bahwa sakral adalah the eternal, full of substance and reallity ( yang abadi, penuh dengan substnasi dan realitas) sedangkan profan adalah vainishing and fragile, full of shadows (menghilang dan mudah pecah, penuh bayang-bayang). Pada sisi yang lain sakral adalah the sphere of order and perfection, the home of the ancestors, heroes, and gods ( wilayah keteraturan dan kesempurnaan, rumah para leluhur, pahlawan dan dewa), sedangkan profan adalah the arena of human affairs, which are changeable and opten chaotic (urusan

17 manusia yang dapat berubah-ubah dan sering kacau). Paling tidak ada tiga sisi yang menjadi area perbedaan antara dua entitas sakral dan profan tadi yakni dalam konteks aktivitas, eksistensi dan lokalitas. Ketiga hal ini menjadi penting dalam membedakan dua entitas tersebut. Entitas sakral ini selalu menyertai empat komponen dasar yakni space, time, nature dan man. Keempat ini adalah bagian penting yang memang ada. Ruang dalam perspektif manusia religious, memiliki makna khusus dan penting. Bukan semata-mata karena ruang itu sendiri. Sebab manusia modern umumnya menganggap semua ruangan adalah sama, dalam artian tidak ada beda satu dengan yang lainnya. Tentu ini menurut Eliade merupakan suatu kemiskinan religious yang dialami kebanyakan manusia modern. Mereka banyak kehilangan dimensidimensi penting dalam beragama. Namun demikian, ruang sakral memang hanya dapat dirasakan oleh manusia-manusia religious. Dalam penelitian ini penerapan teori sakral profan yaitu untuk mengetahui kesakralan dari bangunan adat yang ada pada zona tengah di Desa Tenganan Pegringsingan. 2.4 Model Penelitian Model penelitian merupakan gambaran yang bersifat penyederhana mengenai penelitian dilapangan. Model penelitian ini dibuat dalam bentuk bagan yang terdiri atas tabel-tabel dan tanda panah. Tabel-tabel berisikan langkah-langkah penelitian dan tanda panah menunjukkan alur proses penelitian. Penelitian dilakukan terhadap Tata Ruang Zona Tengah Di Desa Tenganan Pegringsingan dengan pembahasan tipologi bangunan

18 pada ruang tengah dan gambaran zonasi yang terbentuk pada ruang tengah berdasarkan fungsinya.

19 Kosmologi Desa Tenganan Pegringsingan Struktur Ruang Desa Tenganan Pegringsingan Zona Penyangga Tata Ruang Zona Tengah Zona Pengembangan Zonasi Ruang Tengah Berdasarkan Fungsinya dan Tipologi Bangunan Penekanan Aktivitas Masyarakat Sosial Ekonomi Maupun Sosial Budaya Keterangan : : Kaitan satu arah. : Pengaruh secara timbal balik. : Hubungan antar komponen Gambar 2.1. Bagan Model Penelitian

20 Penjelasan Bagan : Terkait dengan penelitian ini dirumuskan diagram model penelitian seperti di atas. Diagram ini digunakan untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan agar tidak jauh melebar dari yang diharapkan. Kosmologi Desa Tenganan Pegringsingan memiliki keterkaitan dengan penentuan struktur ruang Desa Tenganan Pegringsingan termasuk pada penentuan zona penyangga, zona tengah atau inti, dan zona pengembangan. Dimana pada zona-zona ini terdapat rumah adat, permukiman, lahan pertanian, kuburan, tempat-tempat pemujaan bagi masyarakat berupa pura dan lahan parkir. Berdasarkan ketiga zona tersebut dapat di tarik dua rumus permasalahan yaitu mengenai zonasi ruang tengah berdasarkan fungsinya dan tipologi bangunan. Dari zonasi dan tipologi dapat mengetahui penekanan aktivitas masyarakat dalam sosial ekonomi maupun sosial budaya.