PEMBUATAN SEDIAAN TOPIKAL DAN UJI AKTIVITAS DARI KOMBINASI ZINC OXIDE DENGAN MADU (Mel depuratum) UNTUK LUKA TERBUKA PADA TIKUS PUTIH JANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L.) Griff) sebagai Penyembuh Luka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Peningkatan Konsentrasi Asam Sitrat Terhadap Sifat Fisik Granul Effervescent Sari Buah Naga (Hylocereus undatus)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA PEGAGAN TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH JANTAN

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang

BAB I PENDAHULUAN. kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB III METODE PENELITIAN

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN

keterangan: T = jumlah perlakuan R= jumlah replikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan UJI EFEKTIVITAS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA PADA KELINCI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

PENGARUH PENGGUNAAN KUNING TELUR AYAM KAMPUNG, AYAM NEGRI DAN BEBEK SEBAGAI EMULGATOR TERHADAP SIFAT FISIK EMULSI MINYAK ZAITUN (Olea europea, L)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

PERBANDINGAN GETAH TANAMAN YODIUM (Jatropha multifida Linn) DENGAN POVIDON IODIN UNTUK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR PADA TIKUS PUTIH GALUR (Sprague Dawley)

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera (L.) Webb.) DENGAN GELLING AGENT GELATIN DAN UJI EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR SKRIPSI

FORMULASI TABLET DISPERSIBEL EKSTRAK KERING DAUN SUKUN DENGAN CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAI PENGHANCUR SECARA METODE GRANULASI KERING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

UJI EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP LUKA SAYAT PADA KELINCI JANTAN (Oryctolagus cuniculus)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

PENGARUH JENIS BASIS CMC NA TERHADAP KUALITAS FISIK GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

UJI STABILITAS FISIK GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera L.)

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

EFEK PENYEMBUHAN LUKA BAKAR OLEH LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) PADA KULIT PUNGGUNG KELINCI JANTAN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

Transkripsi:

PEMBUATAN SEDIAAN TOPIKAL DAN UJI AKTIVITAS DARI KOMBINASI ZINC OXIDE DENGAN MADU (Mel depuratum) UNTUK LUKA TERBUKA PADA TIKUS PUTIH JANTAN Hadi Sunaryo, Dwitiyanti, Pramulani Mulya Lestari Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka ABSTRAK Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang, beberapa efek akan muncul, seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta kematian sel. Untuk mempercepat penyembuhan dapat digunakan madu (Mel depuratum) yang mempunyai daya antibakteri dan zinc oxide berfungsi sebagai antioksidan yang mampu mencegah kerusakan sel dan memperbaiki stuktur dinding sel, serta mampu mengatur sel normal sebagai media fungsi sistem imun tubuh. Dari kombinasi madu dan zinc diharapkan tidak menimbulkan resistensi seperti pada pemakaian antibiotik topikal, selain itu luka tersebut juga akan lebih cepat sembuh dan tidak disertai munculnya jaringan parut yang menganggu penampilan. Penelitian ini dilakukan dua tahap, pertama dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi madu dan zink oksid yang dapat mempercepat penyembuhan luka, dengan menggunakan 28 tikus yang dibagi dalam 7 kelompok percobaan. Selanjutnya dari hasil konsentrasi kombinasi terbaik tersebut dibuat ke dalam bentuk sediaan gel dengan membandingkan antara luka tanpa perlakuan, luka dengan pemberian gel bioplasenton yang telah beredar dipasaran, luka dengan pemberian basis gel, luka dengan pemberian gel madu dan luka dengan pemberian gel zink oksid. Pada uji pendahuluan menunjukkan konsentrasi madu 20% dengan kombinasi zink oksid 5% dapat mempercepat penyembuhan luka dibanding dengan konsentrasi kombinasi lain. Pada uji lanjutan gel dengan kombinasi madu 20% dan zink oksid 5% dapat mempercepat penyembuhan luka pada kelompok hewan uji dibanding dengan kelompok hewan uji yang tidak mendapat perlakuan, mendapat perlakuan dengan basis gel, dengan gel zink oksid, dengan gel madu bahkan dengan gel bioplasenton yang telah beredar dipasaran. PENDAHULUAN Dalam upaya menemukan obat luka seperti yang diharapkan, salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan bahan alam. Madu merupakan bahan alam yang dihasilkan oleh lebah dan dapat digunakan sebagai obat yang digunakan secara topikal atau dioles. Madu mempunyai daya antibakteri karena mengandung inhibin dan enzim diastase yang dapat menghambat bakteri. Inhibin merupakan senyawa seperti lisozyme, yang menyerang dinding sel bakteri dengan cara menghidrolisis ikatan antar N-asetil glukosamin dan asam N-asetil muramat yang merupakan komponen penyusun peptidoglikan, sehingga dinding sel bakteri

pecah (Merliana R. 2009). Madu mempunyai daya antibakteri sehingga banyak dipakai untuk mengobati luka dan mempercepat penyembuhan (Cooper R. 2011). Zinc, khususnya zinc oxide dapat bersifat adstringen, dapat menyerap air sehingga mengurangi kelembaban kulit. Pemakaian zinc oxide dapat mengurangi paparan allergen dan mengurangi iritasi pada kulit. Selain itu zinc oxide mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai antioksidan yang mampu mencegah kerusakan sel dan memperbaiki stuktur dinding sel, serta mampu mengatur sel normal sebagai media fungsi sistem imun tubuh (Handaryati L. 2003, Natalie M. 2009). Dari kombinasi madu dan zinc diharapkan tidak menimbulkan resistensi seperti pada pemakaian antibiotik topikal, selain itu luka tersebut juga akan lebih cepat sembuh dan tidak disertai munculnya jaringan parut yang menganggu penampilan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, konsentrasi madu 20 30% dapat berfungsi sebagai antibakteri. maka pada penelitian ini digunakan konsentrasi madu 20%, dan konsentrasi zinc oxide yang akan digunakan yaitu 5%,10%, dan 20% sebagai antioksidan. Penggunaan madu dan zink untuk menyembuhkan luka bakar dapat dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan semisolid, seperti gel, salep ataupun krim. Berdasarkan uji efektifitas tersebut maka selanjutnya akan dibuat sediaan gel yang dimaksudkan untuk memudahkan pada pengobatan luka bakar. Setelah dibuat dalam bentuk sediaan tersebut, maka akan dilakukan uji aktivitas kembali. Metodologi Penelitian A. Metode penelitian Uji Pendahuluan 1. Alat dan bahan a. Peralatan yang dibutuhkan antara lain : timbangan analitik (OHAUS), timbangan hewan coba, mortir, stamper, sudip, kertas perkamen, kandang hewan, alat-alat bedah, jangka sorong, kapas, pisau cukur. b. Bahan yang dibutuhkan antara lain : Zinc oxide, madu yang diperoleh dari Pramuka Bumi Perkemah Cibubur, etanol 70%, eter, aqua dest, hewan percobaan tikus putih galur Sprague dawley 3-5 bulan, berat badan 100-200 gram. 2. Hewan percobaan Jumlah hewan pecobaan yang digunakan adalah 28 ekor, dibagi secara acak dalam 7 kelompok. Rancangan penelitian yang digunakan meliputi rancangan acak lengkap

(RAL). Melalui rancangan ini, jumlah ulangan tiap kelompok berdasarkan rumus federer sebagai berikut (Parker, Steve. 1997) a. Kelompok A : luka didiamkan (kontrol negatif). b. Kelompok B : luka diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 5%. c. Kelompok C : luka diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 10%. d. Kelompok D : luka diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 20%. e. Kelompok E : luka diberi metil selulosa. f. Kelompok F : luka diberi madu. g. Kelompok G : luka diberi seng oksida. Pemberian obat dilakukan sekali sehari, dimulai satu hari setelah pembuatan luka. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga sembuh. B. Metode penelitian Uji Lanjutan Hasil uji pendahuluan, diperoleh bahwa kelompok yang memberikan hasil yang terbaik, maka di lanjutkan dengan uji lanjutan dengan membuat sediaan gel dengan 4 formula. 1. Pembuatan sediaan Alat dan bahan a. Peralatan yang dibutuhkan antara lain : timbangan analitik (OHAUS), timbangan hewan coba, mortir, stamper, sudip, kertas perkamen, kandang hewan, alat-alat bedah, jangka sorong, kapas, pisau cukur. b. Bahan yang dibutuhkan antara lain : Zinc oxide, madu yang diperoleh dari Pramuka Bumi Perkemah Cibubur, etanol 70%, eter, CMC, Nipagin, Nipasol,Propilenglikol, aqua dest, hewan percobaan tikus putih galur Sprague dawley 3-5 bulan, berat badan 100-200 gram. 2. Hewan percobaan Jumlah hewan pecobaan yang digunakan adalah 24 ekor, dibagi secara acak dalam 6 kelompok. Rancangan penelitian yang digunakan meliputi rancangan acak lengkap (RAL). Melalui rancangan ini, jumlah ulangan tiap kelompok berdasarkan rumus federer (Parker, Steve. 1997) a. Kelompok A : luka didiamkan (kontrol negatif). b. Kelompok B : luka diberi bioplacenton (kontrol positif) c. Kelompok C : luka diberi basis gel d. Kelompok D : luka diberi madu. e. Kelompok E : luka diberi seng oksida f. Kelompok F : luka diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 5%.

3. Pembuatan gel dengan CMC sebagai gelling agent Tabel I. Pembuatan Formula gel dengan CMC Bahan JUMLAH F1 F2 F3 F4 Madu - 20-20 ZnO - - 5 5 Propilenglikol 1 1 1 1 CMC 3 3 3 3 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 Nipasol 0,05 0,05 0,05 0,05 Aquadest ad 100 100 100 100 4. Percobaan Uji efektivitas Percobaan penentuan efek penyembuhan luka dilakukan dengan menggunakan metode morton. 5. Cara penilaian (Morton, JJP, MH Malone. 1972) Luas luka yang dinilai = d 2 x ¼ п = diameter 2 x 0,7854 Sedangkan persentase penyembuhan luka diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut : d 1 2 - d 2 2 x 100% d 1 2 Keterangan : d 1 = diameter luka sehari sesudah luka dibuat. C. Analisa data d 2 = diameter luka pada hari dilakukan pengamatan Data yang diperoleh berupa luas luka, dianalisa secara statistik, mula-mula diuji normalitas dan homogenitasnya. Setelah itu dilakukan uji analisis varian (ANOVA) satu arah, kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey (Schefler, William C.1987). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan Pada uji pendahuluan, dosis yang digunakan bervariasi, yaitu : madu 20% dan seng oksida 5%, madu 20% dan seng oksida 10%, madu 20% dan seng

oksida 20%. Pengamatan dilakukan pada hari pertama hingga sembuh. Slope percepatan penyembuhan luka pada setiap kelompok, yaitu : Tabel I. Rata-rata slope percepatan penyembuhan luka. No. Kelompok Slope penyembuhan luka a. Tanpa pengobatan (kontrol negatif) 6,8018 b. Madu 20% dan zinc oxide 5% 9,9968 c. Madu 20% dan zinc oxide 10% 9,3853 d. Madu 20% dan zinc oxide 20% 8,4775 e. Metil selulosa 100% 7,0743 f. Madu 100% 8,1805 g. Zinc oxide 100% 8,2338 Berdasarkan uji kenormalan dan kehomogenan pengamatan penyembuhan luka pada hari ke-3, 5, 7, 9, 11, dan hari ke-13, data terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu statistika yang digunakan adalah uji parametric anova satu arah agar dapat membandingkan perlakuan tiap kelompok. Berdasarkan uji anova satu arah pada kelompok kontrol negatif dengan kelompok madu 20% dan seng oksida 5%, 10%, dan 20% terdapat perbedaan yang bermakna. Dari hasil uji pendahuluan tersebut didapatkan hasil bahwa perbandingan madu 20% dan zinc oksid 5% yang dapat mempempercepat penyembuhan luka dibanding kombinasi lain. Selanjutnya untuk memudahkan penggunaan, perbandingan madu 20% dan zinc oksid 5% dibuat ke dalam bentuk sediaan gel. Karena bentuk sediaan gel dapat memberikan kenyamaan pada penggunanya. Pada uji pendahuluan, diameter awal yang menjadi dasar awal perhitungan persentase penyembuhan luka adalah diameter sehari setelah tikus dilukai, bukan hari pada saat tikus dilukai, karena setelah 24 jam diameter luka sudah stabil. Selama 12 jam pertama luka berubah ukuran secara drastis, sedangkan antara jam ke-12 sampai ke-24 hanya berubah sedikit dan akhirnya menjadi stabil. Luka berbentuk lingkaran menjadi bulat telur, dimana diameter horizontal mengecil, sedangkan diameter vertikal, diagonal kiri dan kanan membesar. Perubahan bentuk luka ini disebabkan karena tikus dilukai di daerah punggung dekat bahu, sedangkan tikus sangat aktif bergerak sehingga diameter luka menjadi tertarik. Selain itu diketahui bahwa kulit normal mempunyai tegangan dan apabila dilakukan pemotongan kulit yang tebal, maka akan

diperoleh potongan luka yang lebih besar dari potongan luka yang dibuat (Agung Suhud. 2005). Percobaan dilakukan dalam 7 kelompok, yaitu : kelompok A tikus hanya dilukai ( kontrol negatif), kelompok B tikus diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 5%, kelompok C tikus diberi kombinasi madu 20% dan seng oksida 10%, kelompok D tikus diberi madu 20% dan seng oksida 20%, kelompok E tikus diberi metil selulosa, kelompok F tikus diberi madu, kelompok G tikus diberi seng oksida. Hasil secara statistik menunjukkan adanya perbedaan percepatan penyembuhan luka antara kelompok tanpa pengobatan, madu 100%, metilselulosa 100%, dan seng oksida 100%, dengan ketiga kelompok sediaan uji yang dikombinasi. Pada ketiga sediaan yang dikombinasi tidak ada perbedaan hasil percepatan penyembuhan luka, namun dapat disimpulkan bahwa kelompok madu 20% dan seng oksida 5% memberikan hasil yang baik karena dengan dosis kecil, sudah menunjukkan hasil sama dengan dosis yang lebih tinggi. Kelompok B (madu 20% dan seng oksida 5%) merupakan kelompok yang paling cepat memberikan penyembuhan luka, karena di dalam sediaannya mengandung madu yang berfungsi sebagai antibakteri dan seng oksida sebagai adstringen serta antioksidan sehingga memberikan efek sinergis yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Hal ini berbeda dengan kelompok A (kontrol negatif) dan E (metil selulosa), karena kontrol negatif berarti tidak mendapat pengobatan, dan metil selulosa merupakan bahan yang tidak berkhasiat. Kelompok B (madu 20% dan seng oksida 5%) juga lebih memiliki karakter fisik sediaan yang tidak terlalu kental, jika dibanding dengan kelompok C (madu 20% dan seng oksida 10%) dan kelompok D (madu 20% dan seng oksida 20%). Kelompok C dan D membuat keropeng menjadi sangat tebal, dan banyak terdapat timbunan dari sediaan yang dioleskan. Hal ini menyebabkan luka menjadi lembab dan sulit untuk mengering, sehingga saat keropeng mengelupas, bagian tengah luka masih basah. Berbeda dengan kelompok B yang sediaannya tidak terlalu kental, pada saat keropeng mengelupas, seluruh permukaan luka menjadi kering dan diameter luka mengecil. Pada kelompok F (madu), tidak menunjukkan hasil yang baik karena sediaan yang digunakan pada kelompok ini tidak mengandung antioksidan seperti kelompok B, C, dan D. Pada kelompok G (seng oksida) sulit untuk

melekatkan seng oksida dipermukaan luka, karena berupa serbuk. Banyak serbuk yang tidak melekat kuat pada permukaan luka, meskipun sudah cukup ditekan pada bagian yang terluka 2. Uji Lanjutan Pada uji lanjutan kombinasi madu da zink yang terbaik dibuat ke dalam bentuk sediaan gel yang selanjutnya di cobakan kembali pada luka terbuka tikus putih. Dengan hasil sebagai berikut : Tabel II. Rata rata percepatan penyembuhan luka No Kelompok Diameter A Tanpa pengobatan (kontrol negatif) B Pengobatan dengan bioplasenton C Pengobatan dengan basis gel D Pengobatan dengan gel madu 20% E Pengobatan dengan gel ZnO 5% F Pengobatan dengan ZnO 5% dan madu 20% Luka awal Diameter luka akhir % percepatan penyembuhan 2,15 1,25 41,86 1,4 0,45 67,86 2,15 1,05 51,16 1,55 0,65 58,06 1,68 0,575 65,77 1,25 0,275 78 Pada penelitian lanjutan madu dan zink dibuat dalam bentuk gel, agar memudahkan penggunaannya serta memberikan rasa nyaman pada pengguna sediaan ini. Gel merupakan bentuk sediaan transfaran, mengandung banyak air sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi penderita luka terbuka. Pembuatan bentuk gel ditujukan untuk memudahkan dan memudahkan serta meningkatkan stabilitas dibanding hanya dalam bentuk gel atau zink saja yang dicampur. Dari hasil uji lanjutan penelitian ini menunjukkan kelompok yang luka terbukanya dibiarkan tanpa mengalami perlakuan (kelompok C) mengalami penyembuhan paling lama atau pengurangan ukuran luka paling lambat dibanding kelompok lain yang diberi perlakuan. Kelompok hewan uji B yang mengalami perlakuan diolesi gel bioplasenton yang telah beredar dipasaran mengalami percepatan penyembuhan

yang cukup cepat dibanding dengan kelompok hewan uji yang mengalami perlakuan hanya diolesi basis gel saja (kelompok A), gel yang mengandung madu (kelompok D) maupun gel yang mengandung zink saja (kelompok E). Hal ini menunjukkan bahwa gel zink saja sebagai antioksidan tidak lebih baik mempercepat penyembuhan luka. Gel dengan madu saja sebagai antibakteri juga bekerja tidak lebih baik dari sediaan yang telah beredar dipasaran. Zink sebagai antioksidan dan madu sebagai antibakteri merupakan kombinasi yang cocok dalam penyembuhan luka terbuka. Gel kombinasi madu 20% dengan zink oksid 5% menunjukkan percepatan penyembuhan luka lebih baik dibandingkan gel dengan zink saja atau gel dengan madu saja, bahkan penyembuhan luka lebih cepat dibanding bentuk sediaan yang telah beredar di pasaran. Hal ini menunjukkan kombinasi yang efektif antara antioksidan zink oksid 5% dan madu 20% dalam bentuk sediaan gel. Berdasarkan analisa statistik anava satu arah menunjukkan kelompok hewan yang diberi gel madu dan zink oksid memperlihatkan percepatan penyembuhan luka yang lebih baik dibandingkan kelompok hewan yang diberi bioplasenton. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini, aktivitas kombinasi zinc oxide dengan madu (mel depuratum) untuk luka terbuka pada tikus putih jantan dapat disimpulkan : 1. Adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok tanpa pengobatan dengan kelompok sediaan uji yang dikombinasi. 2. Kombinasi madu 20 % dan Zink 5 % menunjukkan rata rata penyembuhan luka paling cepa 3. Sediaan gel dengan kombinasi madu 20 % dan Zink 5 % menunjukkan rata rata penyembuhan luka yang paling cepat dibanding sediaan gel tanpa kombinasi maupun gel yang telah beredar dipasaran Referensi Agung Suhud. 2005. Uji Efek Ekstrak Etanol dan Halusan Segar Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta adulterine folium) Terhadap Luka Terbuka pada Tikus Putih. UHAMKA Jakarta.

Anonim. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exepients, Second Edition, Hal : 306-309. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Cooper R. 2011. Honey could help reverse bacterial resistance to antibiotics. Society for General Microbiology, University of Wales Institute Cardiff. Handaryati L. 2003. Uji Banding Salep Ketoconazole 2% dan Seng Oksida 10% pada Dermatitis Popok, Universitas Diponegoro. Lachman, L., Lieberman, A. H., Koning, L. J. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II. Terjemahan : Siti suyatmi. UI Press. Jakarta. Merliana R. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Madu Dari Nektar Pohon Karet Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, UHAMKA. Molan PC. 1997. Honey for The Treatment of Infection. New Zeland : Univercity of Waikato. Morton, JJP, MH Malone. 1972. Evaluation of Velnerary Activity by an Open Wound Procedure in Rats, Art Int. Hal :117-126. Parker, Steve. 1997. Jendela IPTEK tubuh Manusia, Penerbit PT. Balai Pustaka, Jakarta. Hal : 33. Schefler, William C.1987. Statistika Untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan Ilmu yang Bertautan. ITB Bandung. Hal : 138. Sunaryo, H., & Amalia, N. (2008). EFEK ANTIDIABETES DAN IDENTIFIKASI SENYAWA DOMINAN DALAM FRAKSI KLOROFORM HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata L.). Jurnal Farmasi Indonesia, 4(2). Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan : Soendani Noerono. Gajah mada University. Yogyakarta. Halaman 314, 328, 335, 340, 334-33