PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 2009, bertempat di Kecamatan Rajabasa, Bandar Lampung.

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

I. PENDAHULUAN. Budidaya monoseks sudah umum dilakukan pada budidaya ikan. (Beardmore et al, 2001; Devlin and Nagahama, 2002; Gomelsky, 2003), dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

I. PENDAHULUAN. yang sudah dikenal luas dan termasuk komoditas ekspor. Kelebihan ikan guppy

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada 15 Juni 15 Juli 2013 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Komoditas ikan-ikan air tawar sejak beberapa waktu lalu sedang naik daun

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

II. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat. Dapat dikatakan lebih lanjut

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

III. BAHAN DAN METODE

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

II. METODOLOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Tahap Penelitian 2.3 Alat dan Bahan Alat dan Bahan untuk Penentuan Kemampuan Puasa Ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

I. PENDAHULUAN. Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2014 bertempat

II. BAHAN DAN METODE

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan 2.2 Prosedur Kerja Persiapan Wadah Ukuran dan Padat Tebar

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹ ¹Dosen Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Teknik terbaru untuk memproduksi benih ikan jantan adalah sex reversal atau pembalikan jenis kelamin. Pada kebanyakan ikan terdapat kemungkinan untuk membalik jenis kelaminnya dengan pemberian androgen atau steroid melalui pakan atau perendaman. Salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembalikan jenis kelamin adalah umur dari larva ikan nila (Oreochromis sp.) yang direndam dalam larutan hormon metil testosteron. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur yang optimal larva ikan nila terhadap tingkat keberhasilan pembentukan kelamin jantan dengan metode perendaman menggunakan hormon metil testosteron. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas lima umur larva (7, 14, 21, 28 dan 35 hari) serta satu kontrol dengan masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Populasi ikan nila pada masing-masing ulangan adalah 100 ekor. Dosis hormon metil testoteron setiap perlakuan adalah 2 ppm. Parameter utama adalah persentase pembentukan jenis kelamin jantan, sedangkan data penunjang meliputi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan ikan nila dan kualitas air. Hasil Sidik Ragam menunjukkan bahwa keberhasilan pembentukan nisbah jenis kelamin jantan pada umur larva ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berbeda yang direndam dalam hormon 17α-methiltestosteron dengan konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan kontrol tetapi tidak berpengaruh antar perlakuan umur larva. Laju pertumbuhan pada umur larva ikan nila pada rentang 7 hingga 35 hari yang direndam dalam hormon 17α-methiltestosteron memberikan hasil yang sangat berbeda nyata berkaitan dengan kelangsungan hidup dan tingkat kepadatan populasi selama pemeliharaan. Kata Kunci : Nila (Oreochromis niloticus),sex reversal, 17α-mehtiltestosteron. PENDAHULUAN Potensi budidaya ikan dewasa ini semakin digalakkan dan selama ini, aktivitas perikanan tangkap mendominasi pembangunan perikanan nasional. Di Kabupaten Bireuen, kondisi ini sangat jelas sehingga secara ekonomi, kondisi ini memposisikan perikanan darat (sungai, situ, danau dan rawa) di urutan kedua yang akibatnya aktivitas perikanan darat kurang dikembangkan. Potensi budidaya perikanan di Kabupaten Bireuen lebih cenderung pada usaha tambak udang, bandeng, dan budidaya laut yaitu kerapu, padahal dalam segi pemenuhan gizi maupun segi ekonomi, perikanan darat memiliki nilai yang sama dengan perikanan laut bahkan dapat menutupi kekosongan permintaan hasil perikanan pada waktu-waktu tertentu. Saat ini budidaya air tawar di Kabupaten Bireuen mulai mengalami perkembangan. Pergeseran permintaan yang dahulunya di dominasi oleh Bandeng dan Mujair mulai mengalami perluasan dengan jenis komoditi air tawar seperti nila, mujair dan lele. Hal ini juga diikuti dengan penerapan teknologi dalam sistem budidaya seperti semi intensif dan intensif. Dari beberapa komoditas ikan air tawar yang dibudidayakan di kabupaten Bireuen, budidaya ikan nila dengan sistem intensif cenderung tidak memberikan hasil produksi yang optimal. Hal ini dikarenakan sifat reproduktif ikan nila yang sering melakukan pemijahan awal dan berkali-kali selama masa pemeliharaan. Sebagai antisipasi terjadinya pemijahan awal dan berkali-kali, pemeliharaan ikan nila dapat dilakukan secara monoseks. Untuk mendapatkan ikan dengan jenis kelamin seragam (monoseks), salah satu teknologi yang telah dikembangkan adalah teknik Sex reversal yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan ikan yang berkelamin sama (monoseks) sesuai dengan Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 75

jenis kelamin yang diinginkan. Secara harfiah, sex reversal dapat diartikan sebagai suatu teknologi yang membalikkan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Dengan penerapan teknologi ini, ikan yang seharusnya berkelamin betina diarah menjadi jenis kelamin jantan (Zairin. 2002). Aplikasi sex reversal dapat dilakukan dengan pemberian hormon steroid yang salah satunya adalah hormon 17αmethiltestosteron. Hormon sintetik ini sudah banyak diaplikasikan pada berbagai spesies ikan hias maupun ikan konsumsi dan sangat efektif dalam pembalikan jenis kelamin menjadi jantan. Pada ikan nila, pembalikan jenis kelamin menjadi jantan akan meningkatkan hasil produksi karena ukuran dan bobot ikan jantan lebih tinggi jika dibandingkan Sudah banyak hasil penelitian mengenai pemberian hormon 17αmethiltestosteron untuk meningkatkan persentase jenis kelamin jantan pada ikan nila dan menunjukkan bahwa hormon ini sangat efektif untuk mengatasi permasalahan reproduksi selama pemeliharaan baik yang dilakukan secara oral maupun dengan teknik perendaman (Suryanto dan Setyono (2007); Albumhara et.al (2011); Celik et.al (2011). Namun, belum ada informasi mengenai pengaruh umur larva yang direndam dalam hormon 17α-methiltestosteron terhadap pembentukan kelamin jantan untuk spesies Oreochromis niloticus. Penerapan metode perendaman untuk sex reversal pada ikan nila lebih mudah, efektif dan efisien, dimana hormon diharapkan akan masuk kedalam tubuh ikan melalui proses difusi yang dilakukan pada larva ikan yang belum mengalami proses diferensiasi sex (Zairin, 2011). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2011 bertempat di UPTD Batee Iliek. Alat dan Bahan Penelitian Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom ukuran 5 liter, untuk perendaman hormon 17αmetiltestosteron dan pemeliharaan larva. Peralatan yang akan digunakan selama percobaan adalah peralatan aerasi, selang air, selang sifon, serokan, seser artemia, baskom, gayung, ember, gelas ukur, ph meter, DO meter, termometer, spektrofotometer, timbangan digital, sudip, dan kamera foto Rancangan Percobaan Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu suatu bentuk rancangan percobaan di mana perlakuan dikenakan secara acak pada unit-unit percobaan yang homogen. Perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan beda umur ditambah perlakuan kontrol, masing-masing diulang 3 kali sehingga terdapat 18 unit percobaan. Kelima perlakuan tersebut adalah: A. Perendaman larva ikan nila (Oreocromis niloticus) pada umur 7 hari B. Perendaman larva ikan nila (Oreocrhomis niloticus) pada umur 14 hari C. Perendaman larva ikan nila (Oreocrhomis niloticus) pada umur 21 hari D. Perendaman larva ikan nila (Oreocrhomis niloticus) pada umur 28 hari E. Perendaman larva ikan nila (Oreocrhomis niloticus) pada umur 35 hari F. Perendaman larva ikan nila (Oreocrhomis niloticus) tanpa hormon 17αmetiltestoteron sebagai kontrol. Parameter Uji Parameter Utama Parameter uji utama yang diukur dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembentukan nisbah jenis kelamin. Keberhasilan pembentukan jenis kelamin diukur dengan menggunakan rumus: Jumlah ikan jantan Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 76

Jumlah ikan betina Parameter Penunjang Parameter penunjang dalam penelitian ini berupa tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan dan parameter kualitas air, yang diukur dengan rumus: Tingkat kelangsungan hidup/survival Rate (SR) SR (%) J (%) B (%) jumlah ikan jantan jumlah sampel jumlah ikan betina jumlah sampel jumlah ikan yanghidupakhir penelitian jumlah ikan awalpenelitian x100% Pertumbuhan ikan Menurut Effendi (1979) pertumbuhan ikan diukur dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan mutlak: W = Wt Wo t Dimana: - Wt : berat rata-rata ikan pada waktu tertentu (gram). - Wo : berat rata-rata ikan pada waktu t = 0 (gram) - t : waktu (hari) x100 Analisa Data Data hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik data dalam bentuk persentase ditransformasi menurut aturan Gomez dan Gomez (1995), agar distribusi data normal. Analisis sidik ragam (uji F) selanjutnya dilakukan sesuai dengan rancangan yang dipergunakan, yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Jika dari hasil analisis sidik ragam diketahui perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (significant) atau berbeda sangat nyata (highly significant), dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). HASIL DAN PEMBAHASAN x100% Persentase Kelamin Jantan Hasil sidik ragam dan uji BNT menunjukkan keberhasilan pembentukan kelamin jantan pada umur larva ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berbeda yang direndam dalam hormon 17αmethiltestosteron dengan konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan kontrol tetapi tidak berpengaruh antar perlakuan umur larva. Seluruh perlakuan umur larva menunjukkan tingkat keberhasilan pembentukan kelamin jantan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kontrol, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik Data Persentase Perubahan Jenis Kelamin Jantan Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) antar perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata baik antar perlakuan maupun kontrol. Nilai persentase kelangsungan hidup berkisar antara 23,3 % hingga 67,8 % (Gambar 3). Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 77

Gambar 3. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Direndam dalam Hormon 17α-Methiltestosteron Laju Pertumbuhan Harian Dari hasil sidik ragam laju pertumbuhan, umur larva ikan nila pada rentang 7 hingga 35 hari yang direndam dalam hormon 17α-methiltestosteron memberikan hasil yang sangat berbeda nyata. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Setyono (2007) yang menunjukkan tidak ada pengaruh perendaman dalam hormon 17α-methiltestosteron terhadap laju pertumbuhan harian ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan umur larva yang berbeda. Penggunaan hormon 17α-Methiltestosteron dengan konsentrasi 2 ppm tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup. Dosis hormon yang diberikan erat kaitannya dengan efisiensi dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai ekonomisnya. Dari segi efisiensi, dosis yang diinginkan adalah dosis rendah, tetapi memberikan hasil yang maksimal. Namun perlu diperhatikan bahwa ada kecendrungan pemberian dosis yang terlalu rendah menyebabkan proses sex reversal berlangsung kurang sempurna. Di sisi lain, bila dosis yang digunakan terlampau tinggi ada kecendrungan ikan menjadi steril dan dosis hormon yang terlampau tinggi dapat mematikan ikan digunakan pada penelitian cukup rendah dan menghasilkan persentase jantan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Albumhara et.al (2011) dengan spesies, Hasil uji BNT memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan harian ikan yang berbeda adalah pada umur larva 35 hari jika dibandingkan dengan perlakuan umur larva lainnya dan kontrol. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan nilai kelangsungan hidup yang rendah, sehingga jumlah populasi ikan yang rendah pada volume media pemeliharaan yang sama dapat memperkecil tingkat persaingan terhadap pakan, akibatnya laju pertumbuhan ikan akan sangat tinggi pada populasi yang rendah. Dosis yang konsentrasi hormon dan lama perendaman yang sama dimana persentasenya berkisar 78±4 persen. Sedangkan persentase jantan yang dihasilkan dari penelitian Suryanto dan Setyono (2007) menunjukkan kisaran 67 hingga 80 persen dengan konsentrasi dan umur larva yang sama tetapi spesies yang digunakan adalah Oreochromis sp. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dosis yang sama tingkat keberhasilan pembentukan kelamin jantan pada Oreochromis niloticus cukup tinggi yaitu berkisar antara 86,7 hingga 100 persen sehingga dapat dikatakan dosis yang diberikan cukup efisien. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 78

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Direndam dalam Hormon 17α-Methiltestosteron Kualitas Air Pengukuran kualitas air dilakukan untuk parameter suhu, oksigen terlarut dan ph sebagai parameter penunjang yang dapat memberikan gambaran terhadap Parameter media selama pemeliharaan nila yang diberikan hormon 17α-methiltestosteron. Hasil pengukuran kualitas air disajikan pada Tabel 1. Perlakuan U.7 U.14 U.21 U.28 U.35 Suhu 29,27 28,67 29,00 28,67 29,00 Oksigen Terlarut 4,67 4,67 4,67 4,67 5 ph (Keasaman) 7,00 7,00 6,38 5,80 6,30 Tabel tersebut menunjukkan bahwa suhu pada masing-masing media perlakuan antara 28,67 hingga 29,67 derajat Celsius, oksigen terlarut berkisar antara 0,44 hingga 2,37mg/l dan nilai ph berkisar antara 5,8 hingga 7. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (2011) Nila dapat hidup pada suhu 25-30 derajat Celcius; ph air 6.5-8-5; oksigen terlarut > 4 mg/l dan kadar amoniak (NH3)< 0.01 mg/l; kecerahan kolam hingga 50 cm. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil Sidik Ragam menunjukkan bahwa keberhasilan pembentukan nisbah jenis kelamin jantan pada umur larva ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berbeda direndam dalam hormon 17αmethiltestosteron dengan konsentrasi 2 ppm berpengaruh nyata jika dibandingkan dengan kontrol tetapi tidak berpengaruh antar perlakuan umur larva. Laju pertumbuhan pada umur larva ikan nila pada rentang 7 hingga 35 hari yang direndam dalam hormon 17αmethiltestosteron memberikan hasil yang sangat berbeda nyata berkaitan dengan kelangsungan hidup dan tingkat kepadatan populasi selama pemeliharaan. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan rentang umur yang lebih tinggi untuk mendapatkan umur awal larva dalam proses diferensiasi sex pada Oreochromis niloticus. Perlu dilakukan penelitian dengan konsentrasi hormon yang lebih rendah agar didapatkan dosis yang lebih efisien untuk perubahan nisbah kelamin dan seleksi selama pemeliharaan. DAFTAR PUSTAKA Abumhara A, Yadem, M, Sovjak, R. 2011 Effect Of Hormonal Treatment On Sex Reversal Of Nil Tilapia (Oreochromis Nilotics) Fry. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 79

Agricultura Tropica Et Subtropica Vol. 44 (1).Hal 41-43. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Penerjemah: E. Sjamsuddin dan J. S. Baharsjah. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 689 hal. Zairin, M., 2002. Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 80

Lentera :Vol.12, No.3, Nopember 2012 81