Ananda, et al, Validasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Lipstik yang Beredar...

dokumen-dokumen yang mirip
VALIDASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B PADA LIPSTIK YANG BEREDAR DI SEKITAR UNIVERSITAS JEMBER DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SILDENAFIL SITRAT DALAM SEDIAAN PERMEN KARET CINTA SECARA KLT-DENSITOMETRI YULIANI SO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

ANALISIS KUANTITATIF RHODAMIN B PADA TERASI PRODUKSI DAERAH PUGER SECARA KLT-DENSITOMETRI

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

PRASILIA NOERICA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH PIPI DAN EYE SHADOW DENGAN METODE KLT DAN KCKT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR RESORSINOL DALAM SEDIAAN KRIM WAJAH SECARA KLT-DENSITOMETRI

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PENGEMBANGAN METODE ANALISIS HISTAMIN DENGAN PEREAKSI KOBALT(II) DAN ALIZARIN S SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Determinasi Inulin dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia spp L.) yang Ditamam pada Media Tanah dan Polybag dengan Metode KLT- Densitometri

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DARI SEDIAAN TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

Arroofita Ani Sandiya, et al, Determinasi Inulin dalam Sampel Ekstrak Umbi Dahlia (Dahlia spp L.)...

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR NISTATIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SALEP SKRIPSI

FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Nina Jusnita 1, Lioba Sripadma Septifani Nandu 2 Fakultas Farmasi UTA 45 Jakarta ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TADALAFIL DALAM SEDIAAN PERMEN KARET CINTA SECARA KLT-DENSITOMETRI

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN TRAMADOL DALAM TABLET ANTI NYERI DENGAN Thin Layer Chromatography (TLC)- SPEKTROFOTODENSITOMETRI ABSTRAK

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

PENENTUAN KADAR INULIN DALAM EKSTRAK BUAH PISANG (Musa paradisiaca, Linn.) SEBAGAI PREBIOTIK DENGAN METODE KLT - DENSITOMETRI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN TETES MATA SKRIPSI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR ZAT WARNA MERAH DALAM DAWET YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN "X" SECARA KLT DENSITOMETRI OLEH: LANNI WIJAYA

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

TEKNIK VOLTAMETRI PELUCUTAN ANODIK UNTUK PENENTUAN KADAR LOGAM Pb, Cd, DAN Cu PADA AIR LAUT PELABUHAN BENOA

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

ABSTRAK ABSTRACT

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

IDENTIFIKASI ZAT WARNA RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI PASAR RAYA PADANG ABSTRACT ABSTRAK

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

PENGEMBANGAN METODE REFLUKS UNTUK EKSTRAKSI ANDROGRAFOLID DARI HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B (CI 45170) DALAM LIPSTIK SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI SILDENAFIL SITRAT DALAM KOPI GRENG DAN MINUMAN HERBAL PENAMBAH STAMINA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

PENGEMBANGAN DAN VALIDASI METODE KLT-DENSITOMETRI UNTUK PENETAPAN KADAR AKRILAMIDA PADA UBI JALAR BERUMBI PUTIH GORENG SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ANALISIS PARASETAMOL PADA JAMU PEGAL LINU YANG BEREDAR DI SURAKARTA DENGAN METODE KLT-DENSITOMETRI TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

STANDARISASI SEDIAAN DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) SECARA KLT- DENSITOMETRI MENGGUNAKAN APIGENIN SEBAGAI PARAMETER

OPTIMASI KONSENTRASI PELARUT EKSTRAKSI EUGENOL. DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) TUGAS AKHIR

APLIKASI EFFERVESCENCE-LIQUID PHASE MICROEXTRACTION UNTUK ANALISIS SENYAWA PESTISIDA KLORPIRIFOS DALAM MENTIMUN MENGGUNAKAN HPLC UV-VIS SKRIPSI

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

ANALISIS RHODAMIN B PADA SIRUP BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Transkripsi:

Validasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Lipstik yang Beredar di Sekitar Universitas Jember dengan Metode KLT-Densitometri (Validation TLC-densitometry method for determination of Rhodamine B in Lipstick at Jember University Area) Risa Wahyu Ananda, Nia Kristiningrum, Yuni Retnaningtyas Fakultas Farmasi Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 e-mail korespondensi: risawahyu0208@gmail.com Abstract Rhodamine B is one of the synthetic dyes that forbidden in cosmetics. The study was conducted to validate TLC-densitometry method for determination Rhodamin B in lipstick at Jember University area. Samples was taken by purposive sampling method. The analyte were dissolved with ethanol 70% and cromatographed on silica Gel GF 254 TLC plate using etil asetat : metanol : amoniak in the ratio (15:3:3) (v/v/v). Then, validation and determination sample can be done using TLC-densitometry with maximum wavelength 554 nm. Method was found linear over the concentration range of 6 32 ng with correlation coefficient of 0,9965. Spesificity showed calculation of purity and identity more than 0.99. The limits of detection and quantitation limits obtained 0.558 and 1.86 ng/spot. The precision test which includes precision repeatability and intermediate precision, amounting to RSD 6.57% and test accuracy, resulting % recovery and RSD value of 97.74 % ± 2.54%. Based on these results lipstick sample purposively sampled none containing rhodamine B and safe consumer use. Keywords: TLC - densitometry, lipstick, rhodamine B, the validation method of analysis Abstrak Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak diperkenankan terdapat dalam kosmetika. Penelitian ini dilakukan untuk validasi metode TLC-densitometri pada penetapan kadar rhodamin B dalam lipstik di sekitar Universitas Jember. Sampel diambil dengan metode sampling purposif. Analit dilarutkan dalam etanol 70% dan menggunakan lempeng silika gel GF 254 dengan fase gerak etil asetat : metanol : amoniak in the ratio (15:3:3) (v/v/v). Kemudian validasi dan penetapan kadar sampel dapat dilakukan menggunakan KLT-Densitometri dengan panjang gelombang maksimum 554 nm. uji linieritas pada rentang 6 32 ng, didapatkan nilai koefisien korelasi (r) 0,9965. Uji spesifisitas menunjukkan spektra yang identik dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi antara analit dalam sampel dengan standar. uji batas deteksi dan batas kuantisasi didapatkan 0,558 dan 1,86 ng/spot. Uji presisi yang meliputi repeatability precision dan intermediate precision, sebesar RSD 6,57 % dan uji akurasi, dihasilkan % recovery dan nilai RSD 97,74 % ± 2,54 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut sampel lipstik yang disampling secara purposive tidak ada satupun yang mengandung rhodamin B dan aman digunakan konsumen. Kata kunci: KLT-densitometri, lipstik, rhodamin B, validasi metode analisis Pendahuluan Kosmetika dikenal manusia sejak berabadabad yang lalu. Pada jaman dahulu, tujuan penggunaan kosmetika adalah untuk mendapatkan penampilan kulit yang sehat. Kosmetika berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 445/Menkes/Per/V/1998 adalah sediaan atau e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 105

paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi kulit supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit [1]. Berdasarkan UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan disebutkan bahwa pendistribusian atau penyaluran kosmetika dapat dilakukan oleh pedagang besar farmasi, termasuk pula pedagang lain yang memiliki ijin. Setiap sediaan kosmetika yang akan beredar di masyarakat terlebih dahulu melewati inspeksi badan POM serta mendapatkan ijin edar dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia [1]. Penelitian yang dilakukan Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan (YPKK) menyebutkan bahwa, kosmetika yang beredar di pasaran masih banyak yang tidak memiliki persyaratan ijin produksi [2]. Ditambahkan pula, investigasi BPOM mengenai keberadaan rhodamin B dalam kosmetika ditemukan pada 27 merk kosmetika yang diambil secara acak dari beberapa provinsi pada tahun 2006 dan 2007 [3]. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) nomor 00386/C/SK/II/90 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan dan kosmetika, salah satunya adalah rhodamin B (merah K11) [1]. Secara umum, rhodamin B merupakan pewarna sintetik yang banyak digunakan dalam industri cat, tekstil dan kertas. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan dan dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluoresensi) [4]. Efek toksik kronik terjadi bila penggunaan warna rhodamin B pada dosis kecil yang terus menerus, sehingga tertimbun dalam tubuh akan menyebabkan gangguan fungsi hati kronik. Struktur kimia dari rhodamin B mengandung unsur N + (nitronium) yang bersifat karsinogenik sehingga memacu pertumbuhan sel-sel kanker dan menyebabkan terjadinya kanker hati serta tumor hati [5]. Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan adanya rhodamin B dalam kosmetika lipstik batangan yang tidak memiliki keterangan produksi lengkap baik nomer produksi dan nomor batch [3]. Keberadaan rhodamin B dalam kosmetik dapat dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT), sedangkan secara kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis [3]. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada penelitian ini, akan dilakukan penetapan kadar rhodamin B dalam sampel lipstik di sekitar kompleks Universitas Jember. Pemilihan daerah populasi sampel berdasarkan tingginya konsumen pengguna kosmetika pada usia 20-30 tahun dan berasal dari kalangan mahasiswa [2]. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri. Pemilihan metode KLT- Densitometri dikarenakan kromatrografi lapis tipis dapat menghasilkan pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dapat dilaksanakan dengan lebih cepat dan membutuhkan jumlah sampel yang sedikit [5]. Metode Penelitian Alat yang digunakan adalah scanner Densitometri wincats Camag, perangkat komputer dengan program wincats, timbangan analitik Sartorius, ultrasonic cleaner, bejana camag, pinset, lempeng KLT Silika Gel GF 254 dan pengering. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah standart rhodamin B (Merck), lipstik, etanol 70% (teknis), amoniak p.a (Merck), metanol p.a (Sigma-Aldrich), etil asetat p.a (J.T.baker), paraffin cair, akuabides (WIDA WI TM Unicap), asam klorida 4M (teknis), Na sulfat (Merck). Sampel yang digunakan adalah lipstik batangan dengan rentang harga kurang dari Rp. 10.000 yang dijual di sekitar Universitas Jember. Metode sampling yang digunakan adalah metode sampling purposive, dengan toleransi kesalahan 5%.[6]. Alur penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni: penentuan kondisi optimum, validasi metode analisis dan tahap terakhir penetapan kadar rhodamin B pada sampel lipstik yang beredar di sekitar Universitas Jember dengan menggunakan metode KLTdensitometri. Tahapan pertama adalah penentuan kondisi optimum yang meliputi; optimasi pelarut, optimasi eluen, optimasi konsentrasi uji, serta penentuan panjang gelombang maksimum. Optimasi pelarut yang dilakukan berdasarkan sifat kelarutan rhodamin B yang larut dalam alkohol. Optimasi eluen didasarkan pada e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 106

penelitian sebelumnya, dengan komposisi utama etil asetat : metanol : amoniak [5]. Optimasi penentuan konsentrasi uji dilakukan berdasarkan konsentrasi pada penelitian sebelumnya dengan macam konsentrasi, yakni: 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm, 12 ppm, dan 15 ppm [3]. Tahapan optimasi terakhir adalah penentuan panjang gelombang maksimum yang dilakukan dengan membuat larutan standar konsentrasi tertentu lalu di scanning pada panjang gelombang 400-800 nm. Tahapan penelitian selanjutnya adalah validasi metode analisis, yang meliputi; uji spesifisitas, uji linieritas dan rentang, uji kepekaan (batas deteksi dan batas kuantisasi), uji presisi dan uji akurasi. Hasil Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terbagi dalam beberapa tahapan, yakni; optimasi kondisi analisis, validasi metode analisis, dan penetapan kadar rhodamin B dalam lipstik. Optimasi kondisi analisis ditujukan untuk mendapatkan kondisi yang optimum guna didapatkannya data yang dapat dipertanggungjawabkan. Hasil optimasi kondisi analisis ditunjukkan pada Tabel 1. Tahapan selanjutnya adalah uji validasi metode analisis. Parameter uji validasi metode analisis yang dilakukan, meliputi uji spesifisitas, uji linieritas, uji kepekaan (batas deteksi dan batas kuantisasi), uji presisi dan uji akurasi. Hasil uji validasi ditunjukkan pada Gambar 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel 8. Tahapan terakhir adalah penetapan kadar rhodamin B dalam lipstik yang di sampling secara purposif. Hasil penetapan kadar ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 1. Hasil kondisi analisis optimum No. Kondisi Analisis HasiOptimasi 1. Pelarut Etanol 70% 2. Eluen / Fase Gerak Etil Asetat p.a : Metanol : Amoniak p.a (v/v/v) (15 : 3 : 3) 3. Lama Pencampuran / 2 menit stirer 4. Panjang Gelombang 554 nm maksimum 5. Konsentrasi Uji 9 ppm Gambar 1. Hasil uji spesifisitas Tabel 2. Hasil uji purity Track Identitas Rf r (s,s) r (m,e) Purity 1 Standar 0,74 0,9998 0,9986 Ok 2 Sampel 0,74 0,9999 0,9979 Ok 5 Standar 0,75 0,9999 0,9972 Ok Tabel 3. Hasil uji identity Track Identitas Rf r (s,s) r (s,a) Identity 1 Standar 0,74 0,9992 Rhodamin B 2 Sampel 0,74 0,9992 0,9995 Rhodamin B 5 Standar 0,75 0,9992 Rhodamin B Tabel 4. Hasil uji linieritas Konsentrasi (ppm) Massa (ng) Area 3 6 251,41 6 12 434,67 7,5 15 561,2 9 18 680,24 12 24 794,47 14 28 947 16 32 1079,03 Hasil regresi linier y = 75,21395000 + 31,27853000 X Koefisien korelasi (r) = 0,9965 Nilai V xo 4,352% dan nilai Xp 4,42 ng Tabel 5. Hasil uji batas deteksi dan batas kuantisasi Konsentrasi (ppm) Massa (ng) Area 1,02 2,05 90,1 1,23 2,46 115,46 1,84 3,68 196,45 2,04 4,09 222,67 2,41 4,82 255,64 2,61 5,22 290,15 Hasil regresi Y = - 35, 834 + 62, 057 X Koefisien korelasi (r) = 0,998376 (> 0,99) Xp value = 0, 55831920 (< 2, 050000) e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 107

Tabel 6. Hasil uji parameter repeatability precision Penimbangan (mg) Massa Hasil Kadar b/b Percobaan (mg) 503,4 1,892 x 10-5 0,0188 % 503,9 1,979 x 10-5 0,0196 % 504,2 2,100 x 10-5 0,0208 % 503,4 2,175 x 10-5 0,0216 % 504,7 2,169 x 10-5 0,0215 % 504,1 2,274 x 10-5 0,02% Rata Rata 0,0225 % RSD / CV 6,612 % Tabel 7. Hasil uji parameter validasi intermediate precision Hari ke- % RSD % b/b I 6,612 % 0,0208 % II 6,62 % 0,0272 % III 6,51 % 0,0188 % Rata- Rata 6,57 % 0,0222 % Tabel 8. Hasil uji akurasi Penambahan Konsentrasi yang ditambahkan Mean Recovery RSD % 78 % 7 ppm 95,86 % 1,29 % 98,37 % 97,22 % 100 % 9 ppm 102,48 % 3,35 % 99,1 % 95,95 % 111 % 10 ppm 94,01 % 2,98 % 99,81 % 97,13 % Rata - Rata Mean Recovery 97,74 % ± 2,54% Tabel 9. Penetapan kadar rhodamin B dalam sampel lipstik batangan Sampel Height X (calc) Area X (calc) Hasil A - - - - Negatif B - - - - Negatif C - - - - Negatif D - - - - Negatif E - - - - Negatif F - - - - Negatif G - - - - Negatif H - - - - Negatif I - - - - Negatif J - - - - Negatif K - - - - Negatif L - - - - Negatif M - - - - Negatif N - - - - Negatif Pembahasan Tahapan pertama yakni optimasi kondisi analisis. Optimasi kondisi analisis dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan yang ditunjukkan dengan parameter efisiensi kromatogram yakni, nilai HETP terkecil, nilai N terbesar dan nilai Rf dalam rentang 0,2-0,8. Kondisi analisis optimum ditunjukkan pada Tabel 1. Fase gerak optimum menggunakan etil asetat : metanol : amoniak (15:3:3) (v/v), pelarut optimum etanol 70%, panjang gelombang maksimum 554 nm, dan konsentrasi uji terpilih 9 ppm. Penelitian selanjutnya, validasi metode analisis. Pengujian parameter uji validasi yang pertama adalah uji spesifisitas. Uji parameter spesifisitas dilakukan dengan membandingkan spektra analit yang terdapat pada standar dengan sampel, serta membandingkan nilai kemurnian dan identitas dari track sampel dan standar. Pada uji kemurnian pada Gambar 1, Tabel 2 dan Tabel 3, dilakukan dengan cara membandingkan spektra pada posisi peak, yaitu posisi start (s), posisi puncak/maksimum (m) dan posisi end (e). Kemurnian dilihat berdasarkan nilai r(m,e). Nilai r(m,e) menunjukkan adanya korelasi antara spektra pada posisi puncak (m) dan akhir puncak (e). Dalam tabel tersebut diketahui bahwa nilai korelasi r(m,e) rhodamin B lebih dari 0,99 yang berarti sampel murni. Sedangkan untuk uji identitas dilakukan dengan membandingkan nilai r(s,s) dan r(s,a). Nilai r(s,s) merupakan nilai yang menunjukkan adanya korelasi spektra antara track standar dan sampel yang memiliki konsentrasi yang sama. Nilai r(s,a) menunjukkan korelasi spektra antara standar dan track analit dalam sampel. Berdasarkan tabel di atas nilai korelasi yang didapatkan lebih dari 0,990 yang berarti sampel identik dengan standar rhodamin B. Parameter uji validasi selanjutnya, yakni uji linieritas pada Tabel 4. Parameter uji linieritas yang digunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier, yakni y = a + bx. Parameter lain yang dapat digunakan berdasarkan program validation method of analysis adalah parameter nilai regresi koefisien korelasi r, nilai standar deviasi (V xo ) dan nilai koefisien variasi (Xp). Berdasarkan Tabel 4 didapatkan hasil uji, antara lain; koefisien korelasi (r) 0,9965 dengan kriteria persyaratan 0,99 ; nilai standar deviasi (V xo ) 4,352 dari kriteria persyaratan < 5%; dan parameter nilai e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 108

koefisien korelasi (Xp) 4,42 ng dengan kriteria persyaratan lebih kecil dari konsentrasi terkecil analit yang di analisis yakni 6 ng. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa uji linieritas memenuhi kriteria persyaratan yang dipersyaratkan. Uji kepekaan yang meliputi, batas deteksi dan batas kuantisasi didapatkan hasil pada Tabel 5. Kurva baku yang digunakan pada uji kepekaan dengan rentang konsentrasi 1,02 ppm 2,61 ppm didapatkan nilai batas deteksi dari nilai Xp sebesar 0,558 ng dan nilai batas kuantisasi sebesar 1,86 ng. Parameter validasi presisi berdasarkan ICH biasanya dilakukan dalam dua tahap yakni, repeatability dan intermediate precision. Data yang dapat digunakan sebagai hasil diekspresikan dengan nilai SD atau RSD [8]. Parameter validasi repeatability precision dilakukan dengan melakukan replikasi penimbangan sebanyak 6 kali, pada konsentrasi uji analit 9 ppm. Kemudian, sebagai intermediate precision dilakukan pada 3 hari yang berbeda. Kriteria penerimaan untuk analit rhodamin B pada konsentrasi 9 ppm adalah RSD 7,3 % [9]. Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 uji repeatability dan intermediate precision dapat diketahui bahwa nilai RSD dari ketiga hari atau uji intermediate precision 6,57 %. Nilai RSD yang didapat telah memenuhi kriteria persyaratan uji presisi untuk rhodamin B yakni 7,3 %. Dengan demikian, bahwa metode ini dapat memberikan hasil analisis yang presis. Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan, dengan batas nilai % recovery untuk konsentrasi uji 9 ppm sebesar 80-110%. Uji akurasi dilakukan dengan menghitung % recovery yang dihasilkan dari penambahan standar sebanyak 78%, 100% dan 111% dari kadar analit dalam konsentrasi uji. Persyaratan uji akurasi untuk konsentrasi rhodamin B 9 ppm adalah mean recovery yang berada dalam rentang 80 110 % dengan nilai RSD 7,3 %. Dari Tabel 10, dapat diketahui bahwa rhodamin B dihasilkan % recovery dan nilai RSD 97,74 % ± 2,54 %. Hasil yang didapatkan tersebut memenuhi persyaratan uji akurasi. Dari hasil yang didapatkan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode analisis menghasilkan data yang akurat. Berdasarkan serangkaian uji parameter validasi yang meliputi, uji selektivitas dan spesifisitas, linieritas, batas deteksi dan batas kuantisasi, presisi dan akurasi diketahui bahwa metode analisis rhodamin B dengan KLT Densitometri menghasilkan analisis yang selektif, spesifik, linier, peka, presis, dan akurat. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah pengaplikasian serta penetapan kadar rhodamin B dalam sampel lipstik batangan dengan menggunakan KLT densitometri. Dari hasil penetapan kadar rhodamin B dalam sampel tersebut diketahui bahwa, sampel lipstik yang di analisis negatif atau tidak mengandung rhodamin B. Berdasarkan tahap-tahap penelitian, mulai dari optimasi kondisi analisis optimum, uji validasi metode analisis dan penetapan kadar rhodamin B pada sampel lipstik yang dijual di sekitar Universitas Jember diketahui bahwa, semua data yang dihasilkan pada uji parameter validasi telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga metode yang dikembangkan ini dapat dinyatakan valid dan memberikan hasil yang benar untuk analisis rhodamin B dalam sampel lipstik. Simpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini yakni, Metode KLT-Densitometri untuk penetapan kadar rhodamin B dalam sampel memenuhi persyaratan uji validasi antara lain; uji spesifisitas didapatkan spektra yang identik dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi antara analit dalam sampel dengan standar, uji linieritas didapatkan nilai koefisien korelasi (r) 0,9965, nilai (V xo )4,352 %, dan nilai (Xp) 4,42 ng, uji batas deteksi dan batas kuantisasi didapatkan 0,558 ng dan 1,86 ng, selanjutnya uji presisi yang meliputi repeatability precision dan intermediate precision, hasil yang didapatkan sebesar RSD 6,57 % dan tahap terakhir yakni akurasi, dihasilkan % recovery dan nilai RSD 97,74 % ± 2,54 %. Hasil penetapan kadar, maka dapat disimpulkan sampel lipstik yang disampling secara purposive di sekitar Universitas Jember tidak ada yang mengandung rhodamin B, sehingga aman untuk digunakan konsumen kosmetika. Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah penetapan kadar rhodamin B dalam jenis sampel kosmetika lain seperti kosmetika lipstik tetapi, dalam bentuk lipstik cair. Serta, jumlah sampel yang diambil lebih banyak sehingga hasilnya lebih representatif. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 109

Daftar Pustaka [1] Widana, G. A. B. dan Yuningrat, N. W. Analisis Bahan Pewarna Berbahaya Pada Sediaan Kosmetika di Wilayah Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora. 2007; 1 (1); 26-36. [2] Syahrida, et. All.,. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Produk Kosmetik Pemutih Wajah di Kota Banjarmasin. Jurnal Cita Hukum. 2010; 2(1): 1-38. [3] Putri,W.K. A. Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B Sebagai Pewarna Pada Sediaan Lipstik yang Beredar di Pusat Pasar Kota Medan. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Medan : Program Studi Strata Satu Farmasi Universitas Sumatra Utara. 2009. [4] Mamoto, L. V. dan Citraningtyas, F. G. Analisis Rhodamin B Pada Lipstik yang Beredar di Pasar Kota Manado. Jurnal I lmiah Farmasi. 2013; 2 (2): 61-66. [5] Mukaromah, A. H. dan Maharani, E. T. Identifikasi Zat Warna Rhodamin B Pada Lipstik Berwarna Merah. Jurnal Analisis Kesehatan. 2008; 1(1): 34-40. [6] Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 2008. [7] Gandjar, I. G. dan Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2011. [8] Ferenczi-Fodor, K., Vegh, Z. dan Nagy- Turak, A. Validation and Quality Assurance of Planar Chromatographic Procedures in Pharmaceutical Analysis. Journal of AOAC I nternational. 2001;84 (4): 1265-1276. [9] Indrayanto, D dan Yuwono, M. Validation of Chromatographic Method of Analysis in Encyclopedia of Chromatograph (ed. J. Cazes). New York: Marcel-Dekker, Inc. 2005. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 1), Januari 2014 110