KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK & KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 12 TAHUN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

METODE. n = Z 2 P (1- P)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

FAKTOR RISIKO GIZI PENDEK PADA ANAK BALITA DI KABUPATEN SOLOK SELATAN. Safyanti, Susi Novila Sari, Andrafikar (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

GAMBARAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK UMUR 6 BULAN 12 TAHUN DI INDONESIA. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat 2

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB 4 HASIL. Status gizi..., Fildza Sasri Peddyandhari, 31 FK UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial, dan perilaku. Perubahan fisik yang dominan terjadi selama proses ini, diikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB 5 HASIL. 29 Hubungan antara..., Wita Rizki Amelia, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

PERANAN TENAGA KESEHATAN DALAM MEMPERBAIKI INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) REMAJA MELALUI PROGRAM SCHOOL HEALTH REPORT

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

PEMBAHASAN Status Gizi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kegemukan Karakteristik Anak Jenis Kelamin.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN.

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA DI SEKOLAH DASAR GMIM 52 MAPANGET KECAMATAN TALAWAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

METODE PENELITIAN. n =

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

BAB V HASIL PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

Transkripsi:

KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK & KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 12 TAHUN Heryudarini Harahap, dkk TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSAGI XV YOGYAKARTA, 25 30 NOVERMBER 2014 1

Latar Belakang Stunting merupakan masalah gizi di Indonesia, data Riskesdas Tahun 2013 : 30,7 persen Tahun 2010 : 35,6 persen Dikategorikan tinggi (> 20 persen) merupakan masalah kesehatan masyarakat.

o Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal mencapai potensi genetik akibat pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN and IFPRI, 2000) o Zat gizi utama yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah protein. Anak-anak dengan konsumsi protein rendah berisiko menjadi stunting dibanding anak-anak dengan konsumsi protein baik (Gibson, 2007; Esfarjani, 2013)

o Anak-anak yang stunting biasanya pada saat dewasa juga menjadi orang dewasa yang stunting (Martorell, 1998). o Remaja stunting mempunyai kepadatan tulang yang rendah, dan orang dewasa stunting lebih banyak yang terkena osteoporosis (Ibrahim, 2014)

o Anak-anak stunting lebih banyak menghabiskan waktu dengan jenis aktivitas fisik yang mengeluarkan energi rendah, & lebih sedikit waktu dengan aktivitas fisik sedang & tinggi (Gardner, 994) o Akibat Stunting terganggunya fungsi kognitif, & proses metabolisme, penurunan produktivitas (Branca, 2005 ; Dewey, 2011).

Tujuan o Studi tentang stunting banyak dilakukan, tetapi belum banyak dalam hubungannya dengan kepadatan tulang & aktivitas fisik. o Analisis ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara kepadatan tulang, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan dengan kejadian stunting. 6

Metode o Data anak usia 6.0 12.9 tahun dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2011 o Jumlah sampel : 191 orang o Lokasi : Jakarta Barat, Sleman, Wonogiri dan Purworejo

Kepadatan mineral tulang : o Total body scan menggunakan DEXA o Di RS Cipto Mangunkusumo & di RS Panti Rapih Jogya o Kepadatan tulang Rendah ( -2 SD) Normal (>-2 SD)

Aktifitas fisik : o Pedometer Digiwalker o 2 hari berturut-turut o Aktivitas fisik Laki -laki (langkah) : Rendah < 11.636 Sedang 11.636 15.891 Tinggi > 15.891 Perempuan (langkah) : Rendah < 10,311 Sedang 10,311 14,070 Tinggi > 14,070 9

Konsumsi makanan o Recall 1x24 jam o Energi Cukup 80% Kurang < 80% o Protein Cukup 80% Kurang < 80%

Tinggi badan Microtoice Dikategorikan : Stunting < - 3SD Normal - 3 SD Gambar pengukuran tinggi badan 11

HASIL Karakteristik Subjek 83.4 o o Jumlah anak lakilaki lebih besar dari anak perempuan, & kelompok umur lebih muda lebih banyak dari tua Sebagian besar anak bertempat tinggal di daerah perkotaan & dengan pekerjaan ayah tidak tetap % 58.6 Lk 41.4 Pr Jenis kelamin 61.6 38.4 9 2,9 6 8,9 Umur 16.6 Tempat tinggal 30.5 Kota Desa Tetap 68.5 Pekerjaan Ayah Tidak tetap

Karakteristik Subjek 62.6 o o Sebagian besar ibu dengan pendidikan SMP kebawah Lebih dari separuh anak dengan kuintil pendapatan III kebawah 37.4 % SMP SMA+ 11.3 14 28.4 I II III 26.3 V IV 20 Pendidikan Ibu Tingkat pendapatan (kuintil) 13

Analisis bivariate faktor yang berhubungan dengan stunting (1) Variabel Faktor risiko kejadian stunting P OR Independen dan Normal Stunting Value (95% CI) Kategori N n % n % Kepadatan tulang Baik 154 140 90,9 14 9,1 0,002 2,805 (1,448-5,435) Rendah 38 34 89,5 4 10,5 Aktivitas fisik Tinggi 19 11 57,9 8 42,1 Sedang 71 61 85,9 10 14,1 0,008 0,215 (0,069-0,667) Rendah 102 102 100,0 0 0,0 0,996 0,000 (0,000- ) Konsumsi protein 80 % 125 116 92,8 9 7,2 0,158 2,000 (0,753-5,309) < 80 % 67 58 86,6 9 13,4

Variabel Independen dan Kategori Analisis bivariate faktor yang berhubungan dengan stunting (2) Faktor risiko kejadian stunting Normal Stunting N N % N % P Value OR (95% CI) Konsumsi energi 70 % 70 65 92,9 5 7,1 0,333 1,685 (0,580-4,896) < 70 % 122 108 88,5 14 11,5 Gender Laki-laki 112 105 93,8 7 6,3 0,079 2,391 (0,884-6,489) Perempuan 80 69 86,3 11 13,8 Umur 6.0 8.9 118 109 92,4 9 7,6 0,28 1,703 (0,643-4,511) 9.0 12.9 74 65 87,7 9 12,3 Tempat tinggal Kota 160 148 92,5 12 7,5 0,013 3,453 (1,240-9,615)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting Variabel 95% C.I.for EXP(B) Sig. OR Lower Upper Kepadatan tulang Normal Rendah 0,041 5,325 1,075 26,387 Aktivitas fisik Tinggi dan rendah Sedang 0,003 0,139 0,037 0,521 Konsumsi protein Baik Kurang 0,005 6,448 1,756 23,672

SIMPULAN o Kejadian stunting berhubungan signifikan dengan kepadatan tulang, aktivitas fisik dan konsumsi protein o Anak dengan kepadatan tulang rendah berisiko untuk menjadi stunting 5,3 kali (OR = 5,325 ; 95%CI= 1,075 26,387) dibanding dengan anak dengan kepadatan tulang normal 17

o Anak dengan aktivitas fisik sedang sebagai faktor protektif untuk kejadian stunting (OR = 0,139 ; 95%CI = 0,037 0,521) dibanding anak dengan aktivitas rendah atau tinggi o Anak dengan konsumsi protein <80% dari angka kecukupan gizi (AKG) berisiko untuk menjadi stunting 6,4 kali (OR = 6,448 ; 95%CI = 1,756 23,672) dibanding anak dengan konsumsi protein 80%. 18

SARAN o Selain akibat kekurangan protein, perhatian juga perlu diberikan kepada aktivitas fisik dan kepadatan tulang anak untuk mencegah stunting dan akibat jangka panjangnya o Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana interaksi aktivitas fisik kepadatan tulang dan konsumsi protein dalam kejadian stunting. 19

TERIMA KASIH 20