BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR KOLESTEROL DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB IV METODE PENELITIAN

Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinis

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram/hari pada dewasa atau 40 mg/ m 2 / hari pada

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

KADAR KOLESTEROL DARAH ANAK PENDERITA SINDROM NEFROTIK SENSITIF STEROID SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PREDNISON DOSIS PENUH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP LAJU FILTRASI GLOMERULUS PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

Hubungan aspek klinis dan laboratorik dengan tipe sindrom nefrotik pada anak

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR ALBUMIN DAN BERAT BADAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan sindrom klinik / kumpulan gejala : urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstick 2+)

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR NATRIUM DAN KALSIUM SERUM PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

2. Primer/idiopatik: SN yang berhubungan dengan penyakit glomerular, tidak diketahui sebabnya, tidak menyertai penyakit sistemik

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

PENGARUH SUPLEMENTASI KAPSUL EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP KADAR NATRIUM DAN KALSIUM SERUM PADA SINDROM NEFROTIK RESISTEN STEROID ANAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan spektrum luas dari abnormalitas lipid dalam

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perubahan kadar

Sindrom nefrotik adalah suatu konstelasi temuan klinis, sbg hasil dari keluarnya protein melalui ginjal secara masif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode sekat lintang yang menilai hubungan ABI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

Bab 2 Metode Penelitian

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat hipertensi di Indonesia. Hipertensi disebut sebagai. (menimbulkan stroke) (Harmilah dkk., 2014).

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 1990, penyakit ginjal kronik merupakan penyakit ke-27 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai pangan fungsional karena kandungan probiotik didalamnya yang baik

Dewi Luksri Anjaniwati, Richa Yuswantina, Sikni Retno K. ABSTRACT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik (SN) masih menjadi masalah utama di bagian nefrologi anak..1, 2 Angka kejadian SN pada anak di Eropa dan Amerika Serikat dilaporkan 2-3 kasus per 100.000 anak yang berusia kurang dari 16 tahun dan di Asia sebanyak 16 kasus per 100.000 anak. Angka kejadian SN di negara berkembang lebih tinggi, di Indonesia mencapai 6 kasus per 100.000 pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan dengan perbandingan 2:1. SN dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling banyak ditemukan pada usia 1,5 4 tahun. 3, 4 Jenis histopatologi SN terbanyak diderita anak-anak adalah Sindrom Nefrotik Kelainan Minimal (SNKM). 5 SNKM ditemukan pada 85% kasus SN anak, sedangkan pada orang dewasa ditemukan hanya 5-10% kasus. 3,4 Berdasarkan respon klinisnya, SN dibagi menjadi 2 yaitu : Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid (SNSS) dan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS). Secara umum, 80% kasus anak dengan SN memberikan respon baik terhadap pengobatan awal steroid. 6 Pada SN primer, kebocoran protein pada sawar glomerulus menjadi masalah utama yang dapat mengakibatkan hipoalbuminemia (kadar albumin darah < 2.5 mg/dl). 7 Kadar albumin yang rendah di dalam darah memacu sel hati untuk 1

2 meningkatkan sintesis albumin yang disertai dengan peningkatan produksi lipoprotein melalui jalur yang berdekatan. Peningkatan kadar lipoprotein dalam sirkulasi menyebabkan kadar kolesterol darah lebih tinggi dari normal. 8 Keadaan hiperkolesterolemia ini merupakan faktor risiko yang paling potensial untuk terjadinya atherosclerosis. 9 Tidak hanya hiperlipidemia, keadaan hipoalbuminemia juga dapat menyebabkan edema. Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Pada kasus yang berat sering disertai dengan adanya ascites, efusi pleura dan edema genitalia. 7 Edema pada SN terjadi karena turunnya kadar albumin dan terjadinya retensi natrium yang menyebabkan cairan ekstravaskular semakin meningkat sehingga terjadi kenaikan berat badan. 10 Penanganan SN selama ini adalah terapi medikamentosa berupa kortikosteroid dan diet standart protein. Pemberian diet tinggi protein tidak lagi disarankan pada kasus SN, sebab dapat menyebabkan hiperfiltrasi glomerular 11, 12 yang dapat memperberat beban ginjal dalam menjalankan fungsinya. Pemberian diet rendah protein juga tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan malnutrisi protein yang mengganggu tumbuh kembang anak. Saat ini, pemberian diet dengan kadar protein seimbang adalah pengelolaan yang dianjurkan. Diet protein seimbang tersebut sesuai dengan Recommended Daily Allowances (RDA) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari dengan kalori yang adekuat, namun hal tersebut tetap dilakukan pemantauan kadar ureum dan kreatinin agar tetap berada dalam 13, 14 rentang normal.

3 Berdasarkan penelitian eksperimental Trully Kusumawardhani yang memanfaatkan ikan gabus ( Ophiocephalus striatus ) dalam bentuk formula tepung, didapatkan peningkatan albumin pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah 3 minggu pemberian suplementasi. Nilai rata-rata perubahan sebesar 2,0400 ± 1,4661 dibanding kontrol sebesar 1,4661 ± 0,8226 dan nilai p = 0,018 ( p<0,05). 13 Diketahui bahwa ikan gabus ( Ophiocephalus striatus ) memiliki kadar protein yang cukup tinggi (25,5%) dibanding ikan lainnya seperti ikan sarden (21,1%), ikan bandeng (20,0%), ikan kakap (20,0%), dan ikan emas (16,0%). 15 Mengingat pentingnya koreksi albumin dalam penanganan SN, maka diperlukan suatu suplementasi ekstrak ikan gabus yang lebih praktis dan lebih mudah dikonsumsi. Pemberian dalam bentuk kapsul dipilih karena selain praktis dalam pemberian, juga dapat menghilangkan bau amis ikan sehingga anak-anak tidak enggan untuk mengonsumsi suplementasi ekstrak ikan gabus ini. Berdasarkan hal yang telah disebutkan diatas, penulis ingin meneliti pengaruh pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dengan dosis 2x150 mg dalam menurunkan kadar kolesterol dan berat badan pada anak dengan SN. Diharapkan dengan pemberian ekstrak ikan gabus sebagai terapi dietetik alternatif yang murah, didapatkan peningkatan kadar albumin serum yang menyebabkan penurunan kadar kolesterol dan berat badan anak dengan SN sebelum dan sesudah perlakuan.

4 1.2 Rumusan Masalah Apakah pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x150 mg selama 14 hari dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan berat badan pada anak dengan Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Membuktikan pengaruh pemberian suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus 2x150 mg selama 14 hari terhadap penurunan kadar kolesterol dan berat badan pada anak dengan Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun. 1.3.2. Tujuan khusus 1) Menganalisis perbedaan perubahan kadar kolesterol pada anak Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun yang mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dan yang tidak mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus. 2) Menganalisis perbedaan perubahan berat badan pada anak Sindrom Nefrotik usia 2-14 tahun yang mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dan yang tidak mendapat suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Segi keilmuan Sebagai sumbangan pengetahuan bagi klinisi bahwa dengan pemberian ekstrak ikan gabus yang relatif lebih murah dapat membantu dalam proses penyembuhan anak dengan Sindrom Nefrotik. 1.4.2. Segi penelitian Sebagai sumbangan pendidikan dalam membantu pengelolaan pasien yang membutuhkan ekstrak ikan gabus sebagai diet peroral dan menjadi tambahan data untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3. Segi pelayanan pasien Sebagai masukan bagi tenaga medis dalam melakukan penanganan terhadap pasien Sindrom Nefrotik anak, khususnya penanganan yang berkaitan dengan kolesterol dan berat badan, dalam rangka peningkatan kualitas hidup anak penderita Sindrom Nefrotik

6 1.5 Orisinalitas Penelitian Tabel 1. Penelitian - penelitian lain yang hampir serupa Penelitian Variabel Subjek Desain Hasil 1 Kusumawardhani T; 2004; Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) pada Penderita Sindrom Nefrotik. 2 Tovar A, Manzano N, Tores N; 2005; Metabolism of Cholesterol and Fatty Acids in Nephrotic Syndrome and its regulation by sterol regulatory element binding protein (SREBPs). Effect of soy protein consumption. Variabel bebas : Pemberian diet formula tepung ikan gabus (Ophiocephalus striatus) Variabel tergantung: Kadar albumin serum Variabel bebas: Konsumsi protein kedelai Variabel tergantung: Kolesterol, asam lemak dan SREBPs 36 anak dengan Sindrom Nefrotik umur 2-14 tahun Tikus wistar jantan Eksper i- mental (uji klinik terbuk) Eksper i- mental Terdapat perbedaan nilai albumin awal dan akhir pada kedua kelompok (p= 0,018). Tidak terdapat perbedaan indeks masa tubuh (p= 0,207), kadar protein total (p= 0,871) dan globulin (p= 0,469) pada kedua kelompok di awal dan akhir penelitian. Terjadi penurunan kadar kolesterol, ekspresi gen SREBPs dan enzim biosintesis asam lemak setelah perlakuan

7 Penelitian Variabel Subyek Desain Hasil 3 Pattiha A; 2011; Manfaat Ekstrak Ikan gabus Terhadap Kadar Pre-Albumin, Albumin dan CD4 pada Penderita HIV/AIDS Variabel bebas: Ekstrak Ikan Gabus Variabel tergantung : Kadar prealbumin, albumin dan CD4 pada penderita HIV/AIDS 36 subyek usia 22-35 tahun Rando -mized pre dan post test group design Didapatkan kadar prealbumin (p<0.001) dan albumin (p<0,001) antara kelompok perlakuan dan kontrol. Kadar CD4 tidak ada perbedaan (p>0,005) antara kelompok kontrol dan perlakuan. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya, yaitu dari segi karakteristik subjek penelitian. Disamping itu, variabel bebas pada penelitian ini adalah suplementasi kapsul ekstrak ikan gabus dan variabel terikatnya adalah kadar kolesterol total darah dan berat badan.tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di bangsal anak dan poliklinik RSUP dr. Kariadi Semarang.