LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
Ir. Nini Medan, 29 Maret 2007

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN

INFRASTRUKTUR ENERGI LISTRIK

PERATURAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI. Nomor : 01.P/47/MPE/1992. Tanggal.: 07 Februari 1992

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III KEADAAN UMUM MENARA SUTET

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

TARGET & REALISASI TRIWULAN 1-4 TAHUN 2017 KINERJA LINGKUNGAN HIDUP

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan perundangan mengenai lingkungan hidup

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

MATERI 7 ANALISIS ASPEK LINGKUNGAN

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

Efisiensi PLTU batubara

Modul II: Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

PENGERTIAN, PROSES DAN MANFAAT AMDAL. DRS. AHMAD, M.Si

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

AMDAL. Analisis. Lingkungan

PRINSIP DAN KRITERIA ISPO

ANALISA MASALAH DAMPAK LINGKUNGAN AMDAL DWI ASTUTY. G

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

AMDAL PERTAMBANGAN I. UMUM

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

Peraturan...

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik seluruh Indonesia (Statistik Ketenagalistrikan 2014, 2015)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR :. TAHUN TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan dengan pulau lebih

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

Buku Informasi Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan STANDARDISASI KETENAGALISTRIKAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 218 /KPTS/013/2011 TENTANG

RUANG BEBAS SUTT ATAU SUTET DAN TATA CARA GANTI RUGI ATAU KOMPENSASI. Dosen : Ir.SYARIFFUDDIN MAHMUDSYAH,M.Eng.

Transkripsi:

LINDUNGAN LINGKUNGAN TENAGA LISTRIK 4.1. Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan Ketenagalistrikan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pembangunan ketenagalistrikan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. Bagi rencana kegiatan yang mempunyai dampak penting, maka berdasarkan PP No. 27 Tahun 1999, untuk kegiatan yang mempunyai dampak penting wajib menyusun dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedangkan yang tidak mempunyai dampak penting wajib menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan dan atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Untuk penentuan kriteria wajib AMDAL dan UKL/UPL mengacu pada peraturan yang berlaku. Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut harus didasarkan pada peraturan-peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan-peraturan pelaksanaan di bidang Lindungan Lingkungan Tenaga Listrik meliputi : a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). c. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. d. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01P/47/MPE/1992 Tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tenaga Listrik.

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. h. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. i. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Bidang Pertambangan dan Energi. j. Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6918-2002 Tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). k. Standar Nasional Indonesia Nomor 04-6950-2003 Tentang Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Nilai Ambang Batas Medan Listrik dan Medan Magnet. Perubahan konsep peraturan hukum sektoral kedalam konsep hukum pengeloalaan yang bersifat ekologis dan bersifat komprehensif dengan menekankan perhatian pada daya dukung lingkungan (subtainable development) membawa perkembangan baru dalam sistem hukum lingkungan Indonesia. Konsep hukum dalam arti ini memerlukan daya prediksi secara ilmiah (scientific prediction)., sehingga disatu pihak mampu memberikan prakiraan dan peringatan dini atas kemungkinan timbulnya risiko, atau bahaya dan dipihak lain dapat berperan sebagai sarana pembangunan untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang bersifat negatif. Konsep hukum baru ini

didasarkan pada keampuhan alat prediksi yang lazim disebut sebagai analisis mengenai dampak lingkungan (an environmental impact assessment) atau AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Ketersediaan tenaga listrik yang andal, aman, akrab lingkungan dan efisien serta harga terjangkau merupakan faktor yang cukup penting dalam menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari termasuk untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini ketersediaan tenaga listrik nasional mengalami masalah karena keterbatasan supply dibanding kebutuhan yang semakin meningkat. Pembangunan Ketenagalistrikan diserasikan dengan Kebijaksanaan Lingkungan Hidup, konsep Pengembangan Wilayah dan Kebijaksanaan Nasional lainnya. Untuk mencapai sasaran Pembangunan Ketenagalistrikan yang berwawasan Lingkungan, maka perlu dipersiapkan antara lain : sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber daya alam dan perangkat perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan maupun pengawasan lingkungan. Kegiatan-kegiatan di bidang tenaga listrik yang umumnya tidak lepas dapat menimbulkan berbagai masalah atau dampak terhadap lingkungan untuk ini diperlukan adanya aturan-aturan/kebijaksanaan kegiatan tersebut, sehingga pembangunan dan masalah lingkungan dapat berjalan secara serasi dan harmonis. Kegiatan yang wajib AMDAL di Sektor Ketenagalistrikan adalah : Transmisi dengan besaran 0 kv, PLTD/PLTG/PLTU/PLTGU dengan besaran 100 MW, PLTA semua jenis dan ukuran kecuali PLTM dan jenis aliran langsung, PLTP dengan besaran 55 MW, Pembangkit Listrik Jenis Lain dengan besaran 5 MW.

4.2. Proyek Ketenagalistrikan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Tabel 4.1. Proyek Ketenagalistrikan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL No Jenis Kegiatan 1. Pembangunan Jaringan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah Khusus 0 kv Keresahan masyarakat karena gangguan kesehatan akibat transmisi; Aspek sosial, ekonomi dan budaya Lanjutan Tabel 4.1.... Skala/ No Jenis Kegiatan Besaran Alasan Ilmiah Khusus terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat. 2. Pembangunan PLTD/PLTG/PLTU/PLT GU 100 MW Berpotensi menimbulkan dampak pada : Aspek fisik kimia, terutama pada kualitas udara (emisi, ambien dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang, dll) serta air tanah; Aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama pada saat pembebasan lahan dan pemindahan penduduk. 3. Pembangunan PLTA dengan : - Tinggi bendung - Atau luas genangan - Atau aliran langsung 0 m 200 ha Berpotensi menimbulkan dampak pada : - Aspek fisik-kimia, terutama pada kualitas udara (bau dan kebisingan) dan kualitas air;

(kapasitas daya) 50 MW - Aspek flora fauna; - Aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama pada pembebasan lahan. Termasuk dalam kategori large dam (bendungan besar); Kegagalan bendungan (dam break), akan mengakibatkan gelombang banjir (flood surge) yang sangat potensial untuk merusak lingkungan di bagian hilirnya; Lanjutan Tabel 4.1.... No Jenis Kegiatan 4. Pembangunan Pusat Listrik dari Jenis Lain (Surya, Angin, Biomassa dan Gambut) Skala/ Besaran 10 MW Alasan Ilmiah Khusus Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus baik bagi material dan desain konstruksinya; Pada skala ini diperlukan quarry/burrow area yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak; Dampak pada hidrologi. Membutuhkan areal yang sangat luas; Dampak visual (pandang); Dampak kebisingan; Khusus penggunaan gambut berpotensi menimbulkan gangguan terhadap ekosistem gambut.

Setiap pembangunan ketenagalistrikan pada pembangkit baik thermal maupun hidro, akan menimbulkan dampak baik positif ataupun negatif terhadap lingkungan. Besaran dampak tersebut bisa bersifat penting dan tidak penting, tergantung dari jenis dan besar pembangkit tersebut. Begitu pula terhadap komponen lingkungan yang akan terkena dampak, juga tidak akan sama dampaknya walaupun jenis kegiatannya sama. Hal ini sangat terpengaruh pada lokasi kegiatan, pola kehidupan masyarakat dan teknologi pengendalian dampak yang digunakan. Pemantauan yang dilakukan secara rutin, seperti yang disepakati dalam dokumen, dimaksudkan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Hasil pemantauan akan dapat digunakan sebagai acuan tindakan penanggulangan (corrective action) secara akurat dan tepat. 1. Dampak SUTET/SUTT Untuk pembangunan SUTET/SUTT dampak proyek terhadap lingkungan yang muncul adalah timbulnya keresahan masyarakat terutama yang tinggal di bawah jalur SUTET/SUTT. Yang menyebabkan keresahan masyarakat adalah timbulnya medan magnet, medan listrik dan corona serta adanya pembatasan pendirian bangunan secara vertikal di bawah jalur SUTET/SUTT. Besarnya kuat mean magnet dan medan listrik yang dipersyaratkan WHO adalah: kuat medan magnet sebesar 0,1 mt, kuat medan listrik sebesar 5 kv/m. Adapun upaya penanggulangan dampak yang terjadi antara lain memberi sosialisasi pada masyarakat tentang manfaat SUTET/SUTT, melakukan pengukuran dan pemantauan terhadap medan magnet dan medan listrik secara kontinyu, memantau kondisi tapak tower terutama pada lahan yang erosinya tinggi dan menetapkan batasan ruang kosong (ROW) di bawah jalur SUTET/SUTT.

No Tabel 4.2. Jarak Bebas Minimum Penghatar SUTET Dengan Tanah & Benda Lain Lokasi SUTET 66 KV SUTT 0 KV Sirkit Ganda SUTET 500 KV Sirkit Tunggal 1. Lapangan terbuka atau daerah terbuka 6.5 7.5 10 11 2. Bangunan tidak tahan api 12.5 13.5 14 3. Bangunan tahan api 3.5 4.5 4. Lalu lintas jalan/jalan raya 8 9 5. 6. Pohon-pohon umumnya, perkebunan Lapangan olah raga pada hutan 3.5 12.5 4.5 13.5 14 Lanjutan Tabel 4.2.... No Lokasi SUTET 66 KV SUTT 0 KV Sirkit Ganda SUTET 500 KV Sirkit Tunggal 7. 8. 9. 10. SUTT lainnya, penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi, antena radio, antena televisi dan kereta gantung. Rel kereta biasa Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar, kereta listrik terdekat dan sebagainya 3 8 3 3 4 9 4 4 Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang/tertinggi pada lalulintas air

1. Dampak PLTU Jenis dampak yang terjadi pada PLTU biasanya tergantung pada sumber bahan bakar yang dipakai, yaitu bahan bakar minyak (HSD, residu atau MFO) dan bahan bakar batu bara. Pada umumnya PLTU dari bahan bakar minyak dampak yang terjadi berupa ceceran minyak dan oli bekas yang akan mempengaruhi kualitas air serta penurunan kualitas udara akibat adanya gas buang. Untuk PLTU dengan bahan bakar batubara dampak yang terjadi berupa penurunan kualitas udara akibat adanya gas buang (emisi), misalnya meningkatnya kandungan SO x, NO x dan debu (partikulat) juga abu dari batu bara (fly ash dan bottom ash) yang dikategorikan sebagai limbah B3. Dampak lain yang mungkin timbul adalah penurunan kualitas air berupa kenaikan suhu pada badan air. Untuk mengurangi limbah gas SO 2 di udara, batu bara yang harus digunakan dianjurkan yang memiliki kadar sulphur rendah (kurang dari 1 %) atau dengan memasang Flue Gas Desulfurization (FGD) yang berfungsi menangkap gas SO 2. Sedangkan untuk mengurangi debu (partikulat) di udara, adalah menggunakan alat Electrostatic Precipitator (EP) dengan efisiensi kurang lebih 95 % dan untuk mengurangi limbah NO 2 menggunakan Low NO 2 Burner untuk mengurangi gas NO 2 di udara. 2. Dampak PLTD Untuk PLTD dampak yang terjadi dapat dikatakan tidak begitu penting dalam arti hanya limbah dari ceceran minyak/oli bekasyang akan masuk ke dalam badan perairan. Di samping itu pula akan mempengaruhi kualitas udara (SO x, NO x, CO dan Pb), dalam hal ini sangat tergantung berapa persen kadar sulfur yang ada pada bahan bakar tersebut. Selain itu akan terjadi kebisingan pada daerah kerja (mesin) pembangkit dan menurunnya kualitas udara jika terjadi pembakaran yang tidak sempurna.

3. Dampak PLTG dan PLTGU Dampak PLTG dan PLTGU biasanya tergantung pada sumber bahan bakar yang dipakai, yaitu bahan bakar minyak (HSD, residu atau MFO) dan bahan bakar gas. Pada umumnya PLTG dan PLTGU dari bahan bakar minyak dampak yang terjadi berupa ceceran minyak dan oli bekas serta penurunan kualitas udara disamping itu pula akan menimbulkan kebisingan. Untuk PLTG dan PLTGU dengan bahan bakar gas dampak yang terjadi berupa penurunan kualitas udara akibat meningkatnya temperatur udara pada radius tertentu untuk PLTG dan untuk PLTGU tidak berpengaruh. Disamping itu pula akan timbul gas buang SO 2, NO 2 dan CO serta kebisingan yang berasal dari peralatan PLTG dan PLTGU tersebut. 4. Dampak PLTP Jenis dampak yang terjadi pada PLTU biasanya adalah meningkatnya kandungan H 2 S pada kualitas udara yang dapat mengakibatkan terganggunya flora dan fauna di sekitar lokasi tersebut, karena biasanya PLTP dibangun dekat sumber panas bumi dan cenderung berada pada daerah sensitif (kawasan hutan lindung). Limbah cair (sisa kondensat) akan mengakibatkan pencemaran pada badan air karena mengandung logam berat misalnya boron. 5. Dampak PLTA Dampak PLTA secara umum dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak proyek terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap proyek. Dampak proyek terhadap lingkungan seperti perubahan tata guna lahan, perubahan iklim mikro karena adanya genangan, terjadinya kecelakaan masyarakat hilir akibat pelepasan air dan tingginya tingkat erosi dan sedimentasi. Sedangkan dampak lingkungan terhadap proyek seperti adanya sampah yang masuk ke dalam waduk dari hulu sungai, adanya erosi dan sedimentasi yang diakibatkan aktifitas masyarakat di pinggir waduk (genangan) atau DAS, meningkatnya

pertumbuhan gulma air pada waduk dan perubahan kualitas air karena aktifitas industri di hulu sungai. Selanjutnya skema-skema berikut ini memberikan gambaran mengenai prosedur keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL dan proses persetujuan AMDAL dan tanggapan UKL/UPL. Masyarakat Berkepentingan Saran, Pendapat, dan Tanggapan 2 Instansi Yang Bertanggung Jawab 1 Pengumuman Persiapan Penyusunan AMDAL 3 Pemrakarsa Pengumuman Rencana Usaha dan Kegiatan Konsultasi 4 5 Penyusunan KA- ANDAL Saran, Pendapat, dan Tanggapan 6 Penilaian KA-ANDAL oleh Komisi (maks. 75 hari) 8 7 Penyusunan ANDAL,RKL RPL Saran, Pendapat dan Tanggapan 9 Penilaian ANDAL, RKL RPL oleh Komisi (maks. 75 hari) 10 Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bapelda/Gubernur Gbr. 4.1. Prosedur Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses AMDAL

Masyarakat Berkepentingan/ Instansi Teknis (DESDM Cq.DJLPE) 2 Saran,Pendapat, dan Tanggapan Instansi Yang Bertanggung Jawab 1 Pengumuman Persiapan Penyusunan AMDAL 3 Pemrakarsa Wajib AMDAL Pengumuman Rencana Usaha dan Kegiatan Ya - PP No. 27 Tahun 1999 -Kep.MENLH No. 3 Tahun 2000 -KepMENLH No. 86 Tahun 2002 Konsultasi Saran,Pendapat, dan Tanggapan Saran, Pendapat dan Tanggapan 6 9 4 Penilaian KA-ANDAL oleh Komisi (maks. 75 hari) Penilaian ANDAL, RKL RPL oleh Komisi (maks. 75 hari) 10 5 7 Penyusunan KA- ANDAL Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL 8 Rekomendasi Perbaikan (7 hari) iii Berdampak Besar dan Penting Pemrakarsa mengajukan kepada i UKL/UPL Tidak Instansi yang bertanggungjawab di bidang penglolaan lingkungan hidup Kab/Kota, Propinsi, dan KLH (melakukan pemeriksaan form isian UKL/ULP selama 7 hari sejak diterimanya form isian) Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup oleh Bapelda/Gubernur ii Belum sesuai Sesuai Gbr.4.2. Prosedur Persetujuan AMDAL dan Tanggapan UKL/UP