I. PENDAHULUAN. Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hutan pada hakekatnya mempunyai karakteristik multi fungsi yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. telah berlangsung sebelum legalitas hukum formal ditetapkan oleh pemerintah.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 47 / KPTS-II / 1998 TENTANG

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN SERTA PENGENDALIAN KEBAKARAN KEBUN DAN LAHAN Hari

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990, taman hutan raya (tahura) adalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas (120,35 juta Ha), setara dengan 4 negara besar di Eropa (Inggris, Jerman, Perancis, dan Finlandia) (Departemen Kehutanan, 2008). Hutan Indonesia sebagai salah satu sub sektor pertanian berperan penting sebagai penyangga kehidupan dan penggerak perekonomian. Oleh karena itu, hutan harus dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara baik, berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat. Hutan menjadi penting untuk dilestarikan oleh semua kalangan karena ia berfungsi sebagai penyangga kehidupan manusia. Tidak hanya menyangga kehidupan dan berperan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 1,35 % angkatan kerja langsung dan 5,4 % angkatan kerja tidak langsung dari penduduk Indonesia. Namun, juga menopang perekonomian dan kehidupan sekitar 250 juta populasi nasional serta 6,538 miliar populasi global dengan jasa ekosistem yang diproduksinya diantaranya melalui perannya sebagai penetralisir iklim, rumah pengetahuan dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimilikinya, penyimpan air bersih, penyangga stabilitas struktur tanah (http://www.wordpress.com). Hasil hutan merupakan salah satu komoditi yang ikut mengambil bagian dalam menentukan nilai devisa total dari perekonomian nasional. Namun, adanya berbagai bentuk gangguan hutan seperti penebangan kayu secara liar, kebakaran hutan, konflik status lahan kawasan hutan dan lain-lain, telah menurunkan nilai

hasil hutan tersebut. Keadaan kerusakan kawasan hutan menurut fungsinya di Propinsi Lampung sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kerusakan hutan menurut fungsinya sampai dengan tahun 2006 No. Fungsi Hutan Luas Kawasan Hutan Persentase Kerusakan (ha) (%) 1. Hutan Lindung 317.615 63,73 2. Hutan Suaka Alam/Taman 444.749 20,15 Nasional 3. Hutan Produksi Tetap 191.732 32,33 4. Hutan Produksi Terbatas 33.358 3,94 5. Cagar Alam Krakatau 17.281 10,93 Jumlah 1.004.735 35,32 Sumber : Statistik Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2006 Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa kerusakan hutan sampai dengan tahun 2006 secara keseluruhan adalah sebesar 35,32%, kerusakan paling tinggi terjadi pada kawasan hutan lindung yaitu sebesar 63,73%, dan yang terendah adalah pada kawasan hutan produksi terbatas yaitu sebesar 3,94%. Penjarahan atau pengrusakan hutan tersebut merupakan akibat jumlah penduduk yang terus meningkat, semakin meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan penguasaan lahan pertanian semakin kecil. Kenaikan jumlah penduduk yang tinggi memerlukan adanya produksi pangan yang besar demi kelangsungan hidup, dengan diikutinya keterbatasan lahan maka dapat mengancam keberadaan hutan yang tersisa. Akibat adanya kebutuhan hidup dan ketidakmampuan dalam berkompetisi memperoleh lapangan pekerjaan yang disebabkan rendahnya kualitas sumber daya

manusia, maka banyak penduduk yang akhirnya mencoba memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara memanfaatkan sumber daya alam secara langsung, salah satunya adalah dari hasil hutan. Selain dengan pemanfaatan hasil hutan secara langsung, semakin besarnya kebutuhan penduduk akan pangan menyebabkan adanya kegiatan pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Jika pembukaan areal hutan menjadi lahan pertanian tidak dapat dikendalikan secara baik, maka dalam jangka panjang secara otomatis areal hutan akan rentan terhadap deforestasi atau penurunan fungsi hutan yang terindikasi dari semakin berkurangnya kawasan hutan. Hutan memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan. Salah satunya adalah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendapatkan keuntungan ekonomis serta dapat memberikan kesempatan kerja. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan berprofesi sebagai petani. Hasil kegiatan dari usahatani yang dilakukan masyarakat sekitar kawasan hutan yang kurang dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang tercermin dari masih rendahnya tingkat pendapatan petani, menimbulkan keinginan para petani untuk meningkatkan pendapatannya melalui pengolahan lahan di dalam kawasan hutan, kendati kawasan hutan tersebut dikuasai oleh negara. Menyikapi pentingnya hutan bagi masyarakat khususnya yang ada disekitar hutan, maka harus dicari suatu cara yang dapat mengintegrasikan antara kelestarian kawasan hutan dengan pemenuhan kebutuhan penduduk yang akan tercermin dari peningkatan pendapatan rumah tangga. Peranan hutan dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat tersebut direalisasikan dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007, hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat setempat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan (IUPHKm) adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan sumber daya hutan pada kawasan hutan lindung dan/atau kawasan hutan produksi. Namun, lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dijelaskan dalam Pasal 92 bahwa hutan kemasyarakatan dapat diberikan pada hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Kawasan hutan konservasi di Lampung adalah Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman berada dalam wilayah kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Kawasan Hutan Kemasyarakatan berada di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Bandar Lampung. Pengusahaan hutan kemasyarakatan dikembangkan berdasarkan keberpihakan kepada rakyat khususnya rakyat yang tinggal di dalam

dan sekitar kawasan hutan. Kelurahan Sumber Agung adalah salah satu dari dua Kelurahan yang ada di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR) yang pernah mendapatkan izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan. Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung diterbitkan pada tanggal 19 November 1999 berdasarkan Surat Keputusan Departemen Kehutanan dan Perkebunan Pusat No. 21/IV/PHK.2/1999. Pada saat itu, luas areal pemanfaatan hutan kemasyarakatan pada Kelurahan Sumber Agung adalah seluas 492,75 Ha. Di Propinsi Lampung telah diterbitkan izin pemanfaatan HKm sebanyak 7 (tujuh) kelompok, yang bisa dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Nama Kelompok pemegang izin HKm di Propinsi Lampung. No Nama Kelompok Lokasi Pemberi Izin 1 Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung 2 Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung 3 Koperasi Patria Panca Marga Kab. Tanggamus 4 Koperasi Perkebunan Karya Maju Kab. Lampung Utara 5 Koperasi Sinar Rejeki Kab.Tanggamus 6 Kelompok Tani Bina Wana Kab.Lampung Barat 7 Kelompok Tani Tunas Muda Kelurahan Napal Kec. Pardasuka Kab.Tanggamus TAHURA TAHURA Register 30 dan 32 Register 34 T.Tebak Register 30 Kab.Tanggamus Reg.45B Bukit Rigis Register 30 dan 32 Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, 2008 Dirjen RLPS An. Menhutbun Kanwil Dephutbun Prov Lampung Kanwil Dephutbun Prov Lampung Kanwil Dephutbun Prov Lampung Kanwil Dephutbun Prov Lampung Kanwil Dephutbun Prov Lampung Bupati Tanggamus Dari tujuh kelompok pemegang izin Hkm yang telah disebutkan di atas, Kelompok Pengelola Pelestari Hutan (KPPH) Sumber Agung merupakan yang pertama kali mendapatkan izin pemanfatan Hutan Kemasyarakatan.

Dalam penerapan sistem hutan kemasyarakatan petani di Kelurahan Sumber Agung terbagi dalam 7 Kelompok Tani Pengelola Dan Pelestari Hutan (KPPH) yaitu KPPH Tanjung Manis, Sukawera, Umbul Kadu, Mata Air, Pemancar, Cirate, dan Pangpangan. Tabel 3. Jumlah anggota, total luas lahan, dan rata-rata kepemilikan lahan Kelompok Petani Pengelola Hutan Kemasyarakatan (KPPH) di Kelurahan Sumber Agung No Nama Kelompok Jumlah Total Luas Rata-rata Pemilikan (KPPH) Anggota Lahan (Ha) Lahan (Ha) 1 Tanjung Manis 106 143,50 1,36 2 Sukawera 67 94,00 1,38 3 Umbul Kadu 77 105,25 1,36 4 Mata Air 37 43,75 1,18 5 Pemancar 58 53,50 0,92 6 Cirate 60 40,50 0,67 7 Pangpangan 20 12,25 0,61 Total 425 492,75 1,68 Sumber: Proposal Permohonan Hak Pengelolaan HKm Sumber Agung,1999 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat total anggota kelompok KPPH di Kelurahan Sumber Agung adalah 425 orang dengan total luas lahan 492,75 hektar dan rata-rata pemilikan seluas 1,68 hektar. Kelompok Pengelola dan Pelestari Hutan (KPPH) merupakan ikatan kelompok-kelompok pelestari hutan. Sejak Tahura Wan Abdul Rachman ditetapkan Menteri Kehutanan berdasarkan Keputusan Nomor 408/KPTS- II/1993 Tanggal 10 Agustus 1993 dengan luas 22.249,31 hektar sebagai kawasan hutan untuk tujuan konservasi dan pelestarian alam maka saat ini Kelurahan Sumber Agung termasuk dalam kawasan hutan konservasi. Pengelolaan Hutan di Kelurahan Sumber Agung ini telah dilakukan sejak tahun 1940, sehingga hutan di Kelurahan ini memang benar-benar digunakan sebagai

tempat menggantungkan hidup bagi masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sumber Agung. Jika masyarakat tidak diperbolehkan lagi mengelola hutan di kawasan taman hutan raya tentu saja akan menimbulkan perlawanan dari masyarakat yang sangat menggantungkan hidupnya di hutan. Oleh karena itu, masyarakat Kelurahan Sumber Agung yang berada di kawasan hutan konservasi tetap diizinkan mengelola kawasan untuk membudidayakan tanaman dengan tetap melihat kaidah-kaidah konservasi. Masyarakat di Kelurahan Sumber Agung ini mengusahakan hutan di blok pemanfaatan dan tidak boleh menggangu blok perlindungan. Selain itu, masyarakat diizinkan mengelola kawasan konservasi agar mereka tetap mudah dikontrol, diawasi, dan tentu saja diberikan pembinaan. Masyarakat setempat telah memiliki wadah dalam bentuk kelompok tani dan melaksanakan kegiatan rehabilitasi secara swadaya dengan pola hutan kemasyarakatan. Pemanfaatan areal hutan kemasyarakatan pada Kelurahan Sumber Agung dilakukan oleh kelompok tani dengan menanam pohon serbaguna/mpts (Multi Purpose Trees Species). Multi Purpose Trees Species adalah tumbuhan berkayu dimana buah, bunga, getah, daun dan/atau kulit dapat dimanfaatkan bagi penghidupan masyarakat, disamping berfungsi sebagai tanaman lindung, pencegah erosi, banjir, dan longsor. Beberapa contoh tanaman MPTS (Multi Purpose Trees Species) adalah kakao,kopi, pete, jengkol, karet, jambu, melinjo, cengkeh, durian, papaya, pisang, kelapa, kemiri, damar, dan lain-lain sebagai upaya untuk mendapatkan hasilnya agar dapat memperoleh pendapatan secara cepat. Selain itu, budidaya tanaman tersebut tidak memerlukan pemeliharaan intensif.

Kakao merupakan tanaman utama di Kelurahan Sumber Agung karena tanaman ini yang paling banyak ditanam oleh para petani di Kelurahan Sumber Agung. Kakao merupakan komoditas andalan nasional yang perannya sangat penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam hal penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani, dan sumber devisa bagi negara (Departemen Kehutanan, 2008). Tanaman kakao sangat cocok untuk ditanam di kawasan hutan kemasyarakatan karena tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung seperti cengkeh, karet, kelapa yang dapat menjadi pohon penaung bagi tanaman kakao yang sangat diperlukan bagi tanaman ini dalam hal pengaturan banyaknya sinar matahari yang diserap oleh tanaman kakao tersebut. Masih sederhanaya pola usahatani kakao menyebabkan rendahnya mutu dan produktivitas kakao yang berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan petani. Menurut staf peneliti Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Haluoleo dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Produktivitas, Finansial, dan Ekonomi Kakao Hutan di Sulawesi Tenggara, integrasi tanaman kakao dan cengkeh merupakan pola usahatani yang memberikan keuntungan, usahatani kakao dengan aneka tanaman (agroforestri) lebih prospektif daripada usahatani kakao monokultur. Dengan optimalnya penggunaan lahan (diversifikasi), setiap tahun terjadi pertumbuhan pengembangan pola tanaman berbasis perkebunan (kakao) mencapai 3,5% (Firdausil, 2008). Usahatani kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa

sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Usahatani kakao di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Lampung Selatan telah menguntungkan, dengan tingkat keuntungan sebesar Rp. 19.969.019 per 1,44 hektar atau sebesar Rp. 14.264.881 per hektar dan Revenue Cost Ratio (R/C ratio) sebesar 5,74 (Putra, 2007). Kakao merupakan salah satu komoditi yang dapat memberikan keuntungan yang cukup bagi petani pengelola hutan kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung. Kakao ditanam secara tumpang sari dengan tanaman MPTS yang lain. Komoditas kakao diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani yang mengusahakannya. Hutan kemasyarakatan memiliki tujuan untuk mencapai masyarakat sekitar hutan yang sejahtera dan kelestarian hutan dapat terjaga (Dinas Kehutanan, 1999). Pelaksanaan program hutan kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung masih belum mencapai tujuan dalam memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat di sekitar hutan khususnya dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara berkelanjutan. Menurut Saeroji (2002), ada beberapa indikator menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan masih relatif rendah (kebutuhan pangan tidak tercukupi) serta pendapatan rumah tangga anggota KPPH di Kelurahan Sumber Agung rata-rata per bulan adalah Rp. 272.670 berasal dari pengelolaan Hkm. Dengan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di Kelurahan Sumber Agung maka para petani melakukan usaha pemenuhan kebutuhan dengan menanam tanaman yang memberikan nilai ekonomis yang salah satunya adalah kakao untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Dari kegiatan tersebut para petani

yang tinggal di sekitar hutan dapat memperoleh keuntungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tersebut serta terserapnya tenaga kerja dan diharapkan dapat mengurangi tingkat perambahan, sehingga bisa menekan angka kerusakan hutan karena diterapkannya pengelolaan hutan kemasyarakatan yang tetap memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. Oleh karena itu, perlu diketahui prospek pengembangannya terhadap keuntungan dari usahatani kakao bagi petani terutama di Kelurahan Sumber Agung dan kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja serta mengurangi tingkat kerusakan hutan. Dari uraian tersebut maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini antara lain: 1. Berapa besar keuntungan yang diperoleh petani pada usahatani kakao pada program Hutan Kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling? 2. Berapa besar tenaga kerja yang diserap pada usahatani kakao pada program Hutan Kemasyarakatan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling? 3. Bagaimana kontribusi ushatani kakao HKm terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling? 4. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program HKm? B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh petani pada usahatani kakao pada program Hutan Kemasyarkatan di Kelurahan Sumber Agung kecamatan Kemiling.

2. Mengetahui seberapa besar serapan tenaga kerja usahatani kakao pada program Hutan Kemasyarkatan di Kelurahan Sumber Agung kecamatan Kemiling. 3. Mengetahui kontribusi usahatani kakao HKm terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. 4. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap program HKm. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna : 1. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan di bidang pertanian dan kehutanan. 2. Sebagai informasi dan masukan bagi petani pengelola Hutan Kemasyarakatan khususnya bahwa Hutan Kemasyarakatan memiliki manfaat yang besar. 3. Sebagai informasi dan masukan kepada Dinas Kehutanan serta lembagalembaga sosial kemasyarakatan yang melakukan pengembangan Hutan Kemasyarakatan, dan 4. Sebagai referensi bagi penelitian yang sejenis dan lanjutan di masa yang akan datang.