BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

BAB III LANDASAN TEORI

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TRAFFIC ENGINEERING. Outline. I. Klasifikasi jalan II. Dasar-dasar TLL (arus, vol, kecept, Methode greenshield)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa peristiwa diwaktu yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

Pendahuluan 10/12/2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

NINDYO CAHYO KRESNANTO. .:

BAB 2 TINJAUAN TEORI

NINDYO CAHYO KRESNANTO. .:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

PENTINGNYA PEMBANGUNAN SARANA PRASARANA TRANSPORTASI SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN DESA DI KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 03/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

BAB III LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang Masalah

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transportasi merupakan sistem yang bersifat multidisiplin bidang PWK, ekonomi, sosial, engineering, hukum, dll

BAB I PENDAHULUAN. barang atau orang yang dapat mendukung dinamika pembangunan daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN I.1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Transkripsi:

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arti Transportasi Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ketempat lain, di mana tempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas terdapat kata-kata usaha, berarti transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan di mana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diingikan. Alat pendukung apa yang dipakai untuk melakukan proses peindah, gerak, angkut dan alih ini, bisa bervariasi, tergantung pada: - Bentuk objek yang akan dipindahkan tersebut - Jarak antara suatu tempat dengan tempat lain - Maksud objek yang akan dipindahkan tersebut Ini berarti, alat-alat pendukung yang digunakan untuk proses pindah harus cocok dan sesuai dengan objek, jarak, dan maksud objek, baik dari segi kuantitasnya maupun dari segi kualitasnya. Untuk mengetahui keseimbangan antara objek yang diangkut dengan alat pendukung ini, dapatlah kita melihat ukuran (standar) kuantitas dan kualitas dari alat 7

pendukung. Adapun standar kuantitas dan kualitas alat pendukung dapat di definisikan : Aman, Lancar, Nyaman, Ekonomis. Sumber ; Fidel Miro 2002 2.2. Ciri Permasalahan Transportasi Ruang lingkup permasalahan transportasi telah bertambah luas dan permasalahannya itu sendiri bertambah parah, baik dinegara maju (industri) maupun negara sedang berkembang. Terbatasnya bahan bakar secara temporer bukanlah permasalahan yang parah; akan tetapi, peningkatan arus lalulintas serta kebutuhan akan transportasi telah menghasilkan kemacetan, tundaan, kecelakaan, dan permasalahan lingkungan yang sudah berada diatas ambang batas. Permasalahan ini tidak hanya terbatas pada jalan raya saja. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas seseorang meningkat sehingga kebutuhan pergerakannyapun meningkat melebihi kapasitas sistem prasarana transportasi yang ada. Kurangnya investasi pada suatu sistem jaringan dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan sistem transpotasi sistem prasarana transportasi tersebut menjadi sangat rentan terhadap kemacetan yang terjadi apabila volume arus lalulintas menigkat lebih dari rata-rata. Sumber; Ofyar. Tamin 2000 2.2.1. Ciri Kebutuhan Akan Transportasi Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempuntai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo yang diangkut, dan lain-lain. Pelayanan 8

transportasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan pergerakan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna (mubazir). Ciri ini membuat analisis dan peramalan kebutuhan akan pergerakan akan menjadi sulit. Kebutuhan akan pergerakan bersifat sebagai kebutuhan turunan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Seperti kita ketahui, pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang biasanya harus dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga. Kita sebenarnya tidak perlu bergerak kalau semua kebutuhan tersebut tersedia ditempat kita berada (tempat tinggal). Akan tetapi dalam ilmu perencanaan wilayah dan perkotaan, setiap tata guna lahan mempunyai beberapa ciri dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam perencanaan dan perancangannya. Misalnya, bandara harus berada jauh dari daerah perkotaan karena alasan keselamatan dan kebisingan serta harus pula jauh dari daerah pegunungan karena alasan operasi penerbangan pesawat yang menggunakan bandara tersebut. Daerah pemukiman, industri, pertokoan, perkantoran, fasilitas hiburan, dan fasilitas sosial, semuanya mempunyai beberapa persyaratan teknis dan non-teknis yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasinya. Setiap lahan atau tata guna lahan mempunyai ciri teknis tersendiri yang dapat menentukan jenis kegiatan yang cocok dilokasi tersebut. Beberapa ciri teknis yang sering dipakai adalah kondisi topografi (datar, bukit, pegunungan), kesuburan tanah, dan geologi. 9

Akibatnya, lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang yang ada yang akhirnya menyebabkan perlu adanya pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan. Seorang akan berangkat pada pagi hari dari lokasi perumahan ke lokasi tempat kerja. Kemudian, sebelum pulang kerumah pada sore hari, mungkin ia mampir dulu untuk berbelanja, dan berolaraga pada lokasi lain yang berbeda. Dengan demikian, fasilitas sosial, fasilitas hiburan, pusat perbelanjaan, dan perkantoran yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan harian harus disebar secara merata dalam suatu daerah perkotaan sehingga jarak dari perumahan ke berbagai lokasi tersebut menjadi lebih pendek. Semakin jauh kita bergerak, semakin tinggi peluang kita memberikan kontribusi terhadap kemacetan di kota tersebut. Dalam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita mempunyai dua pilihan, yaitu bergerak dengan moda transportasi atau tanpa moda transportasi (berjalan kaki). Pergerakan tanpa moda transportasi (misalnya berjalan kaki) biasanya berjarak pendek (1-2 km), sedangkan pergerakan dengan moda trasnportasi berjarak sedang atau jauh. Jenis moda transportasi yang di gunakan juga beragam, seperti mobil pribadi, taksi, bus, kereta api,, sepeda motor, pesawat terbang, dan kapal laut. Apapun moda transportasinya, moda tersebut tidak akan pernah dapat bergerak kalau kita tidak mempersiapkan tempat mereka bergerak seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara, dan pelabuhan lautyang biasa disebut sistem prasarana transportasi. 10

2.2.2. Ciri Sistem Transportasi Ciri utama sistem transportasi adalah melayani pengguna; bukan berupa barang atau komoditas. Oleh karena itu, prasarana tersebut tidak mungkin disimpan dan digunakan hanya pada saat diperlukan. Sistem prasarana transportasi harus selalu dapat digunakan dimanapun dan kapan pun, karena jika tidak, kita akan kelhilangan manfaatnya (mubazir). Oleh karena itu pula, sangatlah penting mengetahui secara akurat besarnya kebutuhan akan transportasi pada masa mendatang sehingga kita dapat menghemat sumber daya dengan mengatur atau mengelola sistem prasarana transportasi yang dibutuhkan. Pada dasarnya, sistem prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu : - Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan didaerah perkotaan; - Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut. Peran utama sering digunakan oleh para perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Katakanlah ada suatu daerah pemukiman baru yang hendak dipasarkan; tidak akan pernah ada peminatnya kalau didaerah itu tidak di sediakan sistem prasarana transportasi. Begitu sistem prasarana transportasinya tersedia, maka aksesibilitas pemukiman tersebut menjadi semakin tinggi (semakin mudah dicapai) yang akhirnya menyebabkan minat pembeli menjadi bertambah untuk tinggal disitu. 11

Hal yang sama juga terjadi dilahan pemukiman transmigrasi. Suatu kawasan pemukiman tidak dapat berkembang, meskipun fasilitas rumah dan sawah sudah siap pakai, jika tidak tersedia sistem prasarana transporasi; hal ini akan mengakibatkan biaya transportasi menjadi sangat tiggi. Sebaliknya, sistem prasarana transportasi mungkin belum diperlukan pada saat sekarang karena kebutuhan akan pergerakan masih sangat rendah atau belum ada sama sekali. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka kawasan pemukiman tersebut tidak akan pernah berkembang selamanya. Oleh sebab itu, kebijakan yang harus dilakukan adalah menyediakan sistem prasarana transportasi dengan kualitas seminimal mungkin tapi masih bisa dilalui. Adanya keterhubungan dengan atau konektivitas ini menyebabkan kawasan tersebut menjadi mudah dicapai dan orang akan mulai mau tinggal disana. Seterusnya, setelah kawasantersedut berkembang yang menyebabkan terbentunya kebutuhan akan pergerakan yang cukup besar, barulah sistem prasarana transportasinya ditingkatkan sesuai dengan peramalan kebutuhan akan pergerakan pada masa mendatang. Di sinilah mulai tampak peran kedua dari sistem prasarana transportasi. 12

2.2.3. Keseimbangan Antara Sistem Prasarana Tranportasi dan Kebutuhan akan Transportasi Seperti terlihat pada gambar 2.1, secara umum dapat dikatakanbahwa peranan perncanaan transportasi sebenarnya adalah untuk dapat memastikan bahwa kebutuhan akan pergerakan dalam bentuk pergerakan manusia, barang, atau kendaraan dapat dihitung oleh sistem prasarana transportasi yang ada dan harus beroperasi di bawah kapasitasinya. Gambar 2.1 Kemacetan dan beberapa efek eksternalnya Kebutuhan akan pergerakan itu sendiri mempunyai ciri yang berbeda-beda, seperti perbedaan tujuan perjalanan, moda transportasi yang digunakan, dan waktu terjadinya pergerakan. Sistem prasaranan transporasinya sendiri terbentuk dari : - Sistem prasaranan (penunjang), misalnya sistem jaringan jalan raya atau jalan rel termasuk terminal; - Sistem manajemen transportasi, misalnya undang-undang, peraturan, dan kebijakan; 13

- Beberapa jenis moda transportasi dengan berbagai macam operatornya. - Sumber; Ofyar. Tamin 2000 2.3. Pengertian Jalan Definisi menurut UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas yang berada, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan atau air serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,dan jalan kabel Jalan umum adalah jalan yang diperuntuhkan bagi lalulintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi,badan usaha, perseorangan,atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri. Bagian bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan,ruang milik jalan,dan ruang pengawasan jalan : a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan. c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. 2.4. Jaringan Jalan Sesuai UU RI No. 38/2004 tentang Jalan bahwa jaringan jalan merupakan suatu sistem yang mengingat dan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hirarki.pengelompokan jalan menurut kelas jalan diatur oleh 14

Undang Undang LLAJ No.22/2009. Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri dari : a) Sistem jaringan jalan primer yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pada pusat pusat kegiatan b) Sistem jaringan jalan sekunder yaitu sitem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan 2.5. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No: 34 Tahun 2006, PERMEN PU NO.03/PRT/M/2012 tentang jalan dan fungsinya,yaitu jalan umum menurut fungsinya di Indonesia dikelompokan kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Klasifikasi jalan fungsional di Indonesia berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku adalah : a) Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna. b) Jalan kolektor, merupakan jalan umum yang berfunsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 15

c) Jalan lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi d) Jalan lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata rata rendah 2.6. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Administrasi Pemerintah Menurut PERMEN PU NO.03/PRT/M/2012 Tentang Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan. Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan kedalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa a) Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan.jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional b) Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. c) Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan 16

umum dalam sistem jaringan jalan sekuder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten d) Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada dalam kota. e) Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan 2.7. Pengertian Arus Lalulintas Arus lalulintas adalah jumlah kendaraan bermotor yang melalui titik pada jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kend/jam (Q kend), smp/jam (Q smp) atau LHRT (Lalulintas Harian Rata-rata Tahunan) (MKJI, 1997 : 1-7) 2.8. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi masyarakat, maka dalam PP No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom, pada pasal 3 butir (3) disebutkan bahwa daerah wajib melaksanakan pelayanan minimal. Dalam hal ini standar pelayanan minimal merupakan kewenangan dari pemerintah pusat (pasal 2 ayat 4 butir b).untuk bidang jalan, Kementrian Pekerjaan Umum telah mengeluarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan seperti tampak pada Tabel 2.1 SPM di bidang jalan ini dikembangkan dalam sudut padang publik sebagai pengguna jalan, di mana ukurannya merupakan commonindicator yang 17

diinginkan oleh pengguna. Basis (SPM) dikembangkan dari 3 keinginan dasar para pengguna jalan, yakni: a) Kondsi jalan yang baik (tidak ada lubang) b) Tidak macet (lancar sepanjang waktu); dan c) Dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir waktu misim hujan Tabel 2.1. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Dasar Indikator SPM Aksessibilitas Tersedia jalan yang menghubungkan pusatpusat kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota tersedianya jalan yang memudahkan Mobilitas masyarakat perindividu melakukan perjalanan Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan Keselamatan yang dapat berjalan dengan selamat dan nyman Kondisi Jalan Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan dapat berjalan dengan selamat dan nyaman. Tersedianya jalan yang menjamin perjalanan Kecepatan dapat dilakukan sesuai dengan kecepatan rencana Sumber : PP Menteri PU No. 14 /PRT/M/2010,25 Oktober 2010 Rencanan Strategi Kementrian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014 jaringan Jalan Ruas Jalan Dalam kaitan ini penyelenggara jalan harus mengakomodir tuntutan publik terhadap SPM dengan mengikuti norma/kaidah/aspek di bidang investasi jalan, yang meliputi aspek efisiensi, efektivitas, ekonomi investasi, dan aspek kesinambungan. Pada dasarnya item dalam (SPM) jalan hampir sama dengan kriteria kemantapan jalan bertujuan memelihara jalan, minimal dalam kondisi fisik yang sedang tidak macet (VCR<0,80),lebar cukup,dan jumlah panjang jaringan jalan yang mencukupi (aspek aksesibilitas dan mobilitas) 18

2.9. Peranan Jalan a) Jalan Arteri primer Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan arteriprimer adalah : - Kecepatan rencana > 60 km/jam - Lebar badan jalan > 8,0 m - Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalulintas rata-rata. - Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatanrencana dan kapasitas jalan dapat tercapai - Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalulintas lokal - Jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. b) Jalan Arteri sekunder Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Arteri Sekunder adalah : - Kecepatan rencana > 30 km/jam. - Lebar jalan > 8,0 m. - Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalulintas rata-rata. - Tidak boleh diganggu oleh lalulintas lambat. c) Jalan Kolektor Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Kolektor Primer adalah : - Kecepatan rencana > 40 km/jam. - Lebar badan jalan > 7,0 m. 19

- Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalulintas ratarata. - Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak terganggu. - Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalulintas lokal. - Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota. d) Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Kolektor Sekunder adalah : - Kecepatan rencana > 20 km/jam. - Lebar jalan > 7,0 m. e) Jalan Lokal Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh Jalan Lokal Primer adalah : - Kecepatan rencana > 20 km/jam. - Lebar badan jalan > 6,0 m. - Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa f) Jalan Lokal Sekunder Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhioleh Jalan Lokal Sekunder adalah : - Kecepatan rencana > 10 km/jam. - Lebar jalan > 5,0 g) Jalan Lingkungan Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri-ciri sebagai berikut : 20

- Perjalanan jarak dekat - Kecepatan rata-rata rendah 2.10. Guna Lahan dan Interaksinya Dengan Transportasi Guna lahan untuk fasilitas transportasi cenderung mendekati jalur pergerakan barang dan orang, sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan pemukiman dan tempat kerja.fasilitas pendidikan cenderung berlokasi pada lokasi yang mudah dijangkau. Secara umum jenis guna lahan suatu kota ada 4 jenis, yaitu : pemukiman, jaringan transportasi, kegiatan industri/komersial, dan fasilitas layanan umum Interaksi guna lahan dan transportasi merupakan interaksi yang sangat dinamis dan kompleks, interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan serta berbagai kepentingan. Dan perubahan guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan trasnportasi dan sebaliknya. Didalam kaitan ini (Black dalam Tamin, 2000:32) menyatakan bahwa pola perubahan dan besaran pergerakan serta moda pergerakan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan lahan di atasnya, sedangkan setiap perubahan guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang diberikan oleh sistem transportasi dari kawasan yang bersangkutan Untuk menjelaskan interaksi yang terjadi, (Mejer dan Meler,1984) menunjukan kerangka sistem interaksi guna lahan dan transportasi. Perkembangan guna lahan akan membangkitkan arus pergerakan, selain itu perubahan tersebut akan mempengaruhi pula pola persebaran dan pola permintaan pergerakan. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut adalah adanya kebutuhan sistem jaringan dan prasarana transportasi. Sebaliknya 21

konsekuensi dari adanya peningkatan penyediaan sistem jaringan serta sarana transportasi akan membangkitkan arus pergerakan baru, seperti terlihat pada gambar 2.1 Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black dalam Tamin,2000: 32) Pola penyebaran tata guan lahan dapat diprediksikan sebagai berikut : a) Intensitas (tingkat penggunaan) lahan : semakin berkurang/rendah, dengan semakin jauh jaraknya dari pusat kota. AKSESIBILITAS SISTEM AKTIFITAS Keputusan berlokasi olehlembaga / Pola guna lahan Perkembangan lahan SISTEM TRANSPORTASI Keputusan pemilihan lintaspergerakan Kebutuhan sarana dan prasarana transportasi Penambahan prasarana dan sarana transportasi Sumber : Meyer dan Meler, 1984 Gambar 2.2.Interaksitataguna lahan dengantransportasi b) Kepadatan (banyak kegiatan/jenis kegiatan) : semakin berkurang/sedikit atau homogen, semakin jauh jarak kegiatan tersebut dari pusat kota. Kajian kajian dalam perencanaan transportasi : 22

- Bangkitan perjalanan (Trip Generation).Bangkitan perjalanan dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah perjalanan/pergerakan/lalulintas yang dibangkitkan oleh suatu Zona (kawasan) persatuan waktu. Dari pengertian tersebut, maka bangkitan perjalanan merupakan tahanp pemodelan transportasi yang bertugas untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah (banyaknya) perjalanan yang berasal (meninggalkan) dari suatu zona/kawasan/petak lahan dan jumlah perjalanan yang datang /tertarik ke suatu zona pada masa yang akan datang persatuan waktu. Dalam prosesnya dianalisis secara terpisah menjadi 2 bagian yaitu : 1. produksi perjalanan/perjalanan yang tertarik (Trip Production) 2. Penarik perjalanan/perjalanan yang tertarik (Trip Atraction) - Sebaran Perjalanan (Trip Distribution) Sebaran perjalanan merupakan jumlah (banyaknya) perjalanan/yang bermula dari suatu zona asal yang menyebar kebanyakan zona tujuan atau sebaliknya jumlah perjalanan/yang datang mengumpul kesuatu zona tujuan yang tadinya berasal dari jumlah zona asal. 23